Pages

SERIAL 50 TAHUN WAFATNYA & 100 TAHUN STIGMATA "PIO" - "Pax In Omnibus"



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERIAL 50 TAHUN WAFATNYA & 100 TAHUN STIGMATA "PIO" - "Pax In Omnibus"
Paus Fransiskus akan melakukan kunjungan pastoral pada 17 Maret 2018 ini ke kota-kota Italia : Pietrelcina dan San Giovanni Rotondo, tempat-tempat yang paling terkait dengan Santo Padre Pio. Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Kantor Berita Takhta Suci, Greg Burke, pada 19 Desember 2017.
Tahun tersebut memperingati 100 tahun Padre Pio dari Pietrelcina menerima stigmata, serta memperingati 50 tahun wafatnya. Santo Pio sendiri lahir di Pietrelcina pada tanggal 25 Mei 1887, dan wafat pada tanggal 23 September 1968, di biara Kapusin yang terletak di San Giovanni Rotondo.
Selama Tahun Yubileum Kerahiman lalu, Paus Fransiskus telah meminta agar relikui Padre Pio sebagai teladan 'wajah kerahiman - misericordiae vultus", dihadirkan di Basilika Santo Petrus pada Hari Rabu Abu, dimana bagian tubuh Santo Pio dipertunjukkan untuk diberi penghormatan pada tanggal 8-14 Februari 2016.
Paus Fransiskus mengikuti jejak langkah Paus Santo Yohanes Paulus II, yang mengunjungi San Giovanni Rotondo pada tanggal 23 Mei 1987, dan Paus Emeritus Benediktus XVI, yang melakukan perjalanan kesana pada tanggal 21 Juni 2009.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Padre Pio Way...
Five Things We Can Learn From St. Padre Pio
Francisco Forgione was born on May 25, 1887, to a poor farming family in the small town of Pietrelcina, Italy.
From a young age little Francisco was very pious, and he expressed his desire to be a priest very early.
In 1903, at the age of fifteen, Francisco entered the novitiate for the Capuchin Franciscan Friars, taking the name Pio. He was ordained Padre (Father) Pio seven years later.
One day, while praying, St. Padre Pio experienced a vision of the wounded Christ and received the Stigmata.
According to this source, the Stigmata is:
…the wounds of Jesus inflicted by God upon the body of the saint-mystic-victim soul. They consist of the five wounds of Jesus which are the nail wounds in the hands and feet, along with the wound in the side, next to the heart. They can be either visible or invisible. The main purpose of the stigmata is so the saint may suffer in union with Jesus for the conversion of sinners, that is, for the redemption of humanity.
Before long, news of his stigmata had spread. Padre Pio became well-known and a great spiritual influence: not only in Italy, but around the world.
He was best known for his piety, his quality of preaching, his ability to read souls, his role as a confessor, his devoutly-said Masses (which, when he was in ecstasy, could be up to three hours long!) and his ability to bilocate.
Around the mid-1960s, Padre Pio’s health began to rapidly decline; on September 23, 1968, he died.
Pope John Paul II, now St. John Paul II, canonized Padre Pio in 2002. St. Padre Pio is the patron saint of civil defense volunteers, adolescents, and the city of Pietrelcina. His feast day is celebrated on September 23.
WHAT WE CAN LEARN FROM ST. PADRE PIO
St. Padre Pio’s life, on earth, touched many lives and it continues to this day. There are still many ways we can learn from this great saint’s preaching.
Here are five quotes of his that we can apply to our lives and learn from every day.
1. “You don’t have to be worthy, you only have to be willing.”
It can be easy to feel unworthy to hold a certain position or be put in charge of a task. Padre Pio reminds us that we need only be willing to accept the challenge. We do not have to be perfect by any means. The Lord only requires that we say yes.
2. “God will never permit anything to happen to us that is not for our greater good.”
This is a difficult reality to swallow, especially when we do not receive an outcome we had hoped for. But it’s a great reminder of Romans 8:28: “We know that all things work for good for those who love God…” God knows what He is doing, after all, and He holds each and every one of us in the palm of His hand. We simply need to trust in His ways, as hard as that may be.
3. “God will always give us more than we deserve.”
What great encouragement! Once we hand God the reins, He often has a funny way of returning the favor by blessing us more than we could ever have imagined.
4. “Serve the Lord with laughter.”
This is self-explanatory. Laugh. Be joyful. Smile. We never know whose day we might make by a simple laugh, smile, or kind word.
5. “Pray, hope, don’t worry. Worry is useless. God is merciful and will hear your prayers.”
“Pray, hope, and don’t worry” is probably Padre Pio’s most famous saying; however, we do not often hear the second part, which is: “Worry is useless. God is merciful and will hear your prayer.”
Worry really is pointless! It is kind of like a rocking chair–it gives us something to do, but does not help us move forward. Of course there will almost always be something to worry about, but dwelling on that worry will not help remedy the situation. The Lord hears each and every one of our prayers and His mercy never fails.
PRAYER TO ST. PADRE PIO...
Glorious, humble and beloved Padre Pio. Teach us, we pray, humility of heart, so that we may be counted among the little ones of the Gospel to whom the Father promised to reveal the mysteries of His Kingdom. Help us to pray without ceasing, certain that God knows what we need even before we ask Him. Amen.
B.
KISAH NYATA BERSAMA "PIO"
1.
PRIA DARI ASCOLI PICENO ITALIA.
Seorang pria dari Ascoli Piceno, Italia menceritakan: "Di akhir tahun 1950-an, aku pergi bersama istriku ke San Giovanni Rotondo untuk mengaku dosa kepada Padre Pio dan memperoleh absolusi dan penitensi darinya.
Sore itu, kami masih di biara dan Padre Pio melihatku dan bertanya:
-Kau masih disini ?
-Ya, "tikus kecil"-ku tak mau hidup, jawabku.
-Apa persisnya "tikus kecil" itu ? tanya Padre Pio.
-Mobilku, modelnya tikus kecil, jawabku.
-Pergilah lihat lagi, kata Padre Pio. Ia memintaku untuk meninggalkan biara dan memang bisa kami lakukan tanpa kesulitan.
Setelah berkendara sepanjang malam dan keesokan paginya, aku tiba di kotaku dan mampir ke bengkel untuk memeriksakan mobilku.
Setelah memeriksanya, mekaniknya berkata bahwa sistem elektrik pada mobilku sama sekali rusak dan dia ternganga tak percaya bahwa aku telah mengendarainya sepanjang malam.
Seharusnya, tidaklah mungkin aku dapat menempuh perjalanan 200 mil dari San Giovanni ke rumah dengan kondisi mobil demikian.
Aku sadar ini adalah pertolongan dari Padre Pio dan aku berterimakasih banyak kepadanya di dalam hatiku.
2.
ANNA ROMANAZZI.
Suami Anna Romanazzi meninggal pada usia relatif muda, 44 tahun pada November 1954.
Anna sangat berduka dan kejadian itu seakan "melumpuhkan" hidupnya.
Ia tak tahu bagaimana akan melanjutkan hidup. Ia sendiri menderita sakit pada otot-otot di bahu kanannya dan juga pada sepanjang punggungnya yang mengharuskan ia memakai plester penyangga dan kemungkinan memerlukan operasi di tahun-tahun mendatang.
Sejak suaminya meninggal, ia kehilangan semangat hidup, dan juga tak mau lagi memakai alat penyangga itu.
Keempat anaknya yang sudah dewasa menjadi sangat prihatin terhadap keadaannya. Saudarinya kemudian memutuskan untuk membawanya bertemu Padre Pio dan mengaturkan pertemuan.
Ketika Anna melihat bahwa Padre Pio duduk di bangku di koridor menunggunya, ia menjadi emosional, ia berlutut dan berkata kepadanya, "Padre Pio, bantulah aku menemukan jalan keluar."
Saat itu, rosario yang ada di pegangan Anna terjatuh ke lantai. Padre Pio membungkuk untuk memungutnya dan ketika memberikannya kembali kepada Anna, ia meletakkan tangannya yang luka ke atas bahu Anna. "Mata Padre Pio bersinar indah dan penuh belas kasih", Anna mengingat.
Dengan kelembutan, Padre Pio berkata kepadanya, "Kau sangat berdevosi kepada Hati Kudus Yesus. Serahkan dirimu kepadaNya. Aku mengampunimu. Pergilah dalam damai, Putriku." Padre Pio kemudian memberkatinya.
Tak membutuhkan kata-kata, Anna mengerti bahwa Padre Pio mengerti jiwanya.
Ketika lain kali, seorang teman Anna pergi kepada Padre Pio, Anna menitip pertanyaan, apakah ia seharusnya melakukan operasi yang dibutuhkan pada bahu dan punggungnya.
Temannya kembali dengan jawaban Padre Pio : "Katakan pada Anna, adalah tugasnya untuk menjaga dirinya, karena hidup kita bukanlah milik kita, kita harus mengembalikannya kepada Tuhan."
Anna memutuskan untuk menjalani operasinya.
Hasil X-ray menunjukkan ia tak lagi memerlukan operasi itu, karena tak ada masalah apapun dengan bahu dan punggungnya lagi.
Anna teringat, Padre Pio saat dulu meletakkan tangannya di atas bahunya dan mendoakannya.
"Padre Pio memperolehkan bagiku dari Tuhan, kedamaian hati, dan kesehatan fisik yang kubutuhkan. Dan itu juga yang dibutuhkan anak-anakku. Itu adalah awal dari hidup yang baru bagiku."
3.
ROH SURGAWI.
Berada sangat dekat dengan masing-masing kita, suatu roh surgawi, yang tak pernah sedikitpun meninggalkan kita sejak dari kita lahir sampai sampai kita mati. Ia menuntun kita, menjaga kita bagai sahabat, bagai saudara. Ini harus menjadi penghiburan bagi kita, terutama pada masa- masa kesukaran.
+ Padre Pio
4.
SANG PENASEHAT.
Selama bertahun-tahun, Padre Pio ditunjuk sebagai penasehat bagi anggota Ordo Ketiga St. Fransiskus di San Giovanni Rotondo.
Pertemuan mereka kadang diadakan di biara dan kadang di rumah salah satu anggota Ordo.
Suatu waktu, Padre Pio menghadiri pertemuan yang diadakan di rumah salah seorang anggota, Vittoria Ventrella.
Ketika Padre Pio hendak berbicara dalam pertemuan itu, burung peliharaan di rumah itu terbang dengan ribut di dalam sangkarnya dan berbunyi dengan nyaring dan menjadi gangguan selama beberapa saat.
Akhirnya, Padre Pio melihat kepada burung kecil itu dan berkata dengan nada memerintah, "Diamlah sekarang. Berhenti bernyanyi dan dengarkan!"
Membuat semua yang hadir terkesima; mendengar kata-kata Padre Pio, burung kecil itu sontak berhenti membuat gaduh. Dia hanya menggoyang-goyang kepalanya dalam diam, tanpa suara.
Setelah pertemuan usai, dan Padre Pio meningalkan tempat, burung itu kembali riuh dan bernyanyi nyaring seperti sebelumnya.
Kisah itu beredar dengan cepat, dan banyak orang lagi yang mengungkapkan kejadian-kejadian lain yang dihuhungkan dengan kharisma unik Padre Pio.
Banyak orang yang ingin bertanya kepada Padre Pio mengenai kejadian-kejadian seperti itu namun tak ada yang berani bertanya kepadanya, bahkan juga sesama Kapusin yang tinggal bersama Padre Pio sehari-hari.
Padre Pio secara alamiah, tertutup dan tidak menerima "obrolan" tentang hal-hal demikian itu.
5.
JANGAN TAKUT
Milikilah keberanian dan jangan takut kepada serangan dan gangguan setan.
Ingatlah ini selamanya : adalah tanda yang baik jika setan berteriak dan mengaum di sekitar hati nuranimu, karena ini menunjukkan bahwa ia bukan berada dalam kehendakmu.
+ St. Padre Pio
6.
ROSARIO RASA PADRE PIO
Padre Pio biasa membawa Rosario di tangannya selalu dan mendoakannya berkali-kali dalam sehari.
Ini yang pernah dikatakan Padre Pio tentang hal itu kepada teman-teman se biaranya :
- kepada Pastor Onorato Marcucci, suatu malam ketika Padre Pio meraih kembali Rosarionya yang ia letakkan beberapa detik di atas meja baca : "Dengan ini, seorang memenangkan pertempuran-pertempuran."
- Pastor Marcellino mengatakan bahwa jika ia membantu Padre Pio mencuci tangan, harus dilakukan sebelah-sebelah, karena ia menolak meletakkan Rosarionya dan memindahkannya dari satu tangan ke tangan lain.
- Kepada Enedina Mori : "Ketika kau lelah mendoakan Rosario, istirahatlah sejenak, lalu mulailah lagi."
- Kepada Pastor Carmelo pada 6 Februari 1954 jam 9 malam : "Aku masih mau berdoa dua kali Rosario malam ini. Aku baru berdoa 34 kali. Setelah itu aku akan tidur."
- Menjawab kepada Pastor Michaelangelo : "Hari ini aku berdoa kurang lebih 32 - 33 kali Rosario."
- Menjawab kepada Pastor Mariano : "Sekitar 30 kali, atau lebih, tidak kurang."
- Menjawab : "Kadang-kadang aku berdoa 40 kali Rosario sehari, kadang 50 kali.
Bagaimana aku melakukannya ?
Bagaimana kau bisa tak melakukannya satu kali pun ?"
"Doakan Rosario sering-sering. Itu hanya meminta pengorbanan sedikit namun memperolehkan sangat banyak."
"Kita tak dapat hidup tanpa Doa Rosario."
"Doakan Rosario. Doakan tiap hari."
"Rosario adalah senjata pertahanan dan sarana keselamatan.
Rosario adalah senjata yang diberikan kepada kita dari Bunda Maria untuk melawan
tipuan musuh."
7.
EKARISTI RASA PADRE PIO.
Kata Padre Pio tentang menghadiri Misa Kudus :
Masuki Gereja dengan diam dan dengan rasa hormat yang besar.
Ambil air suci dan buat Tanda Salib dengan pelan dan hati-hati.
Menghadap Tuhan dalam Sakramen dengan berlutut sungguh-sungguh. Berlutut di tempatmu dan serahkan kepada Yesus kehadiranmu.
Percayakan kepadaNya segala kebutuhanmu dan kebutuhan orang-orang lain. Bicara kepadaNya dengan penuh pengabdian.
Bersungguh-sungguh saat berdiri, berlutut, dan saat duduk. Tunjukkan sikap penuh pengabdian. Tunjukkan kesederhanaan. Jangan menoleh ke kanan ke kiri untuk melihat siapa yang masuk atau keluar.
Jangan tertawa. Jangan berbicara dengan orang lain, kecuali dalam keperluan. Ucapkan kata-kata (dalam Misa) dengan jelas dan tidak terburu-buru.
Berlakulah demikian sehingga semuanya sempurna. Jangan pergi sebelum meminta berkat Yesus, dan minta ampun atas kehadiranmu yang hanya sebentar.
Tinggalkan Gereja dengan tenang dan mengingatnya.
8.
BE FAITHFULL !
Hidup yang sekarang diberikan kepada kita bertujuan untuk memperoleh kehidupan kekal, dan jika kita tidak memikirkannya, kita membangun perhatian dan kesenangan akan apa yang menjadi milik dunia, di mana hidup kita hanya singgah. Ketika tiba waktu kita harus meninggalkannya, kita menjadi takut dan gelisah.
Percayalah padaku, untuk hidup bahagia di peziarahan ini, kita harus bertuju pada harapan akan tiba di tanah air kita, di mana kita akan tinggal selamanya.
Sementara itu kita harus dengan yakin mempercayai bahwa Tuhan memanggil kita kepadaNya dan Ia mengikuti kita sepanjang jalan yang menuju kepadaNya.
Ia tak akan mengijinkan apapun terjadi kepada kita yang bukan untuk kebaikan kita. Ia mengenal kita dan Ia mengulurkan tangan keBapaanNya kepada kita selama masa-masa sulit, supaya tak ada yang dapat menghalangi kita untuk berlari kepadaNya. Namun untuk mendapatkan rahmat ini, kita harus percaya penuh kepadaNya.
+ St. Padre Pio
9.
KESEMBUHAN SANG SUAMI.
Suami seorang wanita yang baik sedang sakit parah. Wanita itu berlari ke biara dan bertanya-tanya dalam hati, bagaimana aku bisa mendapatkan Padre Pio ?
Ia tahu harus menunggu selama tiga hari dalam antrian untuk bisa bertemu dengan Padre Pio dalam pengakuan dosa.
Jadi, selama Misa, ia berdiri dan berjalan dengan gelisah dari sisi Gereja yang satu ke sisi yang lain..
Ia pergi ke kapel kepada Bunda Maria menceritakan masalahnya dan juga kepada Padre Pio di dalam hatinya.
Setelah Misa selesai, ia masuk kembali ke dalam Gereja, berusaha untuk dapat menemui Padre Pio.
Akhirnya, ia berhasil mencapai lorong yang terkenal di mana Padre Pio biasa lewat dan ketika Padre Pio melewatinya, Padre Pio menatapnya dan berkata, "Wanita dengan iman yang lemah, kapankah kau akan berhenti memintaku ? Kau pikir aku tulikah ? Kau telah menceritakan masalahmu padaku 5 kali ketika kau berputar-putar di Gereja, di depanku, di sisi kiri kananku, di belakangku. Aku mengerti! Aku sudah mengerti! Pulanglah! Semua hal baik!"
Wanita itu pulang dan menemukan suaminya sembuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar