"Credo et Gaudo"
Paskah IV
Kis 11:19-26; Mzm 87:1-3,4-5,6-7; Yoh 10:22-30
"Credo
et gaudo - Aku percaya dan bersukacita”. Yesus, Gembala Baik (Pastor Bonus)
mengharapkan kita 100% percaya dan mengimaniNya seperti teladan Rasul Barnabas
pada hari ini. Dalam bacaan pertama (Kisah 11:24), ditampakkan tiga kualitas
dasar yang dimiliki Barnabas sebagai seorang yang percaya kepada Tuhan, yakni:
orang yang baik/ bermoral; yang penuh dengan Roh Kudus/dipenuhi dan dipimpin
oleh Roh Kudus sehingga menghasilkan buah-buah roh; yang juga penuh dengan
iman/100% percaya akan Tuhan.
Berangkat dari historiografi Gereja, tercatat bahwa
ada tiga komunitas imani yang terbangun pada abad pertama kristianitas, antara
lain:
1. Jemaat di Yerusalem dengan Yakobus sebagai
“pastor”nya .
2. Jemaat di Efesus dengan Yohanes sebagai
“pastor”nya.
3. Jemaat di Antiokhia di bawah penggembalaan
“pastor” Barnabas.
Sejarah mencatat bahwa jemaat di Yerusalem hancur,
karena terlalu tertutup, jemaat di Efesus juga terpecah-belah dan
tercerai-berai karena terlalu banyaknya konflik. Satu-satunya jemaat Gereja
perdana yang bertahan: berakar dalam iman-bertumbuh dalam persaudaraan dan
semakin berbuah dalam karya pelayanan adalah jemaat Antiokhia dengan Rasul
Barnabas sebagai “pastor”/gembalanya: “Di Antiokhialah, murid-murid itu untuk
pertama kalinya disebut Kristen” (Kisah 11:26).
Barnabas! Siapa dia? Mungkin banyak dari kita yang
belum mengenalnya secara utuh dan penuh, bukan? Padahal pepatah klise kerap
berkata, ‘tak kenal maka tak sayang, bukan?’ Kadang juga nama rasul ini malahan
tertukar dengan nama Barabas, penjahat yang dibebaskan dalam konteks
penghakiman Yesus. Sebenarnya siapa itu Barnabas, bisa kita lihat dalam
sepenggal kisah di Kis 4:36: “Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul
disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.”
Nama Barnabas ini berasal dari sepenggal kata dalam
bahasa Ibrani, בר - BAR, yang berarti "anak", dan kata נביא - NEBI,
"nabi". Banyak ahli yang menafsirkan nama ini juga lekat dengan kata
“BAR” (yang berarti ‘anak’), serta “NABAS”, (yang berhubungan dengan kata
NEWAHA, (Aram), yang berarti 'perdamaian' atau 'penghiburan'). Namun, secara
komprehensif, Lukas sebenarnya tidak bermaksud memberikan etimologi ilmiah,
tetapi lebih untuk menunjukkan watak orang itu secara deskriptif.
Barnabas sendiri, yang nama aslinya adalah Yusuf,
berasal dari keluarga imam Yahudi-Siprus, dan Yohanes Markus dari Yerusalem
adalah kemenakannya (Kolose 4:10), dan dia sendiri adalah anggota dari gereja
di Yerusalem, yang menjual miliknya (barangkali di Siprus) untuk menjadi milik
umum (Kisah 4:36). Secara sederhana, Barnabas, dalam bahasa Inggris, banyak
disebut sebagai “son of encouragement”, yang artinya jauh lebih besar dari
sekedar anak penghiburan. Ia adalah pendorong dan pengobar semangat yang penuh
kepercayaan pada Tuhan. Mengacu pada pelbagai bagian dari Kisah Para Rasul,
terbukti bahwa Barnabas benar-benar pantas menyandang julukannya sebagai
pendorong dan pengobar semangat.
Bagaimana Barnabas bisa disebut sebagai ‘son of
encouragement’ atau anak penghiburan, pendorong dan pengobar semangat? Ternyata
ada 5 jurus cinta dari Barnabas sebagai orang percaya yang selalu
"menghibur" dan "memberi semangat", seperti yang saya tulis
dalam buku “3 Bulan 5 Bintang 7 Matahari” (Kanisius), al:
1. BERMURAH HATI:
Ia memberi secara sukarela dari harta miliknya (Kis
4:36-37). Bandingkanlah sepenggal pernyataan dari Kisah 4:36-37: “Demikian pula
dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan,
seorang Lewi dari Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu
dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.” Kita kerap memberi semangat hanya
berhenti pada kata-kata, tetapi Barnabas melakukan lebih dari itu. Ia melakukan
sesuatu yang “magis” (lebih dari sekedar, bersemangat maksimal), untuk
mendorong dan menyemangati orang lain. Ia memiliki jurus pertama, yakni:
bermurah hati kepada orang lain. Barnabas menjual ladang, miliknya, lalu
membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul dengan sukarela
(bukan dengan sukar rela). Di lain matra, Barnabas tidak seperti banyak
rekannya, ia mencari nafkahnya sendiri dan ia tidak meminta-minta dari
gereja-gereja (Bdk. 1 Korintus 9:6).
2. BERPIKIR POSITIF:
Ia menerima orang lain apa adanya (Kis 9:20-27).
Lihatlah sepenggal kisah yang tercatat dalam Kis 4:26-27: “Setibanya di
Yerusalem, Saulus mencoba menggabungkan diri kepada murid-murid, tetapi
semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat percaya, bahwa ia juga
seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul
dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah
jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar
di Damsyik dalam nama Yesus.” Dalam Kis 9:1-19, diceritakan pertobatan dramatis
dari Saulus. Sewaktu Saulus yang telah bertobat datang ke Yerusalem, para rasul
dan banyak orang Kristen disana menganggapnya sebagai spionase: "mata-mata
Yahudi". Disinilah, Barnabas dengan pikiran positifnya, memperkenalkan
Saulus kepada tokoh utama rasul dan meyakinkan mereka tentang pertobatan dan
kesungguhan hati Saulus. Dkl: ketika para murid skeptis dan tidak langsung
mempercayai pertobatan Saulus (Kis 4:26), Barnabas malahan tetap berpikir
positif, dengan berani menerima Saulus tanpa banyak kecurigaan atau stigma
negatif (Kis 4:27). Dan, karena Barnabas-lah, Saulus akhirnya diterima oleh
para rasul dan para murid yang lain. Disinilah Barnabas mengajak kita untuk
memiliki jurus keduanya, yakni: belajar berpikir positif terhadap orang lain.
Ia menanggalkan kecurigaan dan stigmatisasi terhadap orang lain.
3. BERSIKAP SPORTIF:
Ia bersukacita melihat kemajuan orang lain (Kis
11:19-23). Lihatlah lagi sebuah kesaksian yang tercatat dalam Kis 11:19-24:
“Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang
timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus
dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan
tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di
Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan
Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah
besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. Maka sampailah kabar
tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus
Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada
Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman.
Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan.”
Dalam Kisah Rasul bab 1-10, terlihat bahwa
kekristenan awal hanya disebarkan kepada orang Yahudi saja. Tapi, dalam
perkembangan selanjutnya, pada Kisah Rasul bab 11, dicatat bahwa kekristenan
mulai disebar-pencarkan juga kepada banyak orang non Yahudi. Ketika pimpinan
gereja di Yerusalem mendengar kabar tentang jemaat di Antiokhia, maka mereka
mengirim seseorang, yaitu Barnabas.
Secara umum, kaum Yahudi pada saat itu menganggap
bahwa keselamatan hanyalah untuk orang Yahudi, sedangkan orang non-Yahudi tidak
pantas diselamatkan dan bahkan tidak pantas untuk menyembah Allah yang sama,
namun Barnabas tidak melihat dari kacamata sempit tersebut. Lukas mencatat
bahwa Barnabas bersukacita dan menasihati mereka (Kis 11:23). Barnabas
bersukacita melihat kasih karunia Tuhan yang dinyatakan kepada orang non
Yahudi. Iniah jurus yang ketiga, Barnabas mengajak kita untuk berani bersikap
sportif. Ia mengajak kita berani mengakui, menghargai dan mengagumi kelebihan
orang lain, bahkan orang yang kadang berbeda latar belakang dan tidak
sekelompok dengan kita.
4. BEKERJASAMA:
Ia mau melibatkan orang lain bahkan memberi
kesempatan kepada orang lain untuk bertumbuh, bahkan bertumbuh melebihi mereka
(Kis 11:25-26). Lihatlah lagi sepenggal kisah lain yang tercatat pada Kis
11:25-26: ”Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah
bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama
dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.”
Satu hal pokok yang menjadi perhatian kita adalah
bahwa yang dikirim ke Antiokhia, sebenarnya hanyalah Barnabas. Secara
sederhana, ia bisa saja melakukan hal tersebut sendiri. Namun, ia tahu bahwa
ada seseorang yang lebih mampu untuk mengajar jemaat di Antiokhia, sehingga ia
membawa Paulus (Kis 11:25). Apa yang terjadi? Tindakannya untuk membawa Paulus
adalah tepat karena jemaat di Antiokhia berkembang pesat dan dicatat bahwa di
Antiokhia ini, para murid Yesus itu untuk pertama kalinya disebut Kristen (Kis
11:26).
Inilah jurus Barnabas yang keempat. Ia mengajak
kita untuk berani bekerjasama. Kita bukan bersemangat, “single fighter”, tapi
bersemangat dalam sebuah suasana penuh kerjasama dan persaudaraan. Pada
awalnya, Barnabas-lah yang memang diminta mewakili para rasul di Antiokhia
untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi dalam jumlah besar.
Gerakan ini dilihatnya sebagai pekerjaan Allah dan dilandasi niat baik,
Barnabas mendatangkan Saulus untuk ikut bekerjasama. Disinilah tampak bahwa
Barnabas rindu melihat orang lain bertumbuh. Itulah alasan mengapa ia memberi
kesempatan pada Paulus, bahkan walaupun itu berarti Paulus sangat bisa bertumbuh
melebihi dirinya sendiri.
Perhatikanlah: Di awal pelayanan, disebutkan
susunan mereka adalah Barnabas dan Saulus (Kis 11:30), tetapi kemudian susunan
ini telah berubah menjadi Paulus dan Barnabas (Kis 13:42). Penjabarannya: Pada
awal karya, ditampakkan bahwa Barnabas adalah pemimpin, sedangkan Paulus
muridnya. Urutan inilah, yang selalu dipegang oleh penulis Kisah Para Rasul,
sampai mereka meninggalkan Siprus, yakni: ‘Barnabas dan Saulus’. Sesudah itu,
penginjil Lukas sekaligus penulis Kisah Para Rasul ini, biasa mengatakan
‘Paulus dan Barnabas’ (lihat Kisah 13:43, 46,50; Kisah 15:2, 22, 35). Dkl:
Pengobar semangat yang sejati tidak pernah mencari kemuliaan bagi dirinya
sendiri dengan bekerja sendiri melulu, melainkan mencari kemuliaan hanya bagi
Kristus dan oleh karenanya, dia terbuka dan rendah hati untuk mau bekerjasama
dengan orang lain, yang sama-sama berkehendak baik.
5. BERANI MEMBERI KESEMPATAN:
Ia terus berani memberi kesempatan kepada orang
lain, bahkan orang yang kerap di cap “gagal”, untuk hidup lebih baik (Kis
15:35-41). Buktinya, lihatlah kisah yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 15:35,
“Paulus dan Barnabas tinggal beberapa lama di Antiokhia. Mereka bersama-sama
dengan banyak orang lain mengajar dan memberitakan firman Tuhan. Tetapi beberapa
waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: "Baiklah kita kembali
kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan
firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka. Barnabas ingin membawa
juga Yohanes yang disebut Markus; tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa
tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan
tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka. Hal itu menimbulkan
perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus
juga sertanya berlayar ke Siprus. Tetapi Paulus memilih Silas, dan sesudah
diserahkan oleh saudara-saudara itu kepada kasih karunia Tuhan.”
Mengacu pada sejarah Gereja perdana, dicatat
sebelumnya dalam Kisah Para Rasul bahwa Markus bergabung dalam pelayanan
pertama Barnabas dan Paulus, tetapi ia meninggalkan pelayanannya di tengah
jalan. Ia ditolak sebagai orang yang gagal. Barnabas dan Paulus berbeda
pendapat mengenai sikap kepada orang yang 'gagal' ini". Paulus memiliki
hati seorang penginjil (baginya pelayanan itulah yang penting), tapi Barnabas
memiliki hati seorang gembala (baginya manusianya itulah yang terpenting).
Barnabas melihat ada potensi dan nilai baik dalam diri Markus yang gagal ini,
dan Barnabas berani ambil resiko untuk memberikan kesempatan kedua untuknya.
Inilah jurus kelima dari Barnabas. Ia berani memberi kesempatan kepada orang
lain. Ia tidak mudah memberi cap atau stigma negatif, tapi ia malahan
memberikan kepercayaan dan kesempatan kedua kepada rekan atau sesamanya yang
pernah “gagal, “jatuh” dan salah.” Merupakan sebuah kenyataan, kadang para
‘korban’ (orang-orang yang pernah salah, jatuh dan gagal) mengalami tiga macam
‘penyaliban’: stigmatisasi/di-cap buruk, marginalisasi/disingkirkan, serta
viktimisasi/dikorbankan. Tapi, hal ini tidak berarti sama bagi Barnabas.
Hatinya penuh belarasa, yang bukan cuma sloganistik tapi sungguh menjadi
kenyataan harian, yang bukan cuma “pabrik kata-kata” tapi menjadi tindakan
cinta yang benar-benar nyata.
“Ada buaya ada louhan-Orang percaya disayang
Tuhan”.
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! (@romojost.blogspot.com, www.romojostkokoh.com)
NB:
Sebuah tambahan pengetahuan tentang figur Barnabas:
Surat kepada Orang Ibrani yang dicatat dalam Kitab Suci Kristiani, sering
dianggap berasal dan ditulis oleh Barnabas, sedikit-sedikitnya sejak zaman
Tertulianus. Ia juga pernah dianggap sebagai penulis Surat 1 Petrus oleh AC
McGiffert (Christianity in the Apostolic Age, 1897 p 593). Ada pula sebuah buku
“apokrif”, yang disebut Injil Barnabas, yang berasal dari abad pertengahan (+
antara abad XIII s/d XVI) untuk kepentingan propaganda dan syiar gama tertentu
dan jelas-jelas ditulis bukan oleh Barnabas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar