HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 22 Juni 2018
Hari Biasa Pekan XI
2 Raja-Raja (11:1-4.9-18.20)
(Mzm 132:11.12.13-14.17-18)
Matius (6:19-23)
“Amo Christum – Aku mengasihi Kristus”.
Inilah salah satu yang saya kenangkan ketika mempersembahkan misa kerahiman di Panti Rehabilitasi Narkoba "Kedhaton Parahita" Sentul, bahwasannya kita semua dipanggil untuk menjadi orang "kaya", yang KAsihi Tuhan dan YAkini iman."
"Kaya" sendiri sejatinya tergantung dari perspektif/mata pandang kita karena jelas bahwa "mata adalah pelita tubuh, jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu" (Mat 6:22).
Ya, kemampuan untuk melihat yang baik dan yang buruk ditentukan oleh "mata".
Jika kita memusatkan mata pada harta dunia, misalnya, maka kita akan menikmati hidup senang untuk sesaat tapi keputusan-keputusan yang kita ambil kerap menjadi kabur & tidak luhur.
Bukankah Alkitab mengingatkan: “Mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat+l & pelbagai nafsu yang hampa/mencelakakan” (1 Tim 6:9).
Disinilah kita yang masih berada di dunia bukanlah berarti milik dunia. Wajar jika kita membutuhkan harta dunia tapi Yesus melarang kita untuk lekat pada harta dunia
Yesus melarang "mengumpulkan" tapi Ia tidak melarang untuk "menggunakan" harta. Artinya?
Harta dunia itu semuanya adalah sarana kita untuk mendekat kepadaNya karena semuanya ini bukan milik kita sendiri tetapi milik Tuhan yang dianugerahkan pada kita untuk sementara saja.
Waspadailah pandangan mata kita, karena itu akan menentukan hasrat kita dalam hidup sehari hari.
Lebih baik, mulai sekarang teruslah mencari dan mengumpulkan "harta benda" surgawi, "HAR - apan, sukaci - TA, ke - BEN aran & ke - DA maian."
Mulai sekarang jadilah orang yang "kaya" dalam Tuhan: Pikirkan apa yang dapat kita berikan bukan melulu apa yang dapat kita peroleh! Tempus fugit. Time flies !
"Makan srikaya di Cisantana-Jadilah orang kaya yang bijaksana."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
“Aku dapat melakukan segala sesuatu dalam Dia yang menguatkan aku”. (St. Karolus Borromeus)
Antifon Pembuka (Mzm 34:6)
Arahkanlah pandanganmu kepada Tuhan, maka mukamu akan berseri-seri dan takkan malu tersipu-sipu.
Doa Pembuka
Allah Bapa di surga, kami bersyukur, karena tiada seorang pun yang menantikan keselamatan dengan sia-sia. Semoga Sabda Putra-Mu menjadi tantangan bagi kami untuk membangun kota-Mu, tempat Engkau menyempurnakan segalanya dan tempat kami menemukan kebebasan dan kedamaian. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kedua Raja-Raja (11:1-4.9-18.20)
"Mereka mengurapi Yoas dan berseru, 'Hiduplah Raja!'"
Ketika Atalya, ibu Ahazia, melihat bahwa anaknya sudah mati, maka bangkitlah ia membinasakan semua keturunan raja. Tetapi Yoseba, anak perempuan raja Yoram, saudara perempuan Ahazia, mengambil Yoas bin Ahazia, menculik dia dari tengah-tengah anak-anak raja yang hendak dibunuh itu, memasukkan dia dengan inang penyusunya ke dalam gudang tempat tidur, dan menyembunyikan dia terhadap Atalya, sehingga dia tidak dibunuh. Maka tinggallah dia enam tahun lamanya bersama-sama perempuan itu dengan bersembunyi di rumah TUHAN, sementara Atalya memerintah negeri. Dalam tahun yang ketujuh Yoyada mengundang para kepala pasukan seratus dari orang Kari dan dari pasukan bentara penunggu. Disuruhnyalah mereka datang kepadanya di rumah TUHAN, lalu diikatnya perjanjian dengan mereka dengan menyuruh mereka bersumpah di rumah TUHAN. Kemudian diperlihatkannyalah anak raja itu kepada mereka. Para kepala pasukan seratus itu melakukan tepat seperti yang diperintahkan imam Yoyada. Masing-masing mengambil orang-orangnya yang selesai bertugas pada hari Sabat bersama-sama dengan orang-orang yang masuk bertugas pada hari itu, lalu datanglah mereka kepada imam Yoyada. Imam memberikan kepada para kepala pasukan seratus itu tombak-tombak dan perisai-perisai kepunyaan raja Daud yang ada di rumah TUHAN. Kemudian para bentara itu, masing-masing dengan senjatanya di tangannya, mengambil tempatnya di lambung kanan sampai ke lambung kiri rumah itu, dengan mengelilingi mezbah dan rumah itu untuk melindungi raja. Sesudah itu Yoyada membawa anak raja itu ke luar, mengenakan jejamang kepadanya dan memberikan hukum Allah kepadanya. Mereka menobatkan dia menjadi raja serta mengurapinya, dan sambil bertepuk tangan berserulah mereka: "Hiduplah raja!" Ketika Atalya mendengar suara bentara-bentara penunggu dan rakyat, pergilah ia mendapatkan rakyat itu ke dalam rumah TUHAN. Lalu dilihatnyalah raja berdiri dekat tiang menurut kebiasaan, sedang para pemimpin dengan para pemegang nafiri ada dekat raja. Dan seluruh rakyat negeri bersukaria sambil meniup nafiri. Maka Atalya mengoyakkan pakaiannya sambil berseru: "Khianat, khianat!" Tetapi imam Yoyada memerintahkan para kepala pasukan seratus, yakni orang-orang yang mengepalai tentara, katanya kepada mereka: "Bawalah dia keluar dari barisan! Siapa yang memihak kepadanya bunuhlah dengan pedang!" Sebab tadinya imam itu telah berkata: "Janganlah ia dibunuh di rumah TUHAN!" Lalu mereka menangkap perempuan itu. Pada waktu ia masuk ke istana raja dengan melalui pintu bagi kuda, dibunuhlah dia di situ. Kemudian Yoyada mengikat perjanjian antara TUHAN dengan raja dan rakyat, bahwa mereka menjadi umat TUHAN; juga antara raja dengan rakyat. Sesudah itu masuklah seluruh rakyat negeri ke rumah Baal, lalu merobohkannya; mereka memecahkan sama sekali mezbah-mezbahnya dan patung-patung dan membunuh Matan, imam Baal, di depan mezbah-mezbah itu. Kemudian imam Yoyada mengangkat penjaga-penjaga untuk rumah TUHAN. Bersukarialah seluruh rakyat negeri dan amanlah kota itu, setelah Atalya mati dibunuh dengan pedang di istana raja.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan telah memilih Sion menjadi tempat kedudukan-Nya.
Ayat. (Mzm 132:11.12.13-14.17-18)
1. Tuhan telah menyatakan sumpah setia kepada Daud , Ia tidak akan memungkirinya: “Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu.
2. Jika anak-anakmu berpegang pada perjanjian-Ku, dan pada peraturan yang Kuajarkan kepada mereka, maka selamanya anak-anak mereka akan duduk di atas takhtamu.”
3. Sebab Tuhan telah memilih Sion, dan mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya, "Inilah tempat peristirahatan-Ku untuk selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya".
4. Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud, dan menyediakan pelita bagi orang yang Kuurapi. Musuh-musuhnya akan Kutudungi pakaian keaiban, tetapi ia sendiri akan mengenakan mahkota yang semarak!”
Bait Pengantar Injil do = f, 4/4, PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 5:3)
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, sebab milik merekalah Kerajaan Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (6:19-23)
"Di mana hartamu berada, di situ pula hatimu."
Dalam khotbah di bukit, berkatalah Yesus, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Antifon Komuni (Mat 6:20a.21)
Kumpulkanlah bagimu harta di surga. Sebab di mana hartamu, di situ pula hatimu berada.
Doa Malam
Allah yang mahabaik, aku bersyukur atas teguran-Mu lewat sabda-Mu hari ini. Semoga aku rela berbagi dan tidak melekat pada barang yang ada di sekitarku melainkan mampu menggunakannya demi pelayanan kepada-mu dan kepada sesamaku. Amin.
B.
Judas atau Petrus?
Judas pengkhianat Yesus itu lemah dan tidak terampil dalam pertempuran; sehingga, musuh yang melihat keputusasaannya, menyerangnya dan memaksanya untuk menggantung dirinya sendiri.
Tapi Petrus, ia bagai batu yang kokoh.
Ketika jatuh ke dalam dosa besar; seperti orang yang ahli dalam pertempuran, ia tidak berputus asa atau kehilangan hati, tetapi sambil meneteskan air mata pahit dari hati yang terbakar, ia bertekad.
Dan musuh, melihat air mata ini, dan matanya yang terbakar semangat seperti api, melarikan diri jauh dari dia sambil meratap kesakitan.
Jadi, saudara-saudara,
St. Antiokhia mengajarkan :
saat keputusasaan menyerang kita, janganlah kita menyerah kepada hal itu, tetapi dengan diperkuat dan dilindungi oleh cahaya iman, dengan keberanian yang besar, mari kita katakan kepada roh jahat:
"Siapakah kau bagi kami, kau yang terasing dari Tuhan, buronan dari surga dan hamba kejahatan? Kau tidak berani berbuat apa-apa pada kami. Kristus, Anak Allah, memiliki kuasa atas kami dan atas segalanya. Adalah bertentangan dengan Dia bahwa kami telah berdosa, dan di hadapan Dia pula kami akan dibenarkan.
Dan kau, perusak, tinggalkan kami. Diperkuat oleh Salib kemuliaanNya, kami menghancurkan dan menginjak-injak dengan kaki, kepala ularmu."
C.
Tuhan.....
Tuhan
Bila aku tersenyum bahagia
biarlah namaMu yang kusebut
Bila aku menangis meratap
biarlah hatiMu yang kucari
Bila aku memandang ke surga
biarlah wajahMu yang kulihat.
Tuhan,
Jiwaku milikMu
Cintaku untukMu
Usahaku berkatMu
Kematianku undanganMu
Tuhan,
Aku bahagia
karena Engkau memberi aku hidup
karena Engkau memberi aku harapan
karena Engkau memberi aku kematian
agar dapat bersatu denganMu di surga
Tuhan,
Saat kupandang jemari tanganku yang tidak lagi selincah dulu,
aku menyadari kematian semakin mendekat karena roda hidup berputar
Tuhan,
Jangan redupkan pelitaku
karena aku masih ingin hidup
memperbaiki diri
membersihkan nurani
agar aku menjadi putih melebihi salju
dan setelah itu panggillah aku menghadapMu
Tuhan,
Seharusnya aku memandang kematian dengan bahagia
tapi kecintaan pada dunia membuat aku takut untuk melepaskannya
Tuhan, peganglah tanganku ini saat aku bimbang dan saat aku mati kelak.
D.
SPIRIT OF "JAKARTA"
..bekerJA dengan KARya nyaTA..
HUT JAKARTA 491 TAHUN
(22 Juni 1527).
Semoga semakin......
nyaman dan aman
hangat dan bersahabat
rupawan dan menawan
ber - tjahaja dengan bersih transparan dan profesional...
Jakarta...jutaan manusia hentakkan kaki
Jakarta...gempita terasa panasnya hari
Jajaran bangunan menjulang
Rumah rapuh beribu jua
Kendaraan tiada terbilang
Jadi satu dalam birama
Kau Jakarta, engkau kudamba
Lagumu membaur dalam irama
Duka dan derai tawa
Oh Jakarta engkau kupuja
Doaku semoga kau esok lusa kan bahagia".
(Damba di Dada)
====
Abad ke-14 bernama "Sunda Kelapa", sebagai kota pelabuhan dari Kerajaan Pajajaran, yang ibukotanya di Pakuan Pajajaran (sekarang: Bogor).
Maret 1512 Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Pajajaran dan diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa.
Menjelang akhir abad ke-16, kedudukan Portugis di Nusantara makin memburuk akibat munculnya berbagai perlawanan dari para penguasa pribumi.
Fatahilah berhasil mengusir Portugis dan nama kota berganti menjadi "Jayakarta" -- kota kemenangan (22 Juni 1527).
Abad ke-16 Belanda datang dan oleh J.P. Coen nama kota diubah menjadi "Batavia" (30 Mei 1610). Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), karena semua yang berbau Belanda dihapus, 8 Agustus 1942 namanya dikembalikan ke nama sebelumnya, dengan ejaan "Jakarta".
Di antara ketiga tanggal itu yang dipilih pemerintah Indonesia sebagai hari jadi adalah saat Fatahilah berhasil mengusir Portugis, tertuang dalam Keputusan DPR kota sementara No. 6/D/K/1956.
“Kota kemenangan” – terkandung rasa bangga dengan peristiwa keberhasilan mengusir Portugis. Atas landasan inilah disepakati pada tahun 1956 itu tanggal 22 Juni sebagai hari jadi kota Jakarta.
Rasa bangga dapat mewarnai semangat kebersamaan kita sebagai satu bangsa. Pertanyaannya: apakah rasa bangga juga dimiliki oleh generasi muda kita saat ini?
Bisa kita tanyakan kepada anak-anak kita dua hal ini:
(a) merasa banggakah mereka menjadi orang Indonesia (dan warga Jakarta) ?
(b) [kalau bangga] menurut mereka, apa yang mereka banggakan mengenai Indonesia (dan kota Jakarta) ?
Saya tidak tahu apa jawaban anak-anak kita terhadap dua pertanyaan itu. Jangan-jangan mereka tidak bangga. Kalau bangga pun jangan-jangan tidak tahu apa yang mereka banggakan? Semoga dugaan negatif saya ini tidak benar. Mari kita cari tahu dengan bertanya pada anak-anak kita......
===
Belajar dari Sebuah Kota….
Jakarta yang semu adalah bagian dari realitas
dan setiap orang mampu melahirkan Jakarta-nya sendiri...
1.
Suatu ketika di Bilangan Sudirman Thamrin……….
Pada suatu masa dan tempat bernama Jakarta, ada ratusan hotel-apartamen, shopping centre-plaza, bank, café-lounge fave yang ngetrend terilhami Orchard - Bugis Junction Singapura. Pelbagai fragmen ruang fisik tersebut menandai fisiogonomi metropolisnya. Di Jakarta bagian atas ini, massa dengan hand (smart) phone, farfume dan life style ala barat bisa menikmati Jakarta yang lain dalam ruang art-deco, sambil ber-enjoy ria dalam musik jazz, MTV sampai dangdut kontemporer.
Seperti kelakar Umberto Eco, “Aku berbicara melalui pakaianku”, mereka berpolah. Di tengah geliat multimedia, pop culture-indie labels, massa kelas menengah di Jakarta ini seakan menjadi agen pembiakan globalisasi budaya barat, metropolis made-in USA: kesan the west is the best semakin marak bergerak.
Ditemani pelbagai billboard iklan yang ngejreng di sentra jalan protokol, mereka seperti mesin hasrat yang selalu dahaga. Dari stiker di buskota sampai pintu warung tegal, kerap ditemui kata-kata wasiat ala Benjamin Franklin: Time is money. Uang dan waktu menjadi opium mereka, keduanya dapat dihitung dan sama-sama memacu eskalasi kegelisahan.
Jelaslah, di mana ada kota-di situ ada uang. Di mana ada uang-di situ ada barang. Di mana ada orang dan barang-di situ ada pasar. Bisa jadi di hadapan pasar itu, mereka menjadikan tubuhnya sebagai barang (fetish). Implikasinya, uang adalah panglima!!! Seperti kata Cicero, tak ada benteng yang demikian kuat, di mana uang tak dapat memasukinya.
2.
Suatu ketika di Terminal Pulogadung …….
Pada suatu masa dan tempat bernama Jakarta:
Ketika siang, matahari lurus-terik menjulurkan lidahnya, hiruk-pikuk berbaur-campur dengan kemacetan jalan.
Malamnya, aneka panorama nyata di Jakarta bagian bawah ini: seorang pelacur muda berbedak tergopoh-payah menawarkan diri pada setiap mobil yang lewat. Seorang mami germo duduk asyik merokok dalam malam sepi-seperti mandor yang mengawasi anak-buahnya. Belum lagi belasan waria, preman, calo dan pungli yang menambah rasa tidak nyaman.
Pelbagai fragmentasi sosial dengan alasan rust et orde kian memenuhi carut-marutnya wajah Jakarta bagian bawah ini.
Ya, di Jakarta, nyata jerit kaum tertindas yang tak bisa menjerit. Di Jakarta: siapa lemah-mudah disepak. Jakarta bagi pelacur kelas bawah ini adalah via dolorosa, jalan kesengsaraan-dukha.
Pertanyaannya bukan adakah atau siapakah yang bersalah dalam pelacuran ini? Tapi pertanyaan Jakarta adalah: siapa yang peduli, apa bedanya pelacur atau hewan? Apa bedanya sepuluh atau seratus pelacur mati atau sakit ketika digaruk, dipenjara atau terkena penyakit HIV di sebuah kota dan saat, bernama Jakarta, jika mereka kaum miskin? itu salah mereka sendiri!!! Hemang Ike Vikirin! Auk Ahh Elap!!!
3.
Berangkat dari Konteks...
Pada mulanya adalah gaya hidup. Lewat gaya hidup ini, Di Jakarta, ada semacam kondisi bahwa kita harus siap menghadapi kejutan karena begitu cepatnya perubahan.
Suatu waktu Jakarta mendadak menjadi amat peduli atau orang sekarang bilang: "KEPO" pada goyang sepasang pinggul empunya Inul atau Persik atau Trio Maca . Suatu lain-ketika banjir dan penggusuran melanda, tiba-tiba begitu hiruk-pikuk. Saat lain-ketika medio Mei 1998 atau isu teror bom di tahun tahun terakhir ini, Jakarta begitu lengang seperti kota mati. Saat lain-begitu biadab ketika banyak bom meledak di mall dan gereja-gereja juga perampokan disertai penembakan.
Di Jakarta nyata adanya benturan, hingga tercipta karakter masyarakat urban yaitu anonimitas dan mobilitas. Maka, wajarlah jika seseorang kerap hidup lewat pelbagai benturan, entah ekonomis, psikologis, etis, sosiologis.
Di lain segi, lewat perjumpaan keseharian dengan mobilitas dan anonimitas dikota bernamaJakarta ini, kita kerap melihat pelbagai manipulasi atas realitas; kegamangan masa depan dan kedangkalan hidup; maraknya sikap hedonisme, dan mudahnya mereka membuang segala sesuatu termasuk nilai-nilai.
Segala nilai dan otoritas telah di-demistifikasi-kan oleh mereka. Tak ada lagi nilai dan otoritas yang sungguh dianggap sakral. Modernitas dengan roh sekular, konsumerisme dan liberalismenya adalah sesuatu yang amat sulit dielakkan. Bukan karena ia merupakan roda raksasa yang otoriter menggilas segala pola kultural, tapi karena ia tampil justru sebagai ideal yang memikat, centil menggoda dan piawai menjanjikan ekstase kenikmatan di tengah arus dunia kontemporer.
Padahal kalau mau dilihat secara lebih mendalam, sebetulnya banyak diantara kita ada dalam ketidakpastian dan penantian, yang terpisah dari afeksi pun empati, yang terpinggir oleh ganasnya stigma masyarakat, yang terceraikan dari kerabat dan sahabat, yang tersingkirkan dari orangtua dan mertua.
4.
Sebuah Refleksi Tentatif..
Seperti ramalan Celestine, pelbagai kejadian hidup dan fakta realitas sosial bukanlah sekedar kebetulan belaka. Bila pelbagai kejadian itu dipertemukan, dirangkai menjadi sebuah untaian, maka akan lahirlah makna serta pesan yang berguna. Perjumpan dengan orang orang kecil pun bukanlah sesuatu yang kebetulan. Sayang, benar-benar sayang kalau makna perjumpaan ini betul-betul….nyaris tak terdengar.
Semua orang kecil (bahasanya Ellacuria: the crucified people) tak boleh dianggap in-absentia, sebab bisa jadi mereka adalah guru yang istimewa-teruji dalam membimbing kita untuk mengenal siapakah sesungguhnya Allah. Kita bisa belajar menghayati nilai Kerajaan Allah dari “rakyat yang tersalib”: yang kecil-lemah-miskin dan tersingkir, karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah. (Mat 5:3). Sebetulnya, perjumpaan kerap berporos pada “to be sensitive to the reality”,
Di tengah adzan dan lonceng surau hidup ini, setiap komunitas agama dan kemanusiaan dipanggil untuk berani berjalan bersama dalam gerak ahimsa, terlebih berjalan bersama orang-orang yang tersingkirkan.
Pacem in Terris - Pacem in cordis !!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar