Pages

The Sleeping Habits of The Saints



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
The Sleeping Habits of The Saints
Kebutuhan manusia akan tidur adalah hampir sama dengan kebutuhan terhadap makanan. Ada orang yang membutuhkan dalam jumlah banyak, ada yang hanya butuh sedikit.
Tidur dan beristirahat yang wajar bukan lah suatu pertanda ‘kemalasan’.
Kita boleh yakin bahwa bahkan Para Kudus pun seperti kita pada umumnya, senang ketika dapat tidur dan beristirahat.
St. Philip Neri berujar, “Ketika manusia sangat mencintai Allah, ia pada akhirnya akan terpaksa berkata : Tuhan, biarlah aku tidur sesaat.”
Dalam salah satu ayat Mazmur ada kata-kata “Para Kudus akan bergembira di tempat tidur mereka’, dan walaupun mungkin yang dimaksudkan adalah ‘di Surga’, namun di bagian lain, Daud juga menulis, “Aku akan mengingat Engkau di tempat tidurku.”
St.Therese de Lisieux dalam autobiografinya Histoire d’une ame, mengakui banyak kelemahannya dan salah satunya ia menyebut bahwa ia sering tertidur pada saat meditasi pagi. Ia melengkapi pengakuan ini dengan refleksinya bahwa ‘anak-anak yang bangun maupun yang tertidur, memperoleh kasih yang sama besar dari orang tuanya’.
Bahkan Injil memberi alasan bagi ketiga murid Yesus yang tertidur di Taman Getsemani dan membiarkan Yesus berjaga sendirian : “Mata mereka berat”.
Dan Tuhan kita, walaupun menegur, namun tidak membangunkan mereka : “Tidurlah sekarang, dan beristirahatlah.”
Para Bapa Gereja awal memang melakukan usaha-usaha besar untuk membatasi atau menyangkal diri dari tidur sebagai bentuk matiraga, namun tetaplah tidak mungkin seseorang menghindari tidur sama sekali.
Walaupun ada beberapa Orang Kudus yang pernah melewatkan periode waktu-waktu yang panjang tanpa tidur, namun itu adalah suatu keajaiban istimewa yang diberikan kepada mereka itu, yang telah melepaskan segala kebutuhan lain dan hidup hanya dari Ekaristi.
Beberapa kebiasaan tidur Para Kudus yang kita kenal :
St. Makarius, dikatakan, pernah tidak tidur selama dua puluh hari berturut-turut.
St. Dorotheus, membuat dirinya terjaga setiap malam dengan mengayam tikar.
St. Jerome menceritakan, jika rasa kantuk menyerang dirinya walau ia telah berusaha melawannya, dia akan menghempaskan dirinya ke tanah.
St. Catherine dari Siena hanya tidur singkat setiap dua malam sekali, dan menyebutnya sebagai ‘membayar hutang tidur bagi tubuh”.
St. Martin of Tours biasa tidur di lantai.
Demikian pula St.Paula, tidak pernah tidur di ranjang, pun di saat sakit.
St. Pachomius beristirahat dengan duduk pada batu.
St. Charles Borromeus biasa tidur di kursi, dan jika dipaksa, ia akan tidur di ranjang yang tanpa kasur.
St. Jacob, sama seperti St. Jerome, memikili bantal yang terbuat dari batu.
St. Fransiskus Asisi, memiliki bantal dari bulu, yang dipaksakan oleh teman-temannya untuk dipakainya untuk melindungi matanya yang melemah.
St. Fransiskus pernah menyalahkan setan ketika ia tidak dapat tertidur dengan mengatakan, “aku percaya bahwa setan menjadi licik, bahwa ia tidak dapat melukai jiwaku sehingga ia memaksa tubuhku sehingga aku tidak dapat tidur, dan dengan demikian dapat menghilangkan rasa kesenangan di dalam hatiku.”
Peraturan St. Benediktus memperbolehkan rahib untuk memiliki selembar tikar, sebuah bantal dan sebuah selimut, dan tidur dalam pakaian rahib.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar