HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 11 Maret 2018
Hari Minggu Prapaskah IV / Minggu Laetare.
2Taw 36:14-16,19-23
Mzm 137:1-6
Ef 2:4-10
Yoh 3:14-21
“Lux Aeterna - Cahaya abadi.”
Inilah salah satu gelar ilahi yang tersirat dalam “dia.lo.gue” Nikodemus (Yun: “Sang Pemenang”) dengan Yesus ("Sang Penyelamat").
Kitapun diajak bercahaya lewat 3 jalan iman Nikodemus, al:
1.Datang kepadaNya:
Nikodemus datang dan menemui Yesus malam hari.
Malam adalah saat kegelapan dan kitapun juga diajak untuk datang kepadaNya, terlebih ketika hidup kita gelap dan pekat hati.
2.MengalamiNya:
Dulu, umat Israel mengalami aneka bahaya di gurun. Salah satunya adalah “ular-ular tedung” (Bil 21:4-9) yang dapat memagut secepat kilat dan bisanya membakar.
Akhirnya, Musa diperintahkan Allah membuat ular tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang sehingga yang dipagut ular akan tetap hidup bila memandang ular tembaga tadi.
Nah, jelas bhw jalan untuk “selamat” adalah “mengalaminya”, yakni mengarahkan pandangan kepada ”salib” (“Saat Aku Lemah Ingatlah Bapa”), menaruh “hik” - harapan iman, kasih kepada Dia yang disalib dalam setiap salib hidup kita masing-masing.
3.MengimaniNya:
“Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa tapi beroleh hidup kekal.”
Inilah ringkasan iman seluruh Kabar Gembira! Inilah ungkapan isi hati dan tujuan kasih Allah yang menjangkau semua orang beriman (1Tim 2:4).
Pastinya, ciri dasar dari orang yang tidak mengimaniNya adalah bahwa mereka mengasihi kegelapan
(Rom 1:18-32;Fili 3:19; 2Tim 3:2-5; 2Pet 2:12-15).
Sebaliknya, orang yang mengimaniNya tentulah mengasihi kebenaran dan membenci kefasikan (Ibr 1:9, 1Kor 13:6, Maz 97:10; Ams 8:13; Rom 12:9; 2Pet 2:8; Why 2:6).
Bagaimana dengan kita?
“Dari Pasar Baru ke Kalisari - Mari lahir baru setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Bersukacitalah, O Yerusalem"
Yoh 3:14-21 berisi penjelasan bagaimana orang dapat sampai ke hidup kekal. Didalami lebih lanjut pokok pembicaraan Nikodemus dan Yesus dalam ayat-ayat sebelumnya.
Tokoh ini ingin mendapat pencerahan mengenai makna kejadian-kejadian luar biasa yang dilakukan Yesus. Ia mau mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Sebagai orang yang berpengalaman dan bijaksana, ia sudah dapat menyimpulkan bahwa Allah Yang Maha Kuasa kini sedang mendatangi umat-Nya dan mukjizat yang dilihat orang itulah tanda-tanda kedatangan-Nya.
Nikodemus mulai menyadari bahwa Yesus datang dari Dia. Semua ini disampaikannya kepada Yesus sambil mengharapkan pencerahan lebih jauh (Yoh 3:2). Dikatakan oleh penginjil, ia menemui Yesus malam hari. Malam adalah saat kegelapan dan kuasanya terasa mencengkam. Pembaca diajak Yohanes mengingat bahwa yang kini ditemui Nikodemus ialah Terang yang diwartakannya pada awal Injilnya. Bagaimana kelanjutannya? Marilah kita catat beberapa pokok dalam pembicaraan itu terlebih dahulu.
1.
PERCAKAPAN DENGAN NIKODEMUS.
Injil ini mengajak pembaca ikut mengalami yang dirasakan Nikodemus dan dengan demikian dapat ikut masuk ke dalam pembicaraannya dengan Yesus sendiri. Dalam ay. 3 Yesus menegaskan bahwa hanya orang yang dilahirkan kembali – dan dilahirkan dari atas sana – akan melihat Kerajaan Allah. Semakin disimak, jawaban Yesus ini semakin membawa kita kepada pertanyaan yang sebenarnya ada dalam hati Nikodemus dan boleh jadi juga dalam diri kita: “Apa maksud macam-macam mukjizat yang dilakukan Yesus, yang tentunya disertai Allah itu?” Tentunya tak lain tak bukan ialah…kenyataan apa itu Kerajaan Allah! Itulah yang dibawakan Yesus kepada orang banyak. Dan inilah yang semestinya dicari orang. Nikodemus tentu akan bertanya lebih lanjut: kalau begitu bagaimana caranya bisa ikut masuk ke dalam Kerajaan ini. Ay. 3 tadi ialah jawabannya.
Jawaban tadi semakin membuat Nikodemus bertanya-tanya. Boleh jadi juga kita demikian. Bagaimana bisa orang setua dia, setua kita, dapat lahir kembali. Tentu Nikodemus tidak berpikir secara harfiah belaka. Ia tahu yang dimaksud ialah lahir kembali secara rohani. Tapi justru itulah soalnya, bisakah orang yang sudah jauh melangkah di jalan lain mendapatkan hidup baru. Berangkat dari nol lagi? Apakah hidup dalam roh sepadan dengan pengorbanan yang perlu dijalani? Menanggalkan hidup badaniah, menisbikannya demi hidup dalam roh? Inilah maksud pertanyaan dalam ay. 9, “Bagaimana itu bisa terjadi?”
Penjelasan Yesus tidak diberikan dalam ujud serangkai pernyataan teologi, melainkan dalam ujud kesaksian mengenai dirinya: ia datang dari atas sana. Karena itulah ia dapat membawakan Kerajaan Allah kepada orang banyak. Dalam hubungan dengan yang diperkatakan sebelumnya, Yesus ialah orang yang sudah mengalami apa itu lahir kembali dari atas sana, dan yang kini hidup dalam roh. Untuk mengalami bagaimana lahir dalam roh, jalannya ialah berbagi hidup dengan dia yang sungguh sudah ada dalam keadaan itu. Ini jawaban bagi Nikodemus, juga jawaban bagi kita.
2.
ULAR TEMBAGA?
Ay. 14 merujuk kepada sebuah pengalaman umat di padang gurun. Dalam berjalan mendekat ke Tanah Terjanji dulu, umat mengalami macam-macam bahaya. Salah satu yang paling mengerikan ialah “ular-ular tedung” yang mematikan itu (Bil 21:4-9). Ular-ular itu dapat memagut secepat kilat dan bisanya membakar. Tak ada kemungkinan selamat. Di situ malapetaka tadi digambarkan sebagai akibat kekurangpercayaan mereka sendiri. Mereka memang akhirnya meminta agar Musa memohonkan belas kasihan Yang Maha Kuasa. Begitulah, Musa diperintahkan Allah membuat ular dari tembaga dan memancangnya pada sebuah tiang. Yang dipagut ular akan tetap hidup bila memandangi ular tembaga tadi. Memandangi ular tembaga itu menjadi ungkapan kepercayaan pada Sabda Allah yang menjadi harapan satu-satunya untuk dapat terus hidup menempuh perjalanan di padang gurun sampai ke Tanah Terjanji.
Bagi pembaca Injil Yohanes, Tanah Terjanji kini ialah Kerajaan Allah yang dibawakan Yesus ke dunia kepada semua orang, bukan hanya kepada umat Perjanjian Lama. Untuk mencapainya, jalan satu-satunya ialah tetap mengarahkan pandangan kepada salib, menaruh kepercayaan dan harapan kepada dia yang disalib – diangkat seperti ular tembaga tadi. Mengapa? Jawaban dari Injil Yohanes didapati dalam ay. 16
3.
INTI WARTA INJIL
“Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadanya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Tidak meleset bila dikatakan bahwa ay. 16 ini berisi ringkasan seluruh Kabar Gembira.
Kalimat ini menegaskan bahwa Allah bukan hanya hasil kesimpulan akal budi, yakni bahwa segala sesuatu yang ada ini mestinya ada yang mengadakan, yakni Allah. Bukan ke sana arah ayat ini. Justru kebalikannya. Tidak lagi dirasakan kebutuhan menunjukkan bahwa Ia ada. Yang diwartakan justru perhatian-Nya yang membuat jagat ini terus berlangsung. Dia itu Allah yang dihadirkan oleh orang-orang yang dekat dengan-Nya. Dan kali ini bahkan Dia diperkenalkan oleh orang yang paling dekat dengan-Nya, yang menyelami dan hidup dari Dia. Inilah arti kata “anak” yang diterapkan kepada Yesus oleh Injil Yohanes. Pemakaian kata “tunggal” di situ dimaksud untuk memperjelas bahwa tiada yang lebih dekat dengan-Nya daripada Yesus sendiri. Karena itulah ia dapat membawa kemanusiaan berbagi kehidupan kekal dengan Yang Ilahi sendiri tadi.
Ay. 16-21 berisi kesaksian Yohanes Penginjil akan siapa Allah dan siapa Yesus itu. Allah sedemikian mengasihi dunia ini sehingga ia memberikan Anak-Nya yang tunggal. Dalam teks Yunani Injil Yohanes, kata “mengasihi” dan “memberikan” itu diungkapkan dalam bentuk yang jelas-jelas mengungkapkan tindakan yang dibicarakan betul-betul sudah terjadi. Sudah jadi kenyataan, bukan hanya sedang atau bakal dikerjakan. Tentunya pengarang Injil berpikir akan peristiwa penyaliban Yesus di Golgota. Injil memang ditulis sebagai kesaksian peristiwa yang sudah dialami dan kini dibagikan kepada orang banyak. Penyaliban Yesus yang dari luar tampak sebagai hukuman, kegagalan, dan kematian itu kini mendapat arti baru. Yang Maha Kuasa mau menerima penderitaan manusia Yesus itu sebagai ungkapan kepercayaan utuh kepada-Nya. Dan karena itulah Yesus menjadi Anak-Nya, menjadi orang yang paling dekat dengan Allah sendiri dan bahkan dengan demikian membawakan Dia ke dunia ini. Penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah itu membuka jalan kehidupan kekal. Itulah ungkapan lain dari peristiwa kebangkitan. Inilah yang dibagikan Yesus kepada orang-orang yang mau mempercayai arti penyerahan dirinya kepada Allah tadi. Dan baru dengan demikian orang dapat ikut mengalami apa itu dikasihi Allah.
Cyrilus dari Alexandria (376-444), seorang Bapa Gereja Perdana, menerangkan makna rohani dari ular tembaga dan menghubungkannya dengan karya penyelamatan Yesus Kristus. Inilah komentarnya, "Ular itu melambangkan dosa yang pahit dan mematikan yang menguasai manusia di seluruh muka bumi ini.. Dosa telah menggigit jiwa manusia dan merasukinya dengan kehancuran secara moral. Tak ada jalan yang dapat membebaskan kita keluar dari cengkeramannya, kecuali pertolongan dari surga. Sabda Allah pun menjadi manusia dan tinggal di antara kita dalam kedagingan dosa. 'Dengan jalan mengutus Anak-Nya, sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging' [Rom 8:3]. Dalam jalan inilah, Ia menjadi pemberi keselamatan yang tak pernah berakhir kepada siapa pun yang memahami ajaran ilahi dan mengimaninya dengan teguh. Namun ular tembaga itu, dengan peninggiannya, telah menandakan Kristus yang mewujudkan secara nyata dan jelas belarasa-Nya pada salib, hingga tak seorang gagal memandang Dia." Bagi St. Cyrilus, salib Kristus dan peristiwa penjelmaan itu satu rangkaian yang tak terpisahkan dan saling menegaskan.
Jadi jelaslah kini, kaitan antara ular tembaga Musa dengan salib Yesus Kristus (Sang Musa baru). Ular tembaga yang ditinggian Musa di padang gurun menunjuk pada salib Kristus yang menghancurkan kuasa dosa dan maut serta menganugerahkan hidup abadi kepada siapa pun yang percaya kepada-Nya. Buah dari peninggian-Nya pada kayu salib, wafat dan kebangkitan-Nya, kenaikan dan kemulian-Nya ke surga adalah kelahiran baru kita dalam Roh Kudus. Kita pun lalu disebut putri-putra Bapa dalam Yesus Kristus. Allah tidak hanya membebaskan kita dari dosa dan mengampuni kita, tetapi juga memenuhi kita dengan dengan hidup ilahi-Nya berkat anugerah Roh Kudus yang tinggal dalam diri kita.
Salib Kristus adalah bukti kasih Allah bagi kita. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, hingga Allah mengaruniakan Putra-Nya yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Allah membuktikan kasih-Nya kepada kita dengan memberikan yang terbaik yang ditawarkan-Nya demi keselamatan kita, yakni Putra-Nya yang Tunggal yang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Ia bahkan rela menyerahkan hidup-Nya sebagai korban tebusan bagi dosa kita dan dunia.
4.
IMPIAN ATAU KENYATAAN.
Yang diutarakan di atas ialah pengalaman iman dari para pengikut Yesus yang pertama yang kemudian dituliskan dalam bentuk Injil. Tidak segera dapat dicerna orang pada zaman kemudian di tempat lain. Kita boleh bertanya, bila benar Allah sungguh telah memberi perhatian khusus kepada dunia, bagaimana bisa dijelaskan kok masih ada saja yang tak beres, dan rasanya malah kekacauan semakin menjadi-jadi. Sekarang kekerasan, ketidakadilan, kematian terasa semakin mewarnai pengalaman sehari-hari. Retorika sajakah yang diutarakan Injil hari ini? Kerajaan Allah yang sudah datang itu impian atau kenyataan?
Injil Yohanes memecahkannya bukan dengan uraian moralistis atau pengajaran. Yang ditampilkan ialah sebuah kesaksian, yakni bahwa Allah tidak menghendaki kebinasaan. Yang dimaui-Nya ialah kehidupan kekal bagi semua orang. Bagi dunia. Yang perlu dilakukan manusia ialah berani menerima kebaikan-Nya. Mempercayai-Nya. Yang meragukan atau bahkan menolak akan tetap berada di dalam kegelapan, dalam ancaman kebinasaan, dan jauh dari kehidupan yang berkelanjutan. Tentu saja Yohanes memaksudkan kehidupan setelah kehidupan badani ini. Bagi Yohanes, yang kekal itu ialah kehidupan yang berbagi kedekatan dengan Yang Ilahi sendiri nanti. Inilah yang ditawarkan kepada Nikodemus. Dari pembicaraan dalam ay. 1-13 juga terasa betapa beratnya penyerahan seperti ini bagi Nikodemus. Ia masih bergulat agar membiarkan diri dan ikhlas dirasuki terang yang sudah ditemukan dan dilihatnya sendiri itu. Kisahnya bisa juga menjadi riwayat kita masing-masing.
Injil memberi penjelasan labih jauh. Yang menolak arah itu sudah menghakimi diri. Inilah yang dikatakan dalam ay. 19. Di sana malah dipakai lagi gambaran terang lawan gelap. Yang menyukai kegelapan dan menolak terang sudah melepaskan diri dari anugerah ilahi tadi dan terhukum untuk hidup dalam kegelapan. Terang datang ke dunia untuk menyingkirkan kegelapan. Tak usah orang berbuat banyak. Tinggal ikhlas membiarkan diri diterangi, maka kehidupan akan berubah dengan sendirinya. Tak usah lari berusaha ke sana. Nanti malah hangus. Bila menunggu, maka akan mendapat terang sesuai dengan yang dapat diterima. Tapi ada yang lari menyingkir mengikuti kegelapan, menjauh dari terang itu. Mereka itu menghakimi diri. Inilah pesan Yohanes hari ini.
B.
Kutipan Teks Misa:
Bacaan dari Kitab Kedua Tawarikh (2Taw 3:14-16.19-23)
"Murka Allah dinyatakan lewat pembuangan, kerahiman-Nya dinyatakan lewat pembebasan."
Ketika Israel diperintah oleh Raja Zedekia, semua pemimpin di antara imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan Tuhan di Yerusalem mereka najiskan. Namun Tuhan, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Tuhan sayang kepada umat-Nya dan kepada tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok para utusan Allah itu, menghina segala firman Allah, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka Tuhan bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi ada pemulihan. Maka Tuhan menggerakkan raja orang-orang Kasdim. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu, sehingga musnahlah segala perabotan yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan terluput dari pedang diangkutnya ke Babel, mereka dijadikan budak raja dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa. Dengan demikian genaplah firman Tuhan yang diucapkan Yeremia, sampai tanah ini pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabat, karena tanah itu menjadi tandus selama tahun sabat, hingga genaplah tujuh puluh tahun. Pada tahun pertama pemerintahan Koresh, raja negeri Persia, Tuhan menggerakkan hati Koresh, raja Persia itu, untuk menggenapkan firman yang diucapkan oleh Yeremia. Maka dimaklumkanlah di seluruh kerajaan Koresh, secara lisan dan tulisan maklumat ini: Beginilah perintah Koresh, raja Persia, “Segala kerajaan di bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Allah semesta langit. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang terletak di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, kiranya Tuhan Allah menyertainya, dan biarlah ia berangkat pulang!”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/4, PS 842
Ref. Hanya pada Tuhanlah hatiku tenang.
Ayat. (Mzm 137:1-2.3.4-5.6; Ul: 6a)
1. Di tepi Sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita gantungkan kecapi kita.
2. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita, "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!"
3. Bagaimanakah mungkin kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
4. Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak menjadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus (2:4-10)
"Kamu mati karena kesalahan, tetapi diselamatkan berkat kasih karunia."
Saudara-saudara, terdorong oleh kasih karunia-Nya yang besar, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita, Allah yang kaya dengan rahmat telah menghidupkan kita bersama dengan Kristus. Sekalipun kita telah mati karena kesalahan kita. Jadi kamu diselamatkan berkat kasih karunia. Di dalam Kristus Yesus itu Allah telah membangkitkan kita juga dan memberi tempat di surga bersama dengan Dia. Dengan itu Allah bermaksud di masa yang akan datang menyatakan kepada kita kasih karunia-Nya yang berlimpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab berkat kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Keselamatan itu bukanlah hasil usahamu, melainkan pemberian Allah. Jadi keselamatan itu bukanlah hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 3:16)
Begitu besar kasih Allah akan dunia, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (3:14-21)
"Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menyelamatkannya."
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada Nikodemus yang datang kepada-Nya pada waktu malam, “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat, sebab barangsiapa berbuat jahat, ia membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Suatu kali seseorang diberi kepercayaan oleh lembaga tempat dia bekerja untuk memegang uang. Uang yang diberikan kepadanya tidak sedikit. Uang itu rencananya akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana prasarana lainnya. Orang yang diberikan kepercayaan tersebut merasa nyaman sekali. Dia bahagia dengan apa yang ada pada dirinya saat ini.
Namun, tanpa disadari kenyamanan hidup yang dia peroleh justru menjerumuskannya. Hidup yang nyaman dan aman membuat dia lupa akan kepercayaan yang dia emban. Uang yang ada di tangannya justru dipakai untuk membeli keperluan pribadi.
Akhirnya, dia pun terjerumus dalam lingkaran kegelapan. Dia mengorupsi uan yang ada di tangannya tersebut. Laporan keuangan dimanipulasi. Benarlah apa yang dikatakan oleh Abraham Lincoln, "hampir semua orang bisa menghadapi kesengsaraan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan."
Cerita ini mau mengatakan kepada kita bahwa si jahat datang dengan cara tersembunyi dan menghadirkan kenyamanan yang bersifat sementara. Dia bisa membuai siapa pun untuk masuk dalam perangkapnya. Injil hari ini memperingatkan kita untuk waspada supaya kita tidak masuk dalam kuasa kegelapan. Kejahatan biasanya digambarkan dengan situasi kegelapan.
Karena itulah, Tuhan Yesus mengatakan kepada kita, "Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak tampak" (bdk. Yoh 3:20). Kuasa kegelapan menghadirkan kenikmatan sementara. Tetapi banyak dari kita yang terbuai olehnya. Marilah dalam masa Prapaskah ini kita menahan diri dalam mencari kenikmatan sesaat dalam hidup kita. Kita berusaha mengolah hidup kita untuk terus setia berjalan dalam terang Tuhan dan menghadirkan terang Tuhan bagi mereka yang kita jumpai sehari-hari dalam keluarga, komunitas dan masyarakat kita.
Antifon Komuni (Bdk. Mzm 122:3-4)
Yerusalem dibangun sebagai kota yang rapat tersusun. Ke sana berziarah suku-suku, yakini suku-suku Tuhan, untuk memuji nama-Mu, ya Tuhan.
Ierusalem, quæ ædificatur ut civitas, cuius participatio eius in idipsum: illuc enim ascenderunt tribus, tribus Domini, ad confitendum nomini tuo, Domine.
Jerusalem is built as a city bonded as one together.It is there that the tribes go up, the tribes of the Lord,to praise the name of the Lord.
C.
MINGGU PRAPASKAH IV : MINGGU LAETARE
Laetare Jerusalem, Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya. (Yes 66:10) Aku bersukacita ketika dikatakan orang kepadaku: Marilah kita pergi ke rumah Tuhan!
Penggalan di atas merupakan Introitus atau Antifon Pembukaan yang lazimnya dinyanyikan atau diucapkan pada Misa Minggu Prapaskah IV, hari Minggu yang disebut juga Minggu Laetare. (Dalam Masa Adven kita mengenal hari Minggu serupa yaitu "Minggu Gaudete").
Apa maksudnya "Minggu Laetare"? Dalam Minggu Laetare ini, kita bersukacita karena sudah separuh jalan menjalani masa puasa dan pantang (Masa Prapaskah). Pada hari Minggu ini, imam boleh mengenakan kasula berwarna merah muda (rose) dan sekeliling altar boleh dihiasi dengan bunga berwarna cerah, juga iringan musik yang sedikit lebih meriah diperbolehkan pada hari ini.
Sambil bersukacita atas Masa Prapaskah yang sudah setengah jalan, ada baiknya kita merenungkan pula sejauh mana kita sudah bertobat? Tuhan senantiasa menunggu kita dengan sabar. Selamat hari Minggu Laetare!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar