Pages

Minggu, 04 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 04 Maret 2018
Hari Minggu Prapaskah III
Keluaran (17:3-7)
(Mzm 95:1-2,6-7,8-9)
Roma (5:1-2.5-8)
Yohanes (4:5-42) (Singkat: 4:5-15,19b-26,39a,40-42)
"Vidi Aquam - Aku melihat Air (hidup)."
Inilah pesan pokok yang dihadirkan dalam perjumpaan dengan perempuan Samaria bahwa Yesus datang sebagai "CIVITA", semacam air hidup" (Sunda: Ci, Lat: vita) yang mempunyai caritas/kasih, vitalitas/hidup dan humilitas/kerendahan hati.
Adapun 3 kalimat yang bisa kita renungkan, antara lain:
1.“Berilah Aku minum!”:
Yesus dan perempuan Samaria ini adalah dua orang yang sama-sama berjumpa dan bercerita di pinggir sumur Yakub. Yesus hadir secara insani dan meminta air kepada wanita Samaria yang notabene adalah orang tersingkir dan dicap buruk sebagai kafir dan pendosa bahkan kawin berkali-kali. Dengan kata lain: Kita diajak untukl datang dan selalu memberikan persembahan hidup kepadaNya walaupun kita nyatanya terbatas-rapuh dan banyak kelemahan.
2."Tuhan, berikanlah aku air itu":
Inilah permintaan perempuan Samaria kepada Yesus. Indahnya perempuan itu tidak disebutkan namanya, bisa jadi nama perempuan itu adalah nama kita masing-masing yang seringkali "haus" dalam rutinitas harian. Dengan kata lain: Kita diajak untuk selalu datang dan meminta kesegaran sejati dariNya. Hal ini secara jelas tampak dalam misteri ekaristi yakni ketika Tuhan mau menjadi "hosti"/korban yang mau dipecah dan dibagi untuk kita.
3."MenyembahNya dalam Roh dan Kebenaran":
Dalam kisah ini, ada 6 sebutan yang dikenakan kepada Yesus adalah: seorang Yahudi, Tuan, Nabi, Mesias, Rabi, Juruselamat dunia. Sebutan terakhir "Juruselamat dunia" adalah puncak dari proses beriman terhadap Yesus secara benar. Dia yang pada mulanya dianggap seorang Yahudi yang kehausan ternyata adalah Rabi bahkan Nabi bahkan lebih lagi yakni Kristus (Mesias).
Nah, setelah banyak orang Samaria mengenal betul dan mengalami hidup bersama Yesus, mereka sampai pada pengakuan iman bahwa Yesus adalah "Salvator Mundi/Penyelamat Dunia. Kita juga diajak untuk selalu hidup bersamaNya dan semakin mengenali dan mengalamiNya secara pribadi dengan lebih mendalam karena Dia adalah sungguh penyelamat yang sejati.
"Dari Tarsus sampai Parakan - Bersama Yesus kita semakin disegarkan."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Yohanes 4:5-42
Yesus mengatakan pada perempuan yang bercakap-cakap dengan-Nya bahwa ia perlu meminta Air Hidup.
Komentar Kitab Suci:
Pernahkah kamu merasa lelah, capai, atau sangat bosan, seperti tanaman yang kering dan layu?
Dapatkah kamu membayangkan suatu tanaman yang kering layu, dan kemudian dapatkah kamu melihat seseorang menyiraminya dengan air? Perhatikan baik-baik sementara tanaman itu perlahan-lahan mulai segar dan hidup kembali.
Dapatkah kamu membayangkan dirimu sendiri bagaikan tanaman yang kering dan layu itu? Mungkin kamu dapat menceritakan atau menunjukkan pada Yesus seperti apa hatimu ketika kamu merasa demikian.
Sekarang, dapatkah kamu membayangkan Yesus bersamamu dan menyirami hatimu yang terdalam? Apakah yang terjadi ketika Yesus melakukan hal itu? (Luangkan waktu untuk membayangkan apa yang terjadi dalam hatimu yang terdalam ketika Yesus melakukan hal itu).
Katakan atau tunjukkan pada Yesus bagaimana rasa hatimu ketika Ia bersamamu dan menyirami hatimu dengan Air Hidup.
B.
“Tuhan, berilah aku air kehidupan”
01.
Pada zaman Yesus, Palestina terbagi menjadi 3 propinsi, yaitu Yudea di sebelah selatan, Samaria di tengah dan Galilea di sebelah utara. Orang Yudea dan Galilea menganggap diri sebagai orang Yahudi tulen. Mereka memandang rendah orang Samariadan dianggap sebagai bangsa yang najis, sebab merupakan bangsa campuran yang berasal dari suku-suku bangsa di wilayah jajahan Asiria. Agar tidak terjadi pemberontakan, pada tahun 721 BC Raja Asyur membuang sebagian orang Yahudi kalangan atas ke daerah Asiria dan menggantikannya dengan orang-orang dari daerah lain (2 Raj 17:24-41). Para pendatang itu juga membawa dewa-dewa mereka sendiri dan melakukan praktek penyembahan sesuai dengan kebiasaan mereka di daerah asal. Dalam proses sosialisasi dengan penduduk asli Samaria terjadilah sinkretisme. Karena itu orang-orang Yahudi (baik dari Yudea maupun Galilea) menganggap orang-orang Samaria sesat karena mereka hanya mengakui Kelima Kitab Musa (Pentateukh) dan tidak menerima Kitab-kitab para nabi. Selain itu Orang Samaria tidak beribadah di Bait Allah Yerusalem tetapi di Bait Allah yang dibangun diatasGunung Gerizim. Ketegangan itu memuncak ketika para pemimpin agama Yahudi pada tahun 129 BC dibawah pimpinan rabbi Yohanes Hyrcanus membakar Bait Allah tersebut karena dianggap sebagai tempat penyembahan berhala. Begitu buruknya relasi itu sehingga orang Yahudi dan orang Samaria tidak saling menyapa. Dalam konteks situasi seperti itu, maka percakapan antara Yesus dengan wanita Samaria itu menimbulkan keheranan baik bagi wanita itu sendiri maupun bagi para murid.

02.
Agar dapat memahami perikop ini dengan lebih baik, kita mesti melihat konteksnya yaitu Yoh 2-4. Bagian ini dibuka dengan dua kisah “tanda” pewahyuan Sang Mesias yaitu “tanda” pengubahan air menjadi anggur di Kana (Yoh 2:1-12) dan “tanda” penyucian Bait Allah di Yerusalem (Yoh 2:13-22). Pewahyuan melalui tanda itu ditanggapi dengan pertobatan : pertama oleh Nikodemus, seorang Farisi, pemimpin agama Yahudi dan “pengajar Israel” (Yoh 3:1-21) yang mewakili Yudaisme resmi. Kedua, oleh orang-orang Samaria atas ajakan seorang wanita yang telah bertemu Yesus di sumur Yakob (Yoh 4:1-42) yang mewakili kelompok “skismatik” Yudaisme. Ketiga, oleh seorang pegawai istana dari Kapernaum (Yoh 4:43-54) yang mewakili bangsa-bangsa bukan Yahudi, yang dianggap kafir. Ketiga kelompok ini merepresentasikan “seluruh dunia”.
03.
Dalam ayat 4 dikisahkan bahwa Yesus “harus” melintasi daerah Samaria. Keharusan ini tidak pertama-tama menunjukkan keharusan rute greografis tetapi keharusan dalam konteks pelaksanaan rencana keselamatan Allah. Allah Bapa menghendaki agar peristiwa itu terjadi di Samaria sehingga universalitas keselamatan yang diwartakan Putra-Nya menjadi nyata. Dalam ayat 6 ada petunjuk waktu yang sangat menarik: Wanita Samaria itu mengambil air “kira-kita pukul duabelas”. Waktu tengah hari seperti itu bukan merupakan saat yang lazim untuk menimba air. Barangkali wanita itu memang menghindari perjumpaan dengan orang lain karena kehidupan pribadinya yang tidak bisa dibanggakan. Dalam ay. 16-18 Yesus membeberkan kehidupan pribadi wanita itu. Ibuini mengalami kegagalan dalam kehidupan rumah tangganya. Dia menikah sampai lima kali dan berakhir dengan perceraian. Dan saat ini ia bahkan hidup bersama dengan seorang pria yang tidak dinikahinya secara sah. Namun kegagalan hidup itu tidak menghalanginya untuk menerima kekayaan rohani dari Sang Sumber Kehidupan untuk diubah, dibebaskan, diselamatkan. Yesus bukan hadir sebagai tokoh yang mengadili tetapi Ia datang untuk membebaskan orang dari beban kehidupan agar bisa mengalamiAllah sebagai Bapa.

04.
Beberapa ekseget memahami keheranan wanita Samaria atas permintaan Yesus untuk minum dari klenthing yang dibawanya (ay. 9) dalam konteks pandangan tentang kenajisan ritual. Kalau keterangan “tidak bergaul” (no dealings, sugchraomai) diartikan tidak berkomunikasi atau tidak berurusan, nampak tidak sesuai dengan ay. 8 yang menceritakan bahwa para murid pergi ke kota Sikhar untuk membeli makanan. Pada zaman Yesus, orang Samaria dianggap najis oleh orang Yahudi karena mereka tidak menjalankan hukum Taurat dengan murni dan setia. Bersentuhan dengan orang atau barang yang najis akan menjadikannya najis pula. Maka minum dari klenthing yang dibawa dan dipakai orang najis akan menjadikan Yesus najis. Tetapi Yesus mengabaikan hal itu. Sikap Yesus itulah yang membuat wanita Samaria ini merasa heran, "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (ay. 9). Maksudnya, “Apakah engkau tidak takut menjadi najis karena minum dari klenthingku?”.
05.
Air hidup menjadi salah satu topik yang menjadi isi pembicaraan. Pembicaraan itu diwarnai dengan kesalahpahaman. Wanita menangkap istilah itu dalam pengertian sehari-hari: air yang mengalir keluar dari sumbernya (mis. sungai). Pembicaraan diawali dengan permintaan Yesus, “Berilah Aku minum” (ay.7). Yesus haus akan jiwa-jiwa yang lelah memikul beban kehidupan. Jiwa yang mendambakan pembebasan dan kesegaran. Sebagai gantinya Ia ingin memberikan air hidup. Yang dimaksudkan dengan air hidupadalah Hidup-Nya sendiri yang dianugerahkan-Nya dalam Roh Kudus. Yesus, Sang Kebenaran dan Roh Kudus menjiwai, meresapi,mengalir dalam diri manusia beriman untuk memberi kehidupan dan memungkinkannya menyembah Allah sebagai Bapa serta membangun hidup bersama dalam semangat persaudaraan sebagai anak-anak dari satu Bapa. Roh itu juga mendorong manusia untuk memandang alam sebagai anugerah kehidupan yang harus dipepetri, dijaga dan dicintai. Mereka yang terbuka terhadap Roh tidak akan haus lagi, menjadi segar, jujur, otentik dan penuh optimisme.

06.
Bait Allah di Gunung Gerizim mempunyai sejarah yang panjang. Setelah bencana air bah, Nabi Nuh mempersembahkan persembahan di gunung ini. Demikian juga Abraham diyakini mempersembahkan Ishak, putranya, di gunung ini pula dan kemudian berjumpa dengan imam agung Melchisedek. Menurut keyakinan orang Samaria, ketika bangsa Yahudi memasuki Tanah Terjanji di tempat ini pulalah untuk pertama kalinya mereka mempersembahkan persembahan kepada Allah (Ul 27:4-8). Meskipun pada tahun 129 BC Bait Allah dihancurkan oleh Yohanes Hyrcanus tetapi mereka membangunnya kembali dan sampai saat ini orang-orang Samaria merayakan pesta Paskah di Bait Allah Gerizim ini. Dengan demikian Bait Allah di Gerizim ini menjadi pesaing utama bagi Bait Allah di Yerusalem. Berdasarkan tafsiran atas Ul 12:1-4 semua kegiatan keagamaan kemudian dipusatkan di Yerusalem. Dalam konteks itu pertanyaan wanita Samaria ini sangat relevan: Diantara kedua tempat itu manakah yang lebih otentik sebagai tempat untuk menyembah Allah?

07.
Terhadap pertanyaan itu Yesus menanggapi, “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal” (ay. 22). Maksudnya, karena orang Samaria hanya menerima Kitab Pentateukh, mereka tidak dapat menangkap proses pewahyuan Allah secara utuh dan penuh sehingga tidak memahami siapa sebenarnya Allah yang disembah itu. Rasa pemusuhan turun temurun yang membuat hati tertutup dan keras kepala justru menjadikan jalan hidup mereka menyimpang dari kehendak Allah. Padahal melalui para nabi Allah mewahyukan Diri-Nya sebagai Bapa yang penuh kasih dan kerahiman, yang mengajak semua orang untuk hidup dalam kasih persaudaraan.

08.
Yesus menegaskan bahwa sekaranglah saatnya orang menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran. Maksudnyapenyembahan kepada Allah tidak hanya terbatas di tempat-tempat ibadah karena kehadiran-Nya tidak terkurung di tempat-tempat tertentu. Kita harus dapat menemukan, mengalami dan merasakan kehadiran Allah dalam segala sesuatu yang kita alami dan kita jumpai. Kita harus terbuka terhadap semua yang baik, benar dan suci. Kita tidak boleh memonopoli keselamatan dengan menganggap diri yang paling benar dan menganggap yang lain salah, sesat atau kafir. Roh dan kebenaran-Nya mendorong manusiauntuk mengakhiri konflik yang dikobarkan oleh mereka yang tidak mengenal Bapa dan ajaran Yesus. Roh dan kebenaran Kristus hadir dan secara aktif berkarya dalam hati orang beriman (2 Yoh 2), menjadi sumber hidup yang menumbuhkan kasih persaudaraan (1 Yoh 3:18-19) dan kerinduan kepada kekudusan (Yoh 17:17-19).

09.
Menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran juga bisa dimaknai sebagai ajakan untuk selalu memuji dan bersyukur kepada Allah sepanjang waktu. Dimulai saat bangun tidur di pagi hari, kita mengucap syukur atas anugerah kehidupan, atas hari baru, atas semua yang masih bisa kita nikmati. Kita membiasakan diri mengucap syukur atas apa yang kita terima dan alami. Bila yang kita alami adalah hal yang negatif, kita harus bisa melihat hal-hal baik yang ada di balik pengalaman itu. Mungkin Allah sedang menguji dan melatih kita membangun keutamaan tertentu seperti kesabaran, ketabahan, ketaatan, dan sebagainya. Bila yang kita alami adalah godaan berbuat dosa, maka kita juga harus tetap bersyukur bahwa kita dilatih mengendalikan diri melawan kecenderungan dosa. Begitu seterusnya. Bila kita berhadapan dengan orang lain yang selalu berpikiran dan bertindak negatif, mengeluh, tidak punya semangat, pesimis dengan keadaan, maka kita harus hadir sebagai terang, mengatakan yang sebaliknya, memberikan harapan dan semangat. Kehadiran kita harus menjadi kehadiran Allah yang memberikan air hidup yang menyuburkan cinta kasih dan semangat hidup. Allah ada dalam diri kita, membuat diri kita ada, hidup dan berkarya. Allah memanggil kita agar hidup bagi sesama, agar hidup kita bermanfaat untuk sesama.

10.
Ketagihan terhadap sebuah benda atau tindakan tertentu (misalnya narkoba, minuman beralkohol, rokok, judi, makanan, seks, pornografi, kerja, belanja atau obat-obatan psikotropika dsb) berawal dari keinginan untuk merasakan kenikmatan. Ketika tindakan itu diulang-ulang dan menjadi kebiasaan maka timbullah ketergantungan entah fisik atau psikologis secara tidak wajar. Orang baru merasa tenang, bisa bekerja atau berpikir dengan normal setelah mengkonsumsi atau melakukan hal-hal yang mendatangkan kenikmatan itu. Bila tidak, ia merasa gelisah, bingung, nervous, tidak tenang dsb. Tetapi kalau keinginan itu selalu dituruti dan dilampiaskan dia justru semakin dicekam oleh keinginan itu. Tidak pernah merasa puas, selalu merasa haus dan ingin selalu mengulang dan mengulang lagi.
Dalam perikop ini Yesus melihat beban kehidupan yang dialami oleh wanita Samaria itu. Dia memancing perhatian wanita itu dengan tawaran anugerah air hidup yang tidak akan membuatnya haus lagi. Dari dialog yang terjadi nampak bahwa wanita itu haus akan kasih yang sejati dan kekal. Wanita itu mengalami kegagalan dalam berumah tangga. Lima kali dia menikah dan semua harus berakhir dengan perceraian. Dan saat ini hidup bersama dengan seorang laki-laki tanpa ikatan perkawinan yang sah. Kegagalan demi kegagalan dalam cinta melemparkan wanita itu ke dalam kesendirian dan kesepian yang mencekam. Yesus tidak mencela, menyalahkan atau memberikan peringatan. Dengan tulus, penuh kasih namun tegas Yesus mengajak wanita itu untuk melihat ke depan, untuk tidak terjebak dalam kepahitan dan kegagalan masa lampau, untuk percaya kepada-Nya yang akan memuaskan dahaganya akan cinta sejati yang selama ini tidak pernah terpuaskan.
11.
Perjumpaan dengan Yesus mengubah dan membebaskan. Wanita Samaria itu datang untuk mencari air namun kemudian meninggalkan klenthing-nya karena telah menemukan Sang Sumber Air Hidup yang membebaskannya dari beban kehidupan dan dari masa lampau yang suram. Dia telah menemukan kehidupan baru. Kepenuhan hidup yang didapatkan itu mengubah orientasi hidupnya : Dia tidak lagi mencari air hidup untuk dirinya sendiri tetapi membagikannya kepada orang-orang sedesanya. Dia tidak lagi menghindari perjumpaan dengan orang lain tetapi justru mengajak oranglain untuk berjumpa dengan Yesus.
Indahnya: Pengalaman rohani wanita Samaria itu juga merupakan pengalaman rohani kita. Perjumpaan dengan Yesus mengubah arah hidup kita. Mengimani Allah sebagai Bapa mendorong kita untuk meyakini sesama sebagai saudara se Bapa tanpa memandang perbedaan suku, agama, warna kulit dan gender. Yesus menawari kita air hidup yang akan memuaskan kehausan akan cinta, kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Air hidup yang membawa kegembiraan, kegairahan, semangat dan optimisme.
C.
Kutipan Teka Misa:
Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 25:15-16)
Mataku tetap terarah kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jerat. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab sebatang kara dan celakalah aku.
Oculi mei semper ad Dominum, quia ipse evellet de laqueo pedes meos: respice in me, et miserere mei, quoniam unicus et pauper sum ego.
Doa Pembuka
Ya Allah Yang Maharahim dan sumber segala kebaikan, Engkau telah menyatakan bahwa dosa dapat diampuni dengan puasa, doa dan amal kasih. Sudilah memandang kami, ciptaan-Mu yang rapuh. Semoga belas kasih-Mu senantiasa mengangkat kami kembali ketika kami tertunduk karena menyadari kesalahan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan ini dapat digunakan khususnya kalau pada hari Minggu ini diadakan upacara Tobat I untuk para calon baptis.
Bacaan dari Kitab Keluaran (17:3-7)
"Berikanlah air kepada kami, supaya kami dapat minum."
Sekali peristiwa, setelah bangsa Israel melewati padang gurun Sin, dan berkemah di Rafidim, kehausanlah mereka di sana. Maka bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa dan berkata, “Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir untuk membunuh kami, anak-anak dan ternak kami dengan kehausan?” Lalu berseru-serulah Musa kepada Tuhan, katanya, “Apakah yang akan kulakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu!” Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Berjalanlah di depan bangsa itu, dan bawalah serta beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga tongkatmu yang kaupakai memukul Sungai Nil, dan pergilah. Maka Aku akan berdiri di depanmu di atas gunung batu di Horeb; pukullah gunung batu itu, dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum. Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel. Maka dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar, dan oleh karena mereka telah mencobai Tuhan dengan mengatakan, “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = es, 4/4, PS 854
Ref. Singkirkanlah penghalang Sabda-Mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Ayat. (Mzm 95:1-2,6-7,8-9)
1. Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
2. Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
3. Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, janganlah bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (5:1-2.5-8)
"Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."
Saudara-saudara, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk ke dalam kasih karunia Allah. Di dalam kasih karunia itu kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 4:42.15)
Tuhan, Engkau benar-benar Juruselamat dunia. Berilah aku air hidup, supaya aku tidak haus lagi.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (4:5-42) (Singkat: 4:5-15,19b-26,39a,40-42)
"Mata air yang memancar sampai ke hidup yang kekal."
Sekali peristiwa sampailah Yesus ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar, dekat tanah yang dahulu diberikan Yakub kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya, “Berilah Aku minum!” Sebab murid-murid Yesus telah pergi membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” Maklumlah orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Jawab Yesus kepadanya, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapa Dia yang berkata kepadamu ‘Berilah Aku minum’, niscaya engkau telah meminta kepada-Nya, dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu kepada-Nya, “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan ia sendiri telah minum dari dalamnya, ia beserta anak-anak dan ternaknya?” Jawab Yesus kepadanya, “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi!” Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai ke hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepada-Nya, “Tuhan, berilah aku air itu, supaya aku tidak haus, dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba.” Kata Yesus kepadanya, “Pergilah, panggillah suamimu dan datanglah ke sini.” Kata perempuan itu, “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya, “Tepat katamu bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami, dan yang sekarang ada padamu pun bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” Kata perempuan itu kepada Yesus, “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” Kata Yesus kepadanya, “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, tetapi kami menyembah yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang, dan sudah tiba sekarang, bahwa para penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah yang demikian. Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran.” Jawab perempuan itu, “Aku tahu, bahwa Mesias yang disebut juga Kristus akan datang; apabila datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya, “Akulah Dia, yang sedang bercakap-cakap dengan engkau!” Pada waktu itu datanglah murid-murid Yesus, dan mereka heran bahwa Yesus sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun berkata, “Apa yang Engkau kehendaki?” Atau: “Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” Sementara itu perempuan tadi meninggalkan tempayannya di situ, lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ. Mari lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia itu Kristus?” Maka mereka pun meninggalkan kota, lalu datang kepada Yesus. Sementara itu murid-murid mengajak Yesus, katanya, “Rabi, makanlah!” Akan tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain, “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Bukankah kamu mengatakan “Empat bulan lagi tibalah musim menuai?” Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu, dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya, dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa ‘Yang seorang menabur dan yang lain menuai’. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan. Orang-orang lain berusaha, dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada Yesus karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi, “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Yesus tinggal pada mereka, dan Yesus pun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan Yesus, dan mereka berkata kepada perempuan itu, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dia benar-benar Juruselamat dunia.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Dua orang yang sama-sama haus dan membutuhkan air berada di pinggir sumur. Yang satu seorang perempuan Samaria, entah siapa namanya, dan yang satu seorang pemuda dari Nazaret, Yesus.
Mereka berjumpa, ngobrol akrab, dan saling meminta air. Yesus meminta kepada wanita Samaria itu “Berilah Aku minum!” (ay.7).
Setelah lama ngobrol, akhirnya gantian. Wanita Samaria meninta air kepada Yesus "Tuhan, berikanlah aku air itu" (ay.15).
Menurut St. Agustinus, kisah ini mempunyai makna simbolis yang mendalam. Wanita Samaria tersebut tidak mempunyai nama. Nah, ini adalah kesempatan untuk memberikan nama kita masing-masing pada wanita tersebut.
Yesus haus. Ia bukan hanya haus secara fisik dan meminta air minum. Namun Ia haus akan jiwa-jiwa untuk diselamatkan. Dia meminta kepada kita untuk menyerahkan jiwa kita kepada-Nya.
Sebagai gantinya, Yesus juga memberikan air kehidupan, yakni Diri-Nya sendiri, Tubuh dan Darah-Nya yang dikorbankan bagi kita. Inilah pertukaran yang diharapkan Yesus, yang dalam Injil ini dilambangkan melalui dialog-Nya dengan wanita Samaria untuk saling meminta meminta dan memberikan air.
Untuk itu, marilah kita serahkan hidup kita, jiwa dan raga kita pekada Tuhan dan Tuhan juga memberikan Diri-Nya kepada kita. Dengan pertukaran dan saling menyerahkan diri itulah, terlaksanalah penyelamatan bagi kita. Sebab, "Dia benar-benar Juruselamat dunia." (ay.42).
Doa: Tuhan, Engkau telah memberikan Diri-Mu kepada kami. Semoga kami juga menyerahkan diri kami sepenuhnya kepada-Mu. Amin.
Antifon Komuni (Yoh 4:13-14)
Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, Sabda Tuhan, dalam dirinya air itu akan menjadi mata air, yang terus-menerus memancar sampai ke hidup yang kekal.
For anyone who drniks it, says the Lord, the water I shall give will become in him a spring welling up to eternal life.
Qui biberit aquam, quam ego do, dicit Dominus Samaritanæ, fiet in eo fons aquæ salientis in vitam æternam
atau
Minggu, 04 Maret 2018
Hari Minggu Prapaskah III
“Bangunan gereja manapun adalah rumahmu dan rumah Tuhan. Hargailah tempat itu sebagai tempat di mana kita dapat berjumpa dengan Bapa kita bersama” (Paus Yohanes Paulus II, Homili, 3 Nov 1982).
Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 25:15-16)
Mataku tetap terarah kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jerat. Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, sebab sebatang kara dan celakalah aku.
Oculi mei semper ad Dominum, quia ipse evellet de laqueo pedes meos: respice in me, et miserere mei, quoniam unicus et pauper sum ego.
Doa Pembuka
Ya Allah Yang Maharahim dan sumber segala kebaikan, Engkau telah menyatakan bahwa dosa dapat diampuni dengan puasa, doa dan amal kasih. Sudilah memandang kami, ciptaan-Mu yang rapuh. Semoga belas kasih-Mu senantiasa mengangkat kami kembali ketika kami tertunduk karena menyadari kesalahan kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (20:1-17)
"Hukum telah diberikan melalui Musa."
Di Gunung Sinai Allah berfirman begini, “Akulah Tuhan, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit, atau yang ada di bumi atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku, dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Enam hari lamanya engkau bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu. Tetapi hari ketujuh adalah Sabat Tuhan, Allahmu. Maka janganlah melakukan suatu pekerjaan, engkau sendiri atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan pada hari ketujuh Ia beristirahat. Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. Hormatilah ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. Jangan membunuh, jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu. Jangan mengingini isterinya, atau hamba sahayanya, lembu atau keledainya, atau apa pun yang dimiliki sesamamu.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = es, 2/4, PS 852
Ref. Sabda-Mu adalah kebenaran, hukum-Mu kebebasan.
Ayat. (Mzm 19:8.9.10.11; Ul: lh.Yoh 6:69)
1. Sabda Tuhan sempurna, menyegarkan jiwa. Peraturan Tuhan teguh, membuat arif orang bersahaja. Titah Tuhan tepat, menyenangkan hati. Perintah Tuhan jelas, membuat mata berseri.
2. Hikmat Tuhan baik, tetap selamanya. Keputusan Tuhan benar, adil selalu. Lebih indah daripada emas murni, lebih manis daripada madu lebah.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (1:22-25)
"Kami memberitakan Kristus yang tersalib, suatu sandungan bagi kebanyakan orang, tetapi bagi mereka yang terpanggil, merupakan hikmat Allah.
Saudara-saudara, orang Yahudi menuntut tanda dan orang Yunani mencari hikmat. Tetapi kami memberitakan Kristus yang tersalib. Suatu sandungan bagi orang Yahudi, dan kebodohan bagi orang bukan Yahudi. Tetapi bagi mereka yang dipanggil, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah! Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia, dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (2:13-25)
"Bait Allah yang dimaksudkan Yesus ialah tubuh-Nya sendiri."
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Maka Yesus membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing, domba dan lembu mereka; uang para penukar dihamburkan-Nya ke tanah, dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata, “Ambillah semuanya ini dari sini, jangan membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid Yesus bahwa ada tertulis, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.” Tetapi orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya, “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka, “Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya, “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini, dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan Yesus. Maka percayalah mereka akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Sementara Yesus tinggal di Yerusalem selama Hari Raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Yesus mengenal mereka semua. Dan tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Kutipan Injil hari ini mengisahkan bahwa Bait Allah adalah pusat kehidupan Bangsa Yahudi dan lambang agama mereka. Namun Yesus menemukan Bait Allah tidak bebas dari korupsi, nafsu akan kuasa, uang serta pungutan liar. Yesus menjadi marah karena kejahatan terjadi dan dilakukan di Bait Allah. Yesus marah ketika Bait Allah dijadikan tempat berjualan dan sarang penyamun. Yesus menjungkir balikkan meja para penukar uang. Yesus melepaskan hewan-hewan dagangan mereka. Yesus mengusir mereka dari pelataran Bait Allah.
Sesungguhnya, Yesus belum pernah marah seperti itu. Kemarahan Yesus menyangkut hal yang mendasar. Yesus marah karena orang datang ke Bait Allah bukan untuk mencari Tuhan, berbakti dan memuji Tuhan, tetapi justru untuk mencari uang, mencari keuntungan pribadi, untuk menipu dan membohongi orang-orang yang hendak berdoa, beribadat, memuji dan memuliakan Tuhan. Terutama orang-orang kecil dan miskin. Mereka menjual barang dagangan mereka dengan harga yang sangat tinggi.
Yesus menghendaki agar Bait Allah menjadi tempat suci, kediaman Tuhan, doa, ibadat, rumah Tuhan. Bukan sarang penyamun. Dikatakan dalam Injil, “Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yoh 2: 17). Kasih kepada Bapa ini yang menyebabkan Yesus marah melihat segala bentuk penipuan yang dilakukan di depan Bait Allah yang harusnya menjadi tempat yang suci.
Kitab Suci menjabarkan Bait Allah sebagai tempat kediaman Allah, di mana Allah hadir di tengah umat-Nya. Kita melihat di bait Allah-lah nabi Musa bertemu dengan Allah bagaikan dengan seorang sahabat, dan Allah hadir ditandai dengan tiang awan (lih. Kel 33:7-11).
Raja Salomo-pun sujud di hadapan mezbah, saat pentahbisan bait suci, dan Allah menerima segala doa dan kurban persembahan umat-Nya dan menyatakan kehadiran-Nya di sana (lih 1Raj 8:27- 9:3).
St. Paus Yohanes Paulus II juga mengajarkan demikian, “Bangunan gereja manapun adalah rumahmu dan rumah Tuhan. Hargailah tempat itu sebagai tempat di mana kita dapat berjumpa dengan Bapa kita bersama” (Homily, 3 Nov 1982).
Maka bangunan gereja merupakan simbol bagi Gereja yang dibangun dari batu-batu yang hidup, dengan Kristus sebagai batu penjurunya. Dalam gedung gerejalah, kita berkumpul, mendengarkan sabda Tuhan, mengangkat doa-doa kita, dan merayakan misteri iman kita. Sakramen Mahakudus yang tersimpan di dalamnya, menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah umat-Nya.
Altar, imam, hosti dan umat yang merayakan perjamuan surgawi juga menandakan kurban Kristus yang satu dan sama itu yang dihadirkan kembali mengatasi ruang dan waktu, untuk menyertai umat-Nya sampai akhir zaman.
Maka marilah kita memasuki rumah Tuhan dengan penuh khidmat dan hormat, sebab tak ada tempat di dunia ini yang lebih layak untuk dihormati, daripada rumah Tuhan. Tiada tempat lain di dunia ini, di mana peristiwa surgawi dapat dihadirkan, di mana Tuhan kita yang mengatasi segala sesuatu memilih untuk mengambil rupa hosti yang kecil dan sangat sederhana, untuk menjadi satu dengan kita. Maka, jika kita memandang gedung gereja kita yang indah ini, semoga rasa kagum kita tidak berhenti hanya sampai di mata atau di mulut, tetapi sampai ke hati.
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 84:4-5)
Burung pipit telah mendapat rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya: pada mezbah-mezbah itu, ya Tuhan semesta alam, Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, untuk selama-lamanya mereka akan memuji Dikau.
Passer invenit sibi domum, et turtur nidum, ubi reponat pullos suos: altaria tua Domine virtutum, Rex meus, et Deus meus: beati qui habitant in domo tua, in saeculum saeculi laudabent te.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar