Pages

ST MARIA FAUSTINA KOWALSKA.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
MENYAMBUT PESTA NAMA ST FAUSTINA:
5 OKTOBER 2017.
SKETSA RASUL KERAHIMAN
ST MARIA FAUSTINA KOWALSKA.
(@ SKI "SCHOOL OF MERCY", RJK).
FA hami Tuhan
US ahakan iman dengan ha
TI yang sederha
NA
HISTORIA DOMUS - CURICULUM VITAE:
A.
25 Agustus 1905:
Helena Kowalska dilahirkan di Glogowiec, Polandia, merupakan anak ketiga dari sepuluh putera-puteri Stanislaw Kowalski dan Marianna Babel. Ayahnya seorang petani merangkap tukang kayu. Mereka hidup miskin dan menderita dalam penjajahan Rusia. Helena hanya sempat bersekolah hingga kelas 3 SD saja.
B.Helena kecil juga suka berdoa:
Kerapkali ia bangun tengah malam dan berdoa seorang diri hingga lama sekali. Apabila ibunya menegur, ia akan menjawab, “Malaikat pelindung yang membangunkanku untuk berdoa.”
Ia cerdas dan rajin, juga rendah hati dan lemah lembut hingga disukai orang banyak. Sementara menggembalakan sapi, Helena biasa membaca buku; buku kegemarannya adalah riwayat hidup para santa dan santo. Seringkali ia mengumpulkan teman-teman sebayanya dan menjadi `katekis' bagi mereka dengan menceritakan kisah santa dan santo yang dikenalnya.
C.
Ketika usianya 16 tahun:
Helena mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga agar dapat meringankan beban ekonomi keluarga.
D.
Ketika 17 tahun:
Helena minta ijin masuk biara tapi ditolak ayahnya. Ia patuh pada kehendak orangtuanya dan bekerja kembali sebagai pembantu. Ia hidup penuh penyangkalan diri dan matiraga
E.
Juli 1924:
Tuhan menyapanya secara pribadi.
F.
1 Agustus 1925:
Menjelang ulang tahunnya yang ke-20, Helena diterima dalam Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria Berbelas Kasih.
G.
30 April 1926:
Helena menerima jubah biara dan nama baru, yaitu Sr Maria Faustina; di belakang namanya, seijin kongregasi ia menambahkan “dari Sakramen Mahakudus”. Dalam biara, tugas yang dipercayakan kepadanya sungguh sederhana, yaitu di dapur, di kebun atau di pintu sebagai penerima tamu. Semuanya dijalankan Sr Faustina dengan penuh kerendahan hati.
H.
22 Februari 1931:
St Faustina mulai menerima pesan kerahiman ilahi dari Kristus yang harus disebarluaskannya ke seluruh dunia. Kristus memintanya untuk menjadi rasul dan juru tulis Kerahiman Ilahi, menjadi teladan belas kasih kepada sesama, menjadi alat-Nya untuk menegaskan kembali rencana belas kasih Allah bagi dunia.
I.
Tahun 1934:
Ia mulai menulis buku catatan harian dalam ketaatan pada pembimbing rohaninya, dan juga pada Tuhan Yesus Sendiri. Selama empat tahun ia mencatat wahyu-wahyu ilahi, pengalaman-pengalaman mistik, juga pikiran-pikiran dari lubuk hatinya sendiri, pemahaman serta doa-doanya. Hasilnya adalah suatu buku catatan harian setebal 600 halaman, yang dalam bahasa sederhana mengulang serta menjelaskan kisah kasih Injil Allah bagi umatnya, dan di atas segalanya, menekankan pentingnya kepercayaan pada tindak kasih-Nya dalam segala segi kehidupan kita.
J.
5 Okt 1938:
St Maria Faustina Kowalska, rasul kerahiman ilahi, wafat pada tanggal 5 Oktober 1938 di Krakow dalam usia 33 tahun karena penyakit TBC yang dideritanya. Jenasahnya mula-mula dimakamkan di pekuburan biara, lalu dipindahkan ke sebuah kapel yang dibangun khusus di biara.
Pada tahun 1967, dengan dekrit Kardinal Karol Wojtyla, Uskup Agung Krakow, kapel tersebut dijadikan sanctuarium reliqui Abdi Allah Sr Faustina Kowalska.
K.
18 April 1993:
Pada Pesta Kerahiman Ilahi tanggal 18 April 1993, Sr Faustina dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II dan pada Pesta Kerahiman Ilahi tanggal 30 April 2000 dikanonisasi oleh Paus yang sama. Pesta St Faustina, Rasul Kerahiman Ilahi, dirayakan setiap tanggal 5 Oktober.
Pesan Yesus kepada St. Faustina :
"O jiwa yang tenggelam dalam kegelapan, jangan putus asa, tidak segalanya hilang.
Datanglah dan percayalah kepada Allahmu;
Dialah Sang Kasih dan Sang Kerahiman."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:
MERAH DARAHKU
PUTIH TULANGKU
KERAHIMAN SEMANGATKU.
Di dalam 1Yoh 5:1-6) dikatakan: “Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.”
Nah, darah merah dan air putih yang mengalir dari lambung Yesus oleh devosi Kerahiman Ilahi tertera pada gambar Yesus dengan sinar berwarna putih dan merah yang terpancar dari hati-Nya.
Ada pemaknaan tertentu dari perlambang Air dan Darah. Air yang putih melambangkan karya Roh Kudus sedangkan Darah yang merah melambangkan karya Yesus. Roh Kudus membersihkan, menguduskan, memberi peneguhan. Yesus dengan darah-Nya memberi kehidupan.
Kerahiman Allah dengan demikian memberi dampak pengudusan dan penghidupan bagi umat manusia. Demikian pula sakramen-sakramen gerejani membawa dampak pengudusan dan kehidupan baru bagi umat beriman.
Setelah dikuduskan dan diberi hidup ilahi, kita diundang mengambil bagian dalam karya penyelamatan Allah. Kegiatan umat beriman yang diilhami oleh Kerahiman Ilahi adalah karya penyelamatan.
Oleh karena itu umat beriman diundang untuk mewujudkan imannya lewat: menolong orang-orang yang menderita dalam berbagai bentuknya, mengajak orang untuk bertobat dan mengandalkan keselamatan pada Yesus.
Doa-doa bagi kaum pendosa agar bertobat juga menjadi perhatian penting. Di dalam gambar kerahiman ada tulisan: Jesus, I trust in You yang artinya Yesus aku mengandalkan Engkau. Iman adalah mengandalkan dengan penuh pasrah pada kekuatan kasih Allah.
Marilah Berdoa:
(“Doa Pujian Kepada Kerahiman Allah”, Buku "SKI", SCHOOL OF MERCY, RJK)
Ya Allah, yang karena kerahiman-Mu telah berkenan memanggil segenap umat manusia dari ketiadaan kepada keberadaan.
Engkau menganugrahinya dengan kodrat dan rahmat.
Namun seakan-akan kebaikan-Mu itu belum mencukupi.
Karena kerahiman-Mu, Engkau mengizinkan kami masuk ke dalam kebahagiaan kekal serta mengikutsertakan kami dalam kehidupan rohani-Mu sendiri.
Semuanya itu Engkau lakukan karena kerahiman-Mu semata-mata.
Rahmat-Mu Engkau berikan kepada kami karena Engkau baik dan penuh kasih.
Kami sesunguhnya tidak Kau butuhkan agar diri-Mu bahagia, namun Engkau ingin berbagi kebahagiaan-Mu dengan kami.
Terpujilah kerahiman-Mu, ya Tuhan.
Aku akan memuliakannya sepanjang masa.
Ya Allah, Engkau tidak membinasakan manusia sesudah jatuh ke dalam dosa.
Dalam kerahiman-Mu telah Engkau memaafkan kami secara ilahi, sebab bukan hanya mengampuni kesalahan kami, melainkan malah melimpahi kami dengan rahmat.
Terdorong kerahiman-Mu, Engkau turun kepada kami.
Maka terjadilah mukjizat kerahiman-Mu, ya Tuhan: Sabda telah menjadi Daging, Allah mulai berdiam di antara kami, Sabda Allah, kerahiman telah menjelma.
Dengan merendahkan diri telah Kau angkat kami kepada ke-Allahan-Mu.
Sungguh, kerahiman-Mu berlimpah-limpah.
Inilah samudra kerahiman-Mu yang tak terselami.
Langit terkagum-kagum menyaksikan kelimpahan kasih-Mu.
Sekarang tak ada seorang pun yang takut mendekati Engkau.
Engkau Allah Yang Maharahim,
Engkau berbelas kasih terhadap yang hina.
Engkau Allah kami, kami ini umat-Mu.
Engkau Bapa kami, kami ini anak-anak-Mu karena kasih-karunia.
Terpujilah kerahiman-Mu, Engkau telah sudi turun kepada kami.
Dengan sepatah kata saja, ya Allah, dapat Engkau selamatkan ribuan manusia di dunia.
Satu tarikan nafas Yesus saja akan memuaskan keadilan-Mu.
Namun Engkau, ya Yesus, sendiri menanggung sengsara begitu mengerikan, karena kasih-Mu semata-mata.
Tepat pada saat Engkau menghembuskan napas-Mu di salib, hidup kekal Engkau karuniakan kepada kami.
Dengan membiarkan lambung tersuci-Mu dibuka, Engkau telah membuka sumber kerahiman-Mu yang tak pernah dapat ditimba habis.
Apa yang paling berharga pada-Mu telah Engkau berikan kepada kami, yaitu darah dan air dari Hati-Mu. Inilah kemahakuasaan kerahiman-Mu. Dari pada-Mu mengalir segala rahmat. Amin
B.
Aneka Hal Praktis tentang Devosi Kerahiman Ilahi:
"DKI" menganjurkan para devosan untuk berdoa setiap jam tiga sore, untuk mengenang penderitaan Kristus di kayu salib sampai pada kematian-Nya.
Selain itu juga ada doa koronka yang memakai rosario. Namun doa koronka bukanlah doa rosario dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan doa rosario. Butiran rantai rosario dipakai hanya sebagai penolong di dalam litani doa Kerahiman Ilahi yang merupakan pengulangan doa permohonan kepada Allah Bapa: “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.”
Lebih lanjut, adapun hal-hal praktis berkaitan dengan Minggu Kerahiman:
INDULGENSI PENUH:
Untuk menjamin bahwa umat beriman akan merayakan hari ini dengan setulus-tulusnya, Bapa Paus sendiri menetapkan agar hari Minggu ini diperkaya dengan indulgensi penuh.
Indulgensi penuh diberikan dengan syarat-syarat seperti biasanya (menerima Sakramen Tobat, Sakramen Ekaristi dan berdoa bagi ujud Paus) kepada umat beriman yang, pada hari Minggu Paskah II, yaitu Minggu Kerahiman Ilahi, di gereja atau kapel mana pun juga, dengan jiwa yang bebas dari keterikatan pada dosa, termasuk dosa ringan; mengambil bagian dalam doa-doa dan devosi untuk memuliakan Kerahiman Ilahi, atau, di hadapan Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan atau tersimpan di dalam tabernakel; mendaraskan doa “Bapa kami” dan “Aku Percaya” (Credo), serta menambahkannya dengan suatu doa tulus kepada Tuhan Yesus yang Maharahim. (misalnya, “Yesus yang Maharahim, Engkau Andalanku”)
INDULGENSI PARTIAL/SEBAGIAN
diberikan kepada umat beriman yang, sekurang-kurangnya dengan hati bertobat, berdoa kepada Yesus yang Maharahim dengan mengucapkan suatu seruan yang disahkan secara resmi.
Selain itu, di dalam kesempatan Minggu Kerahiman ada kebiasaan untuk meminta berkat Imam untuk gambar Yesus Kerahiman.
C.
PENGGALAN KHOTBAH PAUS FRANSISKUS
PADA IBADAT VESPER PERTAMA KERAHIMAN.
Saudara dan saudari terkasih,
Salam dari Kristus yang bangkit kepada murid-murid-Nya pada malam Paskah, "Damai sejahtera bagi kamu!" (Yoh 20:19), terus bergema di dalam diri kita semua. Damai sejahtera, terutama selama Masa Paskah ini, tetap keinginan begitu banyak orang yang menderita kekerasan diskriminasi dan kematian yang belum pernah terjadi sebelumnya hanya karena mereka menanggung nama "Kristen". Doa kita seluruhnya lebih intens dan menjadi sebuah teriakan minta tolong kepada Bapa, yang kaya akan kerahiman, sehingga Ia dapat menopang iman dari banyak saudara dan saudari kita yang menderita. Pada saat yang sama, kita memohon rahmat pertobatan hati kita sendiri sehingga berpindah dari ketidakpedulian menjadi kasih sayang.
Santo Paulus mengingatkan kita bahwa kita telah diselamatkan melalui misteri kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Ia adalah Sang Juru Damai, yang tetap hidup di tengah-tengah kita menawarkan jalan menuju rekonsiliasi dengan Allah dan dengan satu sama lain. Rasul Paulus mengingatkan bahwa, terlepas dari kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan hidup, harapan keselamatan yang telah ditaburkan Kristus dalam hati kita tetap terus berkembang. Kerahiman Allah dicurahkan atas kita, menjadikan kita adil dan memberi kita damai sejahtera.
Banyak pertanyaan di dalam hati mereka: mengapa sebuah Yubileum Kerahiman hari ini? Sederhana karena Gereja, pada masa perubahan sejarah besar ini, dipanggil untuk menawarkan tanda-tanda kehadiran dan kedekatan Allah yang lebih jelas. Ini bukan waktu untuk terganggu; sebaliknya, kita perlu waspada dan membangunkan kembali dalam diri kita kemampuan untuk melihat apa yang penting. Ini adalah masa bagi Gereja untuk menemukan kembali makna dari perutusan yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan pada hari Paskah : menjadi sebuah tanda dan alat kerahiman Bapa (bdk. Yoh 20:21-23).
Karena alasan ini, Tahun Suci harus tetap menghidupkan keinginan untuk mengetahui bagaimana untuk menyambut berbagai tanda-tanda kelembutan yang ditawarkan Allah kepada seluruh dunia dan, terutama, kepada mereka yang menderita, yang sendirian dan terlantar, tanpa harapan diampuni atau merasakan kasih Bapa. Sebuah Tahun Suci untuk mengalami dengan kuat dalam diri kita sukacita yang telah ditemukan oleh Yesus, Sang Gembala yang Baik yang telah datang mencari kita karena kita hilang. Sebuah Yubileum untuk menerima kehangatan kasih-Nya ketika Ia memanggul kita di pundak-Nya dan membawa kita kembali ke rumah Bapa. Sebuah tahun yang di dalamnya dijamah oleh Tuhan Yesus dan diubah oleh kerahiman-Nya, sehingga kita dapat menjadi saksi-saksi bagi kerahiman.
Lalu, di sinilah alasan bagi Yubileum : karena ini adalah masa bagi kerahiman. Ia adalah masa yang menguntungkan untuk menyembuhkan bilur-bilur, sebuah masa yang tidak menjadi lelah menemui semua orang yang sedang menunggu untuk melihat dan menjamah dengan tangan mereka tanda-tanda kedekatan Allah, sebuah masa untuk menawarkan kepada semua orang jalan pengampunan dan rekonsiliasi.
Semoga Bunda Allah membuka mata kita, sehingga kita dapat memahami tugas yang kepadanya kita telah dipanggil; dan semoga ia mendapatkan bagi kita rahmat untuk mengalami Yubileum Kerahiman ini sebagai saksi-saksi Kristus yang setia dan berbuah.
D.
SHARING RAHMAT KERAHIMAN
Oleh Oleh dari Vietnam..
Setiap Jumat, Michael Nguyen Ba Loc mengarahkan kursi rodanya menuju gereja Chi Hoa untuk mendengarkan para devosan Kerahiman Ilahi setempat menceritakan pengalaman pribadi mereka tentang kasih Tuhan.
“Cerita-cerita mereka menarik perhatian saya, dan saya tidak pernah melewatkan pertemuan doa hari Jumat mereka di gereja itu,” kata Loc, yang kehilangan fungsi kedua kakinya ketika dia masih kanak-kanak.
Biasanya, sekitar 1.000 orang berkumpul di gereja di kota Ho Chi Minh itu, yang berjarak 1.710 kilometer selatan Ha Noi, untuk sesi Jumat sore selama dua jam. Tetapi, gereja itu hanya mampu menampung 800 orang, sehingga banyak orang harus berdiri di luar.
“Sekarang saya menjalani hidup bahagia karena tahu Tuhan selalu mencintai dan melindungi orang cacat seperti saya,” Kata Loc, 46, kepada UCA News pada 20 Juni. Pria yang telah mengikuti devosi Kerahiman Ilahi sejak tahun 2006 itu bercerita bahwa dia sebelumnya ingin bunuh diri.
“Saya belajar banyak dari cerita-cerita para devosan. Cerita-cerita itu mengubah hidup saya,” kata Loc. Ia menyebutkan cerita seorang pria cacat yang miskin tentang bagaimana dia mendapat uang dari orang yang tak dikenal untuk biaya perawatan rumah sakit setelah berdoa pada Tuhan.
Loc, yang menggantungkan hidupnya dari bantuan ibunya, mengatakan bahwa dulu dia biasanya mengeluarkan 15.000 dong (mendekati US$1) untuk becak yang mengantarnya ke gereja guna mengikuti doa-doa itu. Namun, beberapa devosan lain tahu kesulitannya dan menanggung biaya perjalanannya sekarang ini.
Di luar gereja, Maria Nguyen Thi Hai mengangkat lengannya tinggi-tinggi ketika ia mendoakan doa Kerahiman Ilahi. Perempuan itu, yang juga lumpuh, tidak mampu menggunakan becak untuk datang ke gereja.
Hai, 52, mengatakan kepada UCA News bahwa dia secara teratur mengikuti perkumpulan Kerahiman Ilahi di gereja itu dan mendengarkan cerita-cerita para devosan, yang dengan begitu “saya telah belajar untuk bersandar pada belas kasih Allah.”
Di masa lalu, kebutuhannya untuk menggunakan kursi roda sangat membatasi ruang geraknya, katanya. Sama seperti Loc, seorang anggota devosan Kerahiman Ilahi membantu Hai, seraya menawarinya becak. Ia menghasilkan uang 30.000 dong setiap hari dengan menjual tiket lotre.
Pastor Joseph Tran Dinh Long, 52, yang telah menyelenggarakan perkumpulan Kerahiman Ilahi di gereja itu sejak Maret, mengatakan kepada UCA News bahwa para devosan mendoakan doa-doa Kerahiman Ilahi, men-sharing-kan cerita-cerita mereka dan mengikuti Misa. Gerakan tersebut telah berkembang di kota itu dalam lima tahun terakhir ini, tambahnya.
Devosi tersebut mulai diselenggarakan di Vietnam setelah tahun 2000, ketika Paus Yohanes Paulus II menyatakan hari minggu setelah Paskah sebagai “Hari Minggu Kerahiman Ilahi” tahunan. Pastor Long, seorang imam dari Tarekat Sakramen Kudus, adalah salah satu panitia pesta Kerahiman Ilahi di keuskupan agung itu tahun ini, pada 30 Maret, yang dihadiri sekitar 10.000 umat.
Devosi Kerahiman Ilahi dimulai tahun 1930-an, berdasarkan catatan harian Suster Maria Faustina Kowalska (1905-1938) yang disimpan di biara Suster-Suster Putri Kerahiman di Polandia. Paus Yohanes Paulus mengkanonisasi biarawati asal Polandia itu pada 30 April 2000. Penglihatannya tentang api pencucian dicatatnya dan pesan belas kasih dari Allah merupakan dasar bagi doa-doa Kerahiman Ilahi.
Namun, menurut Pastor Long, “Cerita-cerita nyata para devosan inilah yang menarik banyak orang untuk mengikuti pertemuan doa Kerahiman Ilahi.” Ia mengundang para devosan untuk berbagi kisah-kisah mereka karena ia sadar bahwa ini merupakan “suatu cara yang lebih efektif daripada homili para imam untuk membawa pesan tentang kasih Allah.”
Belakangan ini, Kerahiman Ilahi sangat dibutuhkan, tambahnya, karena kehidupan banyak orang itu penuh luka dan derita. Orang miskin banyak menderita karena penyakit atau kekurangan kebutuhan pokok, sedangkan orang kaya menyalahgunakan obat-obatan atau melakukan perzinahan, katanya.
Nguyen Thanh Luan, seorang beragama Buddha, mengatakan kepada UCA News, “Saya mengandalkan kasih Allah lewat cerita-cerita para devosan, meskipun saya tidak tahu siapa Allah itu.”
Luan, 36, bercerita bahwa para dokter menyarankan istrinya supaya mengaborsi kandungannya karena komplikasi yang menakutkan ketika dia terkena cacar air. Ia mengundang sekelompok devosan yang pernah ia jumpai untuk mendoakan doa-doa Kerahiman Ilahi di rumahnya. “Kami sangat bahagia karena istri saya melahirkan seorang anak yang sehat pada bulan April,” kata Luan, sambil berjanji memberi kesaksian akan Kerahiman Ilahi. Luan mengatakan ia menempel sebuah gambar Kerahiman Ilahi di dinding rumahnya dan mendoakan doa-doa Kerahiman Ilahi setiap hari.
Seorang penderita AIDS mengatakan kepada UCA News bahwa cerita-cerita para devosan Kerahiman Ilahi, bukan para dokter, memberi dia kekuatan dan pengharapan spiritual. Setelah mendengar cerita seorang devosan yang berhenti melakukan penyalahgunaan obat, ia bergabung dengan sekelompok devosan Kerahiman Ilahi. “Saya tahu saya akan mati karena AIDS,” katanya, “tapi saya tidak takut karena Allah menyembuhkan jiwa saya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar