Pages

Kamis, 17 Agustus 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 17 Agustus 2017
Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia
Sirakh (10:1-8)
(Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7; R: Gal 5:13)
1 Petrus (2:13-17)
Matius (22:15-21)
“Pro Patria et Ecclesia – Demi bangsa dan tanah air!”
Inilah semboyan latin populer yang kerap saya gemakan dalam misa tirakatan proklamasi. Semboyan ini sejajar dengan aksioma “100% Katolik, 100% Indonesia” dari Mgr. Soegijapranata yang kerap dijuluki: “Bung Karno-nya Gereja Indonesia”.
Momentum proklamasi sendiri hadir sebagai sebuah ‘moment of truth’: tidak melupakan dan sekaligus mencatat pengalaman orang Katolik pada rumah bersama bernama Res-publica Indonesia karena kita memang bukan bagian yang lebih besar (pars major), tetapi kita harus terus berjuang menjadi bagian yang lebih baik (pars sanior).
Berangkat dari hal inilah, ketika saya mempersembahkan misa syukuran Hari Proklamasi NKRI di Gereja St Maria Fatima Sragen, terpasanglah dua bendera, di kiri dan kanan altar, sebuah bendera kebangsaan (patria) berwarna “merah putih” beserta sebuah bendera keberimanan (ecclesia) berwarna “kuning putih”.
Nah, dari dua bendera dasar inilah, kalau di Senayan kita punya “MPR”, maka supaya kita bisa menjadi bagian yang lebih baik (pars sanior), kita semua diajak memiliki “MPK”, antara lain:
1.M: Merah: Keberanian
Kemerdekaan adalah "jembatan emas”. Ia hanyalah "alat/jalan" untuk mencapai tujuan yg lebih luhur, yaitu kemerdekaan manusia-manusia Indonesia. Itu sebabnya kita mesti terus berjuang dengan berani karena:
-MERDEKA itu berarti bergandengan tangan, bergandengan pikir, bergandengan hati, menyatukan visi misi dan mimpi demi satu negeri pertiwi.
-MERDEKA itu berarti melangkah kaki ke depan; satu-dua, kanan-kiri, jgn jalan sendiri (nanti bisa ‘ngos’), lbh baik jalan bersama biar ‘joss’.
-MERDEKA itu berarti melangkah kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri, pandang ke depan, perkecil menengok kebelakang (apalagi jalan di tempat).
-MERDEKA itu berarti melangkahkan kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri (jangann kaki kiri menjegal kaki kanan, nanti kesrimpet dan jatuh sendiri).
-MERDEKA itu berarti melangkahkan kaki ke depan: satu-dua, kanan-kiri, maju terus pantang mundur (bukannya mundur terus pantang maju, bukan?)
Pastinya, bangsa yg merdeka adalah bangsa yang terus berjuang memberi ruang fair flay bagi proses komunikasi yang cerdas dan bebas dari segala bentuk ketidakmerdekaan. Dalam bahasa Soegijapranata: “Banjaklah keuntungan jang kita trima dari masjarakat jang kita duduki, banjak pula djasa jang hrs kita lakukan pada chalajak ramai sekitar kita.”
2.P: Putih: Kesucian
“Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.” Kita diajak memiliki nada dasar c, cinta dalam kasih dan pelayanan yang tulus dan kudus.
Beberapa pesan supaya kita bisa hidup tulus, kudus dan memancarkan kesucian, al:
- “Orang merdeka adalah orang yang hati dan tindakannya tidak dikuasai oleh kebencian dan hawa nafsu” (bac 1).
- ”Orang merdeka adalah orang yang mau menghormati dan mampu mengasihi semua orang atas dasar takut akan Allah ” (bac 2).
- “Orang merdeka adalah orang yang hidupnya seimbang dan mampu menghayati berbagai peran secara bijaksana, baik dalam hubungan dengan Tuhan, dalam masyarakat, dalam keluarga, dll” (bac injil).
Yang pasti, kemerdekaan itu ibarat buah, baik buat pencernaan, tapi cuma lambung sehat yang mampu mencernanya, bukan? “Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.”
3.K: Kuning: Kemuliaan
Sebuah inkonsistensi: suka sholat tapi suka mengumpat, suka ke gereja tp males kerja, suka kebaktian tp suka kebatilan, suka aksi tapi gandrung korupsi. Merdekakah?
Bukankah Gereja berpesan bahwa kita telah dipanggil untuk merdeka, tapi janganlah kita menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa.
Kemerdekaan juga harus menjamin empat hal yakni merdeka bersuara, merdeka dalam beragama, merdeka dari ketakutan dan merdeka dari kesengsaraan.
Dkl: kemerdekaan mengajak kita untuk memiliki semangat kemuliaan dalam kata dan tindakan nyata bersama dengan Tuhan. Bukankah kemuliaan tampak ketika kita senantiasa memperjuangkan kesatuan: “kita kuat karena bersatu dan kita bersatu karena kuat.”
Yah, semoga kita semua mjd satu dlm semangat "Bhineka Tunggal Ika" dan janganlah berhenti tangan mendayung dan kaki terayun, karena nanti arus bisa membawa larut dan hanyut: In necessariis unitas in dubiis libertas in omnibus caritas: Dlm kegentingan-bersatulah, dlm keraguan-merdekalah, dlm segala hal–cintailah! “Merah darahku, Putih tulangku, Katolik imanku."
“Cari kayu dan akasia – Dirgahayu bangsa Indonesia”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Iustitia - Keadilan"
Inilah salah satu point pokok yang diberikanNya pada hari kemerdekaan Republik Indonesia.
Inilah juga yang diwartakanNya ketika menjawab "jebakan" para kaum Farisi & Herodian seputar aturan membayar pajak: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mat 22:21).
Sebenarnya, "diskursus" antara Yesus & para musuhnya (Farisi dan Herodian) ini sungguh tidak adil, tidak ber-"lustitia" dengan beberapa alasan, antara lain:
1. Satu VS Banyak :
"Pertempuran" ini bukan 1 lawan 1, tapi Yesus seorang diri melawan banyak orang (ahli taurat, para tetua, kaum Farisi, Saduki & kelompok Herodian)
2. Muda VS Tua :
Yesus masih berumur 33 tahun melawan para lawannya yang sudah berumur lebih tua dan lebih "berpengalaman".
3. Tanpa sekutu VS banyak sekutu:
Yesus tidak membiarkan murid2Nya ikut tapi orang Farisi menyuruh murid2Nya ikut menjeratNya.
Sebenarnya yang terjadi dalam kisah Injil pada hari ini adalah hal yang biasa, sebuah kebiasaan Yahudi di mana dua "GURU/RABBI dari kelompok yang berbeda saling mengajukan pertanyaan mengenai ilmu agama, saling berdebat & berdiskusi. Biasanya diadakan di Bait Allah/gerbang kota, supaya disaksikan banyak orang.
Yang luar biasa adalah cara Yesus mengatasi "jebakan" para musuhNya. Dilukiskan, para musuhNya pertama-tama berunding/bersekongkol untuk menjeratNya , lalu dengan hati licik cerdik hendak menjebak Yesus dengan pertanyaan dilematis.
Yesus sendiri tidak terpancing/terprovokasi. Ia tetap "3C", "Cool - Calm - Controlled." JawabanNya tidak mengandung sinisme & sarkasme, karna Yesus benar-benar bisa mengambil jarak, ikut tapi tidak hanyut larut, terlibat tapi tidak terlipat.
Hal ini sangat terasa dalam jawaban Yesus yang tetap menempatkan Allah di atas segalanya secara kontekstual. Ia tidak membalas yang jahat dengan yang jahat, tapi dengan sikap yang "3C" tadi, ia ber-"aletheia", menyingkapkan selubung kelicikan hati para musuhNya. Sudahkah kita juga memiliki pola "3C"?
"Dari Bumiayu ke Maluku - Dirgahayu Bangsaku!"
B.
Kutipan Teks Misa:
Hanya dalam kebebasan manusia dapat memalingkan dirinya kepada kebaikan. (Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, No. 17)

Antifon Pembuka (Mzm 28:8-9)
Tuhanlah kekuatan umat-Nya, dan benteng keselamatan bagi raja yang diurapi-Nya. Selamatkanlah umat-Mu, ya Tuhan, berkatilah pusaka-Mu. Gembalakanlah dan dukunglah mereka selamanya.
The Lord is the strength of his people, a saving refuge for the one he has anointed. Save your people, Lord, and bless your heritage, and govern them for ever.
Dominus fortitudo plebis suæ, et protector salutarium Christi sui est: salvum fac populum tuum, Domine, et benedic hereditati tuæ, et rege eos usque in sæculum.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang mahakuasa, kami bersyukur atas anugerah kemerdekaan bagi bangsa kami. Semoga kami dapat memelihara dan mempergunakan kemerdekaan dengan bijaksana; semoga kami dapat menyalakan tungku kebaikan di atas kepala setiap orang sehingga kemuliaan dan kebaikan-Mu dapat dirasakan oleh setiap orang yang merindukan kemerdekaan sejati. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (10:1-8)
"Para penguasa bertanggung jawab atas rakyatnya."
Pemerintah yang bijak menjamin ketertiban dalam masyarakat, pemerintah yang arif adalah yang teratur. Seperti para penguasa, demikian pula para pegawainya, seperti pemerintah kota, demikian pula semua penduduknya. Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya. Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya. Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seseorang, dan kepada para pejabat Tuhan mengaruniakan martabat. Janganlah pernah menaruh benci kepada sesamamu, apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu. Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah. Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan, do = f, 2/4, PS 862
Ref. Kamu dipanggil untuk kemerdekaan; maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih.
Ayat. (Mzm 101:1ac.2ac.3a.6-7; R: Gal 5:13)
1. Ya, Tuhan, aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum-Mu. Aku hendak hidup tanpa cela. Aku hendak hidup dengan suci dalam rumahku, hal-hal yang jahat takkan kuperhatikan.
2. Mataku tertuju kepada rakyatku yang setia, supaya mereka tinggal bersama aku. Orang yang hidup dengan tidak bercela akan mendukung aku.
3. Orang yang melakukan tipu daya, tidak akan diam dalam rumahku. Orang yang berbicara dusta tidak bertahan di bawah pandanganku.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus (2:13-17)
"Berlakulah sebagai orang yang merdeka. "
Saudara-saudaraku yang terkasih, demi Allah, tunduklah kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maupun kepada wali-wali yang ditetapkannya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan untuk mengganjar orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetap hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Luk 20:25)
Berikanlah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)
"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Tampillah orang-orang Farisi. Mereka bersekongkol hendak menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Kiranya bisa ditebak apa yang ada dibalik persengkongkolah jahat tersebut. Pikiran mereka dipenuhi iri hati dan kebencian kepada Yesus. Pikiran negatif telah memenuhi diri mereka, bahkan telah memberangus suara hati mereka yang mewujud dalam rencana dan niat jahat. Betapa hati mereka terkungkung, terpenjara oleh kebenciannya sendiri. Mereka tidak merdeka.
Berbeda dengan Yesus. Ia tenang dan bersahaja. Juga ketika menerima dan mesti merespon pertanyaan licik mereka. Dari hati Yesus yang tenang dan merdeka itu lahirlah jawaban berkualitas, yakni kebaikan dan kebijaksanaan yang memberi efek bagi kesejahteraan dan kebaikan bersama. Sebuah jawaban yang sering kita jadikan norma kehidupan bersama dalam sebuah bangsa: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 16:5-6)
Tuhan, Engkaulah milik pusaka dan warisanku, dalam tangan-Mulah nasibku. Tanah permai akan menjadi bagianku, milik pusakaku menyenangkan hatiku.
Atau Bdk. Mat 5:5
Berbahagialah orang yang lembut hati, sebab mereka akan mewarisi tanah pusaka Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar