Ads 468x60px

TRIBUTE TO "THEM" PARA KORBAN TEROR BOM SURABAYA



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
TRIBUTE TO "THEM"
PARA KORBAN TEROR BOM SURABAYA
13 MEI 2018.
MELAWAN LUPA - MENYEMBUHKAN LUKA.
Bunda Maria dari Fatima,
sembuhkanlah orang-orang sakit yang berlindung kepadamu.
Bunda Maria dari Fatima,
hiburlah orang-orang menderita yang percaya kepadamu.
Bunda Maria dari Fatima,
berilah damai bagi dunia.
A.
PROLOG: ANGKA "13".
Persepsi “bisa sial” pada setiap tanggal 13 telah terbentuk dan menyebar luas di seluruh dunia sejak berabad -abad lalu, kadang disebut
"freaky day/black day."
Sudah biasa kita melihat rumah, hotel-motel, losmen-apartemen, gedung, rumah sakit sering melewatkan nomor lantai atau kamar “13”. Bahkan beberapa bandara juga terkadang menghilangkan gerbang “13”.
Tahayul ini berkembang secara luas terutama di dataran Eropa dan Amerika, sampai-sampai ada film ber-genre horor dengan judul “FRIDAY THE 13TH”, juga begitu banyak orang menderita penyakit “paraskavedekatriaphobia” atau “friggatriskaidekaphobia”, istilah ilmiah bagi perasaan takut pada tanggal “13”.
Konon, mantan Presiden AS, Franklin D. Roosevelt menghindari melakukan perjalanan pada tanggal “13” dalam bulan apa pun. Ia juga tidak pernah mau menjadi tamu yang ke-“13” dalam sebuah jamuan makan. Napoleon Bonaparte dan mantan Presiden Herbert Hoover kabarnya juga mengalami ketakutan berlebih pada angka “13”.
Rasa takut akan tanggal “13” ini bahkan telah menjadi inspirasi dibuatnya novel dan film-film bertema horror dan superstitious dengan judul yang sama, yang kemudian memicu orang untuk lebih mempercayainya lagi.
Orang-orang menghindari tanggal “13” ini untuk melakukan hal-hal penting seperti pergi berlayar, membeli rumah, bepergian jauh, pesta nikah, bahkan sebisanya jangan sampai melahirkan anak pada tanggal tersebut.
Tahayul bahwa tanggal “13” ini demikian “menakutkan” dan “membawa sial” berkembang dari waktu ke waktu, di antaranya dikatakan bersumber dari :
- Ada sejarahwan yang berteori bahwa Adam dan Hawa memakan buah terlarang pada tanggal “13” tersebut.
- Peristiwa banjir besar pada jaman Nabi Nuh, dipercaya sebagian ahli sejarah dimulai pada tanggal “13” September (Tishri 1 pada 2458 SM).
- Pada Perjamuan Malam Terakhir, yang hadir adalah “13” orang, pada malam sebelum Yesus disalib. Yudas Iskariot adalah orang ke-“13” yang tiba malam itu.
- Sebuah kapal Inggris yang diberi nama “Friday the 13th”, berlayar pada tanggal “13”. Kapal ini kemudian hilang tak diketahui lagi kabar rimbanya.
- Dan masih banyak lagi “peristiwa-peristiwa sial” yang tercatat terjadi pada “the 13th” termasuk dalam konteks lokal di Indonesia, "serangan teror" Medio Mei ("13" Mei 1998) dan bom yang melanda tiga Gereja di Surabaya persis 20 tahun setelah tragedi Medio Mei, dimana para pelaku melakukan serangan teror ketika acara rohani berlangsung (“13” Mei 2018). Tanggal 13 Mei inilah juga tanggal ketika Paus JP II ditembak oleh seorang teroris berkebangsaan Turki, yang bernama Megmed Ali Acha.
Tentu saja, dalam tradisi Gereja Katolik, kita tidak mempercayai superstitous “the 13th”, bahkan sebaliknya, dikatakan bahwa semua hari adalah baik adanya.
Yang lebih indahnya, lihatlah bahwa dalam penampakannya di Fatima, Bunda Maria muncul berkali-kali kepada anak-anak gembala dimulai pada setiap "13" Mei dan disusul setiap tanggal “13” di bulan bulan berikutnya.
Ya, bagi orang-orang yang suka takhayul, angka ”13” adalah angka yang sial, tapi bagi kita umat beriman dan terlebih para pecinta Maria, angka “13” mempunyai makna imani dan devosionali, karena pada tanggal 13 Mei sampai 13 Oktober 1917-lah, Bunda Maria datang dan menampakkan dirinya di Fatima, di hadapan tiga gembala kecil yakni Lucia, Francisco, Jacinta, dan nantinya juga pada 70.000 orang dari berbagai kota di Portugal yang datang untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Indahnya, di antara mereka ada kelompok bangsawan, insinyur, dokter-dokter, notaris, dan tentu saja para wartawan dan fotografer, yang ateis juga yang skeptis.
B.
MENGENANG EVAN & NATHAN.
"Ko…mama minta maaf ya kalau mama sering marah ke Evan karena sering minta kamu ngalah sama titi. Koko jaga titi ya di sana…“Ti…, titi jaga koko ya di Surga sana. Papa mama baik-baik saja di sini ”
Fransiska Romana nama baptisku. Kalau suamiku Fransiskus Asisi. Aku dibaptis 3 tahun lalu oleh romo J.A Sri Noegroho, dikenalnya sebagai Romo Nano di Gereja Santa Maria Tak Bercela - Ngagel Surabaya.
Walaupun aku lulusan dari SMAK Kolese St Yusuf Malang dan Ubaya (Universitas Surabaya), aku sendiri 'nda gitu banyak kenal romo atau suster disini. Selama ini, cuma satu ya si suster Bernadeth Wiwik itu, karena dia suster kepala sekolahnya Nathan juga pembimbingku dan Erry suamiku waktu kami sama sama katekumen.
Awal bulan ini, aku juga pergi ke makam Evan dan Nathan (Vincentius Evan Hudojo dan Nathanael Ethan Hudojo). Aku ya doa aja. Doain dengan doa Salam Maria terus. Aku juga tambahin doa nya Salam Marianya ya sama doa Bapa Kami. Aku mau terus sapa Evan dan Nathan yang adalah dua malaikat kecilku ini lewat Tuhan Yesus dan Bunda Maria, kebetulan aku juga habis selesai retret di Pertapaan Tumpang kemarin dan sebelumnya sempat berkunjung ke rumah Monique (Monique Dewi Andini), isteri dari alm Bayu di Surabaya dan pak Ary satpam gereja.
Ketika hari ini tiba, 13 Juni 2018, hidup memang terasa seperti mimpi, cepet banget ya persis sebulan hari ini. Dan, nanti rencananya 21 Juni 2018, persis 40 hari nya akan diadakan misa peringatan arwah di Gereja Santa Maria Tak Bercela, untuk Evan - Nathan dan para korban lain.
Memang banyak kenanganku dirumah dengan kedua anak ini. Evan dan Nathan ya maem bareng, ya cerita bareng, ya minta ini itu dan ya masak ini itu hahaha. Kalau aku sering inget, mereka itu punya kesukaan yang beda-beda sebenernya. Cuman lucunya si Nathan kecil ini mengidolakan koko nya banget, sampe-sampe koko nya maem apa, dia ya ikut maem itu juga, walaupun sebenarnya ndak suka bgt. hahahhaha.....
Mungkin saat Evan telah berpulang ke Surga, pada Minggu pagi itu. Nathan, adiknya, yang sempat berjuang hidup pun akhirnya menyusul kokonya ke Surga pada malam hari pukul 20.15 setelah diamputasi kakinya. Mungkin Nathsn ya maunya bareng kokonya terus, ya saking 'nge-fans' sama kokonya.
Bangga bangett aku punya mereka, malaikat kecilku. Kemarinn waktu baru sampai rumah, aku ya ndak nangis... cuman tadi pagi waktu ke meja makan, jadi keinget waktu anak anak minta diambilin makan ini itu. kita makan bareng dan ketawa ketawa bareng. Ndak kuat nahan nangis, uda meleleh air mataku.
Tapi aku tau pasti mereka pingin mami'e ga sedih sedih terus, apalagi kadang siang jam 1.30 - 2an aku mesti berangkat kontrol untuk buka jahitan lagi. Sampai sekarang, aku juga masih rawat syaraf dan terapi juga rawat luka kaki karena masih terbuka jadi masih membuat kulit baru gitu. Aku bersyukur koq ya aku ndak terus terusan jd tergoyah. Aku tau Tuhan sayang bgt sama mereka, dan menghindarkan mereka dari bahaya di dunia.
Kalo inget dua anak ini, ya seneng tapi juga jadi kangen. Kami ini sekeluarga memang biasa misa pagi jam 7 di SMTB. Yang kecil, si Nathan ini bertemannya lebih mudah. Hahahahha, dia itu kelas 2 tapi punya temen seabrek, di kelas 1 ada, kelas 3,4,5 juga ada.. hahaha...
Klo kokonya, si Evan ini lebih cool orangnya.. lebih pendiam tali aslinya sensi orangnya, hahaha..... diomelin sedikit aja bukan dimarahin loh ..matanya uda langsung berkaca kaca gitu.
Tahun lalu, si Evan dibaptis dan terima komuni pertama. Si Nathan-nya baptis anak, jadi belum terima komuni.
Evan nama aslinya Vincentius Evan. Nah, itu Vincentius namanya dia, tak pakai untuk sekalian jadi nama baptisnya Evan. Kalo Nathan, nama baptisnya Juan Diego Nathanael. Kebetulan kan dia sekolah di sekolahnya para suster MC (Misionaris Claris) yang dari Meksiko itu, yang devosinya pada Bunda Maria Guadalupe dan Juan Diego ini orang yang dipilih Bunda Maria untuk bisa ketemu dan ngomong dengan Bunda Maria. Apalagi tanggalnya Juan Diego sama persis dengan tanggalnya Nathan, ya 9 Desember.
Nathan itu ya dari kata Natanael, klo ngga salah artinya "anugerahnya Tuhan". Evan itu juga mirip mirip artinya "anugerahnya Tuhan" juga. Kalo ulang tahunnya Nathan 9 Desember 2009, kalo si Evan dua bulan lagi mestinya ulang tahun, dia lahirnya pas 29 Agustus 2006. Jadi ternyata dua anak ini semuanya sama sama anugerah Tuhan yang terindah buat Wenny, harta yang tak ternilai
Puji Tuhan. Meskipun aku terus kangen dan kadang hati masih terasa kosong klo inget dua malaikat kecilku, si Evan dan Nathan, tapi aku seakan diajak berpasrah dan tetap mau maju menjalani hidup dengan terus mengandalkan kekuatan kasih dari Tuhan.
Aku juga terus seakan dikuatkan dengan lima keyakinan imanku selama hari hari ini:
1. Kekuatanku ya diberi dari Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
2. Aku nda mau anak anak di surga melihat mami nya sedih susah. Aku mau anak-anakku, Evan dan Nathan disana bahagia, di surga.
3. Aku juga percaya pada kasih sayang Tuhan dan Bunda Maria pasti selalu jaga anak anakku di surga.
4. Aku yakin Tuhan itu tetap baik banget, banyak hal yang membuatku untuk belajar bersyukur dari kejadian getir ini.
5.Kekuatanku juga pasti karena doa-doa dari banyak orang, baik para saudara, teman dan bahkan yang tidak aku kenal.
When somebody dies, a cloud turns into an angel, and flies up to tell God to put another flower on a pillow.
A bird gives the message back to the world and sings a silent prayer that makes the rain cry.....
People dissappear, but they never really go away. The spirits up there put the sun to bed, wake up grass, and spin the earth in dizzy circles.
Sometimes you can see them dancing in a cloud during the day-time, when they’re supposed to be sleeping
They paint the rainbows and also the sunsets,
and make waves splash and tug at the tide.
They toss shooting stars and listen to wishes,
and they sing wind-songs, they whisper to us:
'Don’t miss me too much. The view is nice and I’m doing just fine'
Saat seseorang berpulang, segumpal awan menjelma menjadi malaikat, dan melayang ke surga meminta Tuhan untuk meletakkan setangkai bunga di atas sebuah bantal.
Sang burungpun menyampaikan pesan itu ke bumi dan melantunkan seuntai doa
yang menyebabkan hujan menangis
Mereka memang harus pergi, tapi mereka tidak benar-benar pergi. Roh mereka di atas sanalah yang menidurkan matahari, membangunkan rerumputan dan memutar bola dunia.
Kadang kau dapat melihat mereka menari di dalam awan di siang hari di saat mereka seharusnya nyenyak tertidur
Mereka melukis keindahan pelangi dan juga temaram matahari senja dan membangunkan ombak di lautan.
Mereka melambungkan bintang jatuh dan mendengarkan semua harapan, nyanyian mereka merdu dalam hembusan angin, berbisik pada kita: 'Jangan terlalu sedih. Pemandangan di sini indah dan aku baik-baik saja.'
D.
KILAS BALIK:
Oratio Fatimae / Doa Fatima.
Domine Iesu, dimitte nobis debita nostra, salva nos ab igne inferiori, perduc in caelum omnes animas, praesertim eas, quae misericordiae tuae maxime indigent.
Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka, dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, terlebih jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin.
Wenny Angelina adalah korban aksi bom bunuh diri yang dilakukan teroris di Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) Surabaya. Ia merupakan Ibu dari Vincentius Evan Hudojo (11 tahun) dan Nathanael Ethan Hudojo (8 tahun) yang juga menjadi korban bom pada Minggu 13 Mei 2018.
Di lantai 3 Rumah sakit Bedah Manyar, ditemani oleh mamanya, Wenny sedang berbaring di ranjang dan tampak ada beberapa luka-luka kecil berwarna merah gelap yang sudah mulai mengering tapi tersebar rata di sekujur badan Wenny. Mungkin itu adalah bekas luka tertancapnya serpihan-serpihan bom di sekujur tubuhnya. Ada balutan perban di kaki kanannya yang samar-samar tertutup karena selimut yang dipakainya.
Wenny mengaku agak sedikit kurang dengar dengan telinga kanannya akibat ledakan bom yang sangat keras Minggu pagi itu konon membuat gendang telinganya robek.
“Saya ini sampai sekarang masih sering
kangen dan mencari E van ama Nathan loh !”, demikian kalimat pertama yang meluncur dari bibir Wenny yang masih nampak ada sedikit bekas luka yang mengering.
“Tapi air mata saya ini udah habis, nangis terus dari sejak kejadian. Lha yak apa ya, kehilangan 2 orang anak langsung eh…!” lanjut Wenny dengan logat medok khas Surabayanya.
“Kami ini sekeluarga memang biasa misa pagi jam 7 di SMTB. Anak-anak saya biasakan bangun pagi, gak boleh telat untuk ke Gereja. Malam sebelumnya saya ingatkan anak-anak untuk segera tidur biar tidak telat ke Gereja. Waktu kami berangkat berempat diantar ke Gereja, saya, Evelyn keponakan saya, Evan dan Nathan gak ada firasat buruk apa-apa tuh. Malah waktu turun dari mobil, kita jalan dengan riang sambil ketawa ketawa.
Saya biasa masuk dari pintu keluar Gereja. Nah, setelah jalan beberapa meter, saya lihat ada motor dengan 2 orang berboncengan menerobos masuk. Sempat saya lihat bajunya biru yang di depan. Yang belakang gak keliatan. Tapi wajah mereka seperti masih remaja.
Cepat sekali kejadiannya, tiba-tiba ada suara ledakan keras sekali. Telinga saya seperti kebal, gak bisa dengar apa-apa. Naluri saya sebagai ibu, waktu itu saya membentangkan tangan saya di sebelah kiri dan kanan. Maksud saya pengen menggandeng Evan ama Nathan. Tapi saya terjatuh.
Saya cuman bilang dalam hati, "anak anak, ya Tuhan kuatkan saya, tolong saya Tuhan," dan saya mencari HP saya untuk telp minta pertolongan , dan saya langsung menemukan Nathan lebih dulu. Saya tarik Nathan bersandar di paha saya, dan saya melihat darah mengalir di daerah kaki Nathan. Dia bilang" mami sakit, sakit mami", saya bilang sabar tunggu nak,"
Kemudian saya mencari Evan. Evan di dekat situ juga. Evan saya temukan dengan posisi sudah terbaring. Saya tarik, saya angkat tapi dia terasa berat.
Waktu saya angkat, wajah yang saya lihat Evan itu bersih dan dia wajahnya kalem , tapi keluar darah mengalir dari mulutnya yanf tertutup.
sesaat lgs hati saya hancur habis hilang merasa Evan tidak ada. Saya kehilangan Evan.
Saya panggil-panggil “Evan ! Evan !” Tapi Evan diam saja, ga ada respon. Habis hati saya ! Di situ saya merasa wah… Evan ini sudah gak ada.
Saya akhirnya berteriak kepada orang yang membantu, “Cepat bawa ke RS Bedah Manyar…Cepat dibawa ! Jangan hiraukan saya !”
Yang saya lihat saat itu ada seorang satpam yang berdarah matanya, dia menggendong Nathan yang saat itu berbaju merah dan membawa tasnya.
Pikiran saya anak-anak harus cepat tertangani di Rumah Sakit terdekat. Saya lihat suasana sekitar tegang. Ada orang menelpon dengan paniknya. Ada yang tertelungkup. Ada potongan-potongan badan manusia yang berdarah.
Saya berusaha berjalan dengan tertatih-tatih karena sakit sekali kalau dibuat berjalan. Tapi saya masih kuat menuju mobil pick-up yang dipakai menolong beberapa korban. Saya naik sendiri loh itu ke pick up!” jelas Wenny dengan begitu rincinya menggambarkan suasana Minggu pagi itu.
Tapi apakah akhirnya ia berjumpa dengan Evan dan Nathan di Rumah Sakit itu ?
“Sampai di RS bedah Manyar saya ini jalan ke sana kemari meski kaki saya sakit. Saya cari Evan ama Nathan koq ga ada. Saya sampai minta ke temen-temen saya, ayo tolong aku, cariin anakkku, jagaono mereka. Cariin info mengenai Evan ama Nathan
Waktu saya jalani beberapa operasi untuk mengeluarkan serpihan-serpihan di badan saya ini, sekilas koq saya lihat Nathan ditidurkan dengan posisi kakinya terangkat ke atas begitu.
Saya sudah minta ke perawat untuk bisa ketemu sama Nathan tapi mereka malah bilang “Udah…ibu harus fokus ke kesembuhan ibu dulu biar nanti bisa ketemu Evan ama Nathan”
Semua orang menghalangi saya untuk bertemu dengan anak-anak. Nathan itu kalau sakit pasti cari saya. Saya ini harus dekat dia biar dia itu cepat sembuh. Tapi saya selalu dibilang bahwa anak-anak baik-baik saja, ibu harus sembuh dulu” jelas Wenny.
“Orang-orang sepertinya merahasiakan keadaan dan keberadaan Evan dan Nathan. Saat saya di ruang operasi, tanpa sengaja saya dengar obrolan dokter kalau sebentar lagi ruang operasi akan dipakai untuk operasi berikutnya yaitu amputasi kaki anak kecil.
Spontan saya bertanya “Hah? Anak kecil? Pakai baju merah ya ? Mengapa harus diamputasi ?” Hati saya sudah gak enak, nampaknya ada yang dirahasiakan. Sampai akhirnya ada seorang dokter yang akhirnya memberikan penjelasan
“Begini bu, saya mau jujur bilang ke ibu ya. Iya itu betul Nathan anak ibu yang akan diamputasi”, dokter itu menjelaskan.
“Loh mengapa harus diamputasi ? Jangan diamputasi !” teriak saya. Saya itu orangnya gak bisa melihat di tubuh anak-anak saya luka sedikitpun. Saya jaga banget !”
Setelah dokter menjelaskan beberapa alasan mengapa kaki Nathan harus diamputasi saya ini masih gak bisa tenang”, tutur Wenny dengan sedikit emosional.
Semua kejadian itu terjadi mengalir jam demi jam, menit demi menit dan detik demi detik yang menegangkan.
Kejadian sebenarnya saat itu Evan telah berpulang ke Surga, pada Minggu pagi itu juga. Nathan, adiknya, yang sempat berjuang hidup pun akhirnya menyusul kokonya ke surga pada malam hari pukul 20.15 setelah diamputasi kakinya.
Penjelasan yang saya dapatkan, karena perdarahan yang terus terjadi membuat beberapa fungsi organ menjadi turun. Akhirnya kedua putra Erry dan Wenny ini dibawa ke RS Bayangkara untuk proses pemeriksaan.
Wenny mengaku bahwa ia sudah tahu kalau Evan tidak ada itu pada hari Minggu itu juga. Sedangkan kalau Nathan yang tidak ada, diz tahu melalui suster Wiwik (kepala sekolah SD Santa Clara dimana Nathan bersekolah) yang memberitahunya pada hari Senin malam.
Wenny marah ke semua orang di sekitarnya, termasuk ke Erry suaminya: "Aku ndak mau ama kamu (pada saat itu tertuju untuk suami dan adik perempuan Wenny yang ada di sebelah kanan kiri).
Pada Senin paginya, waktu doa bersama suster, Wenny mengaku tertidur sekejap dan melihat bundaran seperti di foto terlihat Evan memakai kacamata dan tersenyum.
Pada hari Senin siang sebelum citi scan, Wenny didoakan lagi oleh suster, dan ia tertidur sekejap melihat Nathan membuka pintu yang besar dan terang banget, bercahaya.
Adapun Nathan memakai baju merahnya seperti yang dipakainya pada saat terjadi musibah. "Seolah dia berpamitan sama saya” cerita Wenny.
“Kemudian, saya ketemu ama kedua anak saya di Adi Jasa. Saya begitu ketemu, saya ciumi Evan dan Nathan. Bibir saya ini sampai nempel bener ke kulit mereka. Koq terasa dingin. Badan mereka keras. Saya gak mau kedua anak saya kedinginan di lemari es penyimpan jenasah”, lagi-lagi naluri Wenny sebagai seorang ibu keluar di saat seperti ini. Ingin memberikan yang terbaik buat kedua putranya, meski mereka telah tiada.
“Akhirnya di peti itu untuk terakhir kalinya saya melihat kedua anak saya. Saya pegang mereka, udah keras. Kemudian berdoa buat Evan dan Nathan.
Saya bilang ke Evan, “Ko…mama minta maaf ya kalau mama sering marah ke Evan karena sering minta kamu ngalah sama titi. Koko jaga titi ya di sana…
Terus saya berpaling ke Nathan, saya pegang kepalanya, saya belai, saya pegang kakinya sudah utuh. Lalu saya mendoakan dan saya bisikin: “Ti…, titi jaga koko ya di Surga sana. Papa mama baik-baik saja di sini ” tutur Wenny dengan suara yang semakin lirih.
Kemudian Wenny memilih sendiri pakaian-pakaian dan mainan-mainan yang dimasukkan dalam peti sebelum peti mati ditutup. Wenny bilang setelah itu badannya lemes sekali, karena semalaman dia tidak bisa tidur dengan tenang.
Evan dan Nathan, telah dimakamkan pada hari Minggu 20 Mei 2018 di pemakaman Sukorejo Pasuruan, dengan dihantar oleh Erry dan Wenny serta kerabat dan para teman.
“Saya bersyukur…di saat akhir saya sungguh bisa mengasuh anak yang Tuhan titipkan ke kami dengan baik. 3 tahun terakhir saya mundur dari pekerjaan dan menjadi ibu rumah tangga yang mengasuh kedua anak saya. Paling cuma kerja bisnis online dari rumah. Saya memang komit menjaga anak secara penuh.
Awalnya saya kecewa pada Tuhan. Mengapa ini terjadi pada kami ? Kami ini salah apa ? Mengapa kok gak orang lain saja yang mengalami ? Coba waktu itu andai telat bangun beberapa menit saja kan bisa bisa terhindar dari kejadian bom”, dengan lancarnya Wenny melanjutkan ceritanya.
Andai bertemu dengan pelaku bom yang membuat Evan dan Nathan tiada, berhadapan muka dengan muka, mata memandang mata, Wenny mengatakan: “Saya mengasihi dan mengampuni mereka. Saya tidak akan menuntut mereka dengan minta hukuman setimpal. Justru dengan sikap saya seperti itu akan membuat langkah Evan dan Nathan yang sangat saya cintai jadi terhambat untuk menuju ke Surga.
Saya sudah mengampuni mereka kok.
Saya jadi teringat Bunda Maria yang juga merelakan Puteranya untuk mati bagi keselamatan manusia. Maka seperti itulah juga yang saya lakukan. Saya relakan kepergian Evan dan Nathan untuk demi sebuah misi yang mulia” , jawab Wenny.
“Setelah saya keluar dari Rumah Sakit, saya akan ke Tumpang, menenangkan diri untuk berdoa. Saya lebih mau mendekatkan diri ke Tuhan”, kata Wenny.
Hendaklah kita mencari rahmat, dan marilah kita mencarinya melalui Maria......
Berpulang, aku berpulang
Tenang dan damai, aku berpulang
Tidaklah jauh, lewati pintu terbuka
Tugas telah usai, tiada cemas tersisa
Bunda menanti, ayah pun menunggu
Banyaklah wajah yang kukenal,
dari masa lalu
Ketakutan lenyap, kesakitan hilang
Rintangan musnah, perjalanan usai
Bintang fajar terangi jalanku
Mimpi buruk hilang sudah
Bayang-bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Di hidup abadilah aku
Tiada jeda, tiada akhir
Hanya ada kehidupan
Tersadar penuh, dengan senyuman
Untuk selamanya
Berpulang, aku berpulang
Bayang bayang telah berlalu
Terang kini tiba
Hidup abadi kumulai
Aku kini berpulang
Going home,
I am going home
Quiet like some still day
I am going home
It's not far, just close by
Through an open door
Work all done, care laid by
Never fear no more
Mother's there expecting me
Father's waiting too
Lots of faces gathered there
All the friends I knew
No more fear, no more pain
No more stumbling by the way
No more longing for the day
Going to run no more
Morning star lights the way
Restless dreams all gone
Shadows gone, break of day
Real life has begun
There's no break, there's no end
Just a living on
Wide awake with a smile
Going on and on
Going home,
I am going home
Shadows gone, break of day
Real life has begun
I'm just going home
E.
K A D O "
"KA" - sihi dan "DO" - akan
Mat 5:44: "Kasihi musuhmu dan berdoalah bagi mrk yg menganiaya kamu." (walau sangat sulit dan terlalu sakit)
1.
Hidup berpola "KOMODO" :
Kisah perumpamaan tentang pengampunan mengajak kita untuk menjadi pribadi pengampun dengan jurus "KOMODO", antara lain:
A.”KObarkan iman":
Prof. Petro Petrini, ahli neorolog di Pisa Italia, meneliti dan menunjukkan bahwa sikap memaafkan itu bisa mempengaruhi kinerja otak dan mampu membuat watak dan akhlak menjadi lebih baik/sehat karena orang lebih merasa damai dan ringan sebagai orang beriman.
Disinilah, memaafkan tanpa syarat (unconditional forgiveness) menjadi sebuah pewartaan iman yg mendalam.
Pastinya, bukankah tak ada syarat untuk memperoleh pengampunan Tuhan karena maaf dariNya adalah sebuah anugerah yang mudah?
B."MOdalnya kerahiman":
Kesadaran dan rasa syukur banyak diampuni olehNya membuat kita lebih punya kerahiman.
Dengan kata lain: mudah memaafkan adalah tanda orang beriman:
“Seandainya aku tak diampuni Tuhan, aku sudah mati.Karena aku sudah diampuni Tuhan, maka aku harus juga mengampuni.” (Ef 4:31-32)
C."DOa di sepanjang jaman":
St Thomas Aquinas mengatakan bahwa kerap doa yang panjang adalah obat yang mujarab.
Apapun "keadaan zaman", suka/duka-pahit/manis, kita diajak untuk terus berdoa, membawa semuanya bersama dengan yang ilahi karena realnya kita perlu "waktu dan kesabaran" karena hidup itu kerap 30% percaya dan kasih, 70%nya memaafkan.
2.
Beberapa Ungkapan tentang Pengampunan:
Orang yang menyadari telah mendapat banyak anugerah, membagikan anugerah.
Orang yang menyadari telah banyak diampuni, mengampuni orang lain.
Orang yang menyadari telah menerima banyak belas kasih, memberikan belas kasih.
Menolak mengampuni membuat luka-luka hidup terus menganga dan merampas kebahagiaan.
Pengampunan tidak berarti setuju pada perbuatan yang buruk yang melukai, tapi mempercayakan orang yang melukai kita kepada “Dia yang menghakimi dengan adil”.
Pengampunan tidak terjadi dalam semalam, luka hati tidak sembuh tanpa proses, tapi kita dapat melangkah sedikit demi sedikit keluar menuju damai.
Mengampuni secara bertahap, berhenti mengingat-ingat kesalahan seseorang terhadap kita, berhenti menyumpahi namanya, berusahalah memahami situasinya, mulailah untuk mendoakannya.
Damai dimulai dari pengampunan.
Adalah hati dan pribadi yang kuat yang mampu meminta maaf,
dan yang sanggup memaafkan.
Pengampunan adalah bentuk pemberian kasih yang tertinggi.
Kiranya setiap hari kita memilih mengampuni,
kiranya setiap hari kita memilih damai dan kasih.
Siapa menutupi pelanggaran,mengejar kasih,
tetapi siapa membangkit-bangkit perkara,
menceraikan sahabat yang karib (Amsal 17:9)
Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,
penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu
(Efesus 4:32)
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain,
dan ampunilah seorang akan yang lain,
sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu,
kamu perbuat jugalah demikian (Kolose 3:13)
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar