Pages

APOGHTEMATA PATRUM EDISI APRIL.



APOGHTEMATA PATRUM EDISI APRIL.
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 April
Ada seorang Uskup dari Oksirinkus namanya Abas Apphy.
Ketika ia masih sebagai seorang rahib ia menjalankan suatu cara hidup yang sangat keras. Ketika ia menjadi uskup ia ingin mempraktekkan kekerasan yang sama, di dunia, tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya.
Karena itu ia meniarap di hadapan Allah sambil berkata : “Apakah rahmatMu telah meninggalkan daku disebabkan oleh jabatanku sebagai Uskup ?”
Kemudian ia diberi wahyu begini : “Tidak, tetapi ketika engkau berada di dalam kesunyian dan di sana tidak ada seorang pun juga, Allah-lah yang menjadi penolongmu. Sekarang engkau ada di dunia, maka manusia-lah yang menjadi penolongmu.”
02 April
Di Cellia ada seorang rahib namanya Apollo. Kalau seseorang datang menemuinya ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan, ia akan mengatakan dengan gembira : “Aku sedang bekerja bersama Kristus hari ini, demi keselamatan jiwaku. Itulah hadiah yang Ia berikan untukku.”
03 April
Dikatakan ada seorang Abas namanya Apollo di Scetis. Ia dulunya seorang gembala dan sangat kasar. Pernah ia pada suatu hari melihat seorang wanita hamil di ladang dan ketika dikuasai oleh iblis ia berkata : “Aku ingin melihat bagaimana bayi itu berbaring dalam rahimnya.”
Maka ia merobek perut si wanita dan melihat janin itu. Segera hatinya menjadi kacau dan dipenuhi oleh perasaan remuk redam ia pergi ke Scetis serta menceritakan kepada para Bapa apa yang telah ia perbuat, kemudian ia mendengar para rahib bernyanyi : “Batas umur kami 70 tahun, atau 80 jika kuat. Dan hampir seluruhnya susah dan derita” (mzm 90,10).
Ia berkata kepada mereka : “Aku berusia 40 tahun tapi belum pernah mengucapkan doa sepotong pun; kalau aku hidup satu tahun lagi aku tidak akan berhenti berdoa kepada Allah supaya Ia berkenan mengampuni dosa-dosaku.”
Ia tidak bekerja tangan tetapi menghabiskan seluruh waktunya dengan berdoa, ia berkata : “Aku sebagai manusia telah berdosa, apakah Engkau sebagai Allah mengampuni.”
Demikianlah doanya menjadi kegiatannya siang dan malam. Seorang saudara yang tinggal bersamanya mendengar ia berkata : “Aku telah berdosa melawan Dikau, ya Tuhan; ampunilah aku, supaya aku boleh menikmati sedikit kedamaian.”
Dan ia menjadi yakin bahwa Allah telah mengampuni semua dosanya, termasuk dosa membunuh si wanita; tetapi untuk dosa membunuh bayi itu, ia masih ragu-ragu.
Lalu seorang rahib berkata kepadanya : “Allah telah mengampuni juga mengenai kematian bayi itu, tetapi Ia membiarkan engkau dalam kedukaan karena itu baik untuk jiwamu.”
04 April
Sehubungan dengan menyambut para saudara, Abas Apollo berkata bahwa kita harus membungkuk di hadapan saudara-saudara yang datang, karena bukan di hadapan mereka melainkan di hadapan Allah-lah kita meniarap.
Ia berkata : “Ketika engkau melihat saudaramu, engkau melihat Tuhan Allahmu.”
Ia menambahkan : “Kita belajar hal itu dari Abraham (bdk.Kej 18). Kalau engkau menerima para saudara, undanglah mereka untuk beristirahat sebentar, karena itulah yang kita pelajari dari Lot yang mengundang para malaikat.” (Bdk. Kej 19,3)
05 April
Abas Andreas berkata : “Ada tiga hal yaang sesuai dengan hidup seorang rahib : mengasingkan diri, hidup miskin dan bertahan dalam kesunyian.”
06 April
Ada seorang rahib di Thebaid, Abas Antonius, yang melakukan banyak perbuatan baik ketika ia masih muda. Tetapi ketika ia menjadi tua ia menjadi sakit dan menjadi buta. Karena penyakitnya itu, para saudara dengan sangat telaten, sampai makan pun disuapi.
Kemudian Abas Aio ditanya, apa yang akan terjadi dengan perhatian yang begitu besar.
Ia menjawab : “Aku memberitahukan kepada kalian, kalau ia makan dengan lahap dan senang hati meskipun hanya satu hari, Allah akan menghapus semua perbuatan baiknya; akan tetapi kalau ia menerima makanannya dengan enggan dan berat hati, Allah akan tetap menghargai perbuatan-perbuatan baiknya, karena ia berbuat demikian melawan kehendaknya sendiri. Dan para saudara yang menyuapinya akan menerima ganjaran mereka.”
07 April
Pada suatu hari seorang oetugas pemerintah datang ke Pelusia untuk menarik pajak-suara dari para rahib, seperti yang dilakukan terhadap penduduk di dunia.
Semua saudara berkumpul membicarakan usulan pajak itu dan pergi kepada Abas Ammonatas. Beberapa Bapa berpendapat bahwa mereka harus pergi menghadap Kaisar untuk hal itu. Abas Ammonatas berkata kepada mereka : “Tidak perlu banyak repot. Tetaplah tenang dan tinggal di sel kalian, berpuasalah selama 2 minggu, dan aku sendiri, dengan bantuan rahmat Allah, yang akan menangani masalah ini.”
Maka para saudara kembali ke sel mereka.
Sang penatua tetap tinggal dalam kedamaian selnya sendiri.
Sesudah dua minggu para saudara merasa tidak puas dengan sang penatua, yang mereka lihat tidak berusaha apa-apa, lalu mereka berkata : “Sang penatua tidak melakukan apa-apa untuk masalah kita.”
Pada hari kelimabelas, sesuai dengan kesepakatan mereka, para saudara berkumpul lagi dan sang penatua datang dengan sepucuk surat yang sudah tertera cap kaisar. Melihat hal itu para saudara bertanya kepadanya dengan sangat heran : “Kapan Bapa memperoleh surat itu ?”
Kemudian sang penatua menjawab : “Percayalah kepadaku, saudara, aku pergi menghadap Kaisar pada malam itu dan Kaisar menulis surat ini. Kemudian aku pergi ke Alexandria untuk minta si petugas itu untuk ikut menandatanganinya dan begitulah aku kembali kepada kalian.”
Mendengar hal ini para saudara dipenuhi rasa takut dan berbuat silih di hadapan sang penatua. Demikianlah masalah mereka terpecahkan dan petugas pemerintah itu tidak menyusahkan mereka lagi.
08 April
Abas Doulas, murid Abas Bessarion, berkata : “Pada suatu hari ketika aku sedang berjalan di tepi laut aku kehausan dan berkata kepada Abas Bessarion, ‘Bapa, aku sangat haus.’
Ia berdoa dan berkata kepadaku, ‘Minumlah air laut itu.’
Ketika aku minum, air laut menjadi terasa manis. Aku bahkan mengisi botol kulitku karena khawatir akan haus lagi.
Melihat itu, sang penatua bertanya kepadaku mengapa aku menyimpan air laut itu di dalm botolku.
Aku berkata kepadanya, ‘Maafkan aku, karena khawatir kehausan lagi.’
Kemudian sang penatua berkata : “Allah ada di sini, Allah ada di mana-mana.”
09 April
Abas Doulas menceritakan lagi tentang Abas Bessarion.
Pada suatu kesempatan, Abas Bessarion, sesudah mengucapkan sebuah doa, menyeberangi sungai Krisoroas dengan berjalan di atasnya dan kemudia meneruskan perjalanannya.
Penuh dengan rasa kagum, aku bertanya dengan hormat kepadanya : “Apa yang dirasakan oleh kaki Bapa ketika Bapa berjalan di atas air ?”
Ia menjawab : “Aku merasakan air hanya menyentuh sampai tumit saja, sedangkan yang lainnya kering,”
Pada hari lain, ketika kami bermaksud mengunjungi seorang rahib, matahari hampir terbenam. Maka Abas Bessarion mengucapkan doa ini : “Aku mohon kepada-Mu, ya Tuhan, semoga matahari tetap bersinar sampai kami tiba pada hamba-Mu.” Dan memang itulah yang terjadi.
10 April
Abas Doulas menceritakan juga peristiwa berikut.
Pada suatu hari ketika aku tiba di sel Abas Bessarion, aku mendapatkan dia sedang berdiri sambil berdoa dengan tangan terangkat ke surga. Selama 14 hari ia tetap dalam posisi demikian. Kemudian ia memanggil aku dan berkata kepadaku untuk mengikutinya.
Kami pergi ke padang gurun. Karena haus, aku berkata kepadanya : “Bapa, aku haus.”
Kemudian, sambil membawa kantong kulitku, sang penatua berjalan selemparan batu dan sesudah selesai berdoa ia membawa kembali kantong itu sudah penuh dengan air.
Lalu kami berjalan terus dan tiba di sebuah gua. Ketika kami masuk, kami menemukan seorang saudara, sedang duduk dan sibuk menjalin sebuah tali. Ia tidak melihat pada kami, juga tidak menyalami kami, karena ia tidak ingin mengadakan pembicaraan dengan kami.
Maka sang penatua berkata kepadaku : “Mari kita pergi; kelihatannya rahib tua itu tidak yakin apakah ia harus berbicara dengan kita.”
Kami melanjutkan perjalanan kami menuju Likopolis sampai kami tiba di sel Abas Yohanes.
Sesudah menyalami dia, kami berdoa, lalu sang penatua duduk untuk membicarakan penglihatan yang telah diperolehnya. Abas Bessarion berkata bahwa telah diberitahukan kepadanya bahwa kuil-kuil akan dihancurkan.
Dan itu terjadi : kuil-kuil hancur.
Ketika kami kembali, kami singgah lagi ke gua di mana kami telah melihat saudara tersebut.
Sang penatua berkata kepadaku : “Mari kita masuk dan melihat dia; barangkali Allah telah mengatakan kepadanya supaya berbicara kepada kita.”
Ketika kami masuk, kami menemukan dia sudah meninggal.
Sang penatua berkata kepadaku : “Mari, saudara, kita bawa jenasah ini; untuk alasan inilah Allah telah mengirimkan kita ke sini.”
Ketika kami membawa jenasah itu untuk
dikubur ternyata itu adalah seorang wanita.
Dipenuhi rasa heran, sang penatua berkata : “Lihat bagaimana wanita telah mengalahkan setan, sedangkan kita masih berkelakuan buruk di kota-kota.”
Sesudah mengucapkan syukur kepada Allah, yang melindungi mereka yang mencintai-Nya, kami pulang.
11 April
Pada suatu hari seorang yang kemasukan iblis datang ke Scetis dan mereka mendoakan dia tetapi iblis itu tidak mau keluar dari dia, karena iblisnya keras kepala.
Para imam berkata : “Apa yang dapat kita lakukan melawan iblis ini ? Tak seorang pun dapat mengusirnya kecuali Abas Bessarion. Akan tetapi kalau kita memanggil dia, ia tidak akan datang, bahkan ke gereja pun tidak. Karena itu mari kita lakukan begini : karena ia datang ke gereja pagi-pagi, sebelum semua orang lainnya, mari usahakan supaya yang kerasukan itu tidur di sini dan kalau ia datang, mari kita tetap berdoa, lalu berkata kepadanya , ‘Bapa, bangunkanlah saudara itu,’”
Begitulah yang mereka lakukan. Ketika sang penatua datang pagi-pagi, mereka tetap berdoa dan berkata kepadanya : “Bangunkanlah saudara itu.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Bangunlah dan pergilah.”
Langsung si iblis keluar daripadanya dan sejak saat itu ia sembuh.
12 April
Abas Bessarion berkata : “Selama 14 hari siang malam aku berdiri di tengah-tengah semak duri, tanpa tidur.”
Ia berkata juga : “Selama 14 tahun aku tidak pernah berbaring, tetapi selalu tidur dengan duduk atau berdiri.”
Ketika hampir meninggal ia berkata : “Rahib harus menjadi seperti Kerubim dan Serafim : semuanya mata.”
13 April
Seorang saudara yang telah berbuat dosa diusir dari gereja oleh imam; Abas Bessarion bangun dan pergi bersama dia sambil berkata : “Aku juga seorang pendosa.”
14 April
Abas Bessarion berkata: “Kalau engkau merasa damai, tanpa harus berjuang apa-apa, rendahkanlah dirimu agar jangan sampai engkau menjadi sesat karena kegembiraan palsu yang kau alami.
Kalau kita membanggakan diri sendiri kita akan diutus untuk bertempur. Karena kerap terjadi, disebabkan oleh kelemahan kita, Allah tidak mengizinkan kita dicobai, khawatir jangan sampai kita dikalahkan.”
15 April
Seorang saudara yang tinggal satu pondok bersama para saudara lainnya bertanya kepada Abas Bessarion : “Apa yang harus kulakukan ?”
Sang penatua menjawab : “Jaga silensium dan jangan membanding-bandingkan dirimu dengan orang-orang lain.”
16 April
Para murid Abas Bessarion menceritakan bahwa hidupnya seperti burung di udara, atau ikan di laut, atau binatang yang hidup di daratan, karena melewati seluruh waktunya tanpa cemas atau gelisah. Ia tidak mempermasalahkan tempat tinggal tertentu.
Keinginan akan tempat tertentu tak pernah menguasai jiwanya, apalagi kesenangan yang berlebihan, atau keinginan memiliki rumah-rumah atau membaca buku-buku.
Nampaknya ia sama sekali bebas dari semua nafsu badani, sambil mendasarkan dirinya pada harapan akan hal-hal baik yang akan datang, teguh dalam kekuatan imannya; ia hidup penuh kesabaran, seperti seorang tawanan yang digiring kemana-mana, selalu menderita kedinginan dan ketelanjangan, terbakar matahari.
Ia selalu tinggal di udara terbuka, menyakiti dirinya di tepi padang gurun seperti seorang pengembara. Kerap kali ia merasa baik untuk mengarungi lautan ke tempat-tempat yang jauh dan tak berpenghuni.
Kalau ia kebetulan tiba di tempat-tempat yang menyenangkan dimana para saudara hidup bersama, ia akan duduk di luar pintu gerbang, sambil menangis dan meratap seperti orang yang mengalami karam kapal dan menghempaskan dirinya ke tanah.
Lalu kalau salah seorang dari para saudara itu keluar menemukan dia di sana, yang duduk seperti salah seorang pengemis miskin yang hidup di dunia, dan dipenuhi rasa belas kasihan mendekati dia sambil bertanya : “Hai rahib, mengapa engkau menangis ? Kalau engkau perlu sesuatu, sejauh kami dapat kami akan memberikannya kepadamu, hanya saja sekarang masuklah, mari makan bersama kami dan beristirahatlah.”
Ia akan menjawab : “Aku tidak dapat tinggal di bawah atap begitu lama karena aku tidak menemukan lagi kekayaan-kekayaan rumahku.”
Lalu ia menambahkan bahwa ia telah kehilangan kekayaannya yang banyak itu dengan berbagai cara.
“Aku telah jatuh ke tangan para perompak, aku telah mengalami karam kapal, aku telah melecehkan kedudukanku, menjadi orang tak terkenal, padahal dulu aku seorang termahsyur.”
Saudara itu, yang tersentuh oleh kata-katanya, kembali sambil membawa sepotong roti dan memberikannya kepadanya dengan berkata : “Ambillah ini, Bapa; semua yang lainnya, semoga Allah memulihkan bagimu; rumah, kehormatan dan kekayaan yang telah kau bicarakan itu.”
Tetapi ia, sambil meratapi diri lebih hebat dan mengeluh dalam-dalam, menambahkan : “Aku tidak dapat mengatakan kalau aku akan mendapatkan kembali hal-hal baik yang telah hilang dan yang kucari itu. Tetapi aku masih lebih susah lagi karena setiap hari aku harus mengalami bahaya maut dan tidak dibiarkan beristirahat dari bencana-bencana yang menimpa diriku. Karena aku harus selalu mengembara, untuk menyelesaikan perjalanan hidupku.”
17 April
Abas Benyamin berkata : “Ketika kami kembali ke Scetis, sesudah panen berakhir, sebagai bayaran mereka memberi kami masing-masing sebuah bejana gips yang berisi setengah liter minyak dari Alexandria.
Ketika tiba lagi saat panen, para saudara membawa bejana-bejana mereka ke gereja. Sedangkan bejanaku sendiri, aku tidak pernah membuka tutup bejana itu melainkan telah membuat satu lubang kecil dengan belatiku, sambil membayangkan dalam hati bahwa aku telah melakukan sesuatu yang hebat.
Tetapi ketika para saudara membawa bejana mereka dalam keadaan utuh sedangkan bejanaku sudah berlubang, aku menjadi malu dan rasanya seperti aku telah melakukan perzinahan.”
18 April
Ketika ia hampir meninggal, Abas Benyamin berkata kepada anak-anaknya : “Kalau kalian menjalankan yang berikut ini, kalian dapat selamat : bergembiralah setiap waktu, berdoalah tanpa henti dan bersyukurlah untuk segala sesuatu.”
19 April
Seseorang bertanya kepada Abas Biare demikian : “Apa yang harus kulakukan supaya selamat ?”
Ia menjawab : “Pergilah, kurangi nafsu makanmu dan teruskan kerja tanganmu, tinggallah tanpa rasa cemas dalam selmu maka engkau akan selamat.”
20 April
Dikatakan tentang Abas Gelasius bahwa ia memiliki sebuah Kitab Suci dari kulit yang berharga 18 keping perak. Kitab itu memuat seluruh Perjanjian Lama maupun Baru.
Ia meletakkannya di Gereja supaya setiap saudara yang menginginkannya, dapat membacanya.
Seorang rahib asing datang mengunjungi sang penatua dan ketika melihat Kitab Suci itu ia ingin memilikinya, maka ketika ia pergi Kitab itu dicurinya.
Sang penatua tidak mengejarnya untuk mengambil kembali Kitab itu, meskipun ia tahu apa yang dilakukannya.
Ketika saudara itu pergi ke kota dan mencoba untuk menjualnya, dan ketika ia menemukan seorang pembeli, ia minta harga 13 keping perak untuk buku tersebut.
Si pembeli berkata kepadanya : “Pinjamkan dulu buku itu supaya aku menelitinya kemudian aku akan menawar harganya.” Maka ia memberikan buku itu kepadanya.
Si pembeli membawanya kepada Abas Gelasius supaya ia menelitinya dan mengatakan kepadanya berapa harga yang ditetapkan oleh si penjual.
Sang penatua berkata kepadanya : “Beli saja, karena memang bagus dan harga yang ia tetapkan sudah pantas.”
Orang itu, ketika kembali, mengatakan sesuatu yang agak berbeda kepada si penjual, tidak seperti apa yang telah dikatakan sang penatua kepadanya.
Ia berkata : “Aku telah memperlihatkannya kepada Abas Gelasius dan ia berkata bahwa itu kemahalan, tidak sebanding dengan harga yang kau tetapkan.”
Mendengar itu, ia bertanya : “Apakah sang penatua mengatakan sesuatu yang lain ?”
“Tidak”’ jawabnya.
Kemudian si penjual berkata : “Aku tidak jadi menjualnya.”
Dipenuhi dengan perasaan remuk-redam ia kembali menemukan sang penatua untuk berbuat silih dan memohon kepadanya supaya mengambil buku itu kembali.
Akan tetapi ia tidak ingin mempermalukan saudara itu. Kemudian saudara itu berkata kepadanya : “Kalau Bapa tidak mengambilnya kembali, saya tidak akan tenang.”
Sang penatua menjawab : “Kalau engkau tidak akan mendapatkan kedamaian, maka aku akan mengambilnya kembali.”
Demikianlah saudara itu tetap tinggal di sana sampai saat kematiannya, karena mendapatkan manfaat rohani dari cara hidup sang penatua.
22 April
Sebuah sel yang dikelilingi sebidang tanah diwariskan kepada Abas Gelasius oleh seorang rahib tua yang tinggal di dekat Nikopolis.
Lalu seorang petani dusun, di bawah Batacus, yang tinggal di Nilopolis di Palestina, menghadap Batacus sambil mohon supaya mendapatkan kembali bidang tanah itu karena menurut hukum itu seharusnya dikembalikan kepadanya.
Batacus seorang yang kejam. Ia mencoba mengambil tanah tersebut dari Abas Gelasius dengan kekerasan. Tetapi Abas Gelasius, yang tidak ingin kalau sebuah sel monastik harus diserahkan kepada seorang awam, tidak menyerahkan tanah itu.
Batacus, yang tahu bahwa keledai-keledai Abas Gelasius sedang mengangkut buah zaitun dari ladang yang dihibahkan kepadanya itu, membelokkan keledai-keledai itu dengan kekerasan dan merampas buah-buah zaitunnya; hampir saja ia tidak mengembalikan binatang-binatang itu kepada para penunggangnya karena telah menyebabkan mereka menderita akibat perlakuan kejam yang ia timpakan pada mereka.
Sang penatua yang suci itu tidak menuntut kembali buah-buahnya, tetapi ia tidak menyerahkan pemilikan tanah itu karena alasan yang telah kami katakan di atas.
Sangat geram dengan dia, Batacus, yang punya masalah lain yang harus ia tangani juga (karena ia senang mengajukan perkara secara hukum), pergi ke Konstatinopel dengan berjalan kaki.
Ketika ia tiba dekat Antiokia, di situ ia mendengar kisah tentang Santo Simeon (ia seorang rahib terkenal yang bertapa di atas sebuah tiang) yang kemahsyurannya tersebar ke mana-mana. Sebagai seorang Kristen ia ingin melihat Santo itu.
Santo Simeon, dari atas tiangnya, melihat dia begitu ia masuk ke pertapaannya dan bertanya kepadanya : “Engkau dari mana dan akan pergi ke mana ?”
Ia menjawab : “Saya dari Palestina dan akan pergi ke Konstatinopel.”
Ia melanjutkan : “Untuk keperluan apa ?”
Batacus menjawab : “Untuk banyak persoalan. Saya harap, berkat doa-doa yang mulia, saya dapat kembali kesini untuk mencium jejak kaki yang mulia.”
Kemudian Santo Simeon berkata kepadanya : “Manusia celaka, engkau tidak ingin mengatakan bahwa engkau juga bermaksud melawan seorang pria Allah. Tetapi perjalananmu tidak beruntung dan engkau tidak akan melihat rumahmu lagi. Kalau engkau mau mengikuti nasihatku, tinggalkan daerah ini dan cepatlah kembali kepadanya untuk minta ampun, itu pun seandainya engkau masih bisa hidup ketika engkau mencapai tempat itu.”
Langsung Batacus ditimpa demam. Para teman seperjalanannya memasukkan dia ke dalam sebuah tandu dan ia bergegas, sesuai dengan perkataan Santo Simeon, untuk mencapai tempat Abas Gelasius untuk meminta ampun kepadanya.
Akan tetapi ketika ia tiba di Beirut, ia meninggal tanpa melihat rumahnya lagi, sesuai dengan ramalan sang penatua. Putranya-lah, yang namanya juga Batacus, yang menceriterakan kisah ini kepada banyak orang yang bisa dipercaya, ketika ia menceriterakan kisah kematian ayahnya.
22 April
Banyak muridnya biasa menceriterakan kisah tentang Abas Gelasius yang berikut ini.
Pada suatu hari, seseorang memberi mereka seekor ikan dan ketika ikan itu sudah dimasak, sang koki menyerahkannya kepada ekonom.
Lalu ada urusan mendesak yang membuat si ekonom harus meninggalkan ruang penyimpanan makanan tersebut.
Maka ia meletakkan ikan itu di lantai di atas sebuah piring sambil minta kepada seorang murid Abas Gelasius yang masih muda untuk menjaganya sebentar sampai ia kembali.
Anak itu dikuasai oleh keinginan yang kuat sehingga ia mulai makan ikan itu dengan rakus.
Sang ekonom, pada waktu kembali menemukan ia sedang makan, maka ia menjadi marah kepada anak itu yang sedang duduk di lantai.
Tanpa pikir panjang tentang apa yang ia lakukan, ia menyepak anak itu. Karena kena benturan pada bagian yang mematikan, oleh kuasa iblis si anak menghembuskan nafasnya dan meninggal.
Si ekonom, dikuasai perasaan takut, meletakkan anak itu ke atas tempat tidurnya sendiri, menutupinya dengan selimut dan menghadap Abas Gelasius sambil meniarap di muka kakinya, lalu menceriterakan kepadanya tentang apa yang terjadi.
Gelasius menasihati dia untuk tidak membicarakan hal itu kepada siapa pun dan menyuruh dia membawa anak itu, kalau semua orang sudah pergi untuk istirahat malam, ke ‘diaconicum’, membaringkannya di muka altar lalu pergi.
Ketika tiba di ‘diaconicum’, sang penatua tenggelam dalam doa terus-menerus.
Pada waktu pendarasan mazmur malam, ketika para saudara berkumpul, sang penatua pergi diikuti oleh si anak kecil itu. Tidak seorang pun tahu apa yang telah terjadi, kecuali dia dan ekonom, sampai saat kematiannya.
23 April
Dikatakan bahwa ketika Abas Gelasius masih muda ia menjalani hidup miskin sebagai seorang anakorit.
Pada waktu itu di daerah yang sama ada banyak orang lain bersama dia yang menjalani cara hidup yang sama. Di antara mereka ada seorang rahib yang sangat sederhana dan miskin, yang tinggal di dalam satu sel saja sampai akhir hidupnya.
Tindak askesis dari rahib itu ialah untuk tetap mempertahankan hanya memiliki dua jubah saja dan sampai pada hari kematiannya tidak memikirkan tentang masa depan selama ia bersama teman-temannya.
Ketika Abas Gelasius, berkat bantuan ilahi, mendirikan pertapaannya, ia diberi banyak hadiah dan ia juga memperoleh keledai-keledai serta ternak yang diperlukan untuk pertapaannya.
Sejak awal ia telah membahas pendirian pertapaan itu dengan Pakomeus Agung dan selalu meminta pandangannya selama pembangunan pertapaan itu.
Rahib yang telah kita bicarakan di atas, ketika melihat Gelasius sibuk dengan masalah pembangunan tersebut dan karena sangat mengasihinya, berkata kepadanya : “Abas Gelasius, aku khawatir batinmu akan diperbudak oleh tanah-tanah dan segala milik pertapaan yang lainnya.”
Tetapi ia menjawab : “Batinmu lebih diperbudak oleh jarum yang kau pakai untuk bekerja daripada batin Gelasius oleh barang-barang ini.”
24 April
Dikatakan tentang Abas Gelasius bahwa kerap kali ia dicengkeram oleh pikiran untuk pergi ke padang gurun.
Pada suatu hari ia berkata kepada muridnya : “Saudara, aku minta kepadamu untuk bersabar dengan apa yang akan kulakukan dan tidak mengatakan apa pun kepadaku selama seluruh minggu ini.”
Sambil membawa sebatang tongkat ia mulai berjalan dalam ruang muka selnya yang kecil. Kalau ia lelah, ia kan duduk sebentar, kemudian berdiri lagi untuk berjalan.
Ketika malam tiba, ia berkata kepada dirinya : “Orang yang berjalan di padang gurun tidak makan roti tetapi dedaunan; karena engkau lelah, makanlah sedikit sayuran.”
Ia melakukannya, lalu berkata lagi kepada dirinya : “Orang yang ada di gurun tidak tidur di atas tempat tidur, tetapi ia di alam terbuka, maka lakukanlah yang sama.”
Demikianlah ia berbaring dan tidur di ruang muka selnya. Ia berjalan secara begitu selama 3 hari dalam pertapaan, makan sedikiut daun slada pada waktu malam dan tidur sepanjang malam di alam terbuka dan ia menjadi lelah.
Kemudian, dengan memunculkan kembali pikiran yang mengganggunya itu, ia menolaknya dengan kata-kata ini : “Kalau engkau tidak dapat melaksanakan cara hidup padang gurun, tinggallah dengan tekun dalam selmu, sambil menangisi dosa-dosamu, tanpa mengembara kesana kemari. Karena mata Allah senantiasa memandang pekerjaan-pekerjaan seorang rahib dan tak suatu pun luput daripada-Nya dan Ia tahu siapa yang melakukan kebaikan.”
25 April
Abas Gerontius dari Petra berkata bahwa banyak orang yang digoda oleh kenikmatan tubuh, melakukan dosa percabulan, bukan dalam tubuh mereka tetapi dalam roh mereka, dan sementara mereka menjaga tubuh mereka tetap murni, malah melakukan perzinahan dalam jiwa mereka.
“Oleh karena itu, saudaraku yang terkasih, baiklah melaksanakan apa yang tertulis, supaya setiao orang menjaga hatinya dengan segala kewaspadaan.” (Ams 4, 23)
26 April
Dikatakan tentang Abas Daniel bahwa ketika para barbar menyerang Scetis dan para Bapa mengungsi, sang penatua berkata : “Jikalau Allah tidak menjaga aku, mengapa aku masih hidup ?”
Kemudian ia lewat di tengah-tengah orang-orang barbar itu tanpa dilihat.
Karena itu ia berkata kepada dirinya sendiri : “Lihat, bagaimana Allah telah menjaga aku, karena aku tidak mati. Sekarang aku akan melakukan pekerjaan manusiawi dan mengungsi bersama para Bapa.”
27 April
Seorang saudara bertanya kepada Abas Daniel : “Berilah saya sebuah perintah dan saya akan melaksanakannya.”
Ia menjawab : “Jangan pernah duduk di meja makan bersama seorang wanita dan jangan pernah makan bersama dia; kalau demikian engkau akan terhindar sedikit dari setan percabulan.”
28 April
Abas Daniel berkata : “Di Babilon seorang anak perempuan dari seorang yang penting kerasukan iblis.
Seorang rahib yang sangat dekat dengan ayah anak itu berkata kepadanya : “Tak ada seorang pun yang dapat menyembuhkan anakmu itu kecuali beberapa anakorit yang aku kenal. Tetapi kalau engkau minta mereka menyembuhkannya, mereka tidak akan mau karena kerendahan hati mereka. Maka marilah kita lakukan begini, kalau mereka datang ke pasar, perbuatlah seakan-akan engkau mau membeli barang-barang mereka dan kalau mereka datang kesini untuk mengambil uangnya, kita akan mohon supaya mereka berdoa dan aku percaya anakmu akan sembuh.”
Ketika mereka tiba di pasar mereka melihat seorang murid dari para penatua itu sedang menjual barang-barangnya, lalu mereka membawa dia dengan keranjang-keranjangnya untuk menerima uang pembayaran.
Tetapi ketika rahib itu tiba di rumah orang penting tersebut, perempuan yang kerasukan iblis itu datang dan menampar dia. Tetapi dia hanya memberikan pipinya yang lain, sesuai dengan perintah Tuhan (Mat 5,39).
Si iblis, yang tersiksa oleh perbuatan tersebut, berteriak, ‘betapa dahsyatnya! Perintah Yesus mengusir aku keluar.’
Segera perempuan itu sembuh. Ketika para penatua datang, mereka memberitahukan kepada para penatua itu apa yang telah terjadi lalu mereka memuliakan Allah sambil berkata : “Begitulah bagaimana kesombongan si iblis direndahkan, melalui kerendahan hati dari perintah Kristus.”
29 April
Abas Daniel berkata : “Badan maju pesat sejauh jiwa menjadi lemah, dan jiwa maju pesat sejauh badan menjadi lemah.”
30 April
Pada suatu hari Abas Daniel dan Abas Ammoes mengadakan perjalanan bersama-sama. Abas Ammoes berkata : “Kapan kita akan beristirahat dalam sebuah sel, Bapa?”
Abas Daniel menjawab : “Siapa yang dapat memisahkan kita dari Allah ? Allah ada dalam sel, sebaliknya, Ia juga berada di luar sel.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar