Ads 468x60px

Sabtu, 26 Agustus 2017


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 26 Agustus 2017
Hari Biasa Pekan XX
Rut (2:1-3.8-11; 4:13-17)
(Mzm. 128:1b-2.3.4.5)
Matius (23:1-12)
"Verba docent exempla trahunt - Kata kata itu mengajar tapi teladan itu menyentuh hati."
Inilah pepatah latin yang seakan mengamini pesan inti Yesus hari ini: “Lakukanlah segala sesuatu yang mereka (para ahli kitab dan orang farisi) ajarkan kepadamu tapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan tapi tidak melakukannya.
Dengan kata lain:
Yesus membenci sikap ahli kitab dan orang farisi yang munafik (Arab: منافق, munāfiqūn, "MUlutnya pedas-Nalurinya iri-FIKirannya negatif"), yang tampak dalam beberapa ciri dasar: "bila berkata-ia berdusta; bila berjanji-ia mengingkari; bila diberikan kepercayaan-ia mengkhianati".
Nah, bersama dengan datangnya hari baru ini, kita diajak untuk meninggalkan sikap "NATO - No Action Talk Only", yang hanya sibuk mengobral janji tapi hidupnya tidak terpuji, yang selalu pandai berkata-kata tapi tidak punya cinta, yang hanya pandai berkotbah tapi tidak mau berubah.
Imbasnya: walaupun pelbagai ajaran telah dinyatakan-dibentangkan-dicanangkan dan ditaburkan, tapi kerap kehilangan daya dan makna karena yang diajarkan tidak dilaksanakan dan termakan budaya materialistis, dalam bahasa Cicero: "tak ada benteng yang demikian kuat, di mana uang tak dapat memasukinya".
Disinilah, kita butuh bahasa keteladanan dan diajak untuk menjadi dan memberi teladan kasih yang hidup karena menyitir Seneca: ‘Manusia lebih percaya pada mata mereka, daripada telinga mereka!”
Maka sebenarnya buat apa kesana kemari mengenakan jubah putih/kalung salib, lambang kesucian dan simbol pemihakan terhadap kebenaran, kalau buta dan tuli terhadap kebenaran itu sendiri?
Atas nama keimanan yang manusiawi dan kemanusiaan yang imani, kita sebagai "homo religiosus" yang mengaku beriman kristiani, semestinya selalu brani memberikan kesaksian iman yang hidup, dengan “kud”, karya, ucapan dan doa yang penuh cinta dan tidak melulu penuh kata-kata. Ego Mitto Vos - Aku sekarang mengutus kamu!
"Cari baju di Lebak Bulus - Mari maju dengan hati yang tulus."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“Exempla in terris - Teladan di tengah dunia”.
Inilah harapan Yesus bahwa kita bisa menjadi teladan iman, bukan hanya dengan kata-kata (”verbum”) tapi lebih pada tindakan nyata yang penuh kebaikan (”bonum”).
Adapun 3 ajakan Yesus sebagai Sang Teladan Utama, antara lain:
1.”TE”guhkan iman dengan kerendahan hati:
Menyitir pesan Nabi Yesaya, "Basuhlah - bersihkanlah dirimu dan jauhkanlah perbuatanmu yang jahat dari mataKu. Berhentilah berbuat jahat dan belajarlah berbuat baik”.
Yesus dengan penyalibanNya sendiri dengan tegar mau meneguhkan iman kita: Ia rela mengalami sengsara fisik-sengsara rohani -sengsara sacramental dan sengsara aktual. Inilah derita, “passio” yang meneguhkan iman kita untuk bertindak.
Jelasnya, Yesus meneguhkan iman kita karena Ia jelas hadir demi GerejaNya yang dikejar-kejar, dalam mereka yang sakit-menderita dan yang mengalami ketidakadilan.
2.”LA”yani Tuhan dengan kemurahan hati:
Jalan terbaik menjadi teladan bukan melulu dengan menjadi “leader, tapi dengan menjadi “server”: Barangsiapa mau menjadi yang terbesar hendaklah ia mau melayani yang lain.”
Kalau kita hidup untuk saling melayani bukankah Ia hadir bersama kita, mulailah dengan hal-hal kecil dan sederhana karena bukankah pohon raksasa juga mulai dengan benih kecil dan orang yang paling perkasa pada mulanya adalah seorang bayi yang lemah dan tak berdaya?
3.”DAN” jauhi kemunafikan dengan ketulusan hati:
Dalam buku saya (“TANDA’, RJK. Kanisius) ada tiga indikasi orang munafik, al:
- MUlutnya pedas,
- NAlurinya iri hati,
- FIKirannya negatif”.
Dengan kata lain:
Hidup iman dan sikap baik kita harus dibarengi dengan kemurnian hati/”intentio pura” (bukan pura-pura) bagi kemuliaan Tuhan.
Yang pasti, Tuhan memang tinggi sekali tapi Ia melihat ke bawah, ke tempat yang rendah. Sebab itu janganlah mencari gunung yang tinggi untuk bertemu Tuhan.
Bila kita meninggikan diri setinggi-tingginya, Ia akan menarik diri sejauh-jauhnya. Tapi, jika kita merendahkan diri serendah-rendahnya, Ia akan tunduk mendekati kita sedekat-dekatnya. Sudahkah kita rendah hati-murah hati dan tulus hati?
“Naik sedan di Pangkalan Jati – Jadilah teladan iman dengan sepenuh hati”.
B.
"Zi Bingfa - Seni Berperang."
Inilah salah satu judul buku karya Sun Zi, dimana dia pernah mengungkapkan:
"Sekuntum bunga sebenarnya menjadi elok berkat dukungan daun-daun yang hijau."
Daun hijau yang memiliki klorofil - sekalipun tidak seelok bunga, mempunyai fungsi vital, yakni sebagai pemasok nutrisi karbohidrat melalui proses fotosintesis dari air dan gas asam arang serta penyinaran matahari.
Disinilah, kita diingatkan untuk tidak boleh menjadi sombong dan merendahkan yg lain, seperti yang ditunjukkan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi.
Alih-alih membuka kerajaan surga, mereka malahan menjadi batu sandungan bagi sesama.
Tentang mereka, Yesus berkata:
"Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksudkan untuk dilihat orang" (Mat 23:5).
Disinilah, kita diajak untuk menyatakan kehadiranNya dengan sikap tulus dan rendah hati: "Siapa saja yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu".
Dengan kata lain:
Jika kita hidup dengan tulus dan rendah hati di hadapanNya, "isi" kita jauh lebih penting daripada "sampul" luarnya karna kita semua adalah saudara, yang setara dan se-udara di ladangnya Tuhan, sekalipun memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Yah, entah menjadi "bunga" atau "daun hijau", kita dapat terus saling bersinergi dan mendukung orang lain untuk bersama menghasilkan "buah-buah" yang baik dengan sikap nyata penuh ketulusan dan kerendahan hati.
"Belajar kalkulus di Gunung Jati - Jadilah orang yang tulus dan rendah hati."
C.
"Via purgativa - Jalan pemurnian."
Inilah sebuah keutamaan imani yang diwartakan Yesus. Ia menasehati para muridNya untuk mendengarkan dan melakukan segala yang diajarkan para pemimpin agama, namun tak boleh meniru perbuatan mereka.
Jelasnya, mereka yang dianggap sebagai "tokoh/pemuka" ternyata bukan pemimpin tapi pemimpi, bukan pahlawan tapi pecundang, tidak otentik tapi munafik.
Adapun 3 mentalitas orang munafik yang "MUlutnya pedas, NAlurinya iri dan FIKirannya negatif", antara lain:
1."Tomat - Sekarang tobat besok kumat."
2."Dele - Esuk dele sore tempe lambe domble mencla mencle".
3. "Blangkon - Bisa kotbah tidak bisa nglakoni."
Inilah 3 identitas banyak orang yang tidak mempunyai integritas karena yang dikatakannya tidak sesuai dengan yang dilaksanakannya. Mereka melakukan kebaikan hanya demi dilihat orang namun sikap asli mereka sehari-hari sangat buruk dan menjadi batu sandungan untuk yang lainnya.
Nah, bersama dengan hari baru ini, kita diajak belajar hidup murni dengan 3 spiritualitas iman “3K”, antara lain:
1."Ketulusan/intentio pura".
Inilah sikap yang tidak ber"pura-pura", tapi penuh ketulusan dan bukan kepalsuan.
Lihatlah Yesus! Ia mengambil sikap seorang Hamba yang menderita bahkan taat sampai wafat di kayu salib (bdk. Flp 2:7-8).
2."Kerendahan hati".
Sebuah sikap yang didasari pengalaman kasih akan banyak nya rahmat Allah (gratia domini).
Dan, syukur pada Allah, karena sadar akan berlimpahnya rahmat ilahi, Gregorius (540-604) adalah paus pertama yang menggunakan secara luas sebutan “Pelayan dari Para Pelayan Tuhan” (servus servorum Dei) sebagai sebuah gelar paus, sehingga melahirkan kebiasaan baik di kepausan untuk bertindak penuh kerendahan hati: "Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditingggikan."
3."Keterbukaan".
Inilah sebuah sikap yang tidak mudah menghakimi tapi selalu berani untuk belajar memahami, yakni melihat kebaikan orang lain dengan selalu membuka diri-hati dan budi, tanpa praduga.
Indahnya, tiga spiritualitas iman “3K” ini akan lebih mudah membawa kita pada sikap penyerahan dan kepasrahan diri kepada kebijaksanaan dan bimbingan Allah, yang selalu membutuhkan pengampunan, belas kasih, pertolongan dan bimbingan Tuhan.
"Dari Lebak Bulus ke Efesus - Orang tulus disayang Tuhan Yesus."
D.
Kutipan Teks Misa:
“Harga darah Yesus lebih dari cukup untuk menebus seluruh dosa dunia.” (St. Ambrosius)
Antifon Pembuka (Mzm 128:1)
Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang hdiup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.

Doa Pagi
Ya Allah, Engkau berkenan akan kejujuran dan kebenaran. Ajarilah kiranya kami percaya sungguh dan berilah kami hati yang sederhana, yang sanggup mengabdi kepada-Mu dengan kebenaran dan tanpa pamrih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.

Bacaan dari Kitab Rut (2:1-3.8-11; 4:13-17)
"Tuhan telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus, Dialah ayah Isai, ayah Daud."
Naomi mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas. Pada suatu hari Rut, wanita Moab itu, berkata kepada Naomi, “Izinkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku. Sahut Naomi, “Pergilah, Anakku.” Maka pergilah Rut ke ladang dan memungut jelai di belakang para penyabit. Kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh. Maka berkatalah Boas kepada Rut, “Dengarlah, Anakku. Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain, dan tidak usah juga engkau pergi dari sini, tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku wanita. Lihatlah ladang yang sedang disabit ini. Ikutilah wanita-wanita itu dari belakang. Sebab aku telah berpesan kepada para pekerja laki-laki, supaya mereka jangan mengganggu engkau. Jika engkau haus, pergilah ke tempayan-tempayan itu, dan minumlah air yang dicedok oleh para pekerja itu.” Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata, “Bagaimana mungkin aku mendapat belas kasih Tuan, sehingga Tuan memperhatikan daku, padahal aku ini seorang asing?” Boas menjawab, “Aku telah mendengar kabar tentang segala sesuatu yang kaulakukan kepada mertuamu sesudah suamimu meninggal dunia, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang belum kaukenal.” Beberapa waktu berselang Boas memperisteri Rut dan menghampirinya. Maka atas karunia Tuhan, Rut mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Sebab itu para wanita berkata kepada Naomi, “Terpujilah Tuhan, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Semoga nama anak ini menjadi termasyhur di Israel. Dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih. Sebab menantumu yang sayang padamu telah melahirkannya. Dia lebih berharga bagimu daripada tujuh anak laki-laki.” Dan Naomi mengambil anak itu serta meletakkannya di pangkuannya, dan dialah yang mengasuhnya. Lalu wanita-wanita tetangga memberi nama kepada anak itu dengan berkata, “Seorang anak laki-laki telah lahir bagi Naomi.” Anak itu mereka beri nama Obed. Dialah ayah Isai, ayah Daud.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
atau
Orang yang takwa hidupnya akan diberkati.
Ayat. (Mzm. 128:1b-2.3.4.5)
1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan orang laki-laki yang takwa hidupnya.
4. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 23:9a,10b)
Bapamu hanya satu, ialah yang ada di surga. Pemimpinmu hanya satu, yaitu Kristus.

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (23:1-12)
"Mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukan."
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak dan murid-murid-Nya, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan mereka, karena mereka mengajarkan, tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang. Mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kalian, janganlah kalian suka disebut ‘Rabi’ karena hanya satulah Rabimu, dan kalian semua adalah saudara. Dan janganlah kalian menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kalian disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Kristus. Siapa pun yang terbesar di antaramu hendaklah ia menjadi pelayanmu. Barangsiapa meninggikan diri, akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

Antifon Komuni (Mat 23:12)
Barangsiapa meninggikan dirinya, akan direndahkan, dan yang merendahkan dirinya, akan ditinggikan.

E.
"Whoever humbles oneself will be exalted"
Gospel Reading:
Matthew 23:1-12
Then said Jesus to the crowds and to his disciples, "The scribes and the Pharisees sit on Moses' seat; so practice and observe whatever they tell you, but not what they do; for they preach, but do not practice. They bind heavy burdens, hard to bear, and lay them on men's shoulders; but they themselves will not move them with their finger. They do all their deeds to be seen by men; for they make their phylacteries broad and their fringes long, and they love the place of honor at feasts and the best seats in the synagogues, and salutations in the market places, and being called rabbi by men. But you are not to be called rabbi, for you have one teacher, and you are all brethren. And call no man your father on earth, for you have one Father, who is in heaven. Neither be called masters, for you have one master, the Christ. He who is greatest among you shall be your servant; whoever exalts himself will be humbled, and whoever humbles himself will be exalted.
Old Testament Reading:
Isaiah 1:10,16-20
Hear the word of the LORD, you rulers of Sodom! Give ear to the teaching of our God, you people of Gomorrah! Wash yourselves; make yourselves clean; remove the evil of your doings from before my eyes; cease to do evil, learn to do good; seek justice, correct oppression; defend the fatherless, plead for the widow. "Come now, let us reason together, says the LORD: though your sins are like scarlet, they shall be as white as snow; though they are red like crimson, they shall become like wool. If you are willing and obedient, you shall eat the good of the land; But if you refuse and rebel, you shall be devoured by the sword; for the mouth of the LORD has spoken."
Meditation
Who doesn't desire the praise and respect of others? We want others to see us at our best with all of our strengths and achievements - rather than at our worst with all of our faults and shortcomings. God sees us as we truly are - sinners and beggars always in need of his mercy, help, and guidance.
The prophet Isaiah warned both the rulers and the people of Sodom and Gomorrah to humbly listen and submit to God's teaching so they could learn to do good and to cease from evil (Isaiah 110,17). Jesus warned the scribes and Pharisees, the teachers and rulers of Israel, to teach and serve their people with humility and sincerity rather than with pride and self-promotion.
They went to great lengths to draw attention to their religious status and practices. In a way they wanted to be good models of observant Jews. "See how well we observe all the ritual rules and regulations of our religion!" In their misguided zeal for religion they sought recognition and honor for themselves rather than for God. They made the practice of their faith a burden rather than a joy for the people they were supposed to serve.
True respect for God inclines us to humble ourselves and to submit to his wisdom and guidance. We cannot be taught by God unless we first learn to listen to his word and then obey his instruction.
One Father and Teacher
Was Jesus against calling anyone a rabbi, the Jewish title for a teacher of God's word (Matthew 23:7-8), or a father? The law of Moses in Scripture specifically instructed all fathers to be teachers and instructors for their children to help them understand and obey God's instructions (Deuteronomy 6:7)? Why did Jesus rebuke the scribes and Pharisees, the religious authorities of the Jewish people, in the presence of his disciples? Jesus wanted to warn both his own disciples and the religious leaders about the temptation to seek honors and titles that draw attention to ourselves in place of God and his word. Pride tempts us to put ourselves first above others.
The Scriptures give ample warning about the danger of self-seeking pride: Pride goes before destruction, and a haughty spirit before a fall (Proverbs 16:18). God opposes the proud, but gives grace to the humble (James 4:6; Proverbs 3:24).
Origen (185-254 AD), an early Christian teacher and bible scholar, reminds those who teach and lead to remember that they are first and foremost "disciples" and "servants" who sit at the feet of their Master and Teacher the Lord
Jesus Christ:
"You have one teacher, and you are all brothers to each other...Whoever ministers with the divine word does not put himself forward to be called teacher, for he knows that when he performs well it is Christ who is within him. He should only call himself servant according to the command of Christ, saying, Whoever is greater among you, let him be the servant of all."
True humility
Respect for God and for his ways inclines us to humility and to simplicity of heart - the willing readiness to seek the one true good who is God himself. What is the nature of true humility and why should we embrace it as essential for our lives?
We can easily mistake humility as something demeaning or harmful to our sense of well-being and feeling good about ourselves. True humility is not feeling bad about yourself, or having a low opinion of yourself, or thinking of yourself as inferior to all others.
True humility frees us from preoccupation with ourselves, whereas a low self-opinion tends to focus our attention on ourselves. Humility is truth in self-understanding and truth in action. Viewing ourselves honestly, with sober judgment, means seeing ourselves the way God sees us (Psalm 139:1-4).
A humble person makes a realistic assessment of oneself without illusion or pretense to be something one is not. A truly humble person regards oneself neither smaller nor larger than one truly is. True humility frees us to be ourselves as God regards us and to avoid falling into despair and pride.
A humble person does not want to wear a mask or put on a facade in order to look good to others. Such a person is not swayed by accidentals, such as fame, reputation, success, or failure. Do you know the joy of Christ-like humility and simplicity of heart?
Humility is the queen or foundation of all the other virtues because it enables us to see and judge correctly, the way God sees. Humility helps us to be teachable so we can acquire true knowledge, wisdom, and an honest view of reality. It directs our energy, zeal, and will to give ourselves to something greater than ourselves.
Humility frees us to love and serve others willingly and selflessly, for their own sake, rather than for our own. Paul the Apostle gives us the greatest example and model of humility in the person of Jesus Christ, who emptied himself, taking the form of a servant, and... who humbled himself and became obedient unto death, even death on a cross (Philippians 2:7-8).
Do you want to be a servant as Jesus loved and served others? The Lord Jesus gives us his heart - the heart of a servant who seeks the good of others and puts their interests first in his care and concern for them.
"Lord Jesus, you became a servant for my sake to set me free from the tyranny of selfish pride and self-concern. Teach me to be humble as you are humble and to love others generously with selfless service and kindness."
Psalm 50:8-9,16-17,21,23
I do not reprove you for your sacrifices;
your burnt offerings are continually before me.
I will accept no bull from your house,
nor he-goat from your folds.
But to the wicked God says: "What right have
you to recite my statutes, or take my covenant
on your lips?
For you hate discipline, and you cast my words
behind you.
These things you have done and I have been
silent; you thought that I was one like
yourself. But now I rebuke you, and lay the
charge before you.
He who brings thanksgiving as his sacrifice
honors me; to him who orders his way aright
I will show the salvation of God!"
Daily Quote from the Early Church Fathers
"Who are the proud? Those who do not perform penance and confess their sins in order to be healed through humility. Who are the proud? Those who attribute to themselves the few good qualities they seem to possess and endeavor to diminish the mercy of God. Who are the proud? Those who, while attributing to God the good they accomplish, insult others for not performing such works and raise themselves above them."
(Augustine, Bishop of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Commentary on Psalm 93, 15)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar