1Tes 5:1-6,9-11; Mzm 27:1,4,13-14; Luk 4:31-37
“Credo ergo sum - Aku percaya maka aku ada".
Ungkapan ini mengajak kita menyadari hakekat iman yang mendasar adalah kepercayaan (Yun: pistis, Lat:fides, Inggr: faith).
Ada tiga pola dasar yang menampilkan hidup kita sebagai orang yang benar-benar percaya pada Tuhan, antara lain:
1. Berjaga:
“SIAP” adalah kata yang kerap saya dengarkan ketika memasuki pos jaga dan kompleks militer. Kata ini kerap dikatakan oleh para prajurit yang bertugas di pos jaga. Mereka diajak untuk selalu siap siaga. Inilah salah satu sikap dasar orang percaya yakni: “SIAP-Slalu Ingat Akan Panggilan”. Memang, Allah tidak slalu menjanjikan perjalanan yang nyaman, tetapi pendaratan yang aman. Disinilah, kita diajak selalu ingat akan panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan: “Kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar”. Yang pasti, jangan mencintai Allah demi mendapatkan "hadiah" tapi biarkanlah Allah yang menjadi hadiahmu”
2. Berkualitas:
Yesus datang sebagai Mesias yang berarti ”Yang diurapi”, dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus, sehingga kata kata dan tindakannya penuh kuasa bahkan terhadap semua kuasa jahat. Ia menjadi pribadi yang berkualitas karena sungguh diurapi dengan Roh Kudus sehingga setan pun tahu siapa Yesus: “Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Sudahkah kita setia memohon urapan Tuhan sehingga kata kata dan tindakan kita berkualitas karena penuh kuasa bukan penuh dosa, penuh pujian bukan penuh gosipan dan pergunjingan, karena jelaslah bahwa hidup orang percaya itu bukan menjadi “pepesan kosong” atau “pabrik kata kata” tapi sungguh menjadi “yang kudus dari Allah”, yang setia menghadirkan Kerajaan Allah secara nyata lewat kata dan tindakan cinta setiap harinya karena bukankah lebih baik mempunyai hati tanpa kata-kata, daripada kata-kata tanpa hati?
3. Bersatu dalam Tuhan:
Karena persatuanNya dengan Bapa, Yesus punyai kuasa untuk menghardik setan: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Setiap orang percaya yang selalu mengalami persatuan dengan Tuhan dalam doa dan karyanya pasti akan diperlengkapi dengan kuasa ilahi untuk mengalahkan kuasa-kuasa gelap. Bagi orang percaya yang setia bersatu denganNya: mengetahui kehendakNya adalah hikmat terbesar, menemukan kehendakNya adalah penemuan terbesar, dan melakukan kehendakNya adalah prestasi terbesar. Sudahkah kita selalu menyediakan waktu untuk bersatu dengan Tuhan secara pribadi? Bukankah resep untuk mengubah hidup yang "berat" menjadi "berKat" : tambahkan "K" (Kristus) didalamnya? Jelasnya, bagian kita adalah melakukan kehendak Allah, dan bagian Allah adalah mengurus kita. Karenanya kita seharusnya tidak pernah takut pada apapun juga.
“Daun pepaya daun jati – Orang percaya pasti diberkati.”
"Hostilitas - Sikap bermusuhan."
Inilah yang dihadirkan setan ketika merasuki orang dan menghempaskannya ke tengah orang banyak. Sebaliknya, Yesus hadir dengan sikap berbaikan atau "hospitalitas", yang dalam bahasa Belanda berarti kemerdekaan, dan dalam bahasa Jerman berarti persahabatan. Ia menjadi sahabat yang baik dan mengusir segala yang jahat dalam diri kita, sesama dan semesta.
Sebenarnya, kita juga diajak untuk membawa sikap "hospitalitas" yang dihadirkan Yesus dan mengusir sikap "hostilitas" yang dihadirkan setan dalam bacaan hari ini karena benarlah kata Fyodor Dostoyevsky dalam "Brothers of Karamazov", seandainya setan tidak ada-manusia kerap menciptakannya dalam hatinya sendiri.
Adapun metode "S4" yang bisa kita gunakan, antara lain:
1.Solitude:
Kesendirian yang tidak berarti kesepian/lonely karena kita tidak sendiri tapi bersama Allah/ "awG-alone with God". Bukankah Yesus juga ber-"awG", menyendiri dan solid bersama BapaNya selama 40 hari sebelum memulai karya pelayananNya?
2.Silence:
Kita lebih mudah besar mulut daripada lebar telinga bukan? Disinilah, kita diajak berhenti dan tidak banyak bicara, bersabar dan tidak tergesa-gesa karena Allah sebenarnya selalu berjalan dengan manusia dan tidak berlari. Di tengah dunia instan yang kerap mengajar kita ingin serba cepat kita menjadi lupa bahwa ketika kita "berlari", sibuk dan ribut, mungkin kita sedang berlari menjauh dari Allah dan tidak peka mendengarkan kehendakNya.
3.Stillness:
Ketenangan di tengah dunia yang bergerak terus, yang gelisah/restlessness. Kita kerap bergerak dan berlari tapi kita tidak banyak mendapat apa-apa. Stillness adalah berdiam diri secara penuh dengan sikap tenang dan hati yang stabil serta tidak mudah gelisah karena berasal dari kedamaian bersama Allah.
4.Simplicity:
Kesederhanaan lahir dan batin di tengah hidup yang makin rumit dan dihujani aneka arus iklan informasi dan komoditi. De facto, dunia kita menawarkan banyak pilihan, dimana kita kerap menghabiskan waktu untuk menumpuk dan memilih. Lupa fokus pada tujuan utama hidup kita kepada Allah.
"Dari Mikronesia ke Jerman - Jadilah manusia yang benar-benar beriman!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
NB:
MOM - Mary Our Mother - Maria Ibu Kita Semua.
Holy Feast "HUT" Bunda Maria.
Selasa 8 Sept 2015
18.00 - 20.00.
MAP - Misa Adorasi Prosesi Mawar.
@Gereja St Yohanes Bosco Sunter Jakarta.
Datanglah dan kamu akan melihat NYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar