Pages

MENJELANG HARI MISI SEDUNIA.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
MENJELANG HARI MISI SEDUNIA.
MINGGU 22 OKT 2017: BELAJAR DARI "FX"
Ada banyak orang mengenal inisial "FX" dengan pelbagai pemaknaan. Bisa sebuah tempat, bisa juga sebuah nama pribadi.
Misalnya: Beberapa tahun lalu (2015), saya pernah diminta untuk memberkati kampus BINUS yang lokasinya ada di "FX", sebuah mall posmo yang ada di kawasan Senayan. Saya juga pernah memberikan sakramen pernikahan untuk sahabat, kerabat dan mantan murid, di "FX", sebuah gereja dekat Pantai Kuta Bali.
Kali ini, kita mengenal "FX" bukan hanya sebagai sebuah nama lokasi kampus atau tempat pemberkatan nikah, tapi lebih kepada sosok "FX" yang konon digelari juga sebagai "Pelindung Misi"
Ya. Dialah "Fransiskus Xaverius". Ia adalah seorang sahabat bagi semua orang. Ia sangat energik dan menarik, rendah hati dan penuh pengabdian. Sebagai seorang pendekar karya misi, ia merintis karya dengan mendirikan pusat-pusat katekumenat dan sekolah-sekolah, dan berusaha mendidik imam-imam pribumi di setiap tempat yang ia kunjungi. Demi keberhasilan karyanya ia dengan tekun mempelajari bahasa daerah.
Pastor Ludwig, sejarawan Gereja yang terkenal, menjuluki Fransiskus Xaverius sebagai seorang "Misionaris Perintis Agama Salib" di Asia. Dengan semangat heroiknya, ia mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa Asia sambil tetap mengingatkan Gereja akan panggilannya untuk mewartakan Sabda Allah kepada semua bangsa.
Gereja Katolik menganggap dia yang juga diakui sebagai seorang santo oleh Gereja Anglikan, telah mengkristenkan lebih banyak orang dibanding siapapun semenjak Santo Paulus.
Pada tahun 1622 ia dinyatakan 'kudus' oleh Paus Gregorius XV (1621-1623). Karena teladan hidupnya, Paus Pius X (1903-1914) mengangkat dia sebagai pelindung utama karya misi.
Dia adalah santo pelindung Australia, Kalimantan, Tiongkok, Hindia Timur, Goa, Jepang, dan Selandia Baru, dimana perayaan peringatannya ditetapkan tiap tanggal 3 Desember.
Banyak gereja di seluruh dunia juga dinamakan menurut namanya. Salah satunya adalah Gereja Katedral Santo Fransiskus Xaverius, Keuskupan Amboina, Ambon.Basilika Santo Fransiskus Xaverius di Dyersville, Iowa adalah salah satu dari 52 basilika minor di Amerika Serikat dan satu-satunya yang berada di luar kawasan metropolitan. Di Jakarta, FX menjadi nama salah satu gereja tertua KAJ, di kawasan Tanjung Priok. Beberapa tokoh kristiani di Indonesia juga memakai nama "FX", seperti FX Satiman SJ (Romo pribumi pertama di Indonesia), FX Mudji Sutrisno SJ (Budayawan) dan FX Hadi Rudyatmo (Walikota Solo). Bisa jadi, para tokoh lain juga memakai namanya (atau nama Fransiskus Asisi - red), seperti Frans Seda, Franz Magnis SJ dan Fransiskus Van Lith SJ.
Ada pula sebuah universitas terkenal di Kanada yang dinamakan menurut namanya di Antigonish, Nova Scotia yakni St. Fransiskus Xaverius University. Sophia University di Tokyo, Jepang didirikan pada tahun 1913 untuk menghormatinya. Selain ordo Xaverian (SX) yang menjadikan "FX" sebagai pelindungnya, nama komunitas "Xaverian Brothers" pun diambil dari nama dirinya.
MARILAH BERDOA:
Ya Tuhan,
Ajarilah kami melayani Engkau karena Engkau pantas dilayani.
Ajarilah kami memberi tanpa menghitung pengorbanan
Berjuang tanpa ingat akan luka-luka
Bekerja tanpa mencari istirahat
Berusaha tanpa minta ganjaran apa pun
Kecuali dapat mengetahui bahwa kami telah melakukan kehendakMu
melalui Kristus Tuhan kami
Amin
===
Ya Allahku, aku cinta padaMu melampaui segala sesuatu
Dan aku dengan seutuh jiwa membenci dosa-dosa
karena dengan dosa, Engkau telah kuhina,
karena Engkau memang tidak berkenan ada dosa di hadirat
Dikau yang mahabaik dan pantas dicinta.
Aku akui, aku harus mencintai Engkau
dengan cinta yang melampaui segala
dan aku harus mencoba membuktikan cintaku padaMu.
Aku terima Engkau di hati dan pikiranku sebagai
yang jauh tak terhingga lebih besar
daripada segala yang ada di dunia
tak peduli betapapun bernilai dan indahnya.
Oleh karenanya, dengan tekad bulat aku berketetapan
Tak pernah aku akan setuju Engkau terhina
atau melakukan sesuatu yang tak berkenan di hatiMu
yang baik dan berkuasa
ataupun menempatkan diri dalam bahaya
akan jatuh dari rahmatMu yang suci.
Sekuat daya yang ada padaku,
aku bertekad untuk tetap dalam rahmat sampai hembusan nafas terakhir
pada saat aku mati. Amin.
(St Fransiskus Xaverius, 1506-1552)
=======
Xaverius adalah salah satu dari sedikit nama yang dimulai dengan huruf X. Fransiskus Xaverius umum digunakan sebagai nama diri, di Indonesia biasanya disingkat F.X. "Xavier" adalah nama laki-laki yang populer di Portugal, Brasil, Spanyol dan negara-negara berbahasa Spanyol, Perancis dan Belgia. Di Austria danBavaria nama ini ditulis Xaver (diucap Ksaber dan kerap mengikuti nama "Francis" yakni Franz-Xaver)
Pastinya, Francesco de Yassu Javier lahir di istana Xavier di Navarra, bagian utara Spanyol pada tanggal 7 April 1506. Orangtuanya seorang bangsawan kaya raya. Pendidikan dasarnya berlangsung di Navarra dan kemudian dilanjutkan di Universitas Paris pada usia 19/20 tahun. Di Paris ia selalu bergaul dengan orang-orang terpelajar dan terkemuka.
Salah seorang teman pergaulan dan sahabatnya ialah Ignasius Loyola. Ignasius mempunyai pengaruh besar terhadap jalan hidup Fransiskus di kemudian hari sebagai seorang misionaris besar dalam sejarah Gereja.
Pertanyaan dasar yang membuka lembaran hidupnya yang baru ialah: "Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, namun kehilangan jiwanya?" Pertanyaan ini sungguh mempengaruhi sikapnya yang mengilhami jalan hidupnya sehingga ia berani mengabdikan seluruh hidupnya sebagai seorang Abdi Allah bagi penyebaran Injil dan pembangunan Kerajaan Allah di dunia.
Bersama Ignasius Loyola dan lima rekannya yang lain, termasuk Petrus Faber, Fransiskus mengikrarkan kaulnya pada tanggal 15 Agustus 1534 di gereja Montmatre. Upacara pengikraran kaul ini menandai awal berdirinya Serikat Yesus yang secara resmi direstui oleh Paus Paulus III (1534-1549) pada tahun 1540.
Selain kaul kemiskinan dan kemurnian hidup, mereka juga berjanji untuk membantu Paus dalam usaha memberantas berbagai ajaran sesat dan menyebarluaskan iman Kristen.
Fransiskus ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537. Setahun kemudian, ia berangkat ke Roma dan bersama Ignasius, ia menyelesaikan berbagai urusan yang berkaitan dengan pendirian Serikat Yesus dan misinya.
Pada tanggal 16 Maret 1540, Xaverius meninggalkan rekan-rekannya di Roma dan berangkat ke Portugal untuk memenuhi undangan Raja Yohanes III, yang meminta imam-imam Yesuit untuk mewartakan Injil di wilayah jajahan Portugis di India.
Bersama dua rekannya dari Portugis, Fransiskus memulai perjalanan yang sulit itu pada tanggal 7 April 1541. Mereka tiba di Goa, India pada tanggal 6 Mei 1542 dan mulai berkarya di India Selatan dan Sri Langka.
Karyanya di Goa diberkati dengan keberhasilan yang gemilang. Dengan cara pewartaannya yang menarik dan kesalehan hidupnya, ia berhasil menawan hati banyak orang dan mempermandikan mereka menjadi pengikut-pengikut Kristus. Ia dengan berani membela orang-orang pribumi yang menderita karena tingkah penguasa sebangsa maupun penguasa kolonial yang korup sambil mengajari mereka ajaran-ajaran Kristen yang mengutamakan cinta kasih.
Dalam sebuah suratnya kepada Ignasius pada tanggal 15 Januari 1544, ia menulis: "Lenganku sering terasa sangat letih dan sakit karena membaptis begitu banyak orang dan mengajari mereka kewajiban-kewajiban iman Kristiani dalam bahasa mereka."
Pada tahun berikutnya, sekitar tanggal 27 Januari, ia mengabarkan lagi ke Roma bahwa ia sudah mempermandikan kurang-lebih 10.000 orang dalam waktu satu bulan. Diceritakannya pula tentang kecintaan mereka padanya karena perbuatan-perbuatan baik dan ajaib yang dilakukannya di tengah-tengah mereka.
Selama tiga tahun (1542-1545), Fransiskus Xaverius mewartakan Injil di pantai Barat India. Semua perbuatannya yang agung itu terdengar juga hingga ke Malaka. Oleh karena itu, pada musim semi tahun 1545, ia tiba di Malaka dan mewartakan Injil di sana.
Selama berada di sana ia memanfaatkan waktunya untuk membina akhlak dan hidup perkawinan penduduk Malaka yang sangat merosot karena kekayaan yang berlimpahruah. Ia rajin berkotbah dan mengajar orang-orang yang sudah lama tidak memperhatikan kebutuhan rohaninya. Demi keberhasilan karyanya ia dengan tekun mempelajari bahasa Melayu dan menerjemahkan ajaran-ajaran Kristen dan doa-doa dalam bahasa Melayu.
Awal tahun 1546, ia berlayar dengan kapal dagang ke gugusan kepulauan di Indonesia bagian timur, terutama di Maluku. Ia mencatat: "Para pelaut menyita seluruh waktuku dari pagi hingga malam: terus menerus mendengarkan pengakuan dosa, mengunjungi orang sakit, memberikan sakramen-sakramen dan penghiburan rohani kepada mereka yang akan meninggal dan sering pula berkotbah. Selama masa puasa saya kerjakan itu . . . Pulau Ambon banyak penduduknya, di antaranya tujuh desa yang beragama Kristen. Begitu tiba, saya mengunjungi desa-desa itu dan memberikan Sakramen Permandian kepada anak-anak yang belum menerimanya. Kira-kira 390 mil dari situ terdapat suatu negeri, Pantai Moro namanya. Konon, di sana banyak orang Kristen yang sama sekali belum mendapatkan pelajaran agama. Saya akan pergi ke sana secepatnya. Saya menulis laporan ini supaya kamu tahu, betapa kamu dibutuhkan di sini. Memang saya sadar, bahwa kamu diperlukan di India juga, tetapi pulau-pulau ini sangat membutuhkan pertolongan yang lebih besar lagi."
Fransiskus mempermandikan kira-kira 1000 orang Ambon dan mempersiapkan kedatangan imam-imam baru. Lalu ia menuju ke Ternate pada bulan Juli 1546.
Setiap pagi Fransiskus berkotbah kepada saudagar-saudagar Portugis, yang seluruh pikirannya dijejali dengan urusan-urusan perdagangan rempah-rempah dan wanita. Malam hari ia mengumpulkan orang-orang berbahasa Melayu, melatih mereka baik-baik untuk mengerti dan menghafalkan doa-doa serta menyanyikan cerita-cerita Kitab Suci.
Tentang hasil jerih-payahnya, ia menulis: "Syukur kepada Allah! Di Ternate ini sudah menjadi kebiasaan, anak lelaki di jalan-jalan dan anak perempuan di rumah, para buruh di perkebunan dan nelayan-nelayan di laut, siang-malam menyanyikan lagu-lagu suci, bukan lagi nyanyian-nyanyian kotor. Mereka senang menyanyikan lagu Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria, Sepuluh Perintah Allah, Perbuatan-perbuatan Belaskasih, Pengakuan Dosa Umum serta banyak lagu dan doa sejenis. Mereka itu, baik yang baru bertobat maupun yang masih kafir, menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Syukur kepada Allah bahwa saya dengan cepat disukai, baik oleh orang Portugis di pulau ini maupun oleh orang pribumi yang beragama Kristen dan yang bukan!"
Setelah Fransiskus mengatur kedatangan pengganti-penggantinya, ia kembali ke Malaka untuk selanjutnya pergi ke Jepang.
Tentang rencana kerasulannya di Jepang ia menulis kepada Ignasius: "Iman kita harus diwartakan kepada orang-orang Jepang, sebab mereka mempunyai hasrat dan kerinduan yang besar untuk mendengarkan warta Injil dan menjadi Kristen."
Pada tanggal 14 Juni 1549, Fransiskus berlayar ke Jepang ditemani oleh Pater Cosmas de Torres, Bruder Juan Fernandez, Anger, seorang Jepang yang sudah bertobat dan dua orang lainnya. Mereka tiba di Kagoshima, Kyushu pada tanggal 15 Agustus 1549.
Mula-mula mereka berusaha mempelajari bahasa Jepang dan menerjemahkan ajaran-ajaran Kristen ke dalam bahasa daerah setempat. Dari Kagoshima, pada bulan Agustus 1550 Fransiskus bersama kawan-kawannya berlayar ke Honshu, pulau terbesar dari gugusan kepulauan Jepang.
Orang-orang Jepang menyambut baik mereka dan sangat antusias mendengarkan pewartaan Injil. Mereka tertarik sekali dengan ajaran-ajaran Kristen yang disampaikan dengan penuh rasa hormat dan keberanian.
Satu setengah tahun di Jepang penuh dengan kerja keras. Kecemburuan dan perlawanan dari rahib-rahib Budha sangat gencar namun semuanya dapat diatasi.
Pada tahun 1552 Xaverius didesak untuk kembali ke India guna menyelesaikan masalah-masalah administratif yang timbul selama ia tidak ada. Pater Torres dan Bruder Fernandez menetap di Jepang untuk melanjutkan karya misi di sana.
Setelah menyelesaikan masalah-masalah Yesuit di India, Xaverius mengalihkan perhatiannya ke Tiongkok, sebuah negara besar yang pada waktu itu tertutup bagi orang-orang asing.
Pada bulan April 1552, ia berlayar menuju Cina dengan sebuah kapal Portugis dan didaratkan di pulau Sanchian, di depan muara sungai Chukiang.
Di sana ia menunggu jemputan perahu yang bersedia menyelundupkannya ke daratan Tiongkok. Tetapi ia tiba-tiba jatuh sakit dan dalam waktu dua minggu ia menghembuskan nafas terakhir di sebuah gubug, ditemani hanya oleh seorang pemuda Tionghoa yang telah menemani dia dari Goa. Fransiskus meninggal dunia di Sanchian pada tanggal 3 Desember 1552.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar