Kel 32:15-24,30-34 ; Mzm 106:19-20,21-23 ; Mat 13:31-35
“Pacem in terris – Damai di bumi!”
Sering kita mendengar pewartaan biblis tentang biji sesawi yang mengilustrasikan bahwa yang kecil itu bisa menjadi besar dan yang biasa itu bisa menjadi luar biasa karena adanya penyelenggaraan ilahi. Nah, berdasarkan iman akan penyelenggaraan ilahi, ternyata ‘sesawi’, yang “SEderhana, SAbar dan manusiaWI" ini mengajak kita memiliki tiga poros iman untuk memiliki damai di bumi, antara lain:
Sering kita mendengar pewartaan biblis tentang biji sesawi yang mengilustrasikan bahwa yang kecil itu bisa menjadi besar dan yang biasa itu bisa menjadi luar biasa karena adanya penyelenggaraan ilahi. Nah, berdasarkan iman akan penyelenggaraan ilahi, ternyata ‘sesawi’, yang “SEderhana, SAbar dan manusiaWI" ini mengajak kita memiliki tiga poros iman untuk memiliki damai di bumi, antara lain:
1. Berakar dalam CINTA:
Tuhan setia mengasihi kita mulai dari hal-hal yang terkecil. Ia menjadi ‘PAM’, pupuk yang menyuburkan – air yang menyegarkan – matahari yang menghangatkan. Inilah “akar”, kekuatan dasar bahwa Allah telah lebih dahulu mencintai kita.
Tuhan setia mengasihi kita mulai dari hal-hal yang terkecil. Ia menjadi ‘PAM’, pupuk yang menyuburkan – air yang menyegarkan – matahari yang menghangatkan. Inilah “akar”, kekuatan dasar bahwa Allah telah lebih dahulu mencintai kita.
2. Bertumbuh dalam SUKACITA:
Sesawi (sinapis nigra) adalah sejenis sayuran berwarna hitam dan paling banyak tumbuh di wilayah selatan dan timur negara Mediterania-Mesopotamia, dan kerap dipergunakan sebagai penyedap masakan. Ukurannya memang sangat kecil, dengan diameter sekitar 0.5 cm. Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah. Meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6). Inilah yang seharusnya membuat hidup kita penuh sukacita.
Sesawi (sinapis nigra) adalah sejenis sayuran berwarna hitam dan paling banyak tumbuh di wilayah selatan dan timur negara Mediterania-Mesopotamia, dan kerap dipergunakan sebagai penyedap masakan. Ukurannya memang sangat kecil, dengan diameter sekitar 0.5 cm. Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah. Meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6). Inilah yang seharusnya membuat hidup kita penuh sukacita.
3. Berbuah dalam KARYA NYATA:
Seperti sesawi yang memiliki cabang yang lebat hingga burung-burung di udara dapat bersarang nyaman padanya, kita juga diajak menjadi rumah yg meneduhkan karena "Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus". (Rm 14:17), maka perjuangan merajakan Allah harus ditandai dengan pelbagai kebaikan yang nyata: real dan kontekstual.
Seperti sesawi yang memiliki cabang yang lebat hingga burung-burung di udara dapat bersarang nyaman padanya, kita juga diajak menjadi rumah yg meneduhkan karena "Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus". (Rm 14:17), maka perjuangan merajakan Allah harus ditandai dengan pelbagai kebaikan yang nyata: real dan kontekstual.
“Cari mangga di Taman Sari – Ciptakanlah
surga setiap hari.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK 7EDF44CE/54E255C0
Senin 27 Juli 2015
Kel 32:15-24,30-34 ; Mzm 106:19-20,21-23 ; Mat 13:31-35
“Adveniat regnum Tuum – Datanglah
kerajaanMu!”
Itulah harapan iman yang kita daraskan dalam
doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus.
Yesus sendiri mengajarkan perumpamaan
KerajaanNya seperti biji sesawi dan ragi, yang ternyata mengandung tiga syarat
dasar supaya kerajaanNya sungguh datang di tengah carut marut hidup harian
kita, al:
1.Simplicitas-Sederhana:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”) adalah biji yang paling kecil, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya. Bukankah kerajaanNya bisa kita mulai dari hal-hal sederhana dengan nada dasar C, yakni Cinta?
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”) adalah biji yang paling kecil, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya. Bukankah kerajaanNya bisa kita mulai dari hal-hal sederhana dengan nada dasar C, yakni Cinta?
2.Integritas-Keseluruhan:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh? Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh? Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
3.Fraternitas:
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati. Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati. Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
“Abdullah berenang di sungai Gangga –
Ciptakanlah kerajaan Surga.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Senin 27 Juli 2015
Kel 32:15-24,30-34; Mzm 106:19-20,21-23 ;Mat 13:31-35
"Ira furor brevis est - Amarah adalah
kegilaan yang singkat."
Inilah sebuah pepatah sederhana tapi kaya
makna seperti perumpamaan Yesus yang selalu sederhana tapi tetap kaya makna.
Adapun hari ini, Ia mengumpamakan surga seperti biji sesawi.
Bicara soal surga, itu adalah sebuah tempat
di alam akhirat yang dipercaya sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang
semasa hidupnya berbuat kebajikan. Adapun akar katanya dalam beberapa bahasa,
antara lain: Sanskrit: Svarga; Jw: Swarga; Arab: Jannah, Hokkian: Thian/天. Surga juga punyai
nama lain, yakni Kahyangan. Istilah Kahyangan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan
Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an, "tempat tinggal para
Hyang/leluhur". Dalam kacamata Islam, surga tertinggi tingkatannya adalah
Firdaus (فردوس) - Pardis (پردیس), dimana para nabi dan rasul, martir dan orang
saleh tinggal. Dalam kacamata iman kita, surga jelas adalah kehidupan kekal, di
mana Allah berada dan meraja.
Adapun 3 sifat orang yang ingin mencecap
surga stiap hari adalah berpola "sesawi", antara lain:
1.SEderhana:
Seperti sesawi yang tampaknya biasa, surga juga datang lewat hal-hal biasa dan orang-orang yang sederhana. Itu berarti bahwa Kerajaan Allah mulai dari hal-hal yang kecil yang tumbuh dalam hari setiap orang yang menerima sabda Allah.
Kerajaan Allah bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Seperti sesawi yang tampaknya biasa, surga juga datang lewat hal-hal biasa dan orang-orang yang sederhana. Itu berarti bahwa Kerajaan Allah mulai dari hal-hal yang kecil yang tumbuh dalam hari setiap orang yang menerima sabda Allah.
Kerajaan Allah bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
2.SAbar:
Sesawi itu asalnya hanyalah kecil saja tapi perlahan ia akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar, dan itu pasti memerlukan kesabaran yang luar biasa, menghadapi aneka tantangan "angin dan hujan kehidupan." Yang pasti, bukankah sabar itu mengajak kita untuk bisa mencecap surga karena jelas Allah kita juga adalah Allah yang Maha Sabar, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu belajar memahami.
Sesawi itu asalnya hanyalah kecil saja tapi perlahan ia akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar, dan itu pasti memerlukan kesabaran yang luar biasa, menghadapi aneka tantangan "angin dan hujan kehidupan." Yang pasti, bukankah sabar itu mengajak kita untuk bisa mencecap surga karena jelas Allah kita juga adalah Allah yang Maha Sabar, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu belajar memahami.
Indahnya, kerajaan Allah bekerja perlahan secara tersembunyi dan menyebabkan
perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang
menerima kehidupan baru: Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus
seturut karya Roh Kudus.
3.manusiaWI:
Yesus selalu hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dg kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
Yesus selalu hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dg kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
"Buah naga di Sukabumi - Ciptakan surga
di bumi."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar