Ads 468x60px

Gereja Tua




HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
Gereja Tua....
Tak jauh dari pintu keluar Pasar Baru di Pusat Jakarta, ada sebuah gereja tua ber-arsitektur kolonial. Gedungnya berwarna krem cerah, terawat-ruwat dengan rapih dan bersih.
Di sebelah kiri dan kanan bangunan ada dua buah pilar yang joss dan kokoh berdiri, indah-gagah terlihat seperti mercusuar di tepi laut biru. Pada bagian puncak bangunan ada kubah kecil dimana pada bagian atasnya bertengger perkasa penuh kuasa, simbol ayam yang seolah-olah menjadi empunya bangunan historis itu. Tak heran, kemudian orang banyak populer “membaptis” alias menamainya sekaligus menjulukinya sebagai “Gereja Ayam”.
“Gereja Ayam” ini sendiri dibangun mulai tahun 1913 hingga 1915 oleh duet arsitek asal negerinya VOC alias Belanda, yakni: Ed Cuypers dan Hulswit.
Awalnya, bermula dari kapel kecil milik Gereja Katolik dan kemudian dirombak dan diperluas dimana interior di dalam gereja pun sangat menarik sebagai identitas sebuah “ruang kultus” sekaligus “ruang kultural”: Bangku-bangku panjangnya terlihat masih asli, terbuat dari kayu jati.
Di bagian belakang terdapat juga kursi-kursi dari rotan yang terlihat orisinil. Mimbarnya pun unik, tergantung tinggi di tengah ruangan, seakan mengambang di udara. Pada dinding kiri, kanan dan depan bagian atas dipasang kaca patri cantik berbentuk lingkaran-lingkaran kecil dengan entitas gambar simbol-simbol kristianitas.
Hal menarik lainnya yang dapat dijumpa-temukan dalam ruangan “Gereja Ayam” itu adalah sebuah “Scriptura - Alkitab Besar” yang sedang asyik “nina bobo” - tertidur nyenyak di sebuah etalase kaca mirip akuarium ikan sekelas Nemo and the gank. Alkitab itu bukan Alkitab biasa tapi adalah persembahan Ratu Sophia Frederika Mathilde yang dicetak tahun 1855, dengan tebal sekitar dua tumpuk batako dan sampulnya terbuat dari ukiran perunggu, dimana isinya tak hanya tulisan, tapi dilengkapi juga dengan banyak ilustrasi gambar. Menurut sejarah, alkitab ini cuma ada dua di seluruh dunia, satu di sini dan satu lagi di Belanda.
Hingga sekarang, “Gereja Ayam” yang dulunya adalah milik Gereja Katolik ini kini terdaftar atas nama G.P.I.B PNIEL ini masih aktif digunakan untuk beribadah: dua kali setiap hari Minggu, pagi pukul 09.00 dan sore pukul 18.00.
Lebih lanjut, bicara soal ayam, memang tidak banyak dikisahkan dalam alkitab. Tercandra, dahulu Asyur membayar upeti kepada Mesir berupa ayam betina, pada 1500 sM, dan ayam jantan tertera pada meterai-meterai dari abad 7 sM.
A.Kesadaran
Lebih lanjut, arti simbol ayam dan mengapa kadang dipasang pada puncak gereja adalah “memoriam”, “eling lan waspada”, mengenang-kenang ingatan kita akan kisah penyangkalan Petrus. Bisa jadi, simbol ayam itu dipasang agar hidup kita selalu penuh “HIK”-“Harapan Iman Kasih” sehingga tidak menjadi murid yang takabur dan nantinya menyangkal Tuhannya: “Barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 10:33)
Peristiwa Petrus menyangkal Yesus ini dicatat dalam ke-4 kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Pada waktu Perjamuan Terakhir yang dilakukan Yesus dengan murid-murid-Nya, Yesus telah mengatakan bahwa Petrus akan menyangkalnya "tiga kali sebelum ayam berkokok", dimana hal ini dicatat oleh keempat kitab Injil dengan keunikan detail masing-masing (Matius 26:30-35, Markus 14:26-31, Lukas 22:31-34, Yohanes 13:37-38) Adapun catatan bagaimana Petrus menyangkal Yesus sebanyak 3 kali menurut keempat Injil, al: Matius 26:69-75, Markus 14:66-72, Lukas 22:54-62, Yohanes 18:13-27.
Kontemplasi sekaligus interpretasi estetis atas penyangkalan petrus sendiri dilukiskan dengan indah oleh Rembrandt, 1660 dimana Yesus dilukiskan di pojok kanan atas, dengan tangan terikat, sedang menoleh ke arah Petrus.
Pastinya, ayam pernah menjadi “pelakon” dan bukan melulu “penonton”. Ia menjadi pelaku sejarah yang penting di Alkitab. Ayam dengan kokok-nya yang bersahaja dan terkesan biasa-biasa saja dipilih oleh Yesus untuk menyadarkan Petrus saat menyangkal Yesus, sehingga Petrus bertobat dan menangis ter-sedu sedan. Semoga kita juga selalu hidup penuh kesadaran: sadar diri dan tidak mudah iri, “think before speak – pray before work – thanks before sleep”. Dkl: Kita diajak memiliki sikap ingat diri sekaligus mawas diri, dalam bahasa local genius: “eling lan waspada”, tidak takabur dan kabur, tidak nakal dan menyangkal Yesus, baik lewat perkataan, perbuatan maupun pikiran kita setiap harinya.
B.Kesetiaan
Ayam adalah juga binatang yang selalu setia berkokok. Ia mengingatkan kita bahwa bunyi kokok ayam menandakan “yang lama sudah pergi – yang baru sedang datang”, ya kegelapan akan berakhir dan sinar terang fajar akan segera datang. Semoga kita juga menyambut setiap hari baru ini dengan hidup setia sebagai anak-anak terang, yang menyinari sesama dan semesta.
Di lain matra, karakteristik ayam jago dalam lambang astrologi adalah cenderung membusungkan dada dan gemar bertarung demi egonya. Disinilah kita juga sekaligus diajak setia mengenakan senjata kerendahan hati dengan nada dasar "c", cinta, tidak mudah tinggi hati dan sakit hati, tidak mudah berseteru dan terburu karena egois narcis dan autis hanya pada nafsu pribadi atau kelompok semata.
Ayam juga tak pernah berhenti mengais, tak pernah berhenti berjuang. Habis minum saja, ia menengadahkan kepala ke atas, "sin se san se mana hase - sini senang sana senang dimana mana hatiku senang", bertafakur-syukur selalu atas semua suka duka, pahit manis dan setiap pribadi yang datang dan pergi di relung hati kita, "burung tekukur di kalvari - kita bersyukur setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar