Ads 468x60px

RIP Pastor Agus Rahmat Widiyanto OSC

IN CRUCE SALUS
REST IN PEACE
Pastor Agus Rahmat Widiyanto OSC
Minggu Palma, 9 April 2017.
Curiculum vitae:
TTL : Bandung, 08 Januari 1955
Masuk biara : Ordo Salib Suci di Bandung, 1976
Tahbisan : 1 Juli 1981
Pendidikan:
• S1 Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Surya Agung Bumi, Bandung, 1973-1980
• S2 Fakultas Filsafat Katholieke Universiteit Leuven, 1982-1984
Pekerjaan:
• Provinsial OSC Indonesia selama empat periode
• Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
• Pembina Yayasan Salib Suci
• Pembina Yayasan Mardiwijana
• Moderator Ikatan Sarjana Katolik Indonesia, Bandung
Selamat Jalan Pastor Agus
"Akulah Gembala Untuk Semua".
NB:
Pastor Agus: Selayang Pandang.
Tidak mudah menjadi rektor saat terjadi kemelut sengit. Pastor yang eksentrik ini dapat melalui dan menyelesaikan krisis dengan amat baik. Lantas, apa saja kiatnya?
Pastor Agus Rachmat OSC hanya menduduki jabatan Rektor Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Bandung selama 17 bulan (1993-1995). Namun, tugas yang diemban di pundaknya amat berat karena harus menyelesaikan konflik yang panas dan berlarut-larut.
Saat itu, terjadi kemelut di Unpar. Universitas terbelah, separuh pro yayasan, separuh lagi pro rektor. Mahasiswa demo, karyawan bingung. Perselisihan antara rektor dengan pihak yayasan pada akhirnya berimbas ke semua aspek Civitas Academica Unpar.
Kiat jitu
Pejabat sementara (Pjs) Rektor Unpar, Pastor Agus, berhasil meredam konflik dan memulihkan suasana menjadi kondusif lagi. Sejak awal, Pastor Agus memaklumkan bahwa dirinya tidak berambisi menjadi rektor. Artinya, setelah kemelut usai, ia akan langsung melepaskan jabatan tersebut. Ternyata, pernyataannya ini berdampak positif. Orang berhasil diyakinkan bahwa dirinya tidak memiliki vested interest. Tidak ada yang harus dipertahankan mati-matian demi keuntungan pribadi.
Selanjutnya, Pastor Agus mendekati rektor saat itu, Dr Pande Raja Silalahi SE dan membuat gentlemen agreement. Ia menjanjikan bahwa penyelesaian kemelut akan bersifat legal dalam arti ditentukan oleh Dinas Perguruan Tinggi (Dikti) dan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Meski demikian, Pastor Agus menolak penyelesaian lewat jalur pengadilan yang dinilainya tidak pas. Sikap ini tidak hanya diterima oleh pihak rektor, tetapi juga pihak yayasan.
Terhadap aktivis mahasiswa yang ikut bergolak, Pastor Agus melakukan pendekatan dengan meladeni mereka untuk berdebat. Di sisi lain, Pastor Agus dengan sengaja mempermudah pelbagai bantuan dana untuk kegiatan mahasiswa. Keterbukaan sekaligus kemurahan pjs rektor ini tentu saja ditanggapi dengan gembira oleh para mahasiswa.
Tak lupa, Pastor Agus juga melakukan pendekatan pada tenaga administratif dan akademik. Pastor Agus meminta kepada mereka agar kegiatan berjalan seperti biasanya. Pastor Agus menekankan pentingnya transparansik, khususnya dalam proses penerimaan mahasiswa baru yang kerap menjadi sorotan saat itu. Singkatnya, sepak terjang Pastor Agus didukung sepenuhnya oleh semua pihak yang menginginkan penyelesaian kemelut di tubuh Unpar. Secara khusus Senat Unpar berdiri di belakang pjs rektor ini.
Kagum dan bingung
Apa yang dilakukan pjs rektor mulai membuahkan hasil nyata. Suasana kehidupan kampus berangsur-angsur membaik. Saat-saat penting, seperti wisuda mahasiswa, Pastor Agus menyampaikan pidato yang didengarkan dengan cermat oleh semua pihak, termasuk para dosen. Pasalnya, dalam pidatonya, Pastor Agus kerap menyampaikan wacana-wacana baru dan tak lupa menyisipkan istilah-istilah filsafat yang juga dianggap baru. “Orang mendengar pidato saya antara kagum dan bingung,” ujarnya diselingi gelak tawa.
Sikap Pastor Agus yang bersahaja dan low profile disukai banyak kalangan. Sekadar contoh, sebagai rektor sebuah universitas bergengsi, pastor yang asli Sunda ini tetap memilih naik Honda bebek. Padahal, universitas menyediakan fasilitas mobil lengkap dengan sopirnya. Melihat rektor mereka kerap naik sepeda motor, para pegawai berinisiatif menyediakan tempat parkir dengan tulisan “Khusus Motor Rektor” di antara deretan mobil pejabat Unpar.
Pastor Agus, sebagaimana layaknya seorang rektor, memiliki seorang sekretaris. Sekretarisnya ini sempat menasihati agar ia rajin memakai sepatu. Maklum, Pastor Agus lebih bahagia memakai sandal sederhana daripada sepatu kulit bermerk dan mahal. Ia juga tanpa canggung mengobrol santai dengan para satpam di tempat parkir. Sementara itu, kebiasaannya merokok lintingan tetap dibawanya di mana pun ia bertugas.
Lambat laun popularitas Pastor Agus kian meningkat. Tak heran, saat pencalonan rektor baru, nama Pastor Agus ikut disebut pelbagai kalangan. Namun, sesuai janjinya Pastor Agus memilih mengundurkan diri. Tugasnya telah diselesaikannya dengan baik.
Idola frater
Selain sukses sebagai rektor transisi, Pastor Agus Rachmat juga amat disegani di kalangan rekan setarekatnya. Saat usianya baru menginjak 33 tahun, ia terpilih sebagai Provinsial Ordo Salib Suci Indonesia. Dengan demikian, ia memecahkan rekor sebagai Provinsial OSC termuda. Sesudahnya, ia masih tiga kali terpilih lagi sebagai Provinsial, sesuatu yang amat jarang terjadi. Kendati kini tidak menjabat lagi sebagai pemimpin, Pastor Agus tetap berperan aktif dalam tarekatnya.
Dalam pertemuan para imam OSC medio Maret 2012 di Pratista, Cimahi, Jawa Barat, Pastor Agus tampil sebagai narasumber utama. Pengalaman serta pengetahuannya yang luas membuat Pastor Agus kerap diminta sebagai pembicara. Tentang pengetahuannya yang luas ini, Pastor Eddy Putranto OSC menyebut Pastor Agus sebagai “Ensiklopedi Berjalan”.
Kepemimpinan Pastor Agus dinilai oleh rekan setarekatnya, Pastor Dany Sanusi OSC, sebagai kepemimpinan yang formatif dan kuratif, membentuk dan menyembuhkan. “Banyak konfrater (sebutan untuk sesama rekan setarekat) merasa lega dan mendapat pencerahan sesudah berbicara dengan Pastor Agus,” ujar Pastor Dany yang pernah bertugas di lingkungan Konferensi Waligereja Indonesia. Tak heran, banyak imam muda dan frater OSC mengidolakan Pastor Agus, khususnya dalam cara merangkai kata-kata menjadi indah.
Di luar prestasi kerjanya yang meyakinkan, Pastor Agus tergolong pribadi yang eksentrik dan terkesan cuek. Salah satu contoh pengalaman tentang hal ini adalah saat ia studi di Leuven, Belgia. Setiap ada kesempatan libur, Pastor Agus memanfaatkannya untuk bepergian dengan menumpang kereta api. Maklum, dengan kartu mahasiswa yang ia miliki, Pastor Agus bisa bepergian dengan karcis murah. Sayangnya, Pastor Agus jarang membawa paspor saat bepergian. Padahal, paspor merupakan sesuatu yang penting ketika berada di negeri orang. Akibatnya, ia pernah tiga kali ditangkap polisi dan sempat masuk penjara selama beberapa jam.
Hidup Pastor Agus terus-menerus dibaktikan pada Ordo dan Gereja. Kini, ia tak lagi menjabat sebagai pemimpin, baik sebagai rektor maupun provinsial. Namun, itu tak penting baginya. Sebaliknya, ia menikmatinya sebagai suatu anugerah. “Sekarang, saya memiliki lebih banyak waktu untuk menyiapkan kuliah maupun membaca buku-buku kegemaran saya,” pungkas dosen filsafat ini.
===========
Berpulang, aku berpulang
Tenang dan damai, aku berpulang
Tidaklah jauh, lewati pintu terbuka
Tugas telah usai, tiada cemas tersisa
Bunda menanti, ayah pun menunggu
Banyaklah wajah yang kukenal,
dari masa lalu
Ketakutan lenyap, kesakitan hilang
Rintangan musnah, perjalanan usai
Bintang fajar terangi jalanku
Mimpi buruk hilang sudah
Bayang-bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Di hidup abadilah aku
Tiada jeda, tiada akhir
Hanya ada kehidupan
Tersadar penuh, dengan senyuman
Untuk selamanya
Berpulang, aku berpulang
Bayang bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Hidup abadi kumulai
Aku kini berpulang
-----------
Going home,
I am going home
Quiet like some still day
I am going home
It's not far, just close by
Through an open door
Work all done, care laid by
Never fear no more
Mother's there expecting me
Father's waiting too
Lots of faces gathered there
All the friends I knew
No more fear, no more pain
No more stumbling by the way
No more longing for the day
Going to run no more
Morning star lights the way
Restless dreams all gone
Shadows gone, break of day
Real life has begun
There's no break, there's no end
Just a living on
Wide awake with a smile
Going on and on
Going home,
I am going home
Shadows gone, break of day
Real life has begun
I'm just going home
-------------
“Saat seseorang berpulang, segumpal awan menjelma menjadi malaikat,
dan melayang ke surga meminta Tuhan untuk meletakkan
setangkai bunga di atas sebuah bantal
Sang burungpun menyampaikan pesan itu ke bumi dan melantunkan seuntai doa
yang menyebabkan hujan menangis
Mereka memang harus pergi, tapi mereka tidak benar-benar pergi
Roh mereka di atas sanalah yang menidurkan matahari, membangunkan rerumputan dan memutar bola dunia
Kadang kau dapat melihat mereka menari di dalam awan di siang hari
di saat mereka seharusnya nyenyak tertidur
Mereka melukis keindahan pelangi dan juga temaram matahari senja
dan membangunkan ombak di lautan
mereka melambungkan bintang jatuh dan mendengarkan semua harapan,
nyanyian mereka merdu dalam hembusan angin, berbisik pada kita :
“Jangan terlalu sedih. Pemandangan di sini indah dan aku baik-baik saja”
----------
“When somebody dies, a cloud turns into an angel,
and flies up to tell God to put another flower on a pillow.
A bird gives the message back to the world and sings a silent prayer
that makes the rain cry.....
People dissappear, but they never really go away.
The spirits up there put the sun to bed, wake up grass, and
spin the earth in dizzy circles.
Sometimes you can see them dancing in a cloud during the day-time,
when they’re supposed to be sleeping
They paint the rainbows and also the sunsets,
and make waves splash and tug at the tide.
They toss shooting stars and listen to wishes,
and they sing wind-songs, they whisper to us:
“Don’t miss me too much. The view is nice and I’m doing just fine”
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui.
Fiat Lux - Be the Light!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar