Ads 468x60px

Sabtu, 24 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 24 Maret 2018
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Yehezkiel (37:21-28)
(Yeremia 31:10.11-1abc.13)
Yohanes (11:45-56)
"Yerusalem - Kota Damai."
Inilah kota yang hendak dimasuki Yesus pada pekan suci. Inilah juga kota yang menyimpan "war and peace", bukan hanya kota "shalom/kedamaian" tapi juga "zalim/kebencian", karena di sinilah Yesus yang dielu-elukan juga menjadi Yesus yang ditinggalkan dan ditanggalkan, disingkirkan dan dikorbankan.
Jelasnya, di kota inilah Yesus mengalami kehinaan sebagai jalan menuju kemuliaan.
Di balik itu semua, Yesus tetap hadir dengan 3 berkat ilahi-Nya, antara lain:
1. Mempersatukan:
Seperti Yehezkiel yang meyakini kehadiran Tuhan yang mempersatukan dan membuat segalanya baru, itu jugalah yang dihadirkan Yesus. Ia "mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai" (Yoh 11:52)
2. Menggembalakan:
Yeremia sebagai nabi dan pemazmur memproklamirkan Allah sebagai Gembala. Indahnya, Yesus juga datang sebagai Gembala Baik (Yoh 10:11). Ia mengenal dan menggembalakan semua domba-Nya dengan penuh kerahiman.
3. Menghidupkan:
Pasca Yesus membuat Lazarus ("pertolongan Tuhan") yang mati menjadi hidup kembali, makin tersiarlah kabar untuk membunuh Yesus, sampai sampai Kayafas - Imam Besar Yahudi bernubuat: "Lebih berguna jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa binasa".
Inilah nubuat bahwa Yesus harus mati untuk menghidupkan bukan hanya bangsa-Nya sendiri tapi seluruh bangsa (Yoh 11:51-52). Ia menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk 10:45, Rm 5:12-20).
Tiga berkat ilahi ini pastinya membutuhkan pengorbanan ("silaban - SIap reLA berkorBAN") karena bukankah Yesus sendiri datang sebagai hosti yang artinya adalah korban? Ia siap dipilih - diberkati - dipecah + dibagi-bagi.
Bagaimana dengan kita?
"Cari baki cari moci - Selamat memasuki pekan suci"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa:
“Gereja tidak mengenal sarana lain dari Pembaptisan, untuk menjamin langkah masuk ke dalam kebahagiaan abadi” (Katekismus Gereja Katolik, 1257)
Antifon Pembuka (Mzm 22(21):20.7)
Tuhan, jangan Kau jauhkan bantuan-Mu dari padaku, tetapi segera tolonglah aku. Aku ini bagaikan cacing dan bukan manusia, cercaan orang dan hinaan rakyat.
O Lord, do not stay afar off; my strength, make haste to help me! For I am a worm and no man, scorned by everyone, despised by the people.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami, Engkau selalu menyelamatkan umat manusia. Tetapi, kini Engkau menggembirakan kami dengan rahmat-Mu yang lebih melimpah. Pandanglah kiranya umat pilihan-Mu, kuatkanlah dan lindungilah kami umat beriman, baik yang sudah maupun yang akan dibaptis. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yehezkiel (37:21-28)
"Aku akan menjadikan mereka satu bangsa."
Beginilah firman Tuhan Allah, “Sungguh, Aku akan menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka. Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gunung-gunung Israel, dan satu orang raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan. Mereka tidak lagi menajiskan dirinya dengan berhala-berhala, atau dewa-dewa mereka yang menjijikkan, atau dengan semua pelanggaran mereka. Tetapi Aku akan melepaskan mereka dari segala penyelewengan mereka, dengan mana mereka berbuat dosa. Aku akan mentahirkan mereka, sehingga mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahnya. Maka hamba-Ku Daud akan menjadi rajanya, dan mereka semuanya akan mempunyai satu gembala. Mereka akan hidup menurut peraturan-peraturan-Ku dan melakukan ketetapan-ketetapan-Ku dengan setia. Mereka akan tinggal di tanah yang Kuberikan kepada hamba-Ku Yakub, di mana nenek moyang mereka tinggal; sungguh, mereka, anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka akan tinggal di sana untuk selama-lamanya, dan hamba-Ku Daud menjadi raja mereka untuk selama-lamanya. Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan melipat gandakan mereka, dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka; Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Maka bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Aku, Tuhan, menguduskan Israel, pada waktu tempat kudus-Ku berada di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Kidung Tanggapan
Ref. Tuhan Allah menjaga kita seperti gembala menjaga kawanan dombanya.
Ayat. (Yeremia 31:10.11-1abc.13)
1. Dengarlah firman Tuhan, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala menjaga kawanan dombanya.
2. Sebab Tuhan telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat daripadanya. Mereka akan datang bersorak-sorai di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebaikan Tuhan.
3. Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur dan menyukakan mereka sesudah kedukaan.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yeh 18:31)
Buanglah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku, dan perbaharuilah hati serta rohmu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (11:45-56)
"Yesus akan mati untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai."
Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria, dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus terhadap Lazarus percaya kepada-Nya. Tetapi ada juga yang pergi kepada orang-orang Farisi, dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul. Mereka berkata, “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka, “Kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal ini dikatakan Kayafas bukan dari dirinya sendiri. Tetapi, sebagai Imam Besar pada tahun itu, ia bernubuat bahwa Yesus akan mati untuk seluruh bangsa; bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di tengah orang-orang Yahudi. Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim. Di situ Ia tinggal bersama murid-murid-Nya. Waktu itu hari raya Paskah orang Yaudi sudah dekat, dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus, dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain, “Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Orang Farisi dan imam-imam merencanakan untuk membunuh Yesus. Kayafas imam agung tahun itu berkata kepada mereka: "Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita itu binasa." Sejak itu mereka berencana untuk menangkap dan membunuh Yesus.
Dalam pertentangan yang makin tajam, orang Yahudi akhirnya setuju dan menangkap dan membunuh Yesus daripada semua bangsa mengalami binasa mengalami binasa. Yesus mau dijadikan tumbal bagi bangsa. Dari pernyataan ini menjadi jelas bahwa kematian Yesus adalah korban bagi keselamatan seluruh bangsa. Ia dikorbankan bagi keselamatan seluruh bangsa.
Kita mungkin bukan termasuk orang Yahudi yang mau membunuh Yesus dan ikut-ikutan membunuh-Nya. Tetapi dapat terjadi bahwa hidup kita, cara hidup kita, tingkah laku kita, perbuatan kita, ternyata dapat disetarakan ikut menyalibkan Yesus. Tindakan kita yang tidak hidup dalam kasih, yang suka mencelakakan orang lain, yang suka merendahkan orang lain, yang suka mencari kepentingan sendiri, yang merusak kehidupan orang lain, sebenarnya secara rohani juga ikut membunuh Yesus sendiri yang datang untuk mewartakan kasih.
Marilah kita melihat seluruh hidup, apakah ada tindakan kita yang melawan semangat Yesus, yang ikut menyakiti hati Yesus dan bahkan membunuh Yesus sendiri.
Tuhan, ampunilah aku bila ternyata aku ikut menyalibkan-Mu dan menambah berat-Nya beban salib-Mu. Amin.
Antifon Komuni (Bdk. Yoh 11:52)
Kristus diserahkan, untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.
Christ was handed over, to gather into one the scattered children of God.

24 Maret: Hari Misionaris Martir.



HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
24 Maret:
Hari Misionaris Martir.
Pada hari Sabtu besok, 24 Maret, seluruh Gereja di Italia akan memperingati edisi ke-25 dari Hari Misionaris Martir. Pada hari itu umat beriman diajak untuk berdoa dan berpuasa untuk memperingati para Misionaris yang menjadi Martir.
Inisiatif Hari Misionaris Martir ini lahir pada tahun 1993 oleh Gerakan Misionaris Kaum Muda dari Karya Kepausan Misionaris Italia, yang memilih tanggal 24 Maret, tanggal pembunuhan Mgr. Oscar Arnulfo Romero, Uskup Agung San Salvador (24 Maret 1980) yang rencananya akan dikanonisasi bersama Paus Paulus VI di tahun 2018 ini.
=====
Sketsa Profil Oscar Romero
(Buku "XXI - Interupsi", RJK, Kanisius)
Prolog
Astari, seorang anak muda Jakarta yang pernah menjadi staf khusus kepresidenan era SBY dan staff di Kemenlu RI adalah seorang gadis sulung yang tumbuh dari latar belakang keluarga Katolik.
Bagi saya, “Astari” bisa berarti Asal Cintanya Lestari. Setiap orang beriman yang telah dibaptis juga termasuk uskup dan imam adalah juga manusia. Meskipun kita dipanggil dan dipilih Allah untuk mengabdi Allah dan manusia, tidak berarti kita selalu lestari cintanya, bukan? Seperti kata Santo Paulus kepada jemaat di Korintus, kita kerap tetap seperti bejana tanah liat yang mudah rapuh dan mudah pecah karena kelemahan-kelemahan kita sebagai manusia. Di sinilah kita akan belajar bagaimana menjaga lestarinya cinta kita dengan belajar dari seorang Oscar Romero, uskup diosesan dan sekaligus seorang martir modern.
A
Sebuah Sketsa Profil
Oscar Arnulfo Romero y Galdamez - begitulah nama lengkapnya, dilahirkan di Ciudad Barrios pada 15 Agustus 1917. Orang tuanya bernama Santos Romero dan Guadalupe de Jesus Galdamez.
Ketika kanak-kanak, Oscar Romero dikenal sebagai seorang anak yang serius, rajin, dan saleh. Setelah cukup berumur, Oscar Romero masuk sekolah umum setempat beberapa waktu lamanya. Setelah itu, Romero belajar pada seorang guru yang bernama
Anita Iglesias sampai berumur dua belas tahun. Kemudian ayah Romero menyuruhnya untuk magang pada seorang tukang kayu. Di tempat inilah, Oscar Romero belajar membuat meja, kursi, pintu, dan juga pelbagai peti kayu.
Setelah berusia tiga belas tahun, pada tahun 1930, ia mempunyai keinginan untuk masuk ke seminari. Oscar Romero segera meninggalkan Ciudad Barrios untuk masuk ke seminari di San Miguel. Ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1942. Setahun kemudian Oscar Romero belajar teologi di Roma. Pada tahun 1970, ia diangkat sebagai pembantu uskup agung San Salvador dan pada tahun 1977, Oscar Romero diangkat menjadi uskup agung di San Salvador.
Sebagai Uskup Agung, ia hidup dalam konteks situasi kemiskinan dan ketidakadilan yang dialami rakyat El Salvador, serta tindakan represif rezim militer yang dikomandani oleh Jenderal Maximiliano Hernandez Martinez.
Kemiskinan dan ketidakadilan yang dialami rakyat negara yang paling padat penduduknya di Amerika Latin itu disebabkan oleh monopoli kepemilikan lahan oleh segelintir konglomerat kopi. Sementara mayoritas penduduk hanya menjadi buruh perkebunan kopi. Kemiskinan dan ketidakadilan diperparah lagi oleh tindakan rezim otoriter dan militeristik.
Situasi itu berlangsung pada dekade 1960-an sampai 1980-an. Situasi semakin parah ketika terjadi perang saudara selama 12 tahun sejak akhir tahun 1980-an. Ketidakadilan, kemiskinan rakyat dan politik kekerasan di El Salvador ini dilawan oleh para imam, biarawan, dan biarawati. Perlawanan mulai dari lingkup grass root (akar rumput) sampai lingkup akademis. Para imam dan biarawan-biarawati membentuk komunitas-komunitas basis dan memberi
pencerahan kepada rakyat agar melawan rezim penyebab ketidakadilan. Para imam yang mengajar di Universitas Amerika Tengah menggagas teologi pembebasan yang berorientasi keberpihakkan kepada rakyat yang tertindas.
Dimotori Ignacio Ellacuria dan Jon Sobrino, teologi politik yang memihak kaum miskin bergema dan menghantam rezim militer dan para konglomerat kopi.
Cuiusvis hominis est errare - setiap orang bisa berbuat salah (kutipan dari karya Cicero, Philippica XII,5). Pada awalnya, Romero mengambil sikap yang salah. Ia berseberangan dengan gerakan perlawanan itu. Di sinilah, Romero hanya berkutat di altar dan mimbar. Ia melayani umat dengan pelayanan sakramental dan ibadat-ibadat seputar altar. Ia mencambuki dirinya sebagai silih atas dosa-dosa yang dilakukannya. Ia mengembangkan pelayanan karitatif seperti Santa Claus: Ia meminta uang dari orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin. Ia tidak masuk dalam realitas kemiskinan dan penderitaan mayoritas rakyat El Salvador. Sebaliknya, ia bersahabat karib dengan para juragan dan konglomerat kopi. Ia bahkan mengkritik para imam yang terlibat dalam gerakan perlawanan sebagai Neo-Marxis. Teologi pembebasan yang dikembangkan Ellacuria dan Sobrino dituduhnya sebagai Kristologi baru yang berdimensi Marxis.
Tetapi sikap itu berubah total, setelah beberapa waktu Romero diangkat sebagai Uskup Agung San Salvador. Ia berubah 180 derajat. Ia mendukung gerakan-gerakan perlawanan yang sudah dibangun para imam sebelumnya.
Ia menantang dan menentang rezim yang berkuasa secara terang-terangan. Melalui khotbah-khotbahnya yang disiarkan secara langsung saat memimpin Misa di Gereja Katedral San Salvador, ia mengangkat bendera perlawanan.
Tafsiran-tafsiran Kitab Suci bercorak teologi pembebasan dikumandangkan dengan tegas dan konsisten dalam setiap khotbahnya: tremens et fascinats, menggetarkan tapi sekaligus membahagiakan. Romero tampil sebagai uskup yang gigih membela kaum miskin, berhadapan dengan para penindas di negerinya, yang juga orang kristiani seperti dia. “Seorang gembala tak boleh mencari keamanan di saat umatnya diancam ketakutan,” kata Romero di saat ia diteror habis-habisan.
Akhirnya, perlawanan dan pembelaannya terhadap kaum miskin-tertindas berbuah darah. Ia mati ditembak pasukan bersenjata ketika sedang memimpin misa di kapel susteran pada tanggal 24 Maret 1980.
Melalui Uskup Romero, menjadi nyata bahwa Injil Yesus Kristus mampu mengubah hati manusia untuk rela menempuh jalan hidup sama dengan Yesus beserta opsinya untuk mewujudkan Kerajaan Allah dengan melayani orang yang miskin dan tertindas. Kesaksian hidup Uskup Romero sedemikian mengesankan sampai Ellacuria, seorang Jesuit dan pemikir teologi pembebasan mengatakan bahwa
dengan Mgr. Oscar Romero, Allah lewat sekali lagi di tengah umat-Nya.
B.
Refleksi Teologis
a. Salib, Saat Aku Lemah Ingatlah Bapa
Kenapa Oscar Romero berubah total? Apa yang menyebabkan ia berubah begitu drastis dari sikap diam dan hati-hati terhadap rezim yang berkuasa dan para konglomerat kopi, menjadi perlawanan terbuka?
Pengalaman salib, itulah jawabannya. Yah, kematian seorang rekan imam, yakni Rutilio Grande, membuat mata Romero terbuka. Grande yang selama hidupnya mengabdikan diri untuk membangun kesadaran dan perlawanan rakyat yang tersalib, terhadap segala bentuk ketidakadilan, dibunuh oleh rezim militer yang berkuasa. Di hadapan jenazah Rutilio Grande, Uskup Romero berikrar dengan keyakinan mendalam, “Mereka membunuh dia karena apa yang dilakukannya, maka saya harus berjalan pada jalan yang sama. Rutilio telah membuka mata saya.”
Ikrar itulah yang menjadi api pembakar semangat perlawanan Romero terhadap rezim yang berkuasa. “Saya bersyukur bahwa Gereja kita dikejar-kejar karena memihak kaum miskin dan karena berusaha menginkarnasikan diri bersama kaum miskin. Betapa sedih kita jika di negeri, di mana pembunuhan kejam terjadi, tiada imam yang menjadi korban. Imam
yang terbunuh adalah saksi bahwa Gereja sungguh menginkarnasikan diri dalam problem umatnya,” katanya lebih lanjut.
Apakah solidaritas dengan “rakyat tersalib”, akan membuat Gereja kehilangan identitasnya? Sebaliknya, solidaritas dengan mereka akan membimbing Gereja untuk memahami identitasnya secara lebih baik, yaitu sebagai tanda Kerajaan Allah dalam sejarah. Identitas itu kita temukan ketika kita memilih berpihak pada Allah yang mencintai setiap orang dan berpihak kepada korban.
Gutierrez, seorang teolog pembebasan lain, juga pernah menegaskan bahwa cinta akan Allah dan komitmen pada mereka yang tersalib merupakan elemen sentral dalam pengalaman mereka yang percaya pada Allah kehidupan.
Cinta akan Allah dan komitmen pada mereka yang tersalib itu kita hidupi dalam solidaritas dengan mereka yang kecil lemah miskin dan tersingkir. Ia mengkritik hidup keagamaan yang tidak berkontak dengan realitas dan ketidakpedulian pada orang miskin. Solidaritas kita dengan rakyat tersalib memberikan dasar kuat untuk berbicara tentang Allah. Allah yang juga melewati sebuah jalan salib untuk mengalami kebangkitan paskah.
Lewat pengalaman Romero inilah, kita semakin mengerti makna salib, yakni “saat aku lemah ingatlah bapa.”
b. Mati, Mohon Allah Tambahkan Iman
Tentang Romero, Ignacio Ellacuria menulis: “Tudung yang menyelubung kebenaran terhadapnya tersobek dan kebenaran baru mulai menguasai seluruh hidupnya. Penyebabnya bukan keinginan sadar untuk berubah, tetapi lebih merupakan suatu transformasi yang menimpanya. Ia sadar akan apa yang sebelumnya tidak dilihatnya, biar pun ada kehendak baik dan tekad kuatnya, terlepas dari waktu yang dihabiskannya untuk berdoa, terlepas dari imannya yang benar, terlepas dari kesetiaannya terhadap ajaran Gereja dan Vatikan.
Terang telah menguasainya dan membentuknya kembali. Bukan bahwa ia berubah berdasarkan dorongan batinnya sendiri atau mencari kejelasan dengan dayanya sendiri, sebaliknya ia melihat sesuatu, melihat sesuatu yang secara objektif baru dan hal itu mengubahnya.”
Romero tampil sebagai orang yang berani mati. “Mati” di sini bisa juga berarti Mohon Allah Tambahkan Iman. Saya meyakini bahwa faktor yang paling mendukung Romero berani bersikap radikal adalah karena imannya.
Iman yang dimohonkannya dari Allah sendiri. Baiklah kalau kita juga melihat kembali pelbagai intisari surat-surat gembalanya yang berupaya juga menambahkan iman bagi semua umatnya.
Dalam Surat Gembalanya yang pertama, Oscar Romero melontarkan gagasannya tentang iman Gereja Paskah. Gereja hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi Gereja berusaha untuk melayani Tuhan dengan menyelamatkan dunia. Gagasan tentang Gereja dipertajam lagi dengan munculnya Surat Gembala yang kedua (Agustus 1977).
Baginya, Gereja adalah Tubuh Kristus di dalam Sejarah. Gereja adalah Kristus yang memenuhi misinya untuk menyelamatkan dunia melalui anggota-anggotanya.
Implikasinya, Gereja harus bertindak sesuai dengan apa yang diimaninya, yang dilakukan Kristus sendiri, yaitu untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada manusia dan secara khusus kepada orang miskin. Oleh karena itu, Gereja mesti menentang segala bentuk dosa, seperti ketidakadilan dan kekejaman yang terjadi dalam masyarakat. Gereja wajib mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang miskin. Tetapi mewartakan kerajaan Allah bagi orang miskin di El Salvador berarti mendukung usaha mereka untuk membebaskan diri dari struktur ketidakadilan. Pembebasan dari kemiskinan, penindasan, keterasingan, dan perampasan hak-hak mereka. Gereja perlu mendukung usaha pembebasan mereka.
Kemudian dalam Surat Gembalanya yang ketiga (1978), Romero berbicara tentang hubungan Gereja dengan Organisasi Politik Populer yang berkembang di antara kalangan petani.1 Organisasi yang dibicarakan Romero ini telah dimulai sekitar 1960 dan ketika Oscar Romero menjadi uskup, organisasi tersebut semakin menguat dan berusaha mengadakan perubahan politik. Mereka mengorganisir orang miskin dan mengajarkan politik kepada mereka. Kerap kali organisasi-organisasi itu menggalang sejumlah aksi protes terhadap ketidakadilan dan penindasan yang terjadi di El Salvador.
Melalui Surat Gembalanya yang ketiga ini, Oscar Romero memberikan beberapa prinsip tentang hubungan Gereja dengan Organisasi Politik Populer. Ia menyebutkan tiga prinsip.
Misi Gereja secara khusus bukan terletak dalam bidang politik, ekonomi, ataupun sosial. Misi Gereja bersifat keagamaan. Tetapi dari misi tersebut muncullah tugas, terang, dan daya kekuatan yang dapat membentuk dan meneguhkan masyarakat manusia menurut Hukum Ilahi.
Sifat dasar Gereja adalah membangun komunitas. Komunitas-komunitas akar rumput yang tumbuh di antara orang miskin adalah dasar Gereja.
Gereja mempunyai misi untuk melayani manusia. Gereja tidak memihak pada salah satu organisasi politik mana pun, tetapi ia dapat memberi konsiderasi akan seluruh tujuan dan mekanisme dari partai dan organisasi-organisasi politik. Gereja mendukung segala sesuatu yang baik dan adil, tetapi pada kesempatan yang sama Gereja akan mencela segala bentuk ketidakadilan yang terjadi di dalam organisasi mana pun.
Gereja harus menerangi setiap usaha dari organisasi untuk pembebebasan dengan cahaya iman dan harapan Kristiani, serta visi pembebasannya yang integral. Pembebasan itu melibatkan semua orang, dalam semua dimensinya, termasuk keterbukaannya akan Tuhan. Pembebasan itu berpusat pada Kerajaaan Allah. Pembebasan memerlukan perubahan hati dan pikiran. Pembebasan struktur masyarakat belumlah cukup.
Pembebasan tidak perlu kekerasan karena kekerasan pada prinsipnya bertentangan dengan Injil dan semangat hidup Kristiani.
Setahun kemudian muncullah Surat Gembala yang keempat. Pada surat Gembala ini, Romero berbicara tentang misi Gereja dalam situasi krisis Negara. Dalam terang konferensi Puebla dan krisis politik yang terjadi di El Salvador, Romero menambahkan refleksi baru tentang apa yang telah ditulisnya dalam Surat Gembala sebelumnya. Gereja mempunyai misi untuk mewartakan kerajaan Allah di tengah situasi krisis El Salvador.
Selanjutnya, Oscar Romero semakin kuat dalam menyuarakan hak dan martabat kaum miskin. Melalui khotbah-khotbahnya yang disiarkan ke seluruh negeri, Oscar Romero berusaha melawan kekerasan yang dilakukan oleh penguasa. Ia sering mengkritik dan mengutuk setiap ketidakadilan dan penyelewengan yang terjadi di El Salvador. Ia secara terang-terangan menyampaikan kritik dan kutukannya.
Dalam sebuah wawancara dengan Prensa Latina, Oscar Romero sangat mendukung organisasi-organisasi yang tumbuh di kalangan
rakyat. Romero percaya bahwa organisasi-organisasi rakyat adalah kekuatan yang sedang memperjuangkan hak-hak mereka dan akan
membangun sebuah masyarakat sejati. Organisasi-organisasi itu pasti akan menggantikan sistem masyarakat dan pemerintahan yang terjadi di El Salvador. Maka menurutnya, organisasi itu harus tetap ada dalam masyarakat supaya proses pembebasan tetap terjadi.
Dalam perjalanan selajutnya, Oscar Romero juga pernah membuat sebuah surat kepada Presiden Jimmy Carter agar pemerintahan
Amerika Serikat tidak lagi mengirimkan bantuan militer dan campur tangan dalam pengambilan kebijaksanaan di El Salvador.
Keberanian Oscar Romero telah membawa dirinya dalam posisi terancam. Ia menyadari betul akan setiap ancaman yang mungkin dapat terjadi sebagai konsekuensi dari tindakannya. Akan tetapi, Oscar Romero sendiri tidak pernah takut karena dia memiliki iman. Romero yakin
kalau mati terbunuh, pasti semangatnya akan bangkit di antara rakyat El Salvador.
Menjelang akhir hidupnya Oscar Romero mengajak, memohon, dan memerintahkan kepada semua jajaran tentara untuk menghentikan penindasan dan menghiraukan setiap perintah atasan untuk membunuh. Oscar Romero mengajak semua jajaran tentara
untuk mengingat kembali Hukum Tuhan.
“Saya ingin menyampaikan suatu seruan khusus kepada semua anggota tentara … Saudara-saudaraku, masing-masing orang dari Anda sekalian adalah salah seorang dari kami juga. Kita adalah sama-sama rakyat. Para petani yang kalian bunuh adalah saudara-saudaramu sendiri. Kalau kalian mendengar suara seseorang yang memerintahkan untuk membunuh, maka sebagai gantinya segeralah ingat pada suara Tuhan: ‘Kau tidak boleh membunuh!’ Hukum Tuhan mesti berlaku. Tidak ada serdadu yang diwajibkan mematuhi suatu perintah yang bertentangan dengan hukum
Tuhan. Masih ada cukup waktu bagi kalian untuk mematuhi kata hati nurani kalian sendiri, bahkan ketika menghadapi perintah penuh dosa untuk membunuh … Atas nama Tuhan, atas nama rakyat kita yang teraniaya, yang tangis mereka membumbung tinggi sampai ke surga, saya memohon kepada Anda sekalian, saya meminta Anda sekalian, saya memerintahkan Anda sekalian: HENTIKAN PENINDASAN INI!”
C.
Epilog
Untuk membangun sebuah komunitas diperlukan seseorang untuk menjadi martir: menjadi roti yang dipecahpecah,
ikan yang dibagi-bagi untuk mewujudkan cita-cita Gereja mewujudkan sebuah komunio!
Sebagai seorang Uskup Agung, Oscar Romero menjadi martir dengan motonya Sentir con la Iglesia juga dengan semangat kenabiannya. Ia jelas ingin menjadi satu pikiran dan hati dengan Gereja.
Lewat figur Romero, tampak jelaslah bahwa hakikat Gereja yang satu itu merupakan pemberian Allah, sekaligus tugas yang belum selesai. Pemberian itu memiliki dimensi yang belum selesai, janji, bahkan dimensi eskatologis. Hakikat Gereja yang bersatu itu tidak hanya harus dibagikan, melainkan juga harus dicari, terutama ketika berinteraksi dengan pihak lain. Gereja ikut serta dalam riuh rendah untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang mengatur hajat hidup orang banyak. Konteks seperti ini memasukkan Gereja dalam sukaduka dan jerih payah yang sering kali menghasilkan gesekan, benturan, konflik dan bahkan meletus menjadi konflik kekerasan yang tak berujung.
Pelbagai Gereja di dunia ketiga, yang kerap ditandai dengan kemiskinan, pelanggaran, dan penindasan hak asasi mereka yang lemah, cinta kristiani tak bisa lagi dimengerti hanya sebagai cinta kepada Tuhan dan sesama yang melulu personal sifatnya. Cinta itu harus menjadi political love: cinta yang berpolitik, yang juga sosial sifatnya, untuk membebaskan kaum miskin dari penderitaannya. Cinta politis ini sebenarnya adalah cinta Tuhan sendiri.
Sebab sepanjang sejarah penyelamatan, Tuhan selalu memperlihatkan diri bukan sebagai Tuhan yang netral, tetapi Tuhan yang memihak kaum lemah dan miskin, bukan?
Romero juga pernah bertutur, kemiskinan spiritual menjadi syarat utama umat untuk merayakan Natal dalam arti sebenarnya. Eros self-sufficiency, kesombongan, kekayaan dan subordinasi atas yang lain menjadi penghalang utama kita merayakan kelahiran Yesus.
Romero jelas mengundang kita untuk tidak melulu mencari bayi Yesus di palungan indah, tetapi di antara anak-anak yang kelaparan dan tidur berselimutkan koran supaya cinta kita semakin lestari.
“Menolak kekerasan itulah satu-satunya seruannya (seruan Gereja). Setiap kali tangan terangkat melawan orang lain siapa pun dia, kekerasan adalah tindakan berdosa yang mencemari dunia. Seruan penolakan dan perlawanan tidak pernah menyulut nafsu balas dendam dan kebencian dalam Gereja …Sebaliknya, suara Gereja selalu menganjurkan persaudaraan yang dibangun berdasarkan iman dan kebenaran yang diwahyukan oleh
Allah, sebagai sumber ilham untuk ajaran sosial.” (Oscar Romero).

Jumat, 23 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 23 Maret 2018
Hari Biasa Pekan V Prapaskah (Hari Pantang)
Yeremia (20:10-13)
(Mzm 18:2-3a.3bc-4.5-6.7)
Yohanes (10:31-42)
Benedictus qui venit in nomine Domini Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan.”
Inilah penggalan pernyataan iman dalam lagu KUDUS yang kerap kita nyanyikan sebelum Doa Syukur Agung.
Adapun Yesus yang diberkati ini menegur para pemimpin Israel dan para hakim yang tidak diberkati: “Kamu adalah Allah?”
Kalimat yang juga terdapat di dalam Mzm 82:6 ini diucapkanNya untuk para pemimpin dan hakim yang tidak benar karena membela orang fasik serta kejam terhadap anak-anak (Mzm 82:1-4).
Para pemimpin ini yang menganggap dirinya allah tidak akan diberkati tapi malahan akan menerima hukuman (Mzm 82:6-7), sebab memanglah "penghakiman berasal dari Allah"
(Ul 1:17; 19:17; Kel 21:6; Mzm 58).
Karena teguranNya dan sekaligus pernyataan bahwa diriNya bersatu dengan Allah membuatNya terancam dilempari batu oleh lawan-lawan-Nya karena dianggap menghojat.
Indahnya, waktu menghadapi perlawanan mereka, Yesus beralih dari perkataan-Nya kepada perbuatan-Nya. Perbuatan-Nya lebih mudah dipahami karena semua yang dibuatNya merupakan perbuatan baik: “Mungkinkah orang-orang Yahudi itu sungguh-sungguh hendak melempari seseorang karena perbuatan baik yang telah dilakukan-Nya?”
Pastinya, klaim Yesus yang diberkati dan bersatu dengan Allah dibuktikanNya bukan melalui teori tapi praktek, bukan melalui kata-kata tapi tindakan yang nyata.
Inilah salah satu bukti orang yang diberkati dan yang datang dalam nama Tuhan dimana kata dan tindakannya selaras, doa dan karyanya serasi, hidupnya terus menaburkan pelbagai kebaikan di tengah aneka rintangan dan gosipan kehidupan.
Bagaimana dengan kita?
"Cari baju di Efesus - Mari maju bersama Yesus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Miserere nobis - Kasihanilah kami
Setiap nabi kerap mengalami “salib”: Yeremia (bac I) dan Yesus (Injil) mendapat "penolakan": Musuh-musuh bahkan "sobat" Yeremia merancang intrik dan taktik licik supaya ia tersingkir. Yesus juga dilempari batu oleh "sobat", yakni orang-orang sebangsanya sendiri.
Jelasnya, kita perlu meminta pengasihan Tuhan karena jangan-jangan kita yang malahan membuat "penolakan dengan "melempari batu" "yeremia/yesus" jaman sekarang dengan kata/warta dan sikap hidup kita yang penuh intrik taktik konflik akal bulus yang problematik yang banyak mengorbankan/nmenjatuhkan orang lain.
Adapun 3 semangat dasar untuk meminta pengasihan Tuhan, antara lain:
A. "Passio-penderitaan":
Sebagai muridNya, bukankah wajar kalau kita juga mengalami hal yang sama dengan guru kita: "dilempari batu"? Kita sudah banyak berbuat baik tapi masih saja kadang mengalami trilogi penyaliban seperti yang saya tulis dalam buku "357" (RJK, Kanisius), yakni "dicap jelek-disingkirkan-dikorbankan" bahkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi "teladan/panutan".
Ya, pastinya iman tidak melenyapkan "passio/derita", tapi sekaligus selalu memberi "consolatio/penghiburan" karena Tuhan selalu ada dalam derita hidup dan iman kita.
B. "Oratio-pengendapan":
Ia mengajak kita untuk selalu mencecap-recap dan mengunyah-kunyah semua "penyaliban dan pergulatan" dengan selalu bertekun dalam doa, bukankah dengan doa, tepatlah kataNya hari ini: "Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa"?
C. "Actio-Tindakan":
Ia tidak ngambek/"muntaber-mundur tanpa berita" (Jawa: "mutung"), atau memaksakan kehendakNya bagi orang yang masih "tertutup" hatinya. Ia "just do it": Ia "pergi" dan terus bersaksi dengan "aneka perbuatan baik" kepada semua orang.
Bagaimana dengan hidup kita sendiri?
“Makan bakut di Kramat Jati – Jangan takut Tuhan selalu memberkati.”
2.
"Homo homini lupus - Manusia adalah serigala buat sesamanya."
Inilah kutipan dari Hobbes yang ditampilkan oleh banyak orang Yahudi terhadap Yesus pada bacaan hari ini. Mereka menjadi "serigala" yang ganas dan buas karena hati mereka sudah dipenuhi dengan iri dan dengki. Mereka membenci-memusuhi dan bahkan tega melempari Yesus dengan batu.
Di satu sisi, kita mungkin pernah/sedang menjadi "korban" seperti Yesus: dibenci-dimusuhi dan "dilempari batu" lewat kritikan-gosipan-fitnah dll.
Di lain sisi, bisa jadi kita juga pernah/sedang menjadi "pelaku" seperti orang Yahudi, yang mudah memusuhi-membenci dan melempar batu kepada orang lain hanya karena sentimen dan iri hati. Batu-batunyapun bisa berupa kata-kata yang pedas dan sinis, sindiran-tuduhan/fitnahan yang memojokkan, sikap yang cenderung negatif dan suka menghakimi, dll.
Nah, entah kita pelaku/korban, marilah kita belajar memiliki beberapa sifat dasar, antara lain:
A."Bersyukur dalam pengharapan":
Di balik setiap masalah, Tuhan selalu setia untuk hadir dan menyertai kita lewat banyak hal baik dan orang yang baik pada kita.
B."Bersabar dalam kesesakan":
Kita diajak untuk berdaya tahan karena semua perlu proses, kita tidak mudah jadi orang yang putus asa tapi selalu meyakini bahwa ada pelangi setelah hujan, dalam bahasa RA Kartini, "habis gelap terbitlah terang."
C."Bertekun dalam doa":
Seperti Yesus yang membawa semuanya kepada Bapa, kita juga diajak terus bertekun dalam segala perbuatan baik dan doa-doa yang baik kepada Bapa sehingga kita lebih berhati-hati dan bermawas diri.
"Dari sukabumi ke Jagakarsa - Ampunilah kami orang yang berdosa."
3.
Kutipan Teks Misa:
Tubuh Kristus yang tanpa dosa harus Ia korbankan untuk dosa kita; darah-Nya harus Ia korbankan untuk pengampunan dosa kita. (St. Fulgensius dari Ruspe)
Antifon Pembuka (Mzm 31 (30):10.16.18)
Sayangilah aku, ya Tuhan, sebab aku menderita. Lepaskanlah aku dari tangan musuh yang mengejar aku. Tuhan, jangan sampai aku kecewa, sebab aku berseru kepada-Mu
Have mercy on me, O Lord, for I am in distress. Deliver me from the hands of my enemies and those who pursue me. O Lord, let me never be put to shame, for I call on you.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maha Pengampun, kami ini orang lemah yang sering jatuh. Ampunilah kejahatan kami dan bebaskanlah kami dari belenggu dosa. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (20:10-13)
"Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah."
Aku telah mendengar bisikan banyak orang, “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Mari kita mengadukan dia!” Semua sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh. Kata mereka, “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!” Tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku tersandung jatuh, dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil; suatu noda yang selama-lamanya tidak akan terlupakan! Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku. Menyanyilah untuk Tuhan, pujilah Dia! Sebab Ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, dan Ia mendengar suaraku.
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc-4.5-6.7)
1. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku! Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat daripada musuhku.
3. Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku; tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku.
4. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan. Kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Yoh 6:64b,69b)
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Engkau mempunyai sabda kehidupan kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (10:31-42)
"Orang-orang Yahudi mencoba menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka."
Sekali peristiwa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu. Tetapi kata Yesus kepada mereka, “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku Kuperlihatkan kepadamu; manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu?” Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu perbuatan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah, dan karena Engkau menyamakan diri-Mu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia.” Kata Yesus kepada mereka, “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Tauratmu, ‘Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah?” Padahal Kitab Suci tidak dapat dibatalkan! Maka, jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia ‘Engkau menghujat Allah!” karena Aku telah berkata: Aku anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah kamu percaya kepada-Ku. Tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.” Sekali lagi mereka mencoba menangkap Yesus, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes dulu membaptis orang, lalu Ia tinggal di situ. Banyak orang datang kepada-Nya dan berkata, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Yesus seperti terkisah dalam Injil hari ini, digugat, ditolak bahkan hendak dilempari dengan batu oleh orang-orang Yahudi yang berdiam di Yerusalem. Ia dianggap menghujat dan menyamakan diri dengan Allah. Mereka memandang Yesus tetap seorang manusia biasa, meski mereka telah melihat Yesus memperlihatkan dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berasal dari Allah. Dalam menghadapi mereka, Yesus tidak menuntut agar Ia diterima, diakui, dipercayai; Ia hanya meminta mereka membuka mata, melihat bahwa karya-karya agung-Nya bisa tercipta, terlaksana karena Bapa bekerja di dalam diri-Nya. Begitu mereka "boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."
Ketika kita berniat tulus, berbuat baik, kita memiliki harapan orang bakal menerima niat tulus dan perbuatan baik kita. Namun nyatanya niat tulus, karya baik kita, tidak selalu bisa menjadi jaminan bagi kita untuk disambut, diterima, dielu-elukan. Ketika kita berniat baik menyelamatkan uang negara agar tidak dikorupsi, membongkar modus kejahatan yang terjadi dalam lembaga-lembaga agar lembaga-lembaga itu bersih, bebas dari suap dan premanisme, kita mendapat banyak musuh. Kita akhirnya berhadapan dengan pilihan sulit, mengurungkan niat tulus kita agar tidak didepak atau mewujudkan nilai tulus itu dengan risiko bisa terdepak. Saya percaya, Anda memilih lebih baik ditolak dan didepak daripada ikut serta dalam konspirasi kejahatan.
Antifon Komuni (1Ptr 2:24)
Yesus sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Dengan luka-luka-Nya kita telah disembuhkan.
Jesus bore our sins in his own body on the cross, so that dead to sin, we might live for righteousness. By his wounds we have been healed.
Doa Malam
Allah Bapa maharahim, nyatakanlah kepada kami siapakah Engkau itu melalui karya Putra-Mu di tengah-tengah kami, dan semoga kerahiman-Nya selalu menjiwai kami. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Kamis, 22 Maret 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 22 Maret 2018
Hari Biasa Pekan V Prapaskah
Kejadian (17:3-9)
(Mzm 105:4-5.6-7.8-9; R: 8a)
Yohanes (8:51-59)
"Lux aeterna - Cahaya abadi.”
Inilah janji suci Tuhan: "Barangsiapa mentaati firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut selama-lamanya".
Adapun 5 pahlawan iman yg mjd “cahaya abadi” Israel, antara lain: Musa/hakim terbesar; Daud/raja terbesar; Elia/nabi terbesar di Kitab Suci Perjanjian Lama; Daniel/negarawan agung; Salomo/raja dan filsuf-orang bijak terbesar di Kitab Suci Perjanjian Lama.
Namun ke-5 "cahaya iman" di atas adalah nomor dua setelah Abraham. Semua orang Yahudi mengakui bahwa Abraham adalah “founding father”, leluhur bangsa yang bercahaya dan menerima janji suci Allah.
Mengacu pd bacaan hari ini, Abraham (Ibr: “bapak yang terpuji”) adalah bapak orang beriman (Kej 17:5) dengan 3 sikap dasar “T-R-I”, antara lain:
1. Taat pada Tuhan:
Ketika Ia dipanggil untuk ”pergi” - ia langsung berangkat ke negeri yang jauh dan yang akan menjadi milik pusakanya meski ia tidak mengetahui tempat yang ditujunya.
2. Rela berkorban:
Tatkala dicobai untuk mempersembahkan Ishak di Gunung Moria, ia rela "menyembelih" anak tunggal yang amat dicintainya ini sebagai "korban" semata-mata bagi kemuliaan Allah.
3. Iman yg mendalam:
Alkitab menyatakan dia sebagai "sahabat Allah", suatu gelar yang khas dan tidak diberikan kepada orang lain karena imannya yang sangat mendalam.
Adapun tiga buah iman Abraham seperti yang saya tulis dalam buku “3 Bintang 5 Bulan 7 Matahari” (RJK, Kanisius), yakni:
- “Ia menjadi bangsa yang besar" / Ia dan keturunannya tidak hanya besar dalam bidang rohani tapi juga perkara ekonomi-budaya dan politik sekular (Bdk: populasi Yahudi sudah puluhan juta dan tersebar di seantero dunia, "World Almanac dan Book of Fact");
- “Ia diberkati dalam hal rohani dan jasmani-ternak-perak dan emas”;
- “Ia termasyhur": Ia dihormati oleh orang Yahudi-Arab dan Kristen sebagai “bapak rohani-bapak monoteisme dunia”.
Satu hal yang pasti, dari Abraham muncullah garis keturunan yang mencapai puncaknya di dalam “Kristus” yang rela datang sebagai “Yesus” dan bukankah hari ini, Yesus jelas mengatakan bahwa Ia telah ada jauh sebelum Abraham ada?
Dengan kata lain: Yesus-lah sang “Apha et Omega-Awal dan Akhir” segala sesuatu, "prima causa - penyebab pertama", "Bapa dari Abraham dan Tuhan Allah bagi kita semua.
“Burung pohan burung merpati - Bersama Tuhan, iman kita akan makin sepenuh hati”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Pope Francis' today general audience on the Eucharist: Just as bread is transformed into the living bread of Christ, the Eucharist transforms us: gives us strength. It is the 'medicine of salvation.' We become what we receive. Jesus changes us, not vice versa.
A.
“Sin Yin - Sabda Allah.”
Inilah nama sekolah binaan para misionaris SVD yg menjadi tempat acara ketika saya memberi sesion dan mempersembahkan misa untuk para TKI Katolik di Hongkong bersama dengan Romo SVD- O'Carm- SJ dan SCJ.
Adapun Yesus juga hadir sebagai Sabda Allah dengan tiga daya ilahinya, al:
1.”Tension”:
Hidup itu tidak selalu datar tapi juga kerap penuh gejolak dan ombak.
Itu juga yang dialamiNya bahkan para musuhNya men-capnya sebagaiorang Samaria dan kerasukan setan.
Yesus tegas dan jelas mewartakan kebenaran.
Ia tidak takut mengalami tegangan demi Kerajaan Allah.
2.Passion:
Yesus menegaskan bahwa "passion" kehadiran dan peranNya melebihi "passion" semua nabi PL bahkan Abraham dalam dua hal.
Pertama, Abraham dan semua nabi PL hanya menubuatkan Mesias tanpa melihat penggenapan nubuat itu.
Kedua, di akhir zaman, Abraham akan dibangkitkan untuk menerima hidup kekal.
Yesuslah yang memberikan dan menjaminkan hidup kekal ini bagi Abraham.
3.Action:
Di pihak lawan-lawan Yesus terdapat pertanyaan. "Siapakah Dia?"
Dari sudut Yesus sendiri, Dia adalah terang dunia, tetapi bukan dari dunia ini, Dia yang datang untuk membebaskan manusia dari dosa-dosa mereka, sang "Aku" yang kekal.
Di tengah banyak ketidakpastian-Dia tawarkan kepastian:
"Aku adalah Aku" (Kel. 3:14).
"Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah (Why. 1:8).
Yesus adalah Allah yang ada karena diri-Nya sendiri yang kekal.
Dengan kewibawaan Ilahi inilah, tindakan Yesus penuh daya dan kuasa, menusuk sampai ke jantung hati orang2 Yahudi.
Dkl: Walau dunia kadang menolak, kita harus justru terus berkarya memancarkan terang dan kuasaNya.
"Dari Bekasi ke Tangerang - Mari bersaksi dan menjadi terang."
B.
"Alpha et omega - Awal dan akhir."
Inilah salah satu gelar untuk Kristus seperti yang dinyatakan pada malam paskah: "Kristus dahulu dan sekarang, awal dan akhir, alfa dan omega, milikNyalah segala masa dan segala abad. KepadaNyalah kemuliaan dan kekuasaan sepanjang segala masa".
Melalui Yesus yang adalah Awal dan Akhir, kita dijanjikan sebuah keselamatan dimana janjinya adalah kesetiaan yang sebenarnya memiliki 3 makna dasar, antara lain:
1."Setia = Faithful" (Bhs Inggris) yang dibentuk dari kata dasar “faith/iman”. Dengan kata : kesetiaan terkait-paut dan terjalin-erat dengan dimensi iman. Kesetiaan mengindikasikan kualitas hidup kita sebagai orang beriman yang berkomitmen.
2."Setia= “SElalu Taat dan Ingat Allah.” Kata “selalu” mengandaikan kontinuitas/konsistensi: sama di setiap tempat dan setiap saat: entah suka/duka, pahit/manis, untung/malang, sehat/sakit.
Kata "taat" menandakan sebuah sikap merendah/patuh dimana pada waktu sukar, ia terus patuh dengan pelbagai perintah ilahi.
Dan, kata "ingat" mengajak kita untuk tetap berharap, bila keadaan dan segala sesuatu tidak menguntungkan/tidak mendatangkan hasil, kita tetap ingat pada janji Tuhan: “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, bersukaria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Habakuk 3: 17).
3."Setia = Sifat ilahi". Dalam bahasa pemazmur: “Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.” (Maz 103:8). Disinilah kita diajarkan bahwa: "tujuan hidup adalah melakoni hidup dengan tujuan/the purpose of life is to live a life of purpose." Dalam bhs Bunda Teresa: “kita tidak dipanggil melulu untuk sukses tapi untuk setia.” Siapkah?
"Dari Patavia ke Tarsus - Orang setia disayang Tuhan Yesus."
C.
Kutipan Teks Misa:
“Ketika tangan Kristus terpaku pada kayu salib, Dia juga memakukan dosa-dosa kita.” (St. Bernard dari Clairvaux)
Antifon Pembuka (Ibr 9:15)
Kristus Pengantara Perjanjian Baru. Berkat wafat-Nya, para pilihan memperoleh warisan abadi yang dijanjikan-Nya.
Christ is mediator of a New Covenant, so that by means of his death, those who are called may receive the promise of an eternal inheritance.
Doa Pembuka
Allah yang Mahasetia, hadirlah pada umat yang berseru kepada-Mu. Lindungilah kami yang mendambakan belas kasih-Mu. Semoga kami bersih dari segala noda dosa, tetap bertekun dalam cara hidup yang saleh dan akhirnya pantas mewarisi janji-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Abraham adalah nama baru yang diberikan oleh Allah kepada Abram. Abraham artinya bapa banyak bangsa. Tuhan menjanjikan kepadanya banyak keturunan, dan tanah Kanaan akan Tuhan berikan kepadanya. Namun, Abraham dan keturunannya harus taat kepada perjanjian yang dibuat oleh Tuhan.
Bacaan dari Kitab Kejadian (17:3-9)
"Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa."
Pada waktu itu, ketika Allah menampakkan diri, maka Abram bersujud. Dan Allah berfirman kepadanya, “Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu. Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kini kaudiami sebagai orang asing; seluruh tanah Kanaan ini akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka.” Lagi firman Allah kepada Abraham, “Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Selama-lamanya Tuhan ingat akan perjanjian-Nya
Ayat. (Mzm 105:4-5.6-7.8-9; R: 8a)
1. Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mukjizat dan ketetapan-ketetapan yang diucapkan-Nya.
2. Hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya. Dialah Tuhan, Allah kita, di seluruh bumi berlaku ketetapan-Nya.
3. Selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya, akan firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan; akan perjanjian yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal
Ayat. (Mzm 95:8ab)
Janganlah keraskan hatimu, tetapi dengarkan suara Tuhan.
Sabda Tuhan sungguh memiliki kuasa dan penuh daya. Barangsiapa percaya, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Orang-orang Yahudi tidak percaya kepada-Nya. Bahkan mereka mau melempari-Nya dengan batu.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (8:51-59)
"Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, “Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada Yesus, “Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati! Dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus, “Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya! Bapa-Kulah yang memuliakan Aku. Tentang Dia kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia. Sebaliknya, Aku mengenal Dia, dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu. Tetapi Aku megenal Dia, dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku; ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada Yesus, “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Tuhan menjadi masa depan Abraham dan keturunannya. Kepada Abram, Tuhan menganugerahkan nama baru, Abraham. Ia akan menjadi bapa dari sejumlah besar bangsa. Dan dari padanyalah muncul banyak raja. Abraham mempunyai kewajiban bahwa ia harus menjadikan Yahweh Allahnya dan Allah keturunannya. Sedangkan Yesus menegaskan bahwa dalam Diri-Nya ada masa depan, kehidupan. Barangsiapa yang menaati firman-Nya tidak akan mengalami maut selama-lamanya. Sebagai orang beriman, Yesus sendirilah jawaban terakhir bagi kita. Dialah kehidupan dan keselamatan kita. Syaratnya: menaati firman-Nya.
Doa Malam
Allah segala kuasa, jauhkanlah aku dari hal-hal yang mengganggu istirahatku malam ini. Semoga dengan istirahat yang Kauberkati, aku dapat melepaskan segala kepenatanku hari ini dan menimba kekuatan baru untuk hidup dan pelayananku esok hari. Terpujilah Engkau, ya Allahku, kini dan selama-lamanya. Amin.