Pekan Biasa XXII
Yer. 20:7-9;Rm. 12:1-2;Mat. 16:21-27.
Yer. 20:7-9;Rm. 12:1-2;Mat. 16:21-27.
“Ad maiorem
natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur".
Inilah panggilan dasar yang saya ingat ketika tadi
pagi diminta memimpin acara rohani di Group 2-Kandang Menjangan Kopassus
Kartasura bagi komandan dan para prajurit kopassus yang beragama Kristiani. Sebenarnya,
kitapun juga dipanggil sebagai "kopassus", yakni "komando pasukannya Yesus" dengan "three costs of
discipleship", 3 tuntutan kemuridan yang dikemukakan Yesus secara khusus,
yakni "sangkuli": antara lain:
1."SANG"kal
diri: Ia mengajak kita untuk mengosongkan diri, lepas dari keterikatan pada
harta dan gegap gempita/cinta dunia. Ia memberi teladan pengosongan diri
(kenosis), yang “menganggap diri sendiri tak ada”, membiarkan diri
“terlupakan" demi Tuhan, tidak lagi egois tapi Kristus sentris. Dengan kata
lain: Yesus mengajak kita menomorsatukan kehendak Allah.
2.pi"KUL"
salib: Kita diajak untuk siap menghadapi semua resiko/kemungkinan, seperti
dialami Yesus karena kesetiaan iman kepada Allah. Memikul salib juga merupakan
salah satu cara kita untuk "mengenakan Kristus" secara real setiap
hari yang bisa diartikan bahwa perjuangan iman ini butuh konsistensi untuk mematikan
“HEM - Hedonisme-Egoisme dan Materialis me”.
3."I"kuti
Tuhan: "Petrus yang tadinya dipuji Yesus kini disebut sebagai iblis,
"vade retro satana - enyahlah iblis!" Hal ini terjadi karena ia menjadi
batu sandungan bagiNya karena hanya mengikuti kemauan sendiri dan bukan
kemauannya Tuhan. Indahnya, kata “mengikut Aku” dalam bahasa Yunani, ”apisw”,
artinya: “di belakang”, "menjadi murid/pengikut/pergi bersamanya."
Nah, bukankah kalau kita berani mengikuti Tuhan kita juga harus berani
"ada di belakangNya", ikut dalam sengsara dan wafatNya supaya layak
juga untuk bangkit bersamaNya?
“Cari bantal di Kramat
Jati - Mari total jadi murid Tuhan sampai mati."
Tuhan memberkati + Bunda
merestui.
Fiat Lux!
(@RomoJostKokoh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar