Pekan Biasa XXIII
Kol 1:24-2:3; Mzm 62:6-7.9; Luk 6:6-11
“Sensus
Catholicus – Citarasa Kekatolikan.”
Inilah
yang ditawarkan Yesus pada bacaan hari ini dengan tiga ciri dasarnya, antara lain:
1.
Berdasar pada keselamatan jiwa.
“Salus animarum suprema lex” adalah sebuah prinsip dasar dari Kitab Hukum Kanonik yang berarti “keselamatan jiwa adalah hukum yang terutama”. Hal ini dipertegas oleh Yesus yang berkata dan bertanya kepada kalian: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?”
Bukankah manusia tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung?
“Salus animarum suprema lex” adalah sebuah prinsip dasar dari Kitab Hukum Kanonik yang berarti “keselamatan jiwa adalah hukum yang terutama”. Hal ini dipertegas oleh Yesus yang berkata dan bertanya kepada kalian: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau membinasakannya?”
Bukankah manusia tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung?
2.
Bertumbuh pada semangat keterbukaan.
Kasih dan kebaikan tidak dibatasi oleh hari, karena pada dasarnya kasih dan kebaikan itu bersifat universal (“Katholik: Universal, bersifat umum). Setiap kasih dan kebaikan harus tetap dilakukan kapan saja karena di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan'. Bagi Yesus, tidak ada batasan waktu untuk berbuat baik, menolong, dan menyelamatkan manusia. Meskipun ada aturan tidak boleh melakukan pekerjaan di hari Sabat, Yesus tetap menyembuhkan orang sakit karena Dia tahu bahwa menyembuhkan itu merupakan perbuatan baik. Meski orang Farisi dan ahli Taurat marah atas tindakan-Nya itu, Yesus tidak mengurungkan niat-Nya untuk berbuat baik. Tuhan tidak pernah memisah-misahkan apalagi mengotak-kotakkan umatNya. Bukankah kita sendirilah yang kerap malah mengotak-kotakkannya?
Kasih dan kebaikan tidak dibatasi oleh hari, karena pada dasarnya kasih dan kebaikan itu bersifat universal (“Katholik: Universal, bersifat umum). Setiap kasih dan kebaikan harus tetap dilakukan kapan saja karena di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan'. Bagi Yesus, tidak ada batasan waktu untuk berbuat baik, menolong, dan menyelamatkan manusia. Meskipun ada aturan tidak boleh melakukan pekerjaan di hari Sabat, Yesus tetap menyembuhkan orang sakit karena Dia tahu bahwa menyembuhkan itu merupakan perbuatan baik. Meski orang Farisi dan ahli Taurat marah atas tindakan-Nya itu, Yesus tidak mengurungkan niat-Nya untuk berbuat baik. Tuhan tidak pernah memisah-misahkan apalagi mengotak-kotakkan umatNya. Bukankah kita sendirilah yang kerap malah mengotak-kotakkannya?
3.
Berbuah pada kesejahteraan.
Yesus mengingatkan lagi bahwa salah satu tujuan hukum adalah “bonum commune – kesejahteraan bersama.” Ia berkata kepada orang sakit itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Jelasnya, kita bukanlah "waduk" untuk menimbunan, kita adalah "saluran" untuk membagi maka terangilah jalan-jalan di dunia ini dengan terang Kristus yang kita bawa dalam hati dan diri kita
Yesus mengingatkan lagi bahwa salah satu tujuan hukum adalah “bonum commune – kesejahteraan bersama.” Ia berkata kepada orang sakit itu, “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu mengulurkan tangannya dan sembuhlah ia. Jelasnya, kita bukanlah "waduk" untuk menimbunan, kita adalah "saluran" untuk membagi maka terangilah jalan-jalan di dunia ini dengan terang Kristus yang kita bawa dalam hati dan diri kita
“Bolak
balik cari kayu jati - Jadilah orang Katolik yang sejati.”
"Liberator-
Sang Pembebas!"
Inilah
salah satu gelar yang dikenakan pada Yesus. Ia hadir untuk membebaskan, bukan
hanya orang yang sakit fisik tapi juga orang yang sakit nuraninya karena
belenggu hukum dan aturan yang menindas.
Bacaan
hari ini sebenarnya adalah salah satu konflik antara Yesus vs Farisi, selain
ketika Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung lapar dan yang sakit
punggungnya pada hari Sabat: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat,
berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan orang atau
membinasakannya?"
Pada
bacaan hari ini, Yesus membebaskan orang yang mati tangan kanannya pada hari
Sabat. Namun para ahli Taurat dan kaum Farisi mengawasi Yesus. Mereka
menuduh-Nya melanggar hari Sabat hingga mereka meluap dalam amarah.
Disinilah,
orang Farisi dan para ahli Taurat gagal memahami tindakan Yesus, mereka
memandang apa yang dilakukanNya sebagai pelanggaran hukum. Sedangkan Yesus
sendiri lebih mengutamakan perbuatan kasih dan menyelamatkan manusia daripada
sekedar ketaatan buta terhadap peraturan.
Melalui
tindakanNya, Yesus ingin menunjukkan kepada orang-orang Farisi dan para ahli
Taurat semangat hari Sabat yang sebenarnya, yakni Sabat merupakan anugerah
Tuhan bagi umat manusia (Kel 16:21-30); dengan demikian hari Sabat bukanlah
hambatan untuk berbuat kasih terhadap sesama manusia.
Disinilah
menjadi nyata ketika seseorang tidak lagi peka mendengar keluh kesah orang yang
terbelenggu tapi melulu sibuk pada aturan belaka, maka itu merupakan suatu
ruang untuk jatuh dalam dosa (Luk 13:11-14). Bagaimana dengan kita?
"Sungai
Sambas ada di Kalimatan - Jadilah pembebas dari segala kejahatan!"
Salam
HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!@RmJostKokoh
Pin HIK: 7EDF44CE/54E255C0.
NB:
MOM - Mary Our Mother - Maria Ibu Kita Semua.
Holy Feast "HUT" Bunda Maria.
Selasa 8 Sept 2015
18.00 - 20.00.
MOM - Mary Our Mother - Maria Ibu Kita Semua.
Holy Feast "HUT" Bunda Maria.
Selasa 8 Sept 2015
18.00 - 20.00.
MAP -
Misa Adorasi Prosesi Mawar.
@Gereja St Yohanes Bosco Sunter Jakarta.
Datanglah dan kamu akan melihat NYA
@Gereja St Yohanes Bosco Sunter Jakarta.
Datanglah dan kamu akan melihat NYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar