Ads 468x60px

APOGHTEMATA PATRUM EDISI DESEMBER



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI MONASTIK
"TTS" - "TRIBUTE TO SAINT":
St. Antonius, Abas dkk. (PART XII)
APOGHTEMATA PATRUM EDISI DESEMBER
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 Desember
Seorang saudara di Scetis berbuat salah. Lalu diadakan sebuah pertemuan dan Abas Musa diundang untuk menghadirinya. Tetapi ia menolak tidak mau datang.
Kemudian imam mengutus seseorang kepadanya dan berkata : “Datanglah, karena setiap orang menunggu Bapa.”
Maka ia bangun dan pergi. Ia mengambil sebuah ember bocor, mengisinya dengan air dan membawanya.
Orang-orang keluar untuk menyambutnya dan berkata kepadanya : “Apa itu Bapa ?”
Sang penatua berkata kepada mereka : “Dosa-dosaku berceceran di belakangku dan aku tidak melihatnya. Dan sekarang aku datang untuk menghakimi kesalahan orang lain.”
Ketika mereka mendengar itu, tanpa berkata apa-apa lagi kepada saudara yang bersalah itu, mereka mengampuninya.
02 Desember
Pada suatu hari ketika sedang diadakan pertemuan di Scetis, para Bapa memperlakukan Musa dengan menghinanya untuk menguji dia sambil berkata : “Mengapa orang hitam ini datang berada di tengah-tengah kita ?”
Ketika ia mendengar itu ia tetap diam.
Ketika pertemuan selesai, mereka bertanya kepadanya : “Bapa, apakah tadi itu sama sekali tidak membuat Bapa susah ?”
Ia menjawab : “Aku susah tetapi tetap diam.”
03 Desember
Diceritakan tentang Abas Musa bahwa ketika ia ditahbiskan, baju efod dikenakan padanya.
Uskup Agung berkata kepadanya : “Lihat, Abas Musa, sekarang emgkau menjadi putih sama sekali.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Benar untuk bagian luar, tuan dan Bapa, tetapi bagaimana penilaian Tuhan, yang melihat bagian dalam ?”
Karena ingin menguji dia, Uskup Agung itu berkata kepada para imam : “Kalau Abas Musa masuk ke dalam gereja, tarik dia keluar dan ikuti dia untuk mendengar apa yang akan ia katakan.”
Maka ketika sang penatua itu masuk, mereka memaki- maki dia dan menarik dia keluar sambil berkata : “Keluarlah hai orang hitam!”
Sesudah keluar ia berkata kepada dirinya sendiri : “Mereka telah berbuat benar kepadamu, karena kulitmu hitam sehitam arang. Engkau bukan manusia karena itu mengapa engkau membiarkan dirimu bertemu dengan manusia ?”
04 Desember
Pada suatu hari diumumkan di Scetis : “Berpuasalah minggu ini.”
Lalu beberapa saudara datang dari Mesir untuk mengunjungi Abas Musa dan ia memasakkan sesuatu untuk mereka.
Ketika melihat ada asap, tetangga-tetangga berkata kepada para imam : “Lihat, Musa telah melanggar peraturan dan memasak sesuatu dalam selnya.”
Para imam berkata : “kalau dia datang, kami akan berbicara kepadanya.”
Ketika tiba hari Sabtu. Karena mereka tahu tentang cara hidup Abas Musa yang mengagumkan, para imam berkata kepadanya di muka semua orang : “Hai Abas Musa, engkau tidak mengindahkan perintah manusia, tetapi engkau berbuat demikian supaya dapat mengindahkan hukum Allah.”
05 Desember
Seorang saudara datang ke Scetis untuk mengunjungi Abas Musa dan memohon kepadanya sepatah kata.
Sang penatua berkata kepadanya : “Pergilah, duduklah dalam selmu dan selmu akan mengajarkan engkau segalanya.”
06 Desember
Abas Musa berkata :
“Orang yang lari dan hidup dalam kesunyian adalah seperti setandan anggur masak di bawah matahari, tetapi orang yang tetap tinggal di tengah manusia adalah seperti anggur masam.”
07 Desember
Pada suatu hari seorang pejabat pemerintah mendengar tentang Abas Musa lalu pergi ke Scetis untuk mengunjunginya.
Mereka memberitahu sang penatua. Ia bangun dan lari ke rawa-rawa.
Ketika bertemu dengannya mereka bertanya kepadanya : “Penatua, katakan kepada kami di mana letaknya sel Abas Musa ?”
Ia berkata kepada mereka : “Apa yang kalian inginkan dari dia ? Ia orang bodoh.”
Maka pejabat itu kembali ke gereja dan berkata kepada para imam : “Aku mendengar orang-orang membicarakan Abas Musa dan aku pergi untuk mengunjunginya. Tetapi di sana ada seorang penatua yang hendak pergi ke Mesir dan berpapasan dengan kami. Kami bertanya kepadanya, di mana sel Abas Musa dan ia berkata kepada kami, apa yang kalian inginkan dari dia ? Ia orang bodoh.”
Ketika mendengar itu para imam menjadi marah dan bertanya : “Penatua macam apa yang telah berbicara kepadamu seperti itu tentang orang suci kita ?”
Ia berkata : “Seorang penatua yang memakai pakaian usang dan orangnya hitam besar.”
Mereka berkata : “Itu Abas Musa sendiri. Ia berbuat demikian, pasti karena ia tidak mau bertemu denganmu.”
Pejabat itu pulang dengan mendapat manfaat rohani yang sangat besar.
08 Desember
Pada suatu hari, ketika pada saudara sedang duduk di samping Abas Musa, ia berkata kepada mereka : “Lihat, para barbar tengah datang ke Scetis, bangun dan larilah.”
Mereka berkata kepadanya : “Bapa, apakah Bapa juga akan lari ?”
Ia berkata kepada mereka : “Bagiku, telah bertahun-tahun aku menantikan hari ini, supaya terpenuhilah sabda Tuhan Kristus yang berbunyi : Barang siapa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang (Mat 26, 52).”
Mereka berkata kepadanya : “Kami juga tidak akan lari. Tetapi bersedia mati bersama Bapa.”
Ia berkata kepada mereka : “Baiklah. Sekarang setiap orang harus memutuskan untuk dirinya sendiri, apakah ia akan pergi atau tinggal di sini.”
Di situ ada tujuh saudara. Lalu ia berkata kepada mereka : “Lihat, para barbar sudah sampai ke dekat pintu.”
Kemudian para barbar masuk dan membunuh mereka. Tetapi satu orang saudara lari dan bersembunyi di bawah tumpukan gelagah. Dan ia melihat ke tujuh mahkota turun dari langit memahkotai mereka.
09 Desember
Dikisahkan tentang Abas Musa di Scetis bahwa ketika ia mempunyai rencana untuk pergi ke Petra, ia menjadi cemas dan berkata kepada dirinya sendiri : “Bagaimana aku bisa mendapatkan air yang kuperlukan di sana ?”
Lalu ada suara yang berkata kepadanya : “Pergilah dan jangan cemas akan apa pun.”
Maka ia pergi. Beberapa Bapa datang mengunjunginya.
Ia hanya memiliki sebotol kecil air. Ia menggunakan air itu semuanya untuk memasak kacang lentil bagi mereka.
Sang penatua menjadi cemas, maka ia keluar-masuk selnya dan berdoa kepada Allah.
Lalu turunlah hujan lebat mengguyur Petra dan mengisi penuh semua waduk air.
Sesudah itu para pengunjungnya bertanya kepada dia : “Katakan kepada kami, mengapa engkau keluar-masuk ?”
Sang penatua berkata kepada mereka : “Aku sedang berdebat dengan Allah sambil berkata : Engkau telah membawa aku ke sini dan sekarang aku tidak punya air lagi untuk para abdi-Mu ini. Itulah sebabnya mengapa aku keluar-masuk. Aku berbantah terus dengan Allah sampai Ia mengirimi kita air.”
10 Desember
Abas Musa berkata :
“Rahib harus mati bagi sesamanya dan sama sekali tidak pernah boleh mengadilinya dengan cara apa pun juga. Rahib harus mati bagi segala sesuatu sebelum meninggalkan tubuhnya, supaya ia tidak mencelakakan siapapun saja.”
11 Desember
Abas Musa berkata : “Kalau rahib tidak berpikir dalam hatinya bahwa ia seorang pendosa, Allah tak akan mendengarkan dia.
Seorang saudara bertanya : “Apa artinya berpikir dalam hatinya bahwa ia seorang pendosa ?”
Sang penatua menjawab : “Kalau seseorang sibuk dengan kesalahannya sendiri, ia tidak akan sempat melihat kesalahan sesamanya.”
12 Desember
Abas Musa berkata : “Jikalau perbuatan seseorang tidak selaras dengan doanya, ia bekerja sia-sia.”
Seorang saudara bertanya : “Apa maksudnya selaras antara perbuatan dan doa ?”
Sang penatua menjawab : “Kita tidak lagi melakukan apa yang kita mohon dalam doa untuk tidak melakukannya. Kalau seseorang menyangkal kehendaknya sendiri, Allah didamaikan dengannya dan menerima doa-doanya.”
Saudara itu bertanya lagi : “Siapa yang akan menolong rahib yang telah mempersembahkan hidupnya, kalau ia berada dalam kesesakan ?”
Sang penatua menjawab : “Ada tertulis, Allah itu tempat perlindungan dan kekuatan kita, penolong dalam kesesakan (Mzm 46,1).
13 Desember
Abas Musa ditanya : “Apa gunanya berpuasa dan berjaga yang dilakukan seseorang ?”
Ia menjawab : “Keduanya menjadikan jiwa rendah hati. Karena ada tertulis : Lihatlah kesengsaraan dan kesukaranku, dan ampunilah segala dosaku (Mzm 25,18). Maka kalau jiwa memberikan dirinya segala kesukaran dan kesesakan itu, Allah akan berbelaskasiham kepadanya.”
14 Desember
Abas Musa ditanya : “Apa yang harus dilakukan oleh seseorang terhadap semua godaan dna pikiran jahat yang mendatanginya ?”
Sang penatua menjawab : “Ia harus menangis dan memohon dengan sangat kebaikan Allah untuk datang menolongnya, dan ia akan memperoleh kedamaian kalau ia berdoa dengan penuh perhatian. Karena ada tertulis : “Kalau Tuhan di pihakku, aku tak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadapku ? (Mzm 118,6).”
15 Desember
Seorang saudara bertanya kepada Abas Musa : “Kalau ada seseorang yang memukul pelayannya karena ia telah berbuat salah, apa yang harus dikatakan pelayan itu ?”
Sang penatua menjawab : “Kalau pelayan itu seorang yang baik, ia seharusnya berkata : Maafkan saya, saya telah berdosa.”
Saudara itu berkata lagi : “Hanya itu ?”
Sang penatua menjawab : “Hanya itu. Karena, sejak saat ia memikul tanggung jawab atas kesalahannya sendiri dengan berkata, saya telah berdosa, langsung Tuhan akan berbelaskasihan kepadanya. Maksud dari semua itu ialah supaya orang tidak menghakimi sesamanya. Karena sungguh, ketika Tuhan memukul mati semua anak sulung di tanah Mesir, tidak ada rumah yang tanpa kematian.”
Saudara itu bertanya : “Apakah artinya itu ?”
Sang penatua menjawab :
“Jikalau kita mengamati kesalahan-kesalahan kita sendiri, kita tidak akan sempat melihat kesalahan sesama kita. Sungguh bodoh kalau ada kematian di rumah sendiri malah pergi ke rumah orang lain untuk menangisi kematian di sana."
"Mati bagi sesama, artinya :
menanggung kesalahanmu sendiri dan tidak memperhatikan siapa pun saja sambil berpikir apakah mereka itu baik atau buruk. Tidak merugikan siapa pun saja, tidak berpikir buruk dalam hatimu tentang siapa pun, tidak menghina orang yang berbuat jahat, tidak mempercayai orang yang berbuat salah kepada sesamanya, tidak bergembira dengan orang yang merugikan sesamanya. Itulah arti mati bagi sesamanya. Tidak menista siapapun dengan berkata : Allah mengenal setiap orang. Tidak menyetujui orang yang memfitnah, tidak bergembira dengan fitnahannya dan tidak membenci dia yang memfitnah sesamanya. Itulah arti jangan mengadili. Tidak mempunyai perasaan-perasaan bermusuhan dengan seorang pun dan tidak membiarkan rasa tidak senang menguasai hatimu, tidak membenci orang yang membenci sesamanya. Inilah yang dinamakan damai. Tabahkanlah hatimu dengan pikiran ini : kesengsaraan akan segera berakhir, tetapi damai akan tetap selamanya, berkat rahmat Sabda Allah, Amin.”
16 Desember
Abas Matoes berkata : “Semakin orang mendekat pada Allah, semakin ia melihat dirinya sebagai pendosa. Itulah pengalaman nabi Yesaya ketika ia melihat Allah lalu menyatakan dirinya sebagai ‘orang yang najis bibir’. (Yes 6,5).”
17 Desember
Abas Matoes berkata : “Ketika aku masih muda, aku berkata kepada diriku sendiri : Barangkali pada suatu hari aku akan melakukan sesuatu yang baik. Tetapi, sekarang aku sudah tua dan aku melihat bahwa tak ada yang baik pada diriku.”
18 Desember
Abas Matoes berkata : “Setan tidak tahu, melalui nafsu yang mana jiwa dapat dikalahkan. Ia hanya menabur saja tanpa mengetahui apakah ia akan menuai. Terkadang ia menabur pikiran – pikiran cabul, terkadang pikiran-pikiran hojatan, begitu juga dengan nafsu-nafsu lainnya. Kalau ia melihat jiwa mulai tergelincir ke arah nafsu tertentu, ia akan mensuplai makanan kepada nafsu itu.”
19 Desember
Seorang saudara bertanya kepada Abas Matoes : “Apa yang harus kuperbuat kalau seorang saudara datang mengunjungiku pada hari puasa atau pada waktu pagi ? Itu membuat aku gelisah.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Kalau engkau tidak dibingungkan oleh hal itu dan makan saja dengan saudara tersebut, itu baik. Tetapi kalau engkau tidak sedang menantikan seorang pun dan engkau makan, itu berarti engkau mencari kehendak sendiri.”
20 Desember
Abas Yakobus berkata bahwa ia suatu ketika pergi ke sel Abas Matoes dan waktu akan pulang ia berkata kepadanya : “Aku akan pergi ke Kellia.”
Ia berkata kepadaku : “Sampaikan salamku kepada Abas Yohanes.”
Maka ketika aku pergi ke sel Abas Yohanes, aku berkata kepadanya : “Ada salam dari Abas Matoes.”
Sang penatua berkata kepadaku : “Abas Matoes adalah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan dalam dirinya.”
Satu tahun kemudian aku kembali kepada Abas Matoes dan menyampaikan salam Abas Yohanes.
Sang penatua berkata : “Aku tidak pantas menerima apa yang dikatakan penatua itu, tetapi aku tahu, kalau engkau mendengar seorang penatua memuji sesamanya lebih daripada dirinya sendiri, itu karena ia telah mencapai tingkat tinggi; sebab memuji sesama lebih daripada dirinya sendiri adalah salah satu tanda kesempurnaan.”
21 Desember
Abas Matoes berkata :
“Seorang saudara datang kepadaku dan berkata : Mengumpat lebih buruk daripada percabulan.
Aku berkata kepadanya : Itu perkataan yang keras.
Ia bertanya kepadaku : Apa yang kau maksudkan ?
Aku berkata kepadanya : Mengumpat memang buruk, tetapi dapat disembuhkan dengan segera, karena orang yang mengumpat kerap kali bertobat dengan mengatakan bahwa ia telah berbicara tidak ramah. Tetapi percabulan itu berarti mati secara fisik.”
22 Desember
Abas Matoes berkata bahwa ada tiga penatua datang kepada Abas Paphnutius yang disebut Cephalus, untuk memohon sebuah perkataan dari dia.
Sang penatua berkata kepada mereka : “Apa yang kalian ingin aku katakan kepada kalian? Perkataan rohani atau perkataan jasmani ?”
Mereka menjawab : “Perkataan rohani.”
Sang penatua berkata kepada mereka : “Pergilah dan pilihlah pencobaan daripada ketenangan, penghinaan daripada kemuliaan, dan memberi daripada menerima.”
23 Desember
Seorang saudara berkata kepada Abas Matoes : “Berilah aku sebuah perkataan.”
Ia berkata kepadanya :
“Pergilah dan berdoalah kepada Allah supaya Ia menaruh keremuk-redaman hati ke dalam hatimu dan memberimu kerendahan hati. Waspadalah terhadap kesalahan-kesalahanmu; jangan mengadili, jauhkan darimu kebebasan dalam bercakap-cakap; kuasailah lidah da perutmu; minum anggur sedikit saja; kalau seseorang berbicara tentang suatu masalah, jangan berbantah dengannya. Kalau ia bemar, katakan : ya. Tapi kalau ia salah, cukup mengatakan : engkau tahu apa yang kau katakan, dan jangan berbantah dengannya tentang apa yang telah ia katakan. Itulah kerendahan hati.”
24 Desember
Seorang saudara berkata kepada Abas Matoes : “Berilah aku sebuah perkataan.”
Ia berkata kepadanya : “Kuasailah kecenderungan untuk bersengketa dalam dirimu dalam segala hal. Menangislah, milikilah keremuk-redaman hati, karena saatnya sudah dekat.”
25 Desember
Seorang saudara bertanya kepada Abas Matoes : “Apa yang harus kulakukan ? Lidahku membuat aku menderita. Karena setiap kali aku pergi kepada orang-orang, aku tidak dapat menguasainya. Aku mengutuk semua perbuatan baik yang mereka kerjakan dan mencela mereka. Apa yang harus kulakukan ?”
Sang penatua menjawab : “Kalau engkau tidak dapat menahan dirimu sendiri, larilah ke dalam kesunyian. Karena masalahmu itu merupakan penyakit. Orang yang tinggal bersama para saudara tidak boleh menjadi segi empat tetapi harus bulat, sehingga kalau berhadapan dengan semua orang, ia selalu kembali kepada dirinya sendiri.”
Sang penatua melanjutkan perkataannya : “Bukan karena keutamaan aku tinggal dalam kesunyian tetapi karena kelemahan. Mereka yang tinggal di tengah-tengah manusia adalah orang-orang yang kuat.”
26 Desember
Dikatakan tentang Abas Silvanus bahwa di Scetis ia mempunyai seorang murid bernama Markus yang sangat taat. Ia adalah seorang penulis. Sang penatua mengasihinya karena ketaatannya.
Ia mempunyai sebelas murid lain, yang merasa iri karena ia mengasihi Markus lebih daripada mereka.
Ketika para penatua mengetahui hal itu, mereka menjadi susah dan pada suatu hari mereka datang kepada Abas Silvanus untuk menegurnya tentang hal itu.
Sambil membawa mereka besertanya, Abas Silvanus pergi mengetuk setiap sel muridnya sambil berkata : “Saudara anu, datanglah kemari, aku memerlukan engkau.”
Tetapi tak seorang pun dari mereka yang datang dengan segera.
Ketika tiba pada sel Markus, ia mengetuknya dan berkata : “Markus.”
Mendengar suara sang penatua, ia langsung meloncat dan sang penatua menyuruhnya untuk melayani mereka serta berkata kepada para penatua : “Bapa-bapa, di mana saudara-saudara lainnya ?”
Lalu ia masuk ke dalam sel Markus dan mengambil bukunya dan melihat bahwa ternyata ia sedang mulai menulis huruf “omega” tetapi ketika ia mendengar sang penatua, ia tidak menyelesaikan tulisan itu.
Kemudian para penatua berkata : “Sungguh, Bapa, dia yang kau kasihi, kami mengasihinya juga dan Allah mengasihinya.”
27 Desember
Dikatakan tentang Abas Silvanus bahwa ketika pada suatu hari ia berjalan ke Scetis bersama para penatua, karena ingin memperlihatkan ketaatan Markus, muridnya, dan menunjukkan alasan dari rasa kasihnya kepada dia, ia berkata kepada Markus yang melihat seekor babi hutan kecil : “Anak, apakah kau lihat sapi kecil itu ?”
Ia menjawab : “Ya, Bapa.”
“Dan apakah kau lihat tanduknya, betapa menariknya bukan ?”
Ia menjawab : “Ya, Bapa.”
Para penatua heran atas jawabannya dan mendapat manfaat rohani berkat ketaatannya itu.
28 Desember
Pada suatu hari ibu dari Abas Markus datang mengunjunginya dengan segala kebesarannya.
Abas Silvanus keluar untuk menemuinya.
Ia berkata kepada sang penatua : “Bapa, tolong suruh anakku keluar supaya aku dapat bertemu dengannya.”
Maka sang penatua masuk dan berkata kepada Markus : “Keluarlah, ibumu ingin bertemu denganmu.”
Markus sedang mengenakan pakaian dapur sehingga ia sangat kotor. Ia keluar demi ketaatan dan sambil menutup matanya ia berkata kepada mereka : “Salam, salam, salam.”
Tetapi ia tidak melihat mereka sama sekali.
Ibunya tidak mengenali dia. Maka ia mengirim pesan lagi kepada sang penatua : “Bapa, suruhlah anakku keluar, supaya aku dapat bertemu dengannya.”
Ia berkata kepada Markus : “Bukankah aku telah menyuruh engkau keluar, supaya ibumu dapat bertemu denganmu ?”
Markus berkata : “Seperti yang sudah Bapa katakan, aku sudah keluar. Tetapi aku mohon, jangan menyuruh aku keluar untuk kedua kalinya, karena aku tidak ingin tidak menaati Bapa.”
Sang penatua keluar dan berkata kepada si ibu : “Anakmu itu, dia yang tadi menemuimu sambil berkata : Salam!”
Lalu sang penatua menghibur si ibu dan menyuruhnya pulang.
29 Desember
Pada suatu kesempatan Markus memutuskan untuk meninggalkan Scetis dan pergi ke gunung Sinai untuk tinggal di sana.
Ibunya mengirim pesan kepada Abasnya, mohon dengan bercucuran airmata untuk menyuruh putranya datang menemuinya.
Maka sang penatua menyuruh Markus pergi menemui ibunya.
Tetapi ketika sedang mengenakan pakaian kulit dombanya untuk berangkat dan bersiap-siap untuk meninggalkan sang penatua, tiba-tiba ia menangis dengan keras dan akhirnya sama sekali tidak jadi berangkat.
30 Desember
Dikatakan tentang Abas Silvanus bahwa ketika ia ingin pergi ke Syria, muridnya, Markus, berkata kepadanya : “Bapa, aku tidak ingin meninggalkan tempat ini, tetapi aku juga tidak ingin membiarkan Bapa pergi. Tinggallah di sini untuk tiga hari lagi.”
Dan pada hari yang ketiga Markus meninggal dunia.
31 Desember
Ketika sedang berpergian melewati suatu daerah, Abas Milesius melihat ada seorang rahib yang ditangkap oleh seseorang atas dasar tuduhan telah melakukan pembunuhan.
Sang penatua mendekati dan bertanya kepada para saudara di situ.
Ketika mengetahui bahwa ia telah dituduh secara salah, ia bertanya kepada mereka yang sedang memegang rahib itu : “Di mana orang yang telah dibunuh itu ?”
Mereka menunjukkannya kepada dia.
Sesudah menyuruh mereka semua untuk berdoa, ia mendekati orang mati itu. Sementara ia merentangkan tangannya ke surga, orang mati itu bangkit.
Ia berkata kepadanya di hadapan semua orang yang hadir : “Katakan kepada kami, siapa yang sudah membunuhmu.”
Orang itu berkata : “Ketika aku masuk ke dalam gereja, aku memberi uang kepada imam di situ. Lalu ia berdiri dan membunuhku, kemudian menyeret dan melemparkan aku ke dalam biara abas ini. Karena itu aku mohon kepadamu untuk mengambil kembali uang itu dan memberikannya kepada anak-anakku.”
Kemudian sang penatua berkata kepadanya : “Pergilah dan beristirahatlah sampai kedatangan Tuhan yang akan membangkitkan engkau.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar