Ads 468x60px

Jumat 28 Februari 2014

Hari Biasa Pekan VII
Yak 5:9-12; Mzm 103:1-2.3-4.8-9.11-12; Mark 10:1-12. 

"Ut omnes unum sint - Supaya mereka menjadi satu." Inilah salah satu doa Yesus di Getsemani yang juga menjadi harapan Gereja dan setiap keluarga yang dimunculkan juga pada bacaan injil hari ini, secara khusus dalam konteks pernikahan ("PERsatuan NIat+KAsih dalam TuHAN"). Pernikahan (couple/wedding) yang berasal dari bahasa Arab, "nikkah"/"perjanjian" sendiri adalah relasi antara lelaki dan perempuan dimana kebebasan adalah sama, ketergantungan adalah timbal balik dan kewajiban adalah untuk berbagi. Nah, mengacu pada bacaan hari ini, ada 3 pilar dasar yang bisa kita usahakan dan bagikan, antara lain:

Kamis 27 Februari 2014

Pekan Biasa VII 
Yak 5:1-6; Mzm 49:14-15ab,15cd-16,17-18,19-20;  Mark 9:41-43.45-50."

In omnibus Christus - Dalam segalanya adalah Kristus!" Inilah salah satu semangat para misionaris yang berjuang untuk menjadi terang dan garam bagi dunianya. Hari inipun, Yesus mengajak kita bermisi untuk menjadi garam dan terang dunia: "Hendaklah kalian selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai seorang dengan yang lain.” Adapun beberapa fungsi dasar dari sebuah garam yang baik kita kenangkan dan wartakan dalam hidup keseharian, antara lain:

Rabu 26 Februari 2014

Hari Biasa Pekan VII 
Yak 4:13-17; Mzm 49:2-3.6-7.8-10.11; Mark 9:38-40.

Aggiornamento - Membuka jendela." Inilah kata kunci selama "Vaticanum Secundum", Konsili Vatikan II: "A bringing up to date." Hal ini menandakan semangat keterbukaan untuk "berhari kini dan disini" (hic et nunc), yang dimulai lewat khotbah Paus Yohanes XXIII pada 25 Januari 1959 dan diteruskan oleh Paus Paulus VI. Istilah "aggiornamento" ini bermula ketika Paus membuka jendela kamar, ia merasa kamarnya akan lebih segar jika jendela dibuka. Gereja juga akan segar jika "jendelanya" dibuka: Yang di dalam dapat melihat keluar dan yang diluar dapat melihat ke dalam serta udara segar akan berhembus masuk membuat semua bahagia dan ceria, sehat dan bersemangat. 

Selasa 25 Februari 2014

Pekan Biasa VII
Yak 4:1-10; Mzm 55:7-11a.23; Mark 9:30-37.

"Servus servorum - Hamba segala hamba." Inilah semangat Yesus yang juga menjadi semangat dasar kepausan dan seharusnya juga menjadi semangat hidup, "capa/cara pandang, capi/cara pikir- cahi/cara hidup"  kita setiap harinya. Adapun sebagai hambaNya yang siap melayani, ber-"servus servorum", kita diajak memiliki "KRS" yang harus diisi setiap harinya, antara lain:

Senin 24 Februari 2014

Hari Biasa Pekan VII
Yak 3:13-18; Mzm 19:8.9.10.15; Mark 9:14-29.

"Orate-Berdoalah!" Inilah pesan pokok Yesus ketika para muridNya menanyakan tentang kuasa exorcisme, pengusiran setan yang ditutup dengan penegasan Yesus: “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.” Mengacu pada bacaan 1, roh jahat yang kita sebut sebagai setan itu juga kadang tampak dengan sikap hati yang buruk: iri hati-tinggi hati dan tidak berhati hati. Bisa jadi, hal buruk ini karena kita kurang berdoa, bukankah benar jika kita tidak setia berdoa maka semakin buruk yang akan bisa terjadi? Secara keseluruhan praksis, ada 3 kalimat singkat yang kerap didoakan ketika Gereja mengusir setan, antara lain:

Perfectae Caritas - Kasih yang Sempurna

"Perfectae Caritatis - Kasih yang Sempurna!" Kalau kita merasa sepi, kita terus-menerus mencari orang lain dan mengharapkan orang itu dapat menyingkirkan kesepian kita. Hati kita yang sepi berteriak, "Peganglah tanganku, sentuhlah aku, ajaklah aku berbicara, berilah aku perhatian."

Akan tetapi, dalam waktu singkat kita akan merasa bahwa orang yang kita harapkan dapat menyingkirkan kesepian kita, ternyata tidak dapat memenuhi harapan kita. Tidak jarang orang itu merasa tertekan dengan kemauan kita dan pergi meninggalkan kita dalam kekecewaan.

Minggu 23 Februari 2014

Hari Minggu Biasa VII
Im 19:1-2.11-18; Mzm 103:1-2.3-4.8+10.12-13; 1Kor 3:16-23; Mat 5:38-48.     

"Via Sanctitas -Jalan Kekudusan." Inilah pesan yang ditampilkan secara khusus pada bacaan hari ini bersamaan dengan pengangkatan 19 kardinal baru oleh Paus Fransiskus. Pada dasarnya kita adalah kudus sebab kita diciptakan dalam keadaan yang  amat baik (Kej 1:31) dan karena Tuhan Allah kita adalah kudus (Im 19:2) dan Yang Kudus itu berkenan tinggal di dalam kita (2 Kor 3:16). Adapun Yesus memberikan dua cara supaya kita bisa selalu memiliki kekudusan, antara lain:

Kata Itu Menciptakan

MASYARAKAT kita dibanjiri dengan kata-kata: kata-kata di papan reklame, televisi, koran, buku. Kata-kata yang menyala dan berganti-ganti warna. Kata-kata yang lirih, keras, hiruk-pikuk. Kata-kata yang berseru, "Belilah ini, rasakan itu, minumlah ini, makanlah itu." Lebih-lebih kata yang berbunyi, "Belilah aku."

Dengan adanya begitu banyak kata di sekitar kita, kita cenderung untuk berkata, "Ah, itu semua hanya kata-kata." Dengan demikian, kata telah kehilangan dayanya.

"ARS"-wendo longa, vita brevis!"

( Sejenak Bijak ala Mas Wendo).

Kalau orang di luar “penjara” mengatakan bahwa hidup sebagai napi itu menyenangkan dan enak, orang itu perlu diragukan kewarasannya.

Sebaliknya, kalau napi tak bisa menciptakan hidup yang menyenangkan dan enak selama di dalam, ia dipastikan bakal tidak waras.

Menjadi terdakwa di pengadilan, tak ubahnya seperti menjadi pengantin. Diam disangka angkuh. Banyak senyum dituduh tidak serius. Bersikap serius disangka tegang. Bersikap santai disangka meremehkan. 
Persamaan lain: di situlah nasib kita ditentukan, buntung atau beruntung.

Kupu Kupuku Sayang – Kupu Kupuku Malang

Kupu-kupu yang lucu
kemana engkau terbang
Hilir-mudik mencari
Bunga-bunga yang kembang
Berayun-ayun
Pada tangkai yang lemah
Tidakkah sayapmu
Merasa lelah


Kupu-kupu 
Adalah hewan kecil yg kadang hadir dalam guratan kehidupan, kadang di baliho, poster, pamflet sampai kaos panitia. Ia berumur pendek (“brevis”), tapi ia bernilai sangat panjang (“longa”). Ia ciptakan “butterfly effects”, terus bergerak dan terus menari: terus mencipta angin yang menyejukkan, terus menggores warna yang mencerahkan 

Omah Poenakawan

“Solo” – “Spirit Of Loving Others”. Inilah semangat dasar sekumpulan Orang Muda Katolik yang tergabung dalam Omah Poenakawan, yang bermarkas di sebuah bangunan arsitektural karya Romo Mangun, yakni Gereja Santa Maria Fatima Sragen, sebuah paroki di Kevikepan Surakarta, yang posisinya berada paling timur dalam wilayah Karesidenan Surakarta (sekarang Solo) dan Keuskupan Agung Semarang.

Adapun nama “Omah Poenakawan” yang berdiri sejak tahun 2013 ini sendiri diambil dalam khazanah budaya Jawa. “Omah” berarti rumah hunian/tempat tinggal. Poenakawan (menggunakan ejaan lama) bila dipisah menjadi “Poenak” (dibaca Penak) dan “Kawan”. Artinya suatu rumah yang enak untuk bersahabat atau berkawan. Mengacu pada cerita pewayangan, para poenakawan (Semar, Gareng Petruk dan Bagong) kerap dihadirkan sebagai “mitra”, teman seperjalanan para ksatria. Mereka hadir dengan sederhana dan menghibur dengan bersahaja lewat kritik sosial beserta aneka banyolan yang aktual dan faktual. Inilah juga yang menjadi harapan Omah Poenakawan: Menjadi “mitra”, sahabat atau teman seperjalanan bagi semua orang yang mencintai terang, yang “iluminata et illuminatrix” – yang cerah dan sekaligus mencerahkan!

RAJAWALI – "RAJA yang punya jiWA, yang punya nyaLI"

Sebuah sangkar besi tidak bisa mengubah rajawali menjadi seekor nuri 
rajawali adalah pacar langit 
dan di dalam sangkar besi 
rajawali merasa pasti bahwa langit akan selalu menanti 
RAJAWALI – "RAJA yang punya jiWA, yang punya nyaLI"


Jiwaku milik-Mu, Cintaku untuk-Mu

Tuhan, 
bila aku tersenyum bahagia biarlah namaMu yang kusebut 
bila aku menangis meratap biarlah hatiMu yang kucari 
bila aku memandang ke surga biarlah wajahMu yang kulihat.
***** 

Tuhan, 
jiwaku milikMu 
cintaku untukMu 
usahaku berkatMu 
kematianku undanganMu 
***** 

Rindu Pagi


Pagi berlalu lagi 
membawa sisa-sisa rindu 
seperti mendung itu tanda langit rindu bumi 
jangan cemburu pada hujan pagi dan lebih baik kita berpeluk 

sebab 
ketika berangkulan ada kemesraan, 
ada kekuatan, ada kedamaian, ada kebersamaan, 
ada keberduaan, ada rasa kantuk, ada sedikit mabuk, 
ada kedamaian, ada rasa syukur, ada kedamaian, 
ada semuanya, termasuk cinta

Penyerahan Diri & Sikap Terhadap Tuhan

Seorang yg hidupnya sangat saleh dan menyerahkan diri kepada Tuhan menemui seorang sufi. Kepada sufi itu dia berkata, "Lihatlah betapa berserahnya aku kepada Tuhan, ontaku kubiarkan tidak tertambat diluar, Tuhan akan menjaganya". Sufi itu langsung berkata: "Keluarlah hai orang bodoh dan tambatkan ontamu pada tiang, karena apa yg bisa dilakukan oleh manusia tidak dikerjakan oleh Tuhan!"

Cerita diatas bisa jadi menjawab banyak pertanyaan mengenai penyerahan diri dan sikap kita terhadap Tuhan. Seringkali kita bersikap kurang ajar ke Tuhan, menyuruh Tuhan untuk berbuat ini itu buat kita, bahkan lebih gila lagi menyuruh Tuhan untuk menyetujui semua tindakan kita termasuk yg jelek kepada orang atau pihak lain, bikin tanda salib trus memukul/menganiaya orang. Apakah Tuhan mau memenuhi permintaan dan 'perintah' kita, tentunya tidak, akibatnya secara tidak sadar kita membentuk "tuhan-tuhan" baru, yang sesuai dengan keinginan dan kemauan kita sendiri.

Tuhan memberkati dan Bunda merestui. Fiat Lux!


Bersyukur

Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur.

Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik.
Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah,mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi. Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.

Bersyukurlah !

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu
inginkan ....
Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ?

Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar ...

Bersyukurlah untuk masa-masa sulit ...
Di masa itulah kamu tumbuh ...

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang ...

Sabtu 22 Februari 2014

Pesta Tahta St. Petrus
1 Petrus 5:1-4; Mzm23:1-3a.3b-4.5.6; Matius 16:13-19. 

"Pastor bonus - Gembala Baik!" Inilah salah satu keutamaan dasar yang dikenangkan ketika Gereja merayakan pesta tahta suci kepausan/Santo Petrus. Petrus yang adalah paus pertama kita, "pastor bonus"+ yang identik dengan pemegang  "kunci surga" ("Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi") memberikan 3 semangat dasar supaya kita semua juga bisa mempunyai "kunci", "kuasa untuk menampakkan cinta ilahi", antara lain:

Jumat 21 Februari 2014

Hari Biasa Pekan VI
Yak 2:14-24.26; Mzm 112:1-2.3-4.5-6; Mark 8:34-9:1.

"Audaces fortuna iuvat-Nasib baik menolong mereka yang berani." Inilah kutipan dari karya Vergilius yang juga menjadi salah satu semboyan para prajurit Amerika dan Inggris Raya. Hari inipun, kita diajak menjadi orang beriman yang pemberani, seperti kata Yesus: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikut Aku". Jelasnya, keberanian orang beriman nampak dalam mentalitas "sang kuli", antara lain:

1."SANGkal diri": Kita diajak untuk menjadi orang yang rela "berkorban", menolak dan mengalahkan segala kesenangan diri dan kenikmatan indrawi. Kita diajak berani untuk menjadi kecil di tanganNya, selalu siap ber-"prihatin" demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa sesama.

2."piKUL salib": Kita diajak untuk "berdaya tahan", selalu mau terbuka untuk memikul "salib" hidup kita masing-masing, demi iman yang kita yakini dan demi Tuhan yang kita kasihi.

3."Ikuti Tuhan": Kita diajak menjadi murid yang selalu "berjuang" untuk mengikuti semua jalan imanNya. Dalam bahasa Yunani, kata "mengikuti" bisa berarti "ada di belakang". Dengan kata lain: Kita diajak untuk terus berjuang menjadikanNya sebagai pedoman-dasar dan teladan hidup, menjadi sehati-sejiwa, searah dan terarah kepadaNya, tentunya dengan sepenuh hati, dengan perkataan-pikiran dan perbuatan nyata kita setiap harinya.

"Cari baju sejumlah seratus - Mari maju trus bersama Kristus."

Tuhan memberkati + Bunda mrestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh),

PIN HIK: 752D878C.

Kamis 20 Februari 2014

Pekan Biasa VI
Yak 2:1-9; Mzm 34:2-3.4-5.6-7; Mark 8:27-33.

"Vade retro satana - Enyahlah engkau iblis!" Inilah hardikan Yesus kepada Petrus, "yang tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Bicara soal iblis, menurut St. Ignatius, ada 3 karakter dasar iblis (LR 313-327): seperti perempuan/pintar merayu, seperti pria playboy/pintar berpura-pura dan seperti panglima/pintar mencari titik lemah. Secara sederhana, iblis/setan ini juga kerap hadir di kitab suci sebagai "serigala" yang rakus, "ular" yang licik dan "naga" yang pemarah. Dengan kata lain: Jika kita mudah rakus-licik dan marah, kita membuat iblis lahir di hati dan hidup kita. Adapun Yesus yang diakui Petrus sebagai "Mesias" ("yang terurapi"), yang selalu hadir untuk mengenyahkan iblis mengatakan bahwa sebelum mengalami pemuliaan dan kebangkitan, Ia harus menanggung banyak penyaliban dan kesakitan, antara lain: ditolak dan dibunuh oleh para tua, imam kepala dan ahli Taurat.

Nah, sebenarnya kitapun juga diajak untuk selalu mengenyahkan iblis dengan berani mengikuti 4 jalan iman seperti yang saya dapatkan ketika memberi sesion untuk para suster rubiah Claris di Singkawang, antara lain:

1."Lihat salibNya": Kita diajak untuk selalu mengarahkan mata dan hati kepada misteri Tuhan yang tersalib.

2."Pegang salibNya": Kita diajak untuk dekat-erat dan bersahabat dengan salibNya, berani memegang dan mengarahkan tangan kita kepada tanganNya, pergulatan salib kita kepada salibNya.

3."Pikul salibNya": Kita diajak u/rela memikul aneka salib dengan ringan dan terbuka, dengan sabar dan tegar karena kita boleh ikut sedikit merasakan apa yang dulu dialamiNya.

4."Bawa salibNya": Kita diajak untuk selalu berani membawa salibNya dalam segala gerak-polah, doa karya dan pergulatan harian kita karena didasari keyakinan ala Camara, "Tuhan bila salib menimpa kami maka hancurlah kami tapi bila Engkau yang datang bersama salib - Engkaulah yang setia memeluk kami."

"Bunga tulip banyak di Belanda - Bersama salib kita bersih dari aneka noda."

Tuhan memberkati + Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh)

PIN HIK: 752D878C

Rabu 19 Februari 2014

Hari Biasa Pekan VI
Yak 1:19-27; Mzm 15:2-3ab.3cd-4ab.5; Mark 8:22-26.

"Laetitia-Sukacita." Inilah nama salah satu suster rubiah Claris di Singkawang sekaligus juga adalah nama sebuah komunitas orang buta/tuna netra di wilayah Keuskupan Agung Jakarta. Adapun hari ini, Yesus juga mengajak kita ber-"laetitia" karena Ia berkenan menyembuhkan orang yang buta di Betsaida. De facto, kitapun kerap menjadi buta ("Banyak Urusan Tanpa Allah"), tapi bersama Yesus, kebutaan kita diubah menjadi keterbukaan - kesakitan kita diubah menjadi kesaksian dan kerapuhan kita diubah menjadi kesembuhan. Tapi, ibarat obat yang butuh waktu untuk menyembuhkan, Yesus juga punya beberapa tahapan dasar yang dibuatNya supaya kita selalu ber-"laetitia", antara lain:

10 Jalan Kebijaksanaan

1. Hadapilah segala masalah dengan santai dan tenang. (1 Kor 10:13)
2. Bersedih hati janganlah terlalu berkepanjangan (Roma 12:12)
3. Aktiflah dalam kerja dan pelayanan (Roma 12:11)
4. Jauhkanlah amarah karena amarah memakan energi yang berpengaruh buruk terhadap physik (Amsal 19:19)

Selasa 18 Februari 2014

Pekan Biasa VI 
Yak 1:12-18; Mzm 94:12-15.18-19; Mark 8:14-21. 

"Panis angelicus-Roti para malaikat." Inilah salah satu lagu berbahasa latin yang pernah saya kupas bersama para suster rubiah claris beberapa hari lalu. Yang pasti, Yesus sendiri selalu hadir sebagai roti para malaikat dalam bentuk hosti (Yun: kurban). Bicara soal roti malaikat/hosti yang selalu berani untuk "dipecah dan dibagi-bagi", saya juga jadi teringat nama pastor paroki St Fransiskus Asisi di Singkawang, Rm Gatot, "GAgah dalam iman + Total ikut Tuhan". Kitapun diajak untuk "berani", gagah dan total ikut Tuhan, tidak mudah takut dan kuatir, gelisah dan resah seperti para murid Yesus yang takut dan gelisah karena tidak punya banyak roti. Itu sebabnya, Yesus menegur: "Mengapa kalian memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kalian paham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kalian punya mata, tidakkah kalian melihat? Kalian punya telinga, tidakkah kalian mendengar? Sudah lupakah kalian waktu Aku memecah-mecahkan 5 roti untuk 5000 orang?" Nah, sebenarnya ada 3 inspirasi kata "TAKUT", antara lain: 

Senin 17 Febr​u​ari 2014

Hari Biasa Pekan VI
Yak 1:1-11; Mzm 119:67.68.71.72.75.76; Mark 8:11-13.  

"Animal symbolicum- Makhluk yang penuh tanda." Inilah salah satu kekhasan dasar manusia bahwa kita hdup dengan banyak tanda: Ada tanda tangan-tanda mata-tanda cinta-tanda tanya. Ada STNK-STTB-KTP, dll. Yesus sendiri hadir sebagai TANDA yang hidup bagi kehadiran Allah dengan karya-ucapan dan doa yang penuh kuasa. Bersama dengan konteks nusantara yang sedang penuh dengan "tanda" bencana dari Sinabung-Manado sampai Gunung Kelud ini, "tanda" sendiri juga bisa berarti "Tempat Aku Nampakkan Damai Allah". Bagaimana caranya? Adapun seminggu terakhir ini saya menginap pada biara para suster rubiah Claris di Singkawang. Mrk kerap disebut sebagai suster "SLOT", karena hidupnya yang menjadi tanda gereja yang setia berdoa, yang benar benar ter-"slot"/terkunci dari hiruk pikuk dunia luar. Nah, mengacu pada "SLOT", adapun 4 keutamaan dasar supaya hidup kita juga bisa menjadi "tanda", tempat aku menampakkan damai Allah, antara lain:

Minggu 16 Februari 2014

Hari Minggu Biasa VI
Sir 15:15-20; Mzm 1-2.4-5.17-18.33-34; 2 Kor 2:6-10; Mat 5:17-37.

"Bene agere et laetari - Berbuat baiklah dan bergembiralah!" Inilah sebuah ungkapan dasar dari Spinoza supaya kita selalu menjadi "hukum" yang hidup, bukan hanya dengan kata tapi terlebih dengan tindakan cinta yang nyata. Dalam injil hari ini, Yesus-pun mengajar para muridNya lewat kotbah di bukit yang sering disebut sebagai kotbah programatis karena menampilkan ajaran khas Yesus untuk selalu berbuat baik dan bergembira. Yang pasti, Ia menyatakan bahwa kedatanganNya bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya lewat segala hal baik dan membahagiakan banyak orang. Adapun, dlm pelbagai teks injili, penggenapan/pemenuhan hukum taurat dilakukan Yesus lewat 3 pilar dasar, yakni:

Sabtu 15 Februari 2014

Pekan Biasa V
1 Raj 12:26-32; 13:33-34; Mzm 106:6-7a.19-22; Mark 8:1-10.

"Ecclesia de Eucharistia - Gereja yang ekaristis." Inilah salah satu memoria/kenangan yang saya kembali maknai ketika merenung-menungkan pengalaman seminggu terakhir memberi retret dalam biara para suster rubiah Claris di Singkawang. Adapun, para suster rubiah claris yang datang dari pelbagai daerah, bahkan ada yang dari Belanda ini hadir sebagai "pribadi ekaristis", yang siap dipilih-diberkati-dipecah dan dibagi-bagi supaya semua orang menjadi "kenyang" akan kasih Tuhan. Hal inilah juga yang sekaligus tampak pada bacaan injil hari ini ketika Yesus membuat "kenyang" banyak orang. Ia mengadakan mukjizat penggandaan roti di hadapan sejumlah besar orang yang mengikutiNya. Adapun beberapa langkah sederhana menjadi pribadi yang ekaristis seperti yang dibuat Yesus, antara lain:

Jumat 14 Februari 2014

Peringatan Santo Sirilus dan Santo Metodius
1 Raj 11:29-32.12:19; Mzm 81:10-11ab.12-13.14-15; Mark 7:31-37.    

"Efata -Terbukalah!" Itulah perintah Yesus ketika ada orang yang membawa seorang tuli dan bisu dan memohon supaya Yesus meletakkan tanganNya atas orang itu. De facto, kita juga kerap menjadi orang yang "tertutup", yakni "tuli" dan "bisu". Menjadi "tuli" ketika kita sulit mendengarkan orang lain, sibuk dengan diri sendiri dan tidak mau tahu derita dan perasaan orang lain. Kita juga menjadi orang yang "bisu" ketika kita tidak bisa dan tidak biasa berkata-kata baik, ketika kata-kata kita penuh sindiran dan makian, gosipan dan pergunjingan.

Kamis 13 Februari 2014

Pekan Biasa V
1 Raj 11:4-13; Mzm 106:3-4.35-36.37.40; Mark 7:24-30. 

"Spero ergo sum- Aku berharap maka aku ada." Ini juga yang saya lihat pada bacaan hari ini ketika seorang ibu berkebangsaan Siro-Fenisia terus berharap kepada Yesus supaya mengusir setan ("Ha satana": musuh) dari anaknya. Hatinya tetap tegar dan sabar walaupun Yesus sempat "berkata kasar" kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Nah mengacu pada bacaan hari ini, adapun 2 semangat dasar orang yg penuh harapan, antara lain:

Rabu 12 Februari 2014

Hari Biasa Pekan V  
2 Raj 10:1-9; Mzm 37:5-6.30-31.39-40; Mark  7:14-23.

"Purgativa - Pemurnian." Inilah salah satu jalan yang saya kenangkan ketika tadi pagi mempersembahkan ekaristi di kapel para Rubiah Claris Singkawang. Ya, mengacu pada bacaan hari ini, Yesus jelas mengajak kita mempunyai "via purgativa", jalan hati yang murni. Ia mengajak kita untuk lebih memperHATIkan bagian dalam dan tidak hanya mementingkan aspek permukaan/tampilan luarnya saja: "Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskan dia, tapi apa yang keluar, itulah yg menajiskannya. Sebab dari dalam hati, timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Dengan kata lain: semua jenis makanan adalah halal, tidak ada yang haram dan menajiskan. Nah, yang membuat kita haram dan najis adalah apa yang keluar dari hati: pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Mengacu pada hal inilah, maka baiklah kita selalu menjaga hati dengan berhati-hati terhadap 3 pilar dasar hidup kita, antara lain: 

Selasa 11 Februari 2014

Pekan Biasa V Hari Orang Sakit Sedunia 
1 Raj 8:22-23.27-30; Mzm 84:3.4.5.10.11; Mark 7:1-13. 

"Dum anima est, spes est -Dimana ada semangat disitu ada harapan." Inilah peneguhan yang bisa kita ingat pada "HOS"- Hari Orang Sakit sedunia yang dikenangkan Gereja hari ini. Secara real, kita kerap menjadi kurang bersemangat dan kurang berharap ketika sakit walaupun sakit punya arti indah, "Saat Aku Kuatir Ingatlah Tuhan." Adapun menurut WHO, sakit bisa terjadi ketika kita mengalami "hypo"/kekurangan atau "hyper"/kelebihan, dan orang sakit tidak melulu hanya ada di rumah sakit karena sakit bukan melulu perkara fisik. Hal ini menjadi tampak pada bacaan hari ini ketika Yesus mengecam orang farisi dan ahli taurat: "Hai orang munafik, yang memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya jauh dari padaKu." Dengan kata lain: sifat munafik ("MUlutnya pedas-NAlurinya iri - FIKirannya negatif") membuat kita bisa sakit, tidak punya semangat dan harapan. Nah, "HOS" itu sendiri dikenangkan bersama dengan peringatan penampakan Maria di Lourdes, maka kita bisa belajar dari Maria yang selalu punya semangat dan harapan, antara lain: 

Senin 10 Februari 2014

 Peringatan Santa Skolastika, Perawan  
1 Raj 8:1-7.9-13; Mzm 132:6-7.8-10; Mark 6:53-56.


"Pax et Bonum - Damai dan Kebaikan." Inilah dua semangat dasar yang kembali saya ingat ketika diminta memberi retret tahunan untuk para suster/rubiah claris capusines di Singkawang, dimana salah satunya terdapat juga suster claris yang berlindung pada nama St, Skolastika yg kita kenangkan hari ini. Hal inilah juga yang dibagikan Yesus pada bacaan hari ini. Ia selalu menjadi pembawa berkat, damai dan kebaikan dimanapun, baik di desa maupun di kota dan banyak kampung: yang sakit menjadi sembuh, yang lemah menjadi kuat dan yang gelap menjadi terang. Kita juga diajak bisa menjadi pembawa berkat, damai dan kebaikan untuk semua orang dengan beberapa cara nyata, antara lain:

Minggu 09 Februari 2014

Hari Minggu Biasa V
Yes 58:7-10; Mzm 112:4-5.6-7.8a.9; 1Kor 2:1-5; Mat 5:13-16.


"Fiat Lux - Jadilah Terang!" Inilah salah satu pesan dasar yang kembali didengungkan pada bacaan Injil hari ini. Dalam khotbah di bukit, Yesus bersabda: “Kamu adalah garam dan terang dunia." Jelas, kita diajak selalu berani untuk hadir memberikan rasa dan nuansa, warna dan makna bagi semakin banyak orang lain.  Adapun beberapa hal mendasar dari filosofi garam dan terang dunia, antara lain:

Sabtu 08 Februari 2014

Pekan Biasa IV
1 Raj 3:4-13; Mzm 119:9-14; Mark 6:30-34.

"Opus Dei - Karya Tuhan." Inilah nama sebuah kelompok super ordo yang didirikan oleh seorang imam diosesan dari Spanyol, Jose Maria Escriva. Mereka mencoba untuk mencari mencapai kesucian lewat karya dan hidup sehari-hari di tengah dunia. Mengacu pada bacaan injil hari ini, kitapun diajak ber-opus dei dan mencapai kesucian di tengah dunia harian, "seeking holiness in the world" dengan beberapa indikasi dasar, antara lain:

Jumat 07 Februari 2014

Jumat Pertama - Hari Biasa Pekan IV 
Sirakh 47:2-11; Mzm 18:31.47.50.51; Mark 6:14-29. 

"Cordis - Hati." Inilah salah satu dasar yang dikenangkan Gereja pada setiap Misa "JUMPER" (Jumat Pertama). Jelasnya, kita diajak untuk mengenangkan sekaligus menghormati Hati Kudus Yesus dengan devosi-adorasi dan ekaristi hari ini sebagai silih atas aneka ria dosa kita. Nah, mengacu pada injil hari ini, ada 3 keburukan hati Herodes yang membuat kita mesti meminta silih/pengampunan kepada Hati Kudus Yesus, antara lain: 

Kutipan Kitab Suci untuk Kepemimpinan Pastoral

References from Scripture:

“The Lord answered me and said: Write down the vision clearly upon the tablets, so that one can read it readily. For the vision still has its time, presses on to fulfillment, and will not disappoint; If it delays, wait for it, it will surely come, it will not be late.”
—Habakkuk 2:2-3

Kamis 06 Februari 2014

Pw. St. Paulus Miki, dkk, Martir. 
1 Raj 2:1-4,10-12; 1Taw 29:10.11ab.11d-12a.12bcd; Mark 6:7-13. 

 "Missio Dei - Perutusan Ilahi." Inilah salah satu pokok yang diwartakan Yesus hari ini. Ya, bersama teladan kemartiran (Yun: saksi) para jesuit di Jepang, Paulus Miki dkk yang kita kenangkan hari ini, Gereja mengajak kita untuk bersama melaksanakan perutusan ilahi dengan beberapa semangat dasar yang ditampakkanNya, antara lain: 

Rabu 05 Februari 2014

Peringatan Wajib  Santa Agata.
2 Sam 24:2.9-17; Mzm 32:1-2.5-7; Mark 6:1-6.

"Prophet - Sang Nabi!" Inilah salah satu magnus opus, karya besar seorang penyair kristen dari Libanon, Kahlil Gibran. Adapun hari ini bersama dengan peringatan dan teladan St. Agata (Perawan + Martir), Yesus juga hadir sebagai "nabi" (Naba: kabar/berita/sabda). Ia menjadi messenger dan prophet (agen/pembawa beritanya Allah). Dalam bhs Arab, nabi sendiri punya 4 sikap dasar, "SAFT", antara lain: Siddiq/jujur dan bukan pembohong, Amanah/terpercaya dan bukan pengkhianat, Fathonah/rajin dan bukan pemalas, Tabligh/suka berbagi dan bukan orang yang pelit. Kitapun sejak dibaptis juga mempunyai 3 panggilan dasar, yakni: menjadi imam yang menguduskan, menjadi raja yg memimpin dan pastinya menjadi nabi yang mewartakan. Nah, mengacu pada bacaan injil hari ini, adapun 3 sikap dasar seorang nabi yang bisa kita lihat dari figur Yesus, antara lain:

P3K - Pertolongan Pertama Pada Kristianitas



Saya pernah berjumpa dan berbincang dengan Bo Sanchez, seorang beriman Katolik, yang motivator sekaligus "provokator" jasmani pun rohani dari Filipina yang "mencintai dunia", yang "4 GO-GOlek seGo-GOlek swarGO", yang bahkan kehadirannya bisa menarik tiga ribuan orang, yang hampir semuanya anak muda katolik untuk datang ke acara "Grand Feast" di daerah Kemayoran. Saya mencandra adanya "P3K" ("Pertolongan Pertama Pada Kristianitas") ala Bo Sanchez yang bisa menginspirasi sekaligus mengaspirasi para sahabat seiman: 

BURUNG - BUanglah hati yang muRUNG


Adapun burung rajawali memiliki "beberapa musuh", salah satunya adalah burung gagak, yang selalu berteriak dan ribut mengganggu. Kenyataannya kita semua memiliki beberapa "burung gagak" dalam hidup kita, bahkan anda mungkin punya sekumpulan dari mereka..Beberapa orang dapat menjengkelkan kita; mereka dapat mengganggu kita jika kita membiarkan mereka.

Selasa 04 Februari 2014

Pekan Biasa IV
2 Sam 18:9-10.14b.2425a.30.31b-33; 19:1-3; Mzm 86:1-2.3-4.5-6; Mark 5:21-43.

"Lumen fidei - Terang iman." Inilah yang menjadi modal dasar seorang perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. De facto, ia tidak hanya menderita secara fisik tapi juga secara sosial karena berdasar tradisi Dunia Perjanjian Lama (Imamat 15:19-30), seorang yang sedang haid/pendarahan dinyatakan najis/berdosa dan siapapun yang menyentuh/disentuhnya juga menjadi najis dan berdosa. Dengan kata lain: Selama 12 tahun, ia dicap sebagai orang najis/pendosa yang pastinya juga dikucilkan karena banyak orang yang "sok suci", takut ketularan najis. Syukurnya, ia tidak berputus-asa tapi terus menerus berharap akan disembuhkan dan dibebaskan. Adapun 3 tahapan dasar supaya kita juga memiliki terang iman yang bisa menyembuhkan  dan membebaskan, antara lain:

Doa Gembala

Ya Yesus-ku, walau aku seorang yang malang dalam begitu banyak hal dan begitu bodoh,
aku telah Engkau pilih sebagai gembala dari kawanan domba-Mu.
Anugerahkanlah kepadaku kasih yang bertambah-tambah
bagi jiwa-jiwa yang telah Engkau tebus dengan Darah-Mu yang Mahasuci,
sehingga aku dapat berkarya demi keselamatan mereka
dengan kebijaksanaan, kesabaran dan kekudusan.
Janganlah kiranya satu pun dari mereka yang telah Engkau percayakan kepadaku
hilang akibat kesalahanku. Ya Yesus-ku,
bantulah aku menguduskan mereka yang Engkau serahkan ke dalam pemeliharaanku.

Ringkasan Hukum Perkawinan Kanonik

A. Kanon-kanon Pengantar (1055-1062)

KANON 1055
3 point besar yang bahas yaitu :
1. ARTI/makna/hakikat perkawinan
2. TUJUAN perkawinan
3. SAKRAMENTALITAS perkawinan orang-orang yang dibabtis


I. ARTI/ Hakekat/ makna Perkawinan
Perkawinan pada dasarnya adalah sebuah PERJANJIAN (foedus/ covenant) antara seorang pria dan seorang untuk membentuk kebersamaan hidup.
Hubungannya dengan dokumen Vatikan II, Gaudium et Spes art.48 :
Perkawinan sebagai suatu foedus coniugi (perjanjian nikah) dan bukan lagi sebuah contractus (sebuah kontrak) yang terdapat dalam KHK 1917 kanon 1012.

Pemakaian kata Perjanjian penting karena,
Dalam sejarah KHK 1917 kanon 1012 perkawinan diartikan sebagai kontrak antara seorang pria dan seorang wanita. Kontrak di sini berhubungan dengan Hak Atas Tubuh (ius in corpus). Maksudnya “tubuhmu-tubuhku”, saling menyerahkan, saling menyerahkan hak atas persetubuhan.
Kesan : tidak dipertimbangkan unsur cinta kasih, kaku dan statis, komersial.
Pemahaman tersebut mengalami perkembangan, di mana dimensi personal perkawinan mendapat tekanan lebih dibandingkan dimensi institutional.

Kedamaian Bagi Jiwa

Ajarilah aku agar aku mampu mendengarkan, ya Allah
Ajarilah aku agar aku mampu mendengarkan, ya Allah penyelenggara
Ajarilah aku agar aku mampu mendengarkan, ya Allah sang pencipta
Ajarilah aku agar aku mampu mendengarkan, ya Allah Roh Kudus,
Mendengarkan suaraMu,
Dalam kesibukan dan kebosanan,
Dalam situasi serba pasti dan serba ragu
Dalam kebisingan dan dalam keheningan.
Ajarilah aku Ya Tuhan, agar aku mampu mendengarkan.

“Mengapa kita harus membela diri ketika kita disalahpahami atau dihakimi dengan keliru? Tinggalkanlah hal itu. Mari kita tidak mengucapkan apapun. Merupakan hal yang manis untuk membiarkan orang lain menghakimi kita dengan cara yang mereka suka. Oh keheningan yang terberkati, yang memberi begitu banyak kedamaian bagi jiwa!”

Senin 03 Februari 2014

Hari Biasa Pekan IV
Peringatan St. Blasius, Uskup & Martir.
2 Sam 15:13-14.30; 16:5-13a; Mzm 3:2-3.4-5.6-7; Mark 5:1-20.

"Lux veritatis-Cahaya kebenaran!" Inilah salah satu gelar yang bisa diberikan kepada Yesus karena kehadirannya selalu menjadi terang kebenaran di tengah kegelapan dan pergulatan dunia ini. Sebenarnya, kita juga diajak menjadi terang kebenaran dengan 3 pilar dasar, antara lain:

1."Competent": Yesus hadir sebagai orang yang berkompeten, yang kuat dan cakap. Dengan kuasa dan dayaNya, semua roh jahat pun takut dan tunduk padaNya, bahkan ketika berjumpa, mereka takluk dan ikut menyembahNya.

" 3S " - Tiga Cara Kepemimpinan Yesus

1. Servant ( Hamba).
Tiga ciri pokoknya: Melayani, Mendukung, Memberdayakan (Service, Support and Empowerment) 

Penjabarannya: 
Mendengarkan, Empathy, Healing ( penyembuhan), Persuasi, Komitment kepada pelayanan, Komitmen pada pertumbuhan manusia, Membangun komunitas, Mendengarkan dulu sampai tahu situasinya, Kembangkan intuisi dan kemampuan untuk “melihat yang tak terlihat” ( unforeseeable), Pimpin dengan persuasi, Mengkonsep dan mengajak untuk melihat kemungkinan2 perbaikan, Memberdayakan dengan menunjukkan peluang2 dan alternatif bagi yang dilayani.

Tujuh Nilai Keutamaan Yesus

Love : Kasih
Mark 12:29,31, Luk 6:27,36

Unity : Kesatuan
Yoh 17:11

Service : Karya Pelayanan
Mat 20:25,28

Giving : Kepasrahan
Mark 12:43, 44, Luk 21:1,4

Faith-Prayer : Kepercayaan
Mat 14:31; 21:21,22, Luk 11:2,4; 18:1

Joy : Kegembiraan
Yoh 17:13

Witness : Kesaksian
Mat 10:32, Mark 6:7

Tujuh Gaya Kepemimpinan Yesus


1. Ia memperhatikan dan peduli pada kebutuhan orang.
– Ia menyembuhkan banyak orang sakit.

2. Ia berani berkonfrontasi, bahkan terhadap institusi.
– Ia mengusir para pedagang di Bait Allah.

3. Ia membongkar stigma.
– Ia berbicara normal dengan seorang wanita

4. Ia terbuka pada dialog.
– Ia berkunjung dan menginap di rumah Zakeus.

5. Ia melibatkan banyak orang lain.
- Ia memilih dan mengutus para muridNya

6. Ia memberikan contoh/teladan.
– Ia mencuci kaki para muridNya

7. Ia mengorbankan hidupnya untuk menjadi pendamai.
– Ia rela memanggul dan wafat tergantung di salib.

Minggu 02 Februari 2014

Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah. 
Mal 3:1-4; Mzm 24:7.8.9.10; Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40. 

"Nunc dimittis!" Inilah penggalan awal Kidung Simeon ketika Yesus dipersembahkan di Kenisah pada hari ini. Adapun "3K" supaya kita juga bisa menjadi persembahan yang hidup, antara lain:

1."Kekudusan": Dipersembahkan berarti dikhususkan, yakni dikuduskan sebagai milik Allah. Nah, bersama Yesus yang dipersembahkan, ada juga dua nabi yang penuh Roh Kudus: Simeon seorang yang benar dan saleh hidupnya serta Hana seorang yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah yang sepanjang hari berdoa dan berpuasa kepada Tuhan. Mereka peka akan kedatangan Keluarga Kudus karena terbiasa untuk hidup kudus. Dengan kata lain: Kita juga diajak untuk peka terhadap suara Tuhan dengan berlaku kudus setiap harinya. 

Sabtu 01 Februari 2014

Pekan Biasa III
2 Sam 12:1-7a.10-17; Mzm 51:12-13.14-15.16-17; Mark 4:35-41. 

"Lumen ad revelationem gentium-Terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa." Inilah salah satu pernyataan iman terhadap Yesus yang kembali saya dapatkan ketika memberi retret untuk anak-anak kelas 3 SMA Van Lith Muntilan di kawasan Bandungan, sebulan yang lalu. Pastinya, Yesus memang selalu hadir dan  menjadi terang dalam setiap gelap gulita pergulatan hidup setiap manusia. Nah, mengacu pada bacaan Injil hari ini dinyatakan bahwa dengan terangNya, Yesus berkuasa meredakan "kegelapan", ketika taufan mengamuk dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu. Kita sebenarnya juga diajak menjadi terang-terang kecil di setiap kegelapan dan pergulatan hidup kita dan sesama dengan mengingat 2 kalimat inti pada bacaan hari ini yang bisa kita maknai, antara lain :