Kis. 8:26-40; Mzm. 66:8-9,16-17,20; Yoh. 6:44-51
"Hostia-Korban."
Inilah arti dasar dari roti kudus yang kita santap setiap
kita merayakan sakramen ekaristi. Adapun lewat ekaristi, hidup kita sendiri
“ditarik/dipanggil” kepada hidup Yesus sang Roti Hidup. Dengan kata lain: Kita diajak untuk datang kepada Yesus dan menjadi sahabat-sahabat Yesus
alias anak-anak Allah, yaitu orang yang senantiasa hidup: berpikir positif
bersikap sportif dan bertindak produktif sesuai dengan kehendak Allah dalam
hidup sehari-hari: lwt kata dan tindakannya, lewat doa dan karya nyatanya.
Sebagai org beriman, hidup kita tidak hanya terdiri dari
tubuh jasmani saja tp juga jiwa dan roh. Sebagaimana tubuh kita butuh makanan, jiwa dan roh kita pun juga membutuhkan
"makanan" supaya beroleh kekuatan dan bisa "bikin hidup lebih
hidup".
Oleh karena itu, Yesus menjadikan diri-Nya sendiri
sebagai santapan bagi jiwa dan roh kita.
Setiap hari, santapan itu disediakan secara istimewa melalui Ekaristi.
Setiap hari, santapan itu disediakan secara istimewa melalui Ekaristi.
Sebaliknya, ada juga orang-orang yg tidak mau
“ditarik/dipanggil” malahan cuek dan mudah bersunggut-sunggut terhadap
“tarikan” Allah seperti yang ditampakkan oleh bangsa Yahudi dan nenek moyang
mereka di padang gurun.
Nah, sebagai orang yg telah “ditarik/dipanggil” sebagai
muridNya, kitapun diajak untuk hidup penuh syukur dan tidak mudah bersungut
sungut.
Dengan penuh sukacita, kita ditarik/dipanggil menjadi roti hidup yang siap berkorban: “dipecah dan dibagi-bagi” demi sesama dan semesta.
Roti hidup sendiri merupakan kiasan atas tubuh-Nya yg Ia
korbankan untuk memberi kehidupan kekal.
Itulah harga yg harus dibayar agar kita dpt masuk ke dalam Kerajaan Surga. Begitu mahalnya hingga Ia harus mengorbankan diri-Nya sendiri. Ini memperlihatkan kepada kita realitas terdalam kasih Allah, yg menjawab kenyataan gelap manusia dengan jalan pengorbanan hidup.
Itulah harga yg harus dibayar agar kita dpt masuk ke dalam Kerajaan Surga. Begitu mahalnya hingga Ia harus mengorbankan diri-Nya sendiri. Ini memperlihatkan kepada kita realitas terdalam kasih Allah, yg menjawab kenyataan gelap manusia dengan jalan pengorbanan hidup.
“Dari Tuban ke Jalan Sudirman-
Mau berkorban itu salah satu tanda org beriman.”
Mau berkorban itu salah satu tanda org beriman.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar