HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 29 Oktober 2017
Hari Minggu Biasa XXX
Keluaran (22:21-27)
(Mzm 18:2-3a.3bc.47.51ab; Ul: 2)
(1Tes 1:5c-10)
Matius (22:34-40)
“Si vis amari, ama - Jika ingin dicintai, cintailah!”
Itulah kutipan dari karya Publilius Syrus yang juga saya tulis pada buku “Carpe Diem” (RJK, Kanisius) dan merupakan pesan pokok hari ini.
Ya, Yesus sang KASIH menegaskan bahwa esensi semua hukum terbagi menjadi dua matra besar, yakni relasi dengan Allah/dimensi vertikal serta relasi dengan sesama/dimensi horisontal: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati-jiwa-akal budi dan kekuatan" serta “Kasihilah sesamamu seperti dirimu”.
Adapun 3 ciri dasarnya, antara lain:
1. "Caritas adalah dasarnya":
Kasih untuk Tuhan dan kasih untuk sesama berarti “ngasih”, mau memberi karena kasih juga bisa berarti “Ketika Allah Selalu Ingin Hadir”? Ya karena percaya bahwa Allah telah mengasihi kita, maka juga diajak untuk selalu menghadirkan Allah dengan hidup ber-nada dasar C, "Cintakasih". Yang pasti, bisa saja kita memberi tanpa mencintai tapi mustahil kita mencintai tanpa memberi bukan?
2. "Totalitas adalah semangatnya":
Kasih itu harus segenap hati (pusat rasa), segenap jiwa (pusat kehendak), segenap akal budi (pusat pemikiran) dan segenap kekuatan (pusat tindakan). Kasih adalah kasih yang utuh menggumpal bukan yang abal-abal, kasih yang tulus bukan yang penuh akal bulus, kasih yang sepenuh hati bukan yang setengah hati, kasih yang asli bukan yang basa-basi karena kasih itu bisa dirasakan hati-diresapkan jiwa-dipikirkan akal budi dan diwartakan dalam tindakan nyata lewat karya yang murah hati, ucapan yang memberkati dan doa yang semakin sepenuh hati.
3. "Vitalitas adalah buahnya":
"Dimana ada kasih disitu ada kehidupan - where there is love there is life". Ya, kasih itu jelas menghidupkan. Ia tegas memberi kehangatan laksana matahari setelah hujan. Ia membuat kita “vital” (hidup) karena hidup tanpa kasih ibarat pohon tanpa bunga. Dengan tindakan kasih, hidup kita semakin bernilai, “losta masta - bikin hidup lebih hidup”, menjadi "giver" dan bukan "taker".
Yang pasti, dialog kasih Yesus dan ahli Taurat hari ini memperlihatkan bahwa mereka akrab dan tahu banyak tentang isi kitab suci dan hukum agama. Tapi, ada hal yang lebih penting daripada sekedar tahu yaitu pelaksanaannya. Mari kita laksanakan kasih itu. Human change by acting on it!
“Cari pita di Balik Papan - Wartakanlah cinta dalam kehidupan.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Deus caritas est - Allah adalah kasih!”
Inilah ensiklik kepausan dari Paus Emeritus Benediktus XVI yang kembali mengggema di hati ketika Yesus bersabda: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu" (Markus 12:30).
Hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan rupanya merangkum seluruh diri kita. Dengan kata lain: kasih mengandaikan totalitas, sebuah sikap yang utuh penuh-menyeluruh dan tidak mudah luruh.
Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan, karena dalam kenyataannya kasih kepada Tuhan mungkin menjadi nomer ke- sekian dalam hidup kita, bukan? Arus modernitas: materi dan teknologi menyebabkan kita lebih menyembah dan mencintai hal-hal indrawi daripada Tuhan yang ilahi.
Lebih lanjut, kasih yang penuh dan utuh itu ternyata tidak hanya berpola vertikal tapi mesti berpola "salib" (vertikal+horisontal).
Artinya?
Kasih kepada sesama merupakan wujud nyata dari kasih kita kepada Allah dalam hidup kita: “Dan hukum yang kedua ialah: 'Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri'" (Markus 12:30-31).
Itu berarti kita tidak bisa mengasihi Tuhan (yang tidak kelihatan), jika tidak mengasihi saudara/orang-orang di sekitar (yang kelihatan). Sepanjang hidupnya, Yesus menampakkan kasihNya kepada Allah dengan pelbagai tindakan kasihNya yang nyata terhadap sesama, bukan?
Akhirnya, jadikanlah kasih sebagai jantung dalam hidup kita. Jantung yang dapat membuat hidup kita lebih hidup. Kasih ilahi dan kasih insani akan membuat hidup kita menjadi lebih damai, karena dengan menghadirkan dan membagikan kasih, tidak ada lagi pintu yang terbuka bagi masuknya dendam dan kebencian karena kasih sejatinya adalah jalan masuk untuk hidup bersama Allah, "sebab Allah adalah kasih" (Yoh 4, 8.16).
"Ada selasih ada di Pasar Turi - Andalkan kasih setiap hari."
B.
“Amoris Laetitia – Cinta yang penuh sukacita
Itu sebabnya Yesus mewartakan bahwa kita mesti memiliki "KTP" antara lain:
A.K: Karitas:
Perintah utama adl “karitas" (kasih): "Kasihilah Tuhan Allahmu dan sesamamu. Inilah kasih yg berpola salib, vertikal dan horisontal.
B.T: Totalitas:
Kasih itu mesti total, dg segenap hati-segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan.
C.P: Prioritas:
Kita diajak mengutamakan Tuhan 100 % krn inilah landasan dan ringkasan dari keseluruhan hukum dan perintah Allah.
Adapun pertanyaan mengenai hukum terutama ini diajukan oleh seorang ahli Taurat, dimana jawaban Yesus tdk mengacu kpd tradisi para ahli Taurat tp kepada hukum tertulis (Ul 6:4,5).
Hukum yang kedua juga dikutip dari Imamat 19:18, dimana terdapat landasan dan ringkasan dari kewajiban manusia terhadap sesamanya yg melandasi ajaran ttg seluruh Hukum Taurat dan kitab para Nabi (Mat. 22:40).
Pastinya, kedua hukum utama yg mengajak kita memiliki "KTP" ini ada untuk saling melengkapi karena hukum itu meringkas hukum yang tertulis pada dua loh batu yang diterima Musa.
Hukum itu menyatakan kewajiban manusia kepada Allah dan tanggung jawab kepada sesama. Dengan sabda ini, Yesus mengajarkan kepada kita supaya saling mengasihi seperti Dia mengasihi.
Jelasnya, Allah adalah kasih dan segala yang dilakukan-Nya mengalir dari kasih-Nya kepada kita semua. Allah telah lebih dahulu mengasihi kita. Kita pun mengasihi-Nya sebagai jawaban atas rahmat dan kebaikan yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita.
"Dari Goa Maria Sriningsih ke Kaliori - Andalkanlah kasih setiap hari."
C.
"Amor vincit omnia - Cinta mengalahkan segala."
Inilah pernyataan yang kita amini ketika mengingat Yesus yang berkata: "Kasihilah Tuhan Allahmu dan Kasihilah sesamamu."
Pastinya, kasih kepada Allah dan kepada sesama merupakan dua dimensi kasih yang berpola salib: "Orang yang mengatakan bahwa dirinya mengasihi Allah tapi membenci saudaranya adalah pendusta" (1 Yoh 4:20).
Inilah yang diminta oleh Allah, yakni kasih yang setia (Ul 6:5; Rom 13:9-10; 1Kor 13:1-13) dengan beberapa indikasi dasar, antara lain:
1. Kasih yang menghormati.
Inilah kasih yang mengambil bagian dalam penderitaanNya (Fil 3:10), memperluas kerajaanNya (1Kor 9:23) dan hidup bagi kemuliaanNya (Mat 6:9-10,33).
2) Kasih yg sepenuh hati.
Inilah kasih yang penuh karna dibangkitkan oleh kasihNya (Yoh 3:16; Rom 8:32). Kasih ini seperti yang terungkap dalam Rom 12:1-2; 1Kor 6:20; 10:31; 2Kor 9:15; Ef 4:30; 5:1-2; Kol 3:12-17.
3) Kasih yg meliputi :
a) Kesetiaan padaNya.
b) Keimanan sebagai pengikatNya.
c) Penyerahan kepadaNya.
d) Ketaatan kepadaNya.
e) Kerinduan akan kehadiranNya.
Jelasnya, kita diajak untuk selalu mengasihi yang Ilahi lewat mengasihi yang insani (Gal 6:10; 1Tes 3:12, Mat 5:44), karenanya kasih itu harus tampak lewat cara hidup harian kita terhadap sesama secara real - aktual dan kontekstual.
"Mba Asih pergi ke Taman Asri - Andalkanlah kasih setiap hari."
D.
“Caritas in veritate– Kasih dalam kebenaran.”
Inilah inti yang mendasari sabda Yesus hari ini: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Bdk: Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18).
Jelas Yesus hadir sebagai "hukum", yang "Hadir Untuk Keselamatan Umat Manusia". Mengacu pada bacaan injil hari ini, ketika Yesus dijatuhkan dan dijebak, ia tetap tenang bahkan menjadi "hukum" yang hidup. Ia merangkum semua aturan taurat di bawah nada dasar c, yakni "cinta".
Inilah kemampuan Yesus sang Raja, yang membahasakan semua ajaran secara esensial dengan sebuah nada, yakni cinta vertikal (kepada yang ilahi) dan sekaligus cinta horinsontal (kepada yang insani): "Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:40). Dengan kata lain: hukum kasih ala Yesus menjadi sangat berarti karena sebenarnya kasih adalah kegenapan hukum Taurat, bukan? (Bdk. Roma 13:9-10).
Ya, kita diajak terus mengasihi Allah dan sesama, karena sangatlah tepat yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “dimana ada cinta disitu ada kehidupan -- "Where there is love there is life.” Yang pasti: Bukankah kasih itu adalah kasih yang dapat dirasakan oleh hati, kasih yang dapat dilihat oleh orang buta, dan kasih yang dapat didengar oleh orang tuli?
Kalau begitu, apakah kedua jenis kasih ini, vertikal/horisontal sudah juga tumbuh mekar-berkembang dalam taman bunga keluarga kita masing-masing?
"Dari Matesih ke Pantai Kuta – Kenakan kasih yang penuh sukacita.”
E.
Kutipan Teks Misa:
Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rm16:26 ; lih. Rm1:5 ; 2Kor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan” dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. (Dei Verbum, 5)
Antifon Pembuka (Mzm 105:3-4)
Bersukacitalah hati orang yang mencari Tuhan! Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah selalu wajah-Nya!
Let the hearts that seek the Lord rejoice; turn to the Lord and his strength; constantly seek his face.
Lætetur cor quærentium Dominum: quærite Dominum, et confirmamini: quærite faciem eius semper.
Doa Pembuka
Allah yang kekal dan kuasa, ciptakanlah dalam diri kami hati yang tulus dan setia agar kami mampu melayani Engkau, ya Allah, yang mahaagung, dengan penuh bakti dan kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Keluaran (22:21-27)
"Jika kamu menindas seorang janda atau anak yatim, maka murka-Ku akan bangkit, dan Aku akan membunuh kamu."
Beginilah firman Tuhan, "Janganlah orang asing kautindas atau kautekan, sebab kamu pun pernah menjadi orang asing di tanah Mesir. Seorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas. Jika engkau sampai menindas mereka ini, pasti Aku akan mendengarkan seruan mereka. Jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit, dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga istrimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim. Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, yakni orang yang miskin di antaramu, janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih utang terhadap dia; dan janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya. Jika engkau sampai mengambil jubah temanmu sebagai gadai, maka haruslah engkau mengembalikannya sebelum matahari terbenam, sebab hanya itu sajalah penutup tubuhnya, hanya itulah pembalut kulitnya; jika tidak, pakai apakah ia pergi tidur? Maka, apabila ia berseru-seru kepada-Ku, Aku akan mendengarkannya sebab Aku ini pengasih."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = bes, 4/4, PS 839
Ref. Aku mengasihi Tuhan, Dia sumber kekuatan. Hidupku 'kan menjadi aman dalam lindungan-Nya
Ayat. (Mzm 18:2-3a.3bc.47.51ab; Ul: 2)
1. Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan, kekuatanku; ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahanan dan penyelamatku.
2. Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah Tuhan, seruku; maka aku pun selamat dari para musuhku.
3. Tuhan itu hidup! Terpujilah Gunung Batuku, Tuhan mengaruniakan keselamatan yang besar kepada raja yang diangkat-Nya, Ia menunjukkan kasih setia kepada orang yang diurapi-Nya.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes 1:5c-10)
"Kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah dan menantikan kedatangan Anak-Nya."
Saudara-saudara, kamu tahu bagaimana kami bekerja di antara kamu demi kepentinganmu. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman Tuhan dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya. Di mana-mana telah tersiar kabar tentng imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah berbicara lagi tentang hal itu. Sebab mereka sendiri bercerita tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk mengabdi kepada Allah yang hidup dan benar, serta untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari surga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 4/4, PS 962
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 14:23)
Jika seorang mengasihi Aku, ia akan mentaati sabda-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:34-40)
"Kasihilah Tuhan Allahmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Ketika orang-orang Farisi mendengar bahwa Yesus telah membungkam orang-orang Saduki, berkumpullah mereka. Seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia, "Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?" jawab Yesus kepadanya, "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang utama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
“Konsili suci mengajarkan juga bahwa bahkan jika kadang terjadi bahwa seseorang memiliki pertobatan yang disempurnakan oleh kasih dan telah berdamai dengan Tuhan sebelum menerima sakramen, maka berdamainya ia dengan Tuhan tidak menjadi bagian dari pertobatannya, tetapi kehendak yang kuat akan sakramen inilah yang termasuk dalam pertobatannya.” (Konsili Trente, De Sacramento paenintentiae, ch.4).
=====
Ahok, Suara Kebenaran dari Penjara, dan Suara Kebatilan dari Rumah Tuhan.
"I have to say thank you to all my enemies who want me in prison… I've trained myself in self-control, forgiveness, and learn how to serve people with joyful heart. Thank God for all this circumstances."
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sudah menghabiskan nyaris seperempat masa tahanan yang ia harus penuhi di rutan Mako Brimob. Banyak orang bahkan semua teman saya mengunjungi Ahok, awalnya berpikir bahwa perjumpaan dengan Ahok akan sangat mengharukan dan menyedihkan.
Bayangkan, semua teman saya sudah mempersiapkan kalimat-kalimat semangat dan motivasi kepada Ahok yang ditahan di Mako Brimob. Namun siapa yang menyangka bahwa pada harinya, Ahok-lah yang menghibur mereka. Nyaris seluruh pengunjung Ahok di Mako Brimob mendapatkan kisah-kisah inspiratif dari Ahok.
Demikian juga seorang penulis bernama Threes Emir, yang juga ikut terkaget-kaget melihat bagaimana cerianya Ahok di Mako Brimob, ketika ia mengunjunginya. Raut wajah yang cerah dan ceria membuat Threes bingung. Ahok terlihat tidak mendendam kepada para manusia-manusia yang ingin menjebloskannya ke penjara.
Jika boleh saya katakan, rasanya Ahok lebih pantas mengatakan “Piye kabare? Penak jamanku toh?”, ketimbang Soeharto. Karena selama 30 tahun lebih berkuasa, Soeharto tidak memberikan kenikmatan kepara rakyat Indonesia, lebih dari apa yang Ahok berikan hanya dalam tiga tahun sisa jabatan 2012-2017 periode Jokowi-Ahok-Djarot. Betul loh yang saya katakan.
Suara-suara Ahok yang disuarakan melalui surat-suratnya yang ia tuliskan di Mako Brimob, benar-benar memberikan dampak yang sangat positif bagi para pendukungnya, bahkan melampaui pendukungnya, ia memberikan semangat bagi Indonesia. Di dalam dunia ini, teknolog yang berkembang begitu pesat membuat surat Ahok kepada orang-orang tertentu bisa disebarkan secara viral ke tempat lain.
Lucunya, Ahok seolah-olah berhasil membuat penjara, tempat yang suram, pesakitan, dan gelap, sebagai tempat dikumandangkan suara positif dan semangat yang luar biasa. Sedangkan di sisi lain, kita melihat bagaimana sekarang gencarnya rumah Tuhan digunakan oleh para manusia-manusia gila, sebagai tempat menyuarakan suara kebatilan.
Lihat saja ada satu tempat dimana nubuat-nubuat dikumandangkan tanpa tanggung jawab, dan isu-isu PKI yang sudah mati, diteriakkan melalui speaker-speaker rumah ibadat. Inikah yang dinamakan keberpihakan? Tidak! Ini adalah kebatilan!
Ada ucapan yang sangat menampar kaum bodat, cingkrang, bani daster dan banyak pembenci Ahok yang diucapkan secara spontan. Apakah kalimat yang diucapkan Ahok?
“Pokoknya nyesel deh orang-orang yang kirim saya ke penjara. Orang saya di sini belajar banyak hal, belajar sabar, banyak baca, belajar Bahasa Mandarin,” Kata Threes menirukan ucapan Ahok.
Suara-suara kebatilan yang diucapkan di tempat yang dianggap sebagai rumah Tuhan, sejatinya merupakan suara-suara pesanan kelompok pembenci Ahok. Bukan hanya Ahok yang dibenci, melainkan sekelompok orang-orang yang benar, justru ditekan melalui toa-toa, speaker-speaker, microphone-microphone yang berada di rumah Tuhan. Ini adalah ironi yang paling ultimat, datang dari rumah Tuhan.
Tiba-tiba saya teringat satu kalimat yang ada di kitab suci saya, Alkitab. Sebuah kisah ironi yang dicatat di Alkitab, mengenai bagaimana orang-orang yang dianggap nabi, malah bersekongkol untuk menghancurkan nama Tuhan. Begini bunyi tepatnya.
Maleakhi 1:6 berkata “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?"
Dengan konteks ini, kita sadar bahwa ternyata penghinaan besar terhadap nama Tuhan paling parah terjadi di rumah Tuhan itu sendiri. Saya percaya, hal ini berlaku secara universal, untuk agama apapun. Percayalah, tidak ada yang tempat yang lebih mudah menista Tuhan, kecuali di rumah-Nya sendiri.
Karena kita yang mengklaim diri mengenal Tuhan, nyatanya kita seringkali berbuat apa yang berseberangan dan bertentangan dengan aturan rumah-Nya. Bayangkan saja bagaimana rumah-rumah Tuhan pada saat pilkada DKI, pilpres 2014, digunakan sedemikian rupa sebagai corong-corong kepentingan politik. Belajarlah dari Ahok, dimanapun ia berada, ia menjadi corong kebenaran, bukan kepentingan, apalagi gubernur pengembang. Hahaha.
Suara kebenaran paling jernih terdengar ketika orang ditekan, dan suara kebatilan paling lantang terdengar ketika orang merasa angkuh. Belajarlah dari Ahok, yang justru menggunakan momen di penjara sebagai momen menyuarakan kebenaran. Siapa yang sangka, justru suara Ahok lebih didengar, ketimbang suara mereka yang berteriak-teriak, bahkan menggunakan pengeras suara sekalipun?
Betul kan yang saya katakan?