“Memento mori”.
Pekan Biasa X
1 Raj. 17:17–24, Gal. 1:11–19, Luk. 7:11–17.
Memento mori - Ingatlah kau akan mati. Inilah kalimat di pintu masuk area pemakaman tua di Muntilan yang merupakan semboyan Ordo Cistercian atau lebih dikenal dengan julukan Trappis. Orang Inggris mengatakan “Remember, you will die”dan orang Jawa mengatakan “Elinga, manungsa, kowe iku mesti bakal mati!” Yah, hari ini bersama dengan dua janda yang ditinggal mati anaknya, kita diajak mengingat bahwa kematian itu bagian kehidupan, dan bahwa yang hidup pasti mati, dan yang bernafas pasti berhenti, walau kadang kita takut mati dan takut ditinggal mati. Dalam buku sy, “TANDA” (Kanisius), “mati” sendiri bisa berarti “Mohon Allah Tambahkan Iman.”
Pekan Biasa X
1 Raj. 17:17–24, Gal. 1:11–19, Luk. 7:11–17.
Memento mori - Ingatlah kau akan mati. Inilah kalimat di pintu masuk area pemakaman tua di Muntilan yang merupakan semboyan Ordo Cistercian atau lebih dikenal dengan julukan Trappis. Orang Inggris mengatakan “Remember, you will die”dan orang Jawa mengatakan “Elinga, manungsa, kowe iku mesti bakal mati!” Yah, hari ini bersama dengan dua janda yang ditinggal mati anaknya, kita diajak mengingat bahwa kematian itu bagian kehidupan, dan bahwa yang hidup pasti mati, dan yang bernafas pasti berhenti, walau kadang kita takut mati dan takut ditinggal mati. Dalam buku sy, “TANDA” (Kanisius), “mati” sendiri bisa berarti “Mohon Allah Tambahkan Iman.”
Adapun tiga sikap dasar supaya kita layak dan pantas “mohon Allah tambahkan iman”, al:
1.Berusaha:
Keberadaan kaum janda sering ternafikan dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah yang mengakibatkan mengapa seorang janda kadang dianggap jablai: lemah sapa, lemah cinta, termasuk lemah secara ekonomi karena harus mencari nafkah sendiri. Meski ini terbilang sangat relatif karena ada juga janda yang kaya. Selain itu, dalam sejarah peradaban bangsa Arab, kaum janda pernah menempati kedudukan strata sosial paling bawah. Mereka beranggapan bahwa janda merupakan status yang hina dan rendah serta lemah karena tidak mempunyai sosok pelindung, yakni laki-laki (suami). Disinilah, kita melihat figur dua janda dari Sarfat dan Nain ini, yang walaupun dianggap lemah tetap berusaha: Janda di Sarfat menerima kehadiran Elia di rumahnya dan janda di Nain menangis penuh dukacita. Bukankah sikap keterbukaan janda di Sarfat dan tangisan kedukaan janda di Nain merupakan sebuah usaha mereka untuk datang dan mendekat kepada Tuhan di balik segala keterbatasan hidupnya?
2.Berbelaskasih:
Elia berbelaskasih dengan doa-doanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya? Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." Yesus juga berbelaskasihan dengan kata-katanya yang meneguhkan: “Ibu, jangan menangis!” Lebih lanjut, Ia juga berbelaskasihan dengan perbuatan: Ia menghampiri usungan jenazah itu, menyentuhnya dan berkata: ”Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Kita juga diajak berbelaskasih kepada sesama, entah dengan doa,kata-kata maupun terlebih dengan tindakan nyata kita.
3.Beriman:
Seperti kata Paulus kepada umat di Galatia pada hari ini bahwa “Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus,” maka dimensi iman diperlukan dalam relasi ini. Dimensi iman bukan karena telah banyak melihat mukjizat seperti yang dialami oleh orang Yahudi yang berkata, ”Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan ”Allah telah melawat umat-Nya”, tetapi dimensi iman yang hadir dan mengalir dalam hidup sehari-hari. Iman yang hadir untuk memberikan kehidupan bagi sesama secara real aktual dan operasional: yang mati menjadi hidup, yang lemah menjadi kuat, yang menangis menjadi bersukacita, yang tidak mungkin (impossible) menjadi mungkin (I’m possible).
“Mas Nyoman di pulau Dewata-Mari beriman dengan sepenuh cinta.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar