Ads 468x60px

IN MEMORIAM "BK": 'ROMO' GONG (Bagong Kussudiardja)



IN MEMORIAM "BK":
'ROMO' GONG
(Bagong Kussudiardja)
HAPPY BIRTHDAY
ARS LONGA VITA BREVIS...
PADA MULANYA ADALAH SENI(N)....
Senin, 9 Oktober 2017, Google mengangkat tokoh seni asal Indonesia sebagai doodle di laman utama mesin pencarinya. Dan kali ini khusus dibuat untuk merayakan ulang tahun ke-89 dari "BK", Bagong Kussudiardja alias Romo Gong, begawan tari dan maestro pelukis dari kota 'Yogya Istimewa'.
Ya, setelah kemarin mengenal sekilas pintas sosok yang konon eks seminaris, 'Bung Remy Sylado', ("23761") sekarang kita mengenang seorang seniman handal lainnya, yang kebetulan pas 9 Oktober 2017 ini adalah hari lahirnya yang ke-89. Seniman pembaharu Indonesia ini bernama, (alm) "BK" alias Bagong Kussudiardja yang terlahir di Yogyakarta, 9 Oktober 1928 dan meninggal di Yogyakarta, 15 Juni 2004 pada umur 75 tahun.
Saya sendiri spontan terkenang "BK" alias "ROMO GONG" ini karena pernah mampir dan mlipir ke padepokannya pada awal tahun 2000 dan pernah diminta mempersembahkan misa syukur reuni anak anak sekolah SMP Pangudi Luhur 1 - Yogyakarta di Kaliurang, dimana waktu itu tiga anaknya "BK" juga hadir, Butet - Djaduk dan Otok bersama mas Mayong Suryolaksono dkk. Secara khusus dengan mas Butet, saya pernah sekamar dengannya dan 'menikmati' dengkuran khas salah satu anak dari "BK" / "ROMO GONG" ini sambil menunggu waktu pentas monolog nya di daerah Senayan, belasan tahun lalu.
Tremens et fascinans, bersama dengan Google yang mengangkat "BK", tokoh asal Indonesia sebagai doodle di laman utama mesin pencarinya, kita diingatkan akan sosok "BK" sendiri yang merupakan seorang koreografer dan pelukis senior, dimana karyanya dikenal baik di dalam maupun di luar negeri.
Sosok kartunnya dalam doodle digambarkan sedang duduk di kursi sambil menggenggam kuas cat. Di latar belakang doodle Google, ada lukisan para penari beraneka kostum yang melompat gembira, mungkin terinspirasi dari beberapa karya "BK" sendiri karena diketahui bahwa beliau memang mengawali perjalanan seninya dengan mempelajari seni musik dan tari Jawa.
Tercandra, latar belakang keluarganya berada di garis lingkaran kebangsawanan Kraton Yogyakarta yang membawa "BK" tidak asing dengan dunia seni terlebih tari dan lukis (kakeknya "BK" adalah Gusti Djuminah yang konon adalah putra mahkota Sultan HB VII yang karena membelot, terpaksa harus menjalani hukuman "kurantil" (pengasingan).
Disebutkan bahwa orang tua "BK" adalah RB Tjondro Sentono, seorang pelukis wayang dan penulis aksara Jawa, yang menikah dengan Siti Aminah, dimana dari hasil perkawinan mereka, lahirlah Kus Sumarbirah, "BK" / Bagong Kussudiardja, Handung Kussudyarsana, dan Lilut Kussudyarto.
Masa kecil "BK" yang sulit, kendati ia cucu G.P.H. Djuminah, (kakak Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, "Djuminah - DJUjur MIliki amaNAH") membuatnya suka bekerja keras. Karena pendapatan ayahnya sebagai pelukis wayang dan penulis aksara Jawa kurang mampu menopang kehidupan keluarga, maka "BK" harus legowo melakoni berbagai pekerjaan seperti menambal ban dan menjadi kusir andong.
BK" sendiri belajar seni melukis secara formal di ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia, sekarang dikenal sebagai Institut Kesenian Indonesia - ISI), Yogyakarta. Di ASRI inilah, "BK" dididik oleh seniman-seniman handal seperti Sudiarjo, Hendra Gunawan dan Kusnadi.
Sebelumnya, "BK" pernah belajar di Taman Siswa, dan setelah dari ASRI Bagong melanjutkan belajar tari modern di Jepang dan India, lalu belajar koreografi dengan koreografer legendaris Martha Graham di New York, Amerika Serikat pada 1957 hingga 1958.
Bekal tersebut dipakai mengembangkan tari tradisional di kampung halamannya. "BK" pun mendirikan "Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja" (PLTBK) pada 5 Maret 1958
1958, kemudian "Padepokan Seni Bagong Kussudiardja" (PSBK) pada 5 Oktober 1978 di Bantul Yogyakarta. Tepatnya, pada 5 Oktober 2017 ini, PSBK memasuki usia ke 39 tahun, dimana "PSBK", Padepokan Seni yang bisa dikunjungi oleh masyarakat umum tersebut menjadi lokasi salah satu adegan dalam film A2DC 2 (Ada Apa dengan Cinta 2) yang diperankan Dian Sastro - Nicholas Saputra, dan ditayangkan di bioskop pada 2016 lalu.
Sebagai seniman tari, tercandra "BK" memulai kariernya sebagai penari Jawa klasik di Yogyakarta pada tahun 1954. Ia berkenalan dengan seni tersebut melalui "Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo", yang dipimpin oleh Pangeran Tedjokusumo, seorang seniman tari ternama.
"BK" yang adalah ayah dari dua tokoh seni Butet Kertaradjasa dan Djaduk Ferianto ini sendiri menciptakan koreografi lebih dari 200 tarian, baik dalam bentuk tunggal maupun massal seperti: Tari Layang-layang (1954), Satria Tangguh, Kebangkitan dan Kelahiran Isa Almasih (1968), dan Bedaya Gendeng (1980).
Adapun pada Desember 1984, "BK" memulai perjalanan lima bulan ke tujuh negara Eropa. Bersama 14 penari, "BK" mengadakan 69 kali kegiatan: pentas tari, seminar, lokakarya, pameran batik, dan demonstrasi melukis batik.
Pada Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta, 20 Mei 1985, ia mempertunjukkan "Pawai Lintasan Sejarah Indonesia", didukung oleh 710 penari dan figuran.
Sebulan kemudian, "BK" beserta 100 penari muncul di pesisir Parangtritis, 27 km di selatan Yogyakarta, dengan pentas tari kreasinya berjudul "Kita Perlu Berpaling ke Alam dan Bersujud pada-Nya".
Bulan berikutnya, "BK" dengan 15 penari manggung di Malaysia. Ia mementaskan tari "Gema Nusantara", "Igel-igelan", dan "Ratu Kidul". Pada 5 Oktober 1985 di Jakarta, ia menampilkan "Pawai Lintasan Sejarah ABRI" yang melibatkan 8.000 seniman, militer, veteran dan anggota hansip.
Bahkan, dalam dunia tari Indonesia, sempat muncul aliran "Bagongisme", yang merujuk pada karakter tarian-tarian khas "BK", Bagong Kussudiardja, dimana tarian ciptaan "BK" memiliki gerak-gerak yang dinamis, energik, dan hidup. Hidupnya terus bergerak dan semarak. Seni adalah sebuah jalan insani sekaligus imani yang terus hidup walau sesekali redup, terus hadir dan mengalir.
Sedangkan sebagai pelukis, karyanya telah dipamerkan di banyak event nasional maupun internasional. Dia juga telah menerima beberapa penghargaan untuk karya-karyanya, di antaranya:
- Medali Emas dari Paus Paulus VI pada tahun 1973;
- Satya Lencana Dwija Setia pada tahun 1975;
- Medali Emas dari Pemerintah Bangladesh pada 1981;
- Art Award dari Pemerintah Indonesia pada tahun 1985;
- Penghargaan ASEAN pada tahun 1987;
- Art Award dari Pemerintah Yogyakarta pada 1988;
- Penghargaan dari Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada tahun 1992;
- Lukisan Penghargaan Biennial Yogyakarta pada tahun 1988 dan 1992.
- Untuk lukisan abstraknya yang dipamerkan di Dacca, ia beroleh medali emas dari Pemerintah Bangladesh pada 1980.
Di samping aktif dalam koreografi, "BK" juga dikenal dengan lukisan batiknya yang menggunakan berbagai gaya lukisan, dari impresionis, abstrak, hingga realis. Ia termasuk perintis seni lukis batik kontemporer. Ia juga
Ia juga pernah bermain film, antara lain dalam "Kugapai Cintamu" dan "Al Kautsar" bersama WS Rendra.
Sang seniman multi-talenta yang menikah dengan Sofiana (meninggal tahun 1997) lalu Yuli Sri Hastuti ini akhirnya tutup usia pada tahun 2004 di usia tiga perempat abad. "BK" yang juga akrab dipanggil "Romo Gong" ini meninggal di tengah proses penciptaan sendratari, pertunjukan lintasan sejarah berjudul "Jakarta Maju, Indonesia Maju" yang rencananya akan dipentaskan pada hari Kamis 17 Juni 2004, dalam rangka pembukaan Pekan Raya Jakarta (PRJ). Selamat jalan dan selamat ulang tahun ROMO GONG. Ars longa vita brevis. Berkah Dalem.
NB:
TAMBAHAN INFO SANA SINI.
A.
Melalui doodle hari ini, Google merayakan hari kelahiran seniman Bagong Kussudiardja yang ternyata juga dikelilingi oleh sosok-sosok seniman andal di dalam keluarganya.
Sebut saja Handung Kussudyarsana. Handung merupakan adik kandung dari Bagong Kussudiardja. Dia lahir pada 22 November 1933, berbeda lima tahun dengan Bagong. Handung banyak berjasa untuk dunia seni ketoprak. Sedikitnya 160 naskah sandiwara ketoprak diciptakannya selama hidup.
Handung juga dikenal sebagai pelaku sastra. Terutama sastra tradisional Jawa. Puluhan karya Handung terpublikasi di media cetak pada zamannya; Jayabaya, Penyebar Semangat, dan Cendrawasih.
Pak Ndung, begitu dia akrap disapa, juga berprofesi sebagai jurnalis. Dia menjadi salah satu awak redaksi di koran lawas Yogyakarta yang hingga kini masih eksis, Kedaulatan Rakyat.
Disamping Handung, masih ada sosok lain di keluarga Bagong Kussudiardja yang juga dikenal sebagai seniman masyhur tanah air. Dia tak lain adalah sang anak, Butet Kertaradjasa.
Butet Kertaradjasa merupakan tokoh teater Indonesia kelahiran Yogyakarta, 21 November 1961. Pengalamannya di dunia teater sudah dimulai sejak usia belasan tahun. Pernah bergabung dengan berbagai macam kelompok teater seperti Teater Kita-Kita, Teater SSRI, dan Teater Dinasti. Selain berkarya dalam kelompok teater, dia pun sering menggelar pertunjukan monolog. Butet Kertaradjasa kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Bagong Kussudiardja.
Di samping Butet Kertaradjasa, anak bungsu Bagong Kussudiardja juga tak kalah gemilang berkiprah dalam dunia seni. Dia adalah Djaduk Ferianto. Djaduk Ferianto lebih kental perannya dalam dunia perfilman. Dia tercatat sebagai aktor, musisi, juga sutradara. Djaduk Ferianto pernah main bareng dengan Butet Kertaradjasa dalam Petualangan Sherina. Djaduk juga banyak berperan sebagai penata musik untuk sinetron dan iklan.
Selain Butet dan Djaduk, ada satu nama lagi yakni: Otok Bima Sidarta yang merupakan Staff Pengajar Karawitan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja.
Otok Bima Sidarta memiliki keahlian di bidang musik karawitan, seni tari, seni lukis, dan seni panggung. Dulunya, Otok Bima Sidarta belajar menari di Pamulangan Beksan Ngayogyakartahadiningrat yang dipimpin R Sasminto Wardoyo.
Ia juga belajar menggambar dari Tino Sidin, pelukis yang terkenal dengan acara Gemar Menggambar pada 80-an di TVRI. Selain itu, Otok Bima Sidarta mempelajari seni tari kreasi baru dari sang ayah.
Ternyata Otok Bima Sidarta pernah bekerja sebagai Local Staff Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles, California, Amerika Serikat pada 1980 selama 3 tahun.
Pada 1984, ia pernah mengajar musik tari di Malaysia dan turut andil dalam menidirikan Pusat Latihan Karawitan Yogyakarta (PLK YK) bersama rekan-rekan pengrawit dari Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja.
Beberapa kali Otok Bima Sidarta juga pernah berpartisipasi dalam pementasan seni di luar negeri. Ia pernah ikut rombongan seni untuk Olympic International di Seoul, Korea Selatan pada 1990. Di tahun yang sama, ia juga ikut rombongan pentas ke Jepang.
Anak-anak "BK", al:
Ida Manutranggana,
Elia Gupita Rondang Ciptasari,
Otok Bima Sidharta,
Butet Kertaradjasa,
Purbasari Ayuwangi,
Djaduk Ferianto.
=====
"PSBK" atau Padepokan Seni Bagong Kussudiardja terletak di dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, kurang lebih 10 kilometer dari pusat kota Yogyakarta.
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja didirikan oleh seniman Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978 sebagai lembaga pendidikan kesenian non formal yang meliputi tari, karawitan, teater, ketoprak, musik dan lain sebagainya.
Sewaktu didirikan, PSBK mendapatkan uluran bantuan dari Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan) II dan Direktorat Pengembangan Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PSBK saat ini dikelola oleh Yayasan Bagong Kussudiardja (YBK) dengan ketuanya adalah Mas Butet Kertaradjasa, dimana beberapa kelompok Seni seperti Sanggar Kua Etnika, Orkes Sinten Remen, Orkes Melayu Banter Banget dan Teater Gandrik bergabung bersama Padepokan Seni Bagong Kussudiardja.
Sejak tahun 2009, secara rutin di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja juga digelar Jagongan Wagen, yang merupakan pentas seni yang dilaksanakan setiap bulan dan terbuka untuk umum tanpa tiket masuk.
B.
Bagong Kussudiardja (9th October 1928-15 Juni 2004) was a very influential artist in Indonesia. He was an expert in traditional and contemporary performing Art.
Beside his career in performing Art, he was also a talented painter. On March 1958 he established a public training centre for maintaining traditional dance (especially from Javanese cultural herritage) and developing contemporary Art (including performing Art,i.e: dance,theater) named "Padepokan Seni Bagong Kussudiardja".
Bagong was also contributed to the Indonesian struggles for Independence. His achievements in Art are considered as a cultural exemplar in the history of Modern Indonesia postcolonial.
C.
SALAH SATU KARYA "BK"
Title : "Salib"
Artist : Bagong Kussudiardjo
Year : 1974
Cat minyak pada kanvas.
Ukuran : 100 x 140 cm.
Dalam lukisan "BK" yang berjudul “Salib” (1974) ini, diungkapkan secara deformatif dua sosok figur dalam penyaliban. Dengan gaya eskpresionisme, gestur tubuh-tubuh yang tersalib dibangun lewat spontanitas garis dan warna-warna yang berat. Sebagai latar belakang muncul kontras warna putih dan oranye yang merepresentasikan cahaya dan ruang.
Lukisan ini secara keseluruhan menunjukan suatu dinamika gerak, tetapi sekaligus nada yang berat. Penanda visual tersebut mengungkapkan kepekatan hati pelukisnya dalam menghayati tema yang diungkap.
"BK" alias Bagong Kussudiardjo termasuk salah satu pelukis Yogyakarta yang berada dalam barisan awal ungkapan lirikan personal. Idiom ini merupakan antitesis terhadap paradigma estetik kerakyatan yang pada masa itu sangat kuat dianut oleh seniman-seniman Yogyakarta, bahkan mengeras dalam faham yang revolusioner.
Dengan mengawali obyek-obyek geometrik, kemudian abstraksi dan eskpresionis, ia memuncaki perjalanan gaya itu dalam absttraksi murni. Dalam konteks perkembangan itulah Bagong dapat menemukan jati dirinya antara lain dalam idiom-idiom religius kristiani.
Lukisan ini secara langsung akan membawa imajinasi pada peristiwa penyaliban Yesus. Pesan yang dibawa adalah kemuliaan penderitaan dalam dimensi peristiwa sakral itu. Walaupun "BK" mengungkap nilai simbolik yang dalam, namun ia lebih menekankan pada sensibilitas penghayatan personal lewat bahasa abstraksi visualnya. Sensibilitas itu diharapkan bisa menyentuh impuls orang lain dalam penghayatan simbolik penderitaan yang diungkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar