Pages

St. Karolus Borromeus



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
4 November 2017
"CAROLUS DAY"
PW St. Karolus Borromeus, Uskup
KA sihi Tuhan
RO bohkan setan
..tu LUS kan pelayanan
Karolus Boromeus lahir di Rocca d'Arona, tepi danau Maggiore pada tanggal 2 Oktober 1538. la adalah putera kedua dari Giberto Berromeo dan Margherita de'Medici, saudari Paus Pius IV (1846-1878).
Di kemudian hari ia menjadi Kardinal dan Uskup Agung Milano serta tokoh utama usaha pembaharuan Tridentine.
Dari seluruh kisah kehidupannya dan karyanya dapat dikatakan bahwa Karolus sudah ditentukan Tuhan sajak lahirnya untuk menjadi pelayan Allah bagi kemajuan GerejaNya.
Kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Reformasi Protestan, Tuhan menggerakkan Karolus Boromeus untuk membantu paus dalam usahanya menangkal segala sepak terjang para penganut Protestan.
Dalam usia yang masih sangat muda (22 tahun), Karolus diangkat menjadi Kardinal oleh pamannya Paus Pius IV (1846-1878). la menjabat sebagai Sekretaris Negara dan menjadi orang terkuat di Kuria Roma. Ia tekun belajar hingga larut malam.
Setelah kakaknya meninggal mendadak, ia memutuskan mengikuti suatu retret khusus. Kemudian ia menjadi imam dan mulai hidup sangat sederhana.
Sehari-hari ia berdoa berjam-jam dan menjalani matiraga keras. Kekayaannya dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin, jumlah pelayanannya diperkecil, dan banyak dana disisihkannya untuk memberikan beasiswa.
Ia dikenal sebagai salah seorang pemeran utama Konsili Trente, bahkan keberhasilan Konsili itu merupakan hasil jerih payahnya. Ia berusaha keras meneruskan Konsili Trente dan mendesak agar keputusan-keputusan Konsili itu dilaksanakan.
Dalam hubungan itu ia meminta paus agar ia dibebaskan dari tugasnya di Kuria Roma untuk membaharui keuskupannya, keuskupan Milano.
Meskipun masih muda belia, Karolus sangat menyadari kebutuhan umatnya jaman itu. Di masa itu hidup keagamaan amat Parah: banyak anak tidak mengenal Tuhan, bahkan membuat tanda salib saja pun tidak bisa, gereja-gereja sepi dari kunjungan umat, bahkan ada gereja yang diubah menjadi toko atau bangsal pesta. Para imam tidak bisa berkotbah karena tak terdidik baik dalam hal pewartaan iman.
Karolus mengambil bagian di dalam sidang-sidang terakhir Konsili Trente, yang membahas pembaharuan Gereja. Lalu ia mulai bekerja sekuat tenaga untuk membaharui keuskupannya.
Mula-mula ia menegaskan agar staf keuskupan menghayati suatu corak hidup yang lebih mencerminkan status mereka sebagai rohaniwan. Ia sendiri memberi teladan serta bersemangat doa, rajin mengaku dosa, berpuasa dan hidup sederhana.
Berulang kali ia mengunjungi paroki-paroki, menyelenggarakan rapat dengan para pastor, mengajar agama dan berkhotbah. Pada tahap awal, usahanya hampir kandas karena ia tidak bisa berbicara dengan lancar. Tetapi ia pantang menyerah dan senantiasa berbicara dengan penuh keyakinan.
Untuk memberantas kebutaan anak anak dalam hal keagamaan, ia mendirikan 'sekolah-sekolah minggu'. Ia membuka seminari-seminari keuskupan untuk menggembleng para calon imam yang tangguh. Itulah seminari model pertama.
Dengan usaha usahanya itu, ia berhasil menyalakan api semangat Kristiani dalam hati umatnya dan membuat Kristus dicintai lagi.
Pengaruhnya tidak terbatas di dalam wilayahnya sendiri. Terbukti pada tahun 1576, ketika Milano terserang wabah sampar yang ganas, tempat tinggalnya dijadikan sebagai rumah sakit. Ia sendiri melayani sebagai perawat dan pembimbing rohani para pasien.
Selain itu, ia masih juga menangani tugas-tugas berat lainnya: ia banyak mengadakan kunjungan-kunjungan ke wilayah-wilayah yang lain seperti Italia, Switzerland dan lain-lain dalam usaha mengatasi kerisauan di dalam tubuh Gereja akibat Reformasi Protestan dan timbulnya bidaah-bidaah.
Ia berusaha memekarkan kembali kehidupan menggereja di daerah-daerah yang telah lemah semangat imannya. Namun ada saja orang yang menentang kebijaksanaannya. Beberapa biarawan yang tidak mau ditertibkan berusaha melawan melalui pembunuh bayaran. Untunglah ia selamat.
Ia disukai umat dan dianggap sebagai penyelamat kota Milano. Pemerintah sendiri, yang seharusnya merasa beruntung dan oleh sebab itu harus berterimakasih kepada Karolus, kurang menyukainya, malahan memfitnahnya. Untunglah ia dilindungi oleh paus.
Memang berbuat baik amat banyak cobaan dan rintangannya. Dunia sepertinya iri hati atas semua keberhasilannya. Namun iman dan ketabahannya tetap membuat Karolus berdiri tegak dalam prinsipnya. Pekerjaan berat ditambah penderitaan-penderitaan tersebut merongrong kesehatannya. Ia wafat di
Milano pada tanggal 3 Nopember 1584.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA ARWAH 3 NOV 2017
UNTUK MENDOAKAN ARWAH
PARA KARDINAL DAN PARA USKUP
YANG MENINGGAL DALAM SETAHUN TERAKHIR
Bacaan Ekaristi :
Dan 12:1-3; 1Tim 2:8-13; Yoh 6:51-58
Perayaan hari ini sekali lagi menetapkan di hadapan kita kenyataan kematian. Perayaan ini memperbaharui dukacita kita atas kehilangan orang-orang yang terkasih dan baik terhadap kita. Namun, yang lebih penting, liturgi tersebut meningkatkan pengharapan kita untuk mereka dan untuk diri kita sendiri.
Bacaan Pertama (Dan 12:1-3) mengungkapkan sebuah pengharapan yang kuat akan kebangkitan orang-orang benar : "Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal" (Dan 12:2). Mereka yang tidur di dalam debu tanah jelas adalah orang-orang mati. Namun kebangkitan dari kematian tidak dengan sendirinya kembali pada kehidupan : beberapa orang akan bangkit untuk hidup yang kekal, yang lainnya bangkit untuk kehinaan yang kekal. Kematian secara pasti menjadikan "persimpangan jalan" yang bahkan sekarang, di dunia ini, berdiri di hadapan kita : jalan kehidupan, bersama Allah, atau jalan kematian, jauh daripada-Nya. "Banyak orang" yang akan bangkit untuk hidup yang kekal harus dipahami sebagai "banyak orang" yang kepadanya darah Kristus ditumpahkan. Mereka adalah sejumlah besar orang yang, berkat kebaikan dan kerahiman Allah, dapat mengalami kehidupan yang habis waktu, kemenangan penuh atas kematian yang dibawa oleh kebangkitan.
Dalam Injil (Yoh 6:51-58), Yesus memperkuat pengharapan kita dengan mengatakan : "Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya" (Yoh 6:51). Kata-kata ini membangkitkan pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menerima kematian untuk menyelamatkan orang-orang yang telah diberikan Bapa kepada-Nya, yang telah meninggal dalam perbudakan dosa. Yesus menjadi saudara kita dan ambil bagian dalam keadaan manusiawi kita bahkan sampai wafat. Dengan kasih-Nya, Ia menghancurkan kuk kematian dan membukakan kita pintu kehidupan. Dengan mengikutsertakan tubuh dan darah-Nya, kita dipersatukan kepada kasih setia-Nya, yang mencakup kepastian kemenangan kebaikan-Nya atas kejahatan, penderitaan dan kematian. Dengan keutamaan ikatan ilahi cinta kasih Kristus ini, kita tahu bahwa persekutuan kita dengan orang-orang yang telah meninggal bukanlah sekedar hasrat atau khayalan, tetapi suatu kenyataan.
Iman yang kita akukan dalam kebangkitan menjadikan kita pria dan wanita pengharapan, bukan keputusasaan, pria dan wanita kehidupan, bukan kematian, karena kita terhibur oleh janji kehidupan kekal, yang berlandaskan persatuan kita dengan Kristus yang telah bangkit.
Pengharapan ini, yang dihidupkan kembali di dalam diri kita oleh sabda Allah, membantu kita untuk percaya dalam menghadapi kematian. Yesus telah menunjukkan kepada kita bahwa kematian bukanlah kata terakhir; sebaliknya, kasih Bapa yang murah hati mengubah diri kita dan membuat kita hidup dalam persekutuan kekal dengan-Nya. Tanda dasariah orang kristiani adalah rasa pengharapan cemas akan perjumpaan terakhir kita dengan Allah. Kita menegaskannya sekarang dalam Mazmur Tanggapan : "Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mzm 42:2). Kata-kata puitis ini secara tajam menyampaikan kerinduan dan pengharapan kita akan kasih, keindahan, kebahagiaan, dan kebijaksanaan Allah.
Kata-kata mazmur yang sama ini berkesan pada jiwa-jiwa saudara kita para kardinal dan para uskup yang kita peringati hari ini. Mereka meninggalkan kita setelah melayani Gereja dan umat yang dipercayakan kepada mereka dalam kemungkinan kekekalan. Ketika kita sekarang bersyukur atas pelayanan mereka yang murah hati bagi Injil dan Gereja, sepertinya kita mendengar mereka mengulanginya bersama Rasul Paulus : "Pengharapan tidak mengecewakan" (Rm 5:5). Sungguh, pengharapan tidak mengecewakan! Allah adalah setia dan pengharapan kita kepada-Nya tidaklah sia-sia. Marilah kita memohonkan bagi mereka pengantaraan keibuan Maria tersuci, agar mereka dapat ambil bagian dalam perjamuan kekal yang olehnya, dengan iman dan kasih, mereka memiliki sebuah rasa pendahuluan dalam perjalanan peziarahan duniawi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar