Ads 468x60px

Selasa, 28 Februari 2017


Sir. 35:1-12; Mzm. 50:5-6,7-8,14,23; Mrk. 10:28-31.
"Maxima cum laude - Penuh dengan pujian".
Inilah predikat memuaskan bagi mahasiswa/i yang lulus dengan hasil terbaik dalam ujian akhirnya. Kita sebenarnya juga diajak untuk lulus dengan penuh pujian" dalam setiap ujian iman dan kehidupan ini. Adapun Yesus kembali memberikan cara mendasar supaya "lulus ujian" yakni biasa hidup lepas bebas, iklas dan tulus dengan berpola "pergi/meninggalkan" yakni kerelaan untuk benar benar melepaskan apa yang kita miliki untuk semata-mata bagi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa kita. Hal ini didasari akan janjiNya bahwa Tuhan akan memberikan gantinya berlipat-lipat secara nyata pada saat ini dan nanti: “Barangsiapa meninggalkan rumah, saudara-saudari, ibu ATAU bapa, anak-anak ATAU ladangnya, pada masa ini juga ia akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak-anak DAN ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan; dan di masa datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Mrk 10:29-30)

Menolak Godaan

Imitatio Christi - Mengikuti Jejak Kristus (Thomas a’Kempis)
Buku I, Pasal 13
Hal Menolak Godaan
Selama kita hidup di dunia ini, tak mungkin kita luput atau bebas dari penderitaan dan godaan. Oleh sebab itu tertulislah dalam kitab Ayub: Pencobaan adalah hidup manusia di atas dunia. Oleh karena itu setiap orang wajib waspada terhadap godaan-godaan dan berjaga-jaga serta berdoa, agar supaya setan yang tidak pernah tidur melainkan berkeliling serta mencari siapa yang dapat ditelannya (I Petrus 5, 8) tidak mendapat kesempatan untuk memperdayakannya.

Do Good

MENGAPA AKU MENJADI ORANG YANG MISKIN DAN SELALU MENGALAMI KESULITAN HIDUP?
Ada seorang miskin dan papa bertanya pada Sang Guru Bijak.
“Mengapa aku menjadi orang yang sangat miskin dan selalu mengalami kesulitan hidup?”
Sang Guru menjawab:
“Karena engkau tidak pernah berusaha untuk memberi pada orang lain”
Orang Miskin:
“Tapi saya tidak punya apapun untuk diberikan kepada orang lain.”
Sang Guru Bijak:
“Sebenarnya kamu masih punya banyak untuk diberikan kepada orang lain”
Orang Miskin:
“Apakah itu, hai Guru Bijak?”
Sang Guru Bijak:
“Dengan mulut yang kamu punya, kamu bisa berikan senyuman dan pujian”

Totus Tuus - Sepenuhnya Untukmu

Inilah salah satu judul buku saya serta puisi rohani saya dalam album dan buku "TTM - Tribute To Mary" yang terinspirasi dari St. Yohanes Paulus II yang ternyata berdevosi juga kepada "Kerahiman Ilahi".
Inilah tujuh pernyataan imannya tentang kerahiman ilahi, al:
1.“Pesan Kerahiman Ilahi senantiasa dekat dan lekat di hati saya.
Kerahiman dan belas kasih Allah sungguh merupakan suatu penopang dan sumber pengharapan yang tak habis-habisnya.
Itulah juga pengalaman pribadi saya dan tak henti-hentinya saya berdoa: "kasihanilah kami dan seluruh dunia!”
(7 Juni 1997)
2.“Kerahiman Ilahi tercurah atas umat manusia melalui hati Kristus yang tersalib, yang adalah inkarnasi cinta dan belas kasih.”
(30 April 2000)
3.“Tak ada yg lebih dibutuhkan manusia selain daripada Kerahiman Ilahi, cinta yang berlimpah belas kasih, yang mengangkat manusia di atas segala kelemahannya ke ketinggian yang tak terhingga dari kekudusan Allah.”
(7 Juni 1997)

Senin, 27 Februari 2017

Hari biasa VIII
Sir. 17:24-29; Mzm. 32:1-2,5,6,7: Mrk. 10:17-27

“Non vestimentum virum ornat, sed vir vestimentum - Bukan pakaian yang memberi arti pada seseorang, akan tetapi dia yang memberi arti pada pakaiannya.”
Inilah pepatah yang mengartikan bahwa harta kekayaan itu hanya sekunder, karena yang primer adalah kepribadiannya, terlebih menurut Injil hari ini, harta kekayaan yang sekunder itu kadang malahan bisa menghambat jalan kita yang primer untuk masuk ke surga. Sifat dan karakter, sikap dan parameter yang cenderung "mediocritas" (yang setengah-setengah) tidak dikehendakiNya.

Senin, 27 Februari 2017


Kel 3:1-8a.13-15; Mzm 103:1-2.3-4.6-7.8.11; 1Kor 10:1-6.10-12; Luk 13:1-9
“Dura lex sed lex - Hukum itu keras tapi itulah hukum”.
Inilah salah satu pepatah yang saya tulis dalam buku “Carpe Diem” (RJK, Seize The Day/Reguklah Hari Ini, Kanisius) bersama dengan penegasan Yesus pada Minggu Prapaskah besok: “Jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa”.
Ya, Ia ternyata bukan hanya mempunyai hukum kasih (“sibarani - SIap BAgikan RAhmat imaNI”) dan hukum pelayanan (“silalahi - SIap Layani yang iLAHI”), tapi Ia juga mempunyai hukum pertobatan (“sitorus - SIap berTObat tRUS”) supaya kita layak "sinaga" (SIap NAik ke surGA).

You Are In Your Own Time Zone

Mengapa semua agama mengajarkan pada kita bahwa kita tidak perlu iri pada pencapaian atau kesuksesan orang lain..?
Inilah penjelasan logisnya....

Waktu New York 3 jam lebih cepat dari California tapi bukan berarti waktu di California lambat, atau waktu di New York lebih cepat. Kedua2nya berjalan sesuai dengan waktunya masing-masing. Ada orang yang sudah jadi CEO/Direktur diumur 25 dan kemudian meninggal diumur 50, sementara yang lain baru jdi CEO diumur 50 dan hidup sampai umur 90 (Kolonel Sanders KFC dan Thomas Watson IBM). Jadi ternyata setiap orang punya jalannya masing-masing berdasarkan Time zone nya.

Mercy's Way, Jalan Kerahiman Ilahi


In Memoriam: "24 Jam untuk Tuhan."
Prolog
Apa yang diminta secara khusus oleh Paus Fransiskus dalam rangka masa prapaskah Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi?
Beliau minta supaya diadakan 24 Jam bagi Tuhan. Pada kesempatan itu, umat wajib diberi kesempatan untuk menerima sakramen rekonsiliasi, berdoa secara intensif, dan merevisi hidup rohaninya sendiri. Lewat sakramen rekonsiliasi, manusia dapat menyentuh langsung Allah yang Maharahim serta memperoleh kedamaian hati.
(RJK, Buku “SKI” – “Sekolah Kerahiman Ilahi”).

The Return of The Prodigal Son



Mi 7:14-15.18-20;Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12; Luk 15:1-3.11-32
“Misericordes sicut Pater- Murah hati seperti Bapa.”
Inilah tema besar Gereja Semesta yang dicanangkan Paus dalam Tahun Kerahiman yang lalu (8 Des 2015 – 20 Nov 2016).
Mengacu pada buku "The Return of The Prodigal Son" (Henri Nouwen) tentang lukisan Rembrandt dan “lukisan” Lukas (15:11-32) yang saya kupas dalam salah satu buku saya, "XXI - Interupsi" (RJK, Kanisius), adapun kisah “Kembalinya Anak yang Hilang" sarat dengan nilai nilai kerahiman ilahi mempunyai 3 lakon pokok, al:

Minggu, 26 Februari 2017


Yes. 49:14-15
Mzm. 62:2-3.6-7.8-9ab R:6a
1Kor. 4:1-5
Mat. 6:24-34
"Carpe Diem - Seize the Day - Reguklah hari ini!"
Kutipan dari karya Horatius Carminum dan yang merupakan salah satu judul buku saya terbitan Kanisius ini dimaksudkan agar setiap orang setia untuk menjalani hidup dari hari ke hari. Dalam kacamata yang lebih positif: “Tuhan ajarilah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Maz 90:12). Atau dalam kata-kata Yesus hari ini: “Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Mat 6:34)."
Inilah sebuah ajakan positif untuk selalu mensyukuri indahnya hari ini ("hic et nunc - here and now") supaya tidak selalu terhanyut-larut oleh kekecewaan masa lalu dan selalu terlipat-lekat oleh kekuatiran masa depan.
Adapun dalam khotbah di bukit, Yesus mengajak kita untuk menjadi orang beriman yang selalu bersyukur dan ber-optimis setiap harinya, yang terindikasi dalam dua sikap dasar khas Bunda Teresa: "Berikanlah hatimu untuk mencintai dan ulurkanlah tanganmu untuk melayani."
Tercandra, trilogi pesan ilahi supaya kita semakin bisa ber-"carpe diem" sembari belajar mempunyai hati yang tergerak untuk mencintai dan mempunyai tangan yang bergerak untuk melayani, antara lain:
1.Holy: Suci.
Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Ia mengajak kita untuk BERIMAN karena bukankah ini modal pertama seorang yang hidupnya suci, yang hidupnya bersama Tuhan dan selalu mengandalkan Tuhan? Bukankah kesucian karena dekat dengan Tuhan akan mudah menghilangkan segala ketakutan, karena yakin bahwa semuanya telah disediakan olehNya.
Sebuah analogi sederhana:
Kata “takut” memiliki 5 huruf, di tengah-tengah huruf itu ada huruf “K”, yang bisa berarti “Kristus.” Jadi, mengapa kita takut jika kita yakin dan mengimani ada “K”, yaitu “Kristus” di tengah-tengah pergulat-geliatan hidup kita?
2.Happy: Bahagia
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu (Mat 6:25).”
Ia menghendaki kita untuk BERSYUKUR dan hidup dengan bahagia, bebas dari rasa takut dan kekuatiran yang berlebihan. Bukankah ketakutan yang berlebihan membuat hidup kita menjadi berat?
Lihatlah kata “berat”, ketika diberikan satu huruf “K” di tengahnya, maka yang berat menjadi berkat bukan? Bisa jadi “K” nya adalah Kristus, sang sumber Kasih itu sendiri, yang menghendaki kita hidup dengan bahagia sebagai anak-anak Allah karena meyakini bahwa ada banyak keindahan dalam hidup yang dihadirkan untuk kita. Bisa jadi "K" nya adalah juga "keluarga" yang bisa nampak lewat perjumpaan dengan kerabat (orangtua, anak, kakak adik) dan sahabat yang kadang lupa sejenak kita syukuri.
3.Healthy: Sehat
“Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Mat 6: 26).
Ia mengajak kita untuk BERSADAR DIRI bahwa Tuhan adalah Tuhan yang turun tangan, yang terlibat dan tidak pernah meninggalkan umatNya. Rasa takut sendiri adalah hal yang manusiawi tapi kalau sudah kelewatan, pasti tidak sehat bukan? Karena itu, rasa takut perlu segera di-otopsi karena jelas merusak kesehatan jiwa dan raga kita sebagai citra Allah.
Lihatlah analogi lain dari kat "takut", bukankah diawali dan diakhiri dengan huruf "t" yang bisa berarti Tuhan, yang di saat Natal datang sebagai "Immanuel" (Ibr: Tuhan beserta kita) dan di saat Paskah datang sebagai "Alpha et Omega" (Yun: Awal dan Akhir). Atau lihatlah kata "takut", ketika "t" di awal dan di akhir kita buang maka yang tertinggal adalah kata "aku", bukankah takut itu juga kebanyakan terjadi karena diri kita sendiri yang terlalu sibuk terpusat pada diri sendiri sehingga "membuang" Tuhan di rutinitas hidup harian kita?
Disinilah kita diajak untuk selalu bersadar diri lewat hidup "dokar", doa dan karya harian kita, bahwa Tuhan selalu memelihara, menjamin dan mencukupi kebutuhan kita. Deus providebit-Tuhan-lah yang menyelenggarakannya.
Di lain segi, kita juga diajak untuk hidup optimal, penuh dengan semangat dan sahabat untuk selalu menciptakan "surga di bumi" dengan total, utuh-penuh dan menyeluruh, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh roh Kudus" (Rm 14:17), bukan?
Kita diajak untuk hidup dan bekerja bukan dalam suasana kuatir/getir, takut/kecut, resah/gelisah, bimbang/gamang, bingung/linglung tapi dalam suasana hati yang penuh cinta-cita cita dan sukacita karena yakin bahwa Allah selalu beserta kita (Mat 28:20).
Disinilah, Tuhan mengajak kita untuk bersyukur setiap harinya. Jangan selalu melihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar hidup kita dengan penuh syukur karena Tuhan selalu ada bersama kita lewat sesama dan semesta.
"Vaya con Dios – Pergilah bersama Tuhan."
Mari mengayuh dan melaju bersama Tuhan dengan penuh syukur dalam doa-ucapan dan karya nyata karena kita sungguh kaya dan berharga di mataNya.
"Makan bakut di Pasar Senthir -Janganlah mudah takut dan kuatir."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
Adjutorium nostrum in nomine Domini, qui fecit caelum et terram - Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi."
Itulah kalimat yang kerap saya ucapkan dalam hati sebelum mempersembahkan misa. Itulah juga yang menyadarkan saya bahwa saya dan mungkin juga banyak orang terlalu sibuk menambah masalah-masalah baru sehingga kita lupa menghitung berkat- berkat yang kita peroleh, padahal satu-satunya persiapan terbaik untuk hari esok adalah menggunakan hari ini sebaik-baiknya, karena hari ini, niscaya endapan hari kemarin sekaligus proyeksi esok hari, bukan?
Pastinya,
Janganlah melihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitar hidup kita dengan penuh syukur dan kesadaran.
Jika kita terlalu sibuk melihat masa lalu atau bahkan cemas terhadap kehidupan masa mendatang, kita tidak akan mudah untuk melihat Tuhan.
Jangan biarkan hidup kita terpuruk di masa lampau atau dalam mimpi di masa depan karena satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup untuk seluruh waktu hidupmu.
Tak ada orang yang akan tenggelam oleh beban satu hari. Tapi bila beban esok ditambah ke beban hari ini, tak ada orang yang sanggup menanggungnya, bukan?
"Orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama Rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya,
mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."
2.
Sed fugit interea,
fugit inreparabile tempus
Sementara waktu yang tak tergantikan lekas berlalu (Vergilius, Georgicon III:284).
Suatu ketika, Dalai Lama ditanya, “apa yang paling membingungkan di dunia ini?”
Dia menjawab, ”Manusia! Yah, karena ketika muda, manusia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang. Lalu ketika tua mengorbankan uangnya demi kesehatan, dan sangat kuatir akan masa depannya, sampai tidak sempat menikmati masa kini.”
De facto, kadang orang kurang mensyukuri hari ini (hic) dan disini (nunc) bukan? Wajarlah, orang Romawi kerap mengatakan, “Diem perdidi” - Saya telah kehilangan satu hari! Kalimat ini diucapkan oleh Kaisar Titus, kala ia menyadari bahwa satu hari terlewatkan tanpa kesempatan untuk melakukan hal-hal yang baik/berguna.
Disinilah, baik kita mengingat slogan orang Romawi, “Carpe Diem”, yang dalam bahasa Inggris kerap diartikan, “Seize the Day”, secara lugas berarti, “Reguklah Hari Ini”. Kalimat lengkapnya adalah, “Carpe diem, quam minimum credula postero”, yang berarti, "reguklah hari ini, dan percayalah sesedikit mungkin akan hari esok."
Kutipan filosofi dari karya Horatius Carminum ini dimaksudkan agar setiap orang belajar memaknai hidup dengan arif, duc in altum - bertolak lebih dalam, untuk “hidup lebih hidup” dari hari ke hari:
yesterday/kemarin = past/yang lampau tomorrow/besok = future/yang akan datang today/hari ini = present/sekarang/gift/hadiah
Jangan tanggung jangan kepalang,
Bercipta mencipta,
Bekerja memuja,
Berangan mengawan,
Here and now...



Doa Malam

Tuhan Yesus Kristus, yang hadir disini,
aku bersyukur kepadaMu atas kemuliaan kebangkitanMu;
aku bersyukur kepadaMu karena Engkau telah memanggilku
aku bersyukur karena Engkau memuji Bapa
secara sempurna
di dalam diriku.

Sabtu, 25 Februari 2017

Sabtu, 25 Februari 2017
Hari biasa VII
Sir. 17:1-15; Mzm. 103:13-14,15-16,17-18a; Mrk. 10:13-16.
"O res mirabilis - Oh sungguh mengagumkan!"


Inilah salah satu penggalan lagu "Panis Angelicus" yang kerap dilantunkan ketika komuni. Yesus sendiri memang sungguh mengagumkan karena Ia selalu menjadi berkat dan berbagi berkat bagi semua, bahkan bagi yg kecil/dikecilkan oleh dunia.
Mengacu pada bacaan injil hari ini, para murid Yesus yang kekanak-kanakan ("childish") memarahi orang yang membawa banyak anak kecil ("children") kepada Yesus, tapi sebaliknya Yesus justru memarahi para muridNya dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepadaKu! Jangan menghalang-halangi mereka karena orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."
Jelas bahwa Yesus mencintai anak kecil tapi membenci sikap kekanak-kanakan. Adapun 3 sikap baik yang bisa kita buat supaya kita juga bisa belajar menjadi orang beriman yang mengagumkan di mataNya, antara lain :
1."Membawa sesama kepada Yesus":
Seperti orang banyak, kita diajak untuk rela dan membawa banyak "anak kecil", yang miskin/tersingkir dan disingkirkan kepada Yesus walaupun banyak hambatan dan tantangan, ditolak dan dihambat. Hal baik ini bisa dimulai dari keluarga dengan membawa anak-anak kita lebih dekat dengan Tuhan secara personal dalam hidup doa maupun secara sosial dalam hidup menggereja.
2."Membuka diri kepada Yesus":
Kita diajak untuk menanggalkan sikap kekanak-kanakan ("childish") yang tertutup suka menghambat orang lain, tapi mengenakan hidup sebagai anak-anak ("children") yang terbuka dan suka mengembangkan orang lain di hadapanNya. Dengan kata lain: Yesus menghendaki kita semua juga menjadi gereja yang terbuka, yang tulus hati merangkul dan mengembangkan semua orang terlebih yang kecil dan tidak banyak tersapa, karena lewat sesama-yang kecil inilah, wajah Tuhan juga kerap hadir secara nyata.
3."Meminta berkat dr Yesus":
Kita diajak untuk selalu datang dan setia memohon berkatNya dalam segala pergulatan doa dan hidup karya harian kita, karena kita sadar sebagai anak-anak yang kecil dan lemah, yang pasti membutuhkan penyertaanNya.
"Kalkulus itu ilmu angka - Jadilah orang yang tulus dan berhati terbuka."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Servite in caritate - Layanilah dalam cinta kasih”
Inilah ajakan Yesus supaya kita bisa menjadi pribadi beriman yang terbesar dan terdahulu: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Mrk 9:35).
Inilah jalan iman yang ditawarkan Yesus kepada kita hari ini, yakni belajar melayani dengan menjadi seperti anak-anak (children) dan bukan bersikap kekanak-kanakan (childish): Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku" (Mrk 9,36-37)
Adapun tiga indikasi dasar dari sikap anak-anak supaya kita bisa menjadi orang beriman yang terbesar dan terdahulu, yakni ‘TTS”, antara lain:
1. Tulus - dalam mengasihi:
Di tengah dunia yang penuh akal bulus, ketika banyak orang berpola “citius altius fortius – lebih cepat lebih tinggi lebih kuat”, Tuhan malahan mengajak kita mempunyai cinta kasih yang tulus seperti anak-anak kecil, yang mengedepankan kemurnian hati tanpa banyak intrik, taktik dan aneka konflik. Ia mengharapkan cinta kasih kita adalah cinta kasih yang polos, murni dan tanpa banyak kepentingan terselubung.
2. Terbuka - dalam melayani:
"Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka". Yesus meminta para murid untuk menyambut-Nya seperti Ia menyambut seorang anak kecil, yakni dengan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Kalau Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah, itu artinya Ia menjadikan anak itu sebagai pusat perhatian.
Ya, Yesus juga kerap tergambarkan sedang memeluk anak kecil. Tindakan memeluk ini diawali dengan membuka dan merentangkan tangan untuk menyambut orang yang ingin dipeluk. Tangan yang terbuka dan terentang ini sesungguhnya mengungkapkan hati yang terbuka dalam melayani.
Hal ini berarti bahwa kita juga diharapkan membuka hati dengan penuh kasih dan sukacita untuk melayani semua sesama kita, terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel.
Dalam diri merekalah, Kristus hadir secara nyata untuk kita peluk, kita kasihi, dan pastinya untuk kita layani.
3. Sederhana - dalam mengimani:
"Simple is beautiful - Sederhana itu indah!” Inilah sikap seorang anak kecil pada umumnya. Mereka tidak mempunyai banyak pertanyaan, mudah menerima dan percaya. Bukankah Yesus sendiri datang dan terbaring sebagai anak kecil yang lemah di tempat yang sederhana? Kita bisa melihat dan mengingat Yesus kecil dengan tangan lemah terulur dan terbuka lebar. Ia memohon bantuan orang lain: Aku membutuhkan engkau. Tatapan mata bening dan uluran tangan lembutnya seolah menyapa siapa saja yang memandangnya. Begitu sederhana, bukan?
Pepatah Jawa yang berkata, “Aja Adigang, Adigung, Adiguna - Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti" kiranya tepat untuk membuat kita semakin mau sederhana dan rendah hati di hadapan Tuhan.
“Ada Wayan di kampung Bali - Jadilah pelayan bagi Sang Ilahi.”
B.
“Deus lucet omnibus - Tuhan menyinari semua orang.”
Inilah sebuah tanda bahwa Tuhan sungguh mencintai semua umatnya, terlebih yang kecil dan sederhana, yang tampak jelas lewat kehadiran anak-anak kecil yang berpola “TTS - Tulus Terbuka dan Sederhana.” Anak (“children”) sendiri tentulah berbeda dengan sikap yang kekanak-kanakan (“childish”).
Dalam salah satu buku saya,“XXX-Family Way” (RJK, Kanisius), anak yang tidak kekanak-kanakan bisa berarti “anugerah ter-enak”. Mengapa anugerah ter-enak? Saya mengamati kerap anak menjadi jembatan iman buat orangtuanya untuk mau dibaptis dan tertarik memeluk agama Katolik, membuat orangtuanya memutuskan untuk tidak jadi bercerai dan mementingkan ego-nya sendiri, membuat orangtuanya lebih mawas diri dan bersabar ketika ada konflik dengan pasangan atau dengan tempat kerjanya. Jelaslah, anak-anak sungguh-sungguh hadir sebagai anugerah terenak dalam sebuah keluarga: Ia menjadi pembawa damai, pembawa semangat hidup dan pertobatan, sekaligus menjadi seperti pelumas dan pelemas konflik, yang kadang terjadi dalam sebuah keluarga.
Dkl: anak jelas-jelas adalah dari surga. Ia merupakan kombinasi baru dari dua kehidupan, seyogyanya (as it should be) kombinasi yang menghasilkan ‘produk’ yang lebih baik. Dalam diri seorang anak, hidup dan tumbuh karakter ayah dan ibunya sekaligus. Anak adalah kombinasi terbaik dari sifat-sifat (gen) terbaik ayah dan ibunya. Anak juga adalah penghuni masa depan. Sebab itu amat penting melakukan perlindungan anak tanpa harus menciptakan belenggu, aturan, dan ikatan-ikatan yang mengganggu kesuburan kreativitasnya: “Anakmu adalah putra-putri Sang Hidup, lewat engkau mereka lahir tapi tidak dari engkau.”
Adapun tiga sikap dasar seorang anak yang bisa kita ingat dan buat dalam hidup sehari-hari, yakni:
1. Keterbukaan:
Dulu, Kaisar Barbarosa (Kaisar Jerman: Friedrich, si janggut merah, 1152-1190) pernah bermaklumat agar setelah lahir, para bayi langsung dirawat oleh para perawat. Instruksi mutlaknya: Bayi-bayi itu harus “diasingkan” agar jangan sampai mendengar suara atau bahasa manusia. Kaisar berharap agar para bayi berbincang dengan bahasa ilahi, bahasa yang seasli-aslinya: “yang asli lengket di hati,” mungkin begitu gumamnya dulu. Perkiraan kaisar, bahasa yang akan muncul dari para bayi itu datang langsung dari ilham Tuhan sendiri.
Survey membuktikan:…..”gatot” alias gagal total! Bayi-bayi itu malahan berbicara tak keruan, bahkan ada yang sakit. Jelaslah bahwa setiap anak itu polos, terbuka dan tidak punya banyak kepentingan yang tersembunyi (hidden agenda). Hatinya tulus dan tuturnya halus. Bahkan, kalau sudah merasa kenal dan nyaman, ia senang memeluk dan dipeluk: Tangan dan hatinya mudah terbuka bagi tangan dan hati yang lain.
Tapi sebaliknya, akibat ketertutupan banyak orang dewasa yang kekanak-kanakan, banyak anak yang terbuka dan yang polos serta tulus ini menjadi terlantar, miskin, cacat, rapuh, sakit, dan tak jelas asalnya. Seperti tulisan harian Anne Frank, seorang anak gadis Yahudi, korban holocaust Nazi diantara 1.500.000 anak lainnya: “Suatu hari, perang gila ini kan usai, waktunya akan tiba bagi kami tuk menjadi manusia kembali.” Karena ketertutupan hati inilah, banyak anak-anak di sekitar kita yang ada dalam ketidakpastian dan penantian. Mereka terpisah dari afeksi pun harta benda. Terpinggir oleh ganasnya arus modern. Terceraikan dari kerabat dan sahabat. Tersingkirkan dari orangtua. Mereka saling merindukan, saling ingin menghadirkan dan menghibur.
2. Kepasrahan:
Banyak anak yang “berpasrah” karena memang membutuhkan kehadiran orangtuanya yang diyakini sangat mengasihinya. Selain memang karena mereka belum matang secara fisik dan psikis, lebih daripada itu mereka adalah orang yang mudah percaya dan berserah kepada banyak orang karena sikapnya yang jujur dan apa adanya. Disinilah, mereka mengajak kita juga belajar memiliki kepasrahan sekaligus keyakinan total kepada Tuhan yang sangat mengasihi kita. Masalahnya,kita kadang malahan memiliki banyak keterikatan dan kelekatan pada hal-hal yang duniawi sehingga enggan untuk bisa benar-benar berpasrah. Kita mudah curiga dan berpikir buruk tentang orang lain, bahkan kadang kita meragukan belas kasihan dan cinta Tuhan., padahal amat dicintai seseorang itu bisa memberi kita kekuatan dan amat mencintai seseorang memberi kita keberanian, dan bisa jadi seseorang itu adalah Tuhan kita sendiri bukan?
3. Kekudusan:
Saya sendiri meyakini bahwa wajah dan hati anak adalah wajah dan hati tanpa dosa. Setiap anak lahir dalam keadaan suci (fitrah), maka wajarlah Yesus juga berujar hari ini: “Biarlah anak-anak datang padaKu. Barangsiapa tidak bisa menjadi seperti anak-anak, tidak bisa masuk ke dalam Kerajaan surga.” Yah, mereka adalah anak yang diperkenankan bertingkah polah nakal tanpa harus dihukum: Mulutnya bersih dan manis, kadang ceriwis. Bening dan klasik garis wajah manjanya. Matanya cerdas seperti burung gelatik zaman Adam Hawa. Segar canda tawanya, pecicilan dan lincah penuh improve. Inilah gambaran tentang anak kecil yang kudus, yang belum banyak tercemar. Ya, bukankah banyak orang yang senang melihat anak-anak kecil karena matanya yang jernih dan kata-katanya yang lembut? Wajarlah jika ada orangtua yang mengatakan kepada anak-anaknya: "You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey...."
“Mari berenang di dekat sawah – Kita senang jadi anak-anaknya Allah.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!

Jumat, 24 Februari 2017

Sir 6:5-17; Mrk 10:1-12

“Consortium totius vitae - Kebersamaan seluruh hidup.”

Inilah salah satu tujuan dan kekhasan pernikahan Katolik yang juga diangkat Yesus pada bacaan injil hari ini.

Pernikahan (couple, wedding) sendiri adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan variasi antar bangsa, suku satu dan yang lain pada satu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial.

Kamis 23 Februari 2017

Hari Biasa VII
Yak. 5:1-6; Mzm. 49:14-15ab,15cd-16,17-18,19-20; Mrk. 9:41-50.

“Consuetudinis vis magna est - Pengaruh sebuah kebiasaan sungguh luar biasa.”
Hari ini, Yesus mengajak kita terbiasa menjadi berkat dengan cintakasih yang nyata pada semua sesama demi kebaikan bersama.

Adapun tiga kebiasaan baik yang dianjurkan Yesus supaya kita bisa menjadi berkat yang luar biasa dan menghadirkan Kerajaan Allah secara real, aktual dan operasional, antara lain:

Rabu, 22 Februari 2017

Pesta Tahta St. Petrus
1Ptr. 5:1-4; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat. 16:13-19.
"Pastor bonus - Gembala Baik!"
Inilah salah satu keutamaan dasar yang dikenangkan ketika Gereja merayakan pesta tahta suci kepausan/Santo Petrus.

Petrus yang adalah paus pertama kita, "pastor bonus" dan yang identik dengan pemegang "kunci surga" ("Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi") memberikan 3 semangat dasar supaya kita semua juga bisa mempunyai "kunci", "kuasa untuk menampakkan cinta ilahi", antara lain:

Selasa, 21 Februari 2017

Hari Biasa VI
Sir. 2:1-11; Mzm. 37:3-4,18-19,27-28,39-40; Mrk. 9:30-37
 
 “Servite in caritate - Layanilah dalam cinta kasih”
Inilah ajakan Yesus supaya kita bisa menjadi pribadi beriman yang terbesar dan terdahulu: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (Mrk 9:35).

Inilah jalan iman yang ditawarkan Yesus kepada kita hari ini, yakni belajar melayani dengan menjadi seperti anak-anak (children) dan bukan bersikap kekanak-kanakan (childish): Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku" (Mrk 9,36-37)

Senin, 20 Februari 2017

Sirakh 1:1-10;Markus 9:14-29
 “Anima Christi - Jiwa Kristus.”
Inilah salah satu doa yang diciptakan St Ignatius Loyola dan kadang kita doakan setelah penerimaan komuni.
Seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius), doa yang membuat kita menghadirkan jiwa Kristus bisa berarti “Dikuatkan Oleh Allah,” karena bukankah pada kenyataannya, kita kerap merasa lemah: lemah iman, lemah semangat, lemah harapan dan lain sebagainya?

Beatifikasi Justus Takayama Ukon - "SAMURAI KRISTUS".


Sebuah "sangkar besi", tidak bisa mengubah Rajawali menjadi seekor Nuri. 
Rajawali adalah pacar langit, dan di dalam sangkar besi, Rajawali merasa pasti bahwa langit akan selalu menanti. -

Pada tanggal 7 Februari yang lalu, beatifikasi Justus Takayama Ukon, Martir Kristus dari Jepang, telah menjadi kenyataan.

Di Osaka, Misa Kudus Beatifikasi dipimpin oleh Kard. Angelo Amato, Prefek dari Kongregasi Penyebab Orang Kudus, yang mengatakan bahwa "Beato Justus Takayama Ukon adalah saksi dari iman Kristen yang luar biasa pada masa-masa yang sulit, penuh pertentangan dan penganiayaan".

Beato Justus adalah satu-satunya penerima Kehormatan Altar secara tunggal di dalam sejarah agama Katolik Jepang. Memang dari Jepang ada 42 Santo dan 393 Beato, semuanya adalah Martir dalam periode Edo (1603-1867) dan semuanya diperingati oleh Gereja secara berkelompok (bukan secara tunggal).

δικαιοσυνη - Diakosune - Kebenaran

Yeh 18:21-28; Mzm 130:1-2.3-4ab.4c-6.7-8; Mat 5:20-26
"δικαιοσυνη - Diakosune - Kebenaran."



Inilah kata Yunani yang mengartikan istilah 'hidup keagamaan' dimana orang kristiani diajak hidup sebagai "orang benar."
Yesus mengharapkan bahwa "hidup keagamaan" (kebenaran) kita haruslah lebih benar daripada "hidup keagamaan" ahli-ahli Taurat dan orang Farisi yang kerap melupakan inti hukum Taurat.
Kebenaran ala orang Farisi dan ahli Taurat hanya bersifat lahiriah dengan mentaati banyak aturan tapi tidak punya kasih yang berpola salib (vertikal kepada Tuhan dan hortisontal pada sesama).

Minggu, 19 Februari 2017

Hari Minggu Biasa 7 A
Im 19:1-2.17-18; 1 Kor 3:16-23; Mat 5:38-48

"Via Sanctitas - Jalan Kekudusan."
Inilah pesan yang ditampilkan secara khusus pada bacaan hari ini. Pada dasarnya kita adalah kudus sebab kita diciptakan dalam keadaan yang amat baik (Kej 1:31) dan karena Tuhan Allah kita adalah kudus (Im 19:2) dan Yang Kudus itu berkenan tinggal di dalam kita (2 Kor 3:16).

Sabtu, 18 Februari 2017

Pekan Biasa VI
Ibr. 11:1-7; Mzm. 145:2-3,4-5,10-11; Mrk. 9:2-13.


“Fides in transfiguration - Iman dalam perubahan.”
Bacaan Injil pada misa hari ini menekankan dimensi perubahan: “Yesus menjadi Kristus”.
Bukankah iman dan pertobatan terkait-paut dengan tindakan dan perubahan: Yang pemarah menjadi penyabar - yang sombong menjadi rendah hati - yang malas menjadi rajin - yang penakut menjadi pemberani dll.

Spes, fides et caritas - Harapan iman dan kasih

Mat 7:7-12
Spes, fides et caritas - Harapan iman dan kasih.”
Itulah trilogi sikap Yesus pada hari ini yang juga menjadi dasar program pencerahan “H-I-K”, yang juga saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius).

Pastinya, setiap kali saya mengingat trilogi ini, saya juga teringat “warung angkringan” di Solo, yakni warung “HIK -Hidangan Istimewa Kampung” yang bagi saya memiliki 3 menu dasar, yaitu “Harapan-Iman-Kasih.”

"TANDA" :Tempat Aku Nampakkan Damai Allah

"Tempus mutatur et nos mutamur in illud - 
Waktu berputar dan kita diubah olehnya.”
Inilah tanda tanda jaman yang kita amini setiap harinya.

Di lain matra, sepakat dengan Ernst Cassier, kita juga adalah “penanda”, semacam “animale symbolicum”: hanya dengan menggunakan tanda tanda, kita dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi.

Yesus sendiri datang sebagai "TANDA" yang bisa berarti "Tempat Aku Nampakkan Damai Allah" (Bdk: Buku "TANDA", RJK, Kanisius).

Jumat, 17 Februari 2017

Hari Biasa VI
Kej. 11:1-9; Mzm. 33:10-11,12-13,14-15; Mrk. 8:34-9:1.

"Audaces fortuna iuvat - Nasib baik menolong mereka yang berani."
Inilah kutipan dari karya Vergilius yang juga menjadi salah satu semboyan para prajurit Amerika dan Inggris Raya.

Kamis, 16 Februari 2017

Pekan Biasa VI
Kej. 9:1-13; Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23; Mrk. 8:27-33.

"Vade retro satana - Enyahlah engkau iblis!"
Inilah hardikan Yesus kepada Petrus: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mrk 8,33)
Dalam diri Petrus ada dua kekuatan atau kuasa yang bekerja sekaligus, yakni kuasa Allah dan iblis.

Rabu, 15 Februari 2017

Markus 8:22-26




"Laetitia - Sukacita."
Inilah nama salah satu suster rubiah Claris di Singkawang sekaligus juga adalah nama sebuah komunitas orang buta/tuna netra di wilayah Keuskupan Agung Jakarta.
Adapun hari ini, Yesus juga mengajak kita ber-"laetitia" karena Ia berkenan menyembuhkan orang yang buta di Betsaida.

Selasa, 14 Februari 2017

Ul 30:15-20; Luk 9:22-25

“Via caritas - Jalan cintakasih.”
Itulah slh satu semangat iman hari ini yg jatuh persis bertepatan dg hari Kasih Sayang/Valentine’s Day. Kalau hari ini, Musa memberikan “via caritas” dg "3M", MengasihiNya-Mendengarkan suaraNya+Mempautkan hati pdNya, maka Yesus jg memberikan “via caritas” dg metode “3 M” yg lbh militan seperti yg sy tulis dlm buku "TANDA" (Kanisius), al:

Senin, 13 Februari 2017

Yes 58:9b-14; Mzm 86:1-2.3-4.5-6; Luk 5:27-32
“Via fides et spes - Jalan iman dan harapan”

Itulah dua hal yang diberikan Yesus pada Lewi. Lewi sendiri adalah seorang pemungut pajak (Yun: Publicani) dari masy Yahudi, dimana hasil pajaknya akan diserahkan kepada bangsa Romawi.
Dua pajak yang harus dibayarkan al: pajak kepala (tributum capitis) dan pajak tanah (tributum soli). Selain pajak utama, msh ada pajak pajak untuk barang yang memakai transportasi laut dan darat, al: pakaian-makanan-barang kerajinan dan budak.
Adapun pemungut cukai di-cap buruk karena: pajak memberatkan masyarakat; pajak itu diberikan untuk bangsa Romawi yang dianggap musuh rakyat; cara yang digunakan kerap tidak adil.

Minggu, 12 Februari 2017.

Hari Minggu Biasa 6 A
Sir 15:15-20; Mzm 1-2.4-5.17-18.33-34;1 Kor 2:6-10; Mat 5:17-37

"Bene agere et laetari - Berbuat baiklah dan bergembiralah!"
Inilah sebuah ungkapan dasar dari filsuf bernama Baruch Spinoza supaya kita selalu menjadi "hukum" yang hidup, yang “Hadir Untuk Keselamatan Umat Manusia”.
Dalam injil hari ini, Yesus-pun mengajak kita untuk selalu menjadi "hukum" yang hidup, dengan senantiasa berbuat baik dan bergembira. Ia menyatakan bahwa kedatanganNya bukan untuk meniadakan Hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya lewat segala hal yang baik dan membahagiakan banyak orang.

Sabtu, 11 Februari 2017

Hari Orang Sakit Sedunia
Kej. 3:9-24; Mzm. 90:2,3-4, 5-6,12-13; Mrk. 8:1-10.

“Amor vincit omnia - Cinta mengalahkan semuanya."
Inilah salah satu pesan khas pada hari ini, yang adalah juga Hari Penampakan Bunda Maria di Lourdes dimana Gereja memperingatinya sekaligus sebagai “HOS” – “Hari Orang Sakit”.

Sebenarnya, inilah juga yang diwartakan Gereja karena cinta Yesus membuatNya mudah tergerak oleh belas kasihan melihat keperluan dan penderitaan kita (Mrk 1:41). Ya, hatiNya yang "rahim", yang penuh belas kasih mampu menjadikan sesuatu yang sedikit menjadi banyak, bahkan berlipat ganda dan tidak hanya cukup tetapi sisa. Itulah yang terjadi dalam kisah penggandaan 7 roti ini.

Jumat, 10 Februari 2017

Pw. St. Skolastika
Kej. 3:1-8; Mzm. 32:1-2,5,6,7; Mrk 7:31-37

"Efata – Terbukalah!”
Kalau kita membaca Injil dan mengikuti jejak langkah Yesus, kita akan menemukan bahwa di mana pun berada, Ia pasti menjadikan segala-galanya baik.

Dalam Injil ini dikisahkan tentang pemyembuhan orang yang bisu dan tuli sehingga ia bisa mendengar dan berkata-kata dengan baik. Ya, sepulangnya dari daerah Tirus dan Sidon (Mr 7:24; Mat 11:21), Yesus tidak kembali ke Galilea. Dia malah menyusuri pantai timur Danau Galilea yang membawaNya ke Dekapolis. Disana, Yesus menyembuhkan orang tuli yang “gagap” (7:31-37).

Kamis, 09 Februari 2017

Hari Biasa V
Kej. 2:18-25; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Mrk. 7:24-30


“Salva nos omnes - Selamatkanlah kami semua!”
Inilah harapan kita kepada Yesus yang kehadiranNya selalu terasa dan tidak dapat dirahasiakan. Ada “Jesus’s effect”, sehingga orang banyak selalu mengerumuni dan ingin mendengar perkataan hikmat, menerima pengampunan dan belas kasihanNya.

Rabu, 08 Februari 2017

Kej. 2:4b-9,15-17; Mzm. 104:1-2a,27-28,29bc; Mrk. 7:14-23.
"Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Mrk 7,23).

"Fons vitae - Dasar hidup"
Tuhan yang adalah dasar hidup itu membentuk kita dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung kita.

Tanah (Ibr: "adamah") sendiri adalah simbol kerapuhan kita sebagai makhluk ciptaan.
Allah menciptakan kita bukan dari sesuatu bahan yang luar biasa melainkan dari debu tanah yang biasa. Dari sesuatu yang tidak berharga itu, kita menerima nafas kehidupan dari Allah yang sangat berharga.

Selasa, 07 Februari 2017

Pekan Biasa IV
Kej. 1:20-2:4a; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Mrk. 7:1-13

“Bonum et malum – Kebaikan dan kejahatan”.
Hati yang tulus melahirkan kebaikan, tapi hati yang penuh akal bulus melahirkan kejahatan. Bukankah dunia kita marak oleh ”kejahatan” ketika hukum semarak dipermainkan dan ketulusan berarak dipinggirkan?

Senin, 06 Februari 2017

Pw. St. Paulus Miki
Kej. 1:1-19; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,35c; Mrk. 6:53-56


"Gratias agimus tibi - Kami bersyukur kepadaMu."
Penginjil Markus memberikan pandangan sekilas mengenai suasana syukur yang pasti sudah muncul apabila Yesus tiba di suatu daerah. Orang banyak selalu datang mendekat dan bergegas membawa orang yang sakit dan memohon kepadaNya.

Minggu, 05 Februari 2017

Hari Minggu Biasa V
Yes. 58:7-10; 1Kor. 2:1-5; Mat. 5:13-16

“Lumen gentium - Terang para bangsa!”
Inilah salah satu dokumen terpenting Konsili Vatikan II yang menegaskan identitas Yesus sekaligus panggilan kita: "Kamu adalah garam dan terang dunia."

Tuhan mengajak kita untuk tidak tawar dan pudar, untuk tidak membiarkan diri luntur dan kabur sehingga “nyaris tak terdengar” tapi untuk berani bersaksi di tengah ruwet renteng dan carut marut dunia: memberi rasa tanpa sok kuasa, mencerahkan tanpa menyilaukan. Pastinya, garam ada untuk mengurangi rasa hambar: "Hendaklah kata-katamu penuh kasih, jangan hambar" (Kol 4:5-6). Dan, terang hadir untuk menyingkirkan gelap, membuat yg buta jd melek, yg tuli jd mendengar, dan yang bisu jadi berkata kata.

Sabtu, 04 Februari 2017

Ibr 13:15-17.20-21; Mrk 6:30-34




“In nomine Dei feliciter – Dalam nama Tuhan semoga berbuah”.
Itulah salah satu harapan yang ditampakkan Yesus yang juga saya tulis dama buku “Mimbar Altar” (RJK, Kanisius).
Harapan yang penuh semangat iman dan kasih inilah yang menjadi dasar dari karya dan warta Yesus bersama para muridNya sehingga mereka selalu membawa semua warta dan karyanya dalam nama Tuhan.

Jumat, 03 Pebruari 2017

Pekan Biasa IV
Ibr 13:1-8;Mzm 27:1,3,5,8b-9abc;Mrk 6:14-29


“Virtus stat in medio - Keutamaan itu berada di tengah”.

Itulah salah satu filosofi introspeksi yang saya tulis dalam buku “BBM” (RJK, Kanisius): Ia tidak condong ke kiri/kanan karena ia tidak berlebihan, contohnya, keberanian adalah keutamaan: Ia ada di antara kepengecutan dan kenekatan.

Kamis, 02 Februari 2017

Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah
Mal. 3:1-4 atau Ibr. 2:14-18; Mzm. 24:7,8,9,10; Luk. 2:22-40 (Luk. 2:22-32).


"Jubilate Deo - Pujilah Tuhan."
Inilah ajakan iman supaya kita mempersembahkan suka-duka hidup dengan penuh pujian kepadaNya.

Adapun beberapa tokoh yang berperan, antara lain:

1.Yusuf dan Maria:
Mereka mengantar dan menyerahkan Yesus kepada Bapa.Dengan kata lain: kita diajak untuk mau mengantar dan menyerahkan keluarga kita kepada Tuhan. Adapun persembahan sepasang burung tekukur menunjukkan bahwa mereka adalah keluarga sederhana (Im 12:8). Ya, sejak awal, Tuhan memilih untuk hadir di tengah orang sederhana. (Luk 9:58; Mat 8:20; Why 2:9).