Hari Minggu Biasa XXXIII B
Dan 12:1-3; Ibr. 10:11-14.18; Mrk 13:24-32
Dan 12:1-3; Ibr. 10:11-14.18; Mrk 13:24-32
Hidup Dalam Perspektif Akhir yang
Membahagiakan
13:24 "Tetapi pada masa itu,
sesudah siksaan itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya
13:25 dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit, dan kuasa-kuasa langit
akan goncang. 13:26 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam
awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 13:27 Dan pada waktu itu
pun Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dan akan mengumpulkan
orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung bumi sampai ke ujung
langit. 13:28 Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara. Apabila
ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas
sudah dekat. 13:29 Demikian juga, jika kamu lihat hal-hal itu terjadi,
ketahuilah bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. 13:30 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya itu
terjadi. 13:31 Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan
berlalu. 13:32 Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu,
malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja."
Renungan :
01. Berbeda dengan Injil Mateus dan Lukas yang mengkaitkan nubuat tentang akhir
zaman dengan kehancuran Bait Allah di Yerusalem, Injil Markus menghubungkan
kehancuran itu dengan saat penyelamatan bangsa terpilih yang ditandai dengan
kedatangan Anak Manusia.
Secara konkret nubuat itu terpenuhi
dengan kebangkitan Kristus dan kehadiran-Nya yang penuh kemuliaan dan kuasa di
dalam Gereja maupun dalam sejarah kehidupan manusia. Fenomena kosmis yang
dahsyat dan menakutkan dalam ay. 24-27 merupakan bahasa kiasan yang dipakai
oleh para nabi Perjanjian Lama (misalnya Yes 13:10; 34:4; Yoel 3:1-5; Yeh
32:7-8; Yer 32:37) untuk menggambarkan campur tangan Allah dalam sejarah
manusia, yakni Allah akan merombak dunia lama yang berdosa menjadi langit dan
bumi yang baru. Allah membangun tata dunia yang baru. Peristiwa Pentakosta pun
(Kis 2:14-40) dengan mengutip Yoel 3:1-5 dimaknai sebagai akhir zaman dan
mulailah zaman yang baru. Akhir zaman itu ditandai dengan kedatangan Anak
Manusia dalam kemuliaan dan juga kemenangan serta kemuliaan para kudus yakni
umat terpilih. Tidak ada indikasi bahwa gambaran kekacauan atau kehancuran
semesta yang menandai akhir zaman itu mesti dimaknai atau ditafsirkan secara
harafiah. Dalam kotbah tentang akhir zaman, Markus tidak menyebut tentang
kekalahan setan, pengadilan terakhir dan kebangkitan semua orang mati.
02. Dalam ay. 26 Markus mengutip Kitab Daniel 7:13-14, “Aku, Daniel, melihat dalam penglihatan waktu malam: Nampak seorang seperti anak manusia datang dari langit bersama awan-gemawan. Ia menghadap Dia Yang Lanjut Usianya, dan diantar ke hadapan-Nya. Kepada yang serupa anak manusia itu diserahkan kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja. Dan segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya, dan kerajaan-Nya takkan binasa”.
Teks ini pun tidak boleh dimengerti
secara harafiah. Teks ini secara simbolis menggambarkan zaman Allah dalam
sejarah manusia yang ditandai dengan kedaulatan Anak Manusia di surga. Dia
tidak turun dari surga ke dunia, tetapi “menghadap” Allah untuk menerima
mahkota dan kekuasaan, ditahtakan sebagai raja di surga. Bila manusia dengan
tekun dan setia menjadi pelaksana kehendak Allah, mengabdi Sang Anak Manusia,
manusia juga akan diilahikan, dipulihkan kembali martabatnya sebagai gambar dan
rupa Allah, mengalami kemuliaan kekal bersama-Nya di surga.
03. Setelah menggambarkan malapetaka yang akan terjadi menjelang hancurnya bait Allah di Yerusalam serta kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya, kotbah mengenai eskatologi diakhiri dengan dua pengajaran yakni pertama penegasan bahwa semua yang telah diramalkan itu akan segera terjadi, dalam waktu yang sangat dekat dan digambarkan dengan perumpamaan tentang pohon ara yang bertunas; dan kedua penegasan bahwa tidak seorang pun mengetahui kapan peristiwa itu akan terjadi dan digambarkan dengan perumpamaan tentang penjaga pintu (ay. 33-37).
Dengan perumpamaan tentang pohon ara
yang bertunas Yesus mengajarkan bahwa seperti tumbuhnya tunas pada pohon ara
itu menandakan datangnya musim panas demikian pula kehancuran Bait Allah
menjadi tanda bahwa kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya akan segera
terjadi. Kalau dalam ay. 5-27 dibicarakan mengenai tanda-tanda yang mendahului
hancurnya Bait Allah, dalam ay. 30 dibahas tentang saat kehancuran itu terjadi,
yakni di zaman generasi Gereja Perdana, “Sesungguhnya angkatan ini tidak akan
berlalu, sebelum semuanya itu terjadi” (ay.30). Namun dalam ayat berikutnya
(ay. 32) unsur “dekat” atau “segera” itu direlativir dengan pernyataan bahwa
kapan persisnya peristiwa itu terjadi tidak ada yang tahu. Yang khas dalam
Injil Markus adalah pernyataan bahwa Putra pun tidak tahu kapan peristiwa itu akan
terjadi. Para ekseget sepakat bahwa Sabda itu merupakan ipsisima verba, Sabda
yang secara historis diucapkan oleh Yesus tanpa campur tangan redaksional
Markus.
04. Kehancuran Bait Allah di Yerusalem yang terjadi sekitar th. 70 bagi orang Yahudi saleh merupakan sebuah malapetaka yang dahsyat dan dalam arti tertentu merupakan akhir dari “dunia” mereka karena Bait Allah merupakan identitas sekaligus pusat dan jantung kehidupan Yudaisme.
Kehancuran Bait Allah berarti runtuhnya
Yudaisme. Namun dengan kehancuran Yerusalem itu justru menyebabkan munculnya
Yerusalem yang baru (lih. Why 3:12; 21:2). Kehancuran Bait Allah di Yerusalem
itu pun bagian dari kehendak Tuhan, “Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan
tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan
buatan tangan manusia” (Mrk 14:58). Bait Allah Yerusalem memang hancur sama
seperti tubuh Kristus yang mati pada hari Jum’at Agung. Namun sebagaimana Yesus
bangkit pada hari ketiga, demikian pula pada akhir dunia, kita akan melihat tempat
kudus baru, Yerusalem baru yang turun dari surga. Di Yerusalem baru itulah
Kristus meraja dengan mulia. Dan berpusat pada Tubuh dan Darah-Nya itu
dikumpulkan-Nya umat yang baru, terbentuklah persaudaraan baru, masyarakat
baru, dunia baru.
05. Sepanjang sejarah begitu banyak orang meramalkan hari dan tanggal terjadinya kiamat. Ramalan terakhir menyatakan bahwa pada tanggal 21 Desember 2012 yang lalu dunia akan kiamat. Ramalan itu berdasarkan perhitungan kalender suku Maya, sekelompok suku kuno yang telah punah dan pernah tinggal di Amerika Tengah (hidup sekitar tahun 250 – 800). Suku ini dianggap mempunyai kecerdasan dan peradaban yang sangat maju pada zamannya.
Meskipun semua ramalan yang dibuat oleh
manusia tidak ada satupun yang terbukti kebenarannya dan Yesus sendiri juga
memilih untuk tidak mengatakan kapan akhir zaman akan terjadi tetapi manusia
masih selalu berusaha menebak dan berspekulasi tentang hal itu. Dan anehnya
selalu saja ada yang percaya terhadap ramalan itu. Mengapa? Sebenarnya hati kita
itu begitu resah, gelisah, galau dan takut menghadapi pelbagai macam keadaan
yang rasa-rasanya tidak bertambah baik tetapi malah semakin memburuk. Hidup
semakin sulit, semakin jauh dari harapan akan masa depan yang cerah. Keadaan
semakin kacau balau. Ketidakpastian akan masa depan membuat gamang menjalani
hidup. Nampaknya kejahatan lebih dominan, sulit dikendalikan dan sepertinya
bahkan dapat mengalahkan kebaikan. Ketidakberdayaan itu menimbulkan
keputusasaan.
Dalam keputusasaan itu rasa perasaan dan
nalar tidak dapat berjalan seimbang. Karena tidak tahu pasti kapan beban
kehidupan ini akan berakhir dan tidak ada penjelasan yang memadai untuk
berbagai macam masalah yang harus dihadapi maka muncullah imaginasi tentang
kehancuran. Imaginasi itu dianggap sesuai dengan tanda-tanda akhir zaman yang
ada dalam Kitab Suci yang juga bercerita mengenai kehancuran kosmis (yang
dipahami secara harafiah!). Akibatnya muncullah berbagai macam spekulasi
tentang adanya tanda-tanda akan datangnya akhir zaman dan kapan terjadinya
kiamat. Untuk mereka yang merasakan kesesakan karena terhimpit beban kehidupan
yang berat dan tidak tahu kapan akan berakhir, harapan bahwa akhir zaman itu
akan segera terjadi cukup kuat. Karena itu setiap kali ada spekulasi akan
datangnya hari kiamat banyak yang mempercayainya.
06. Dalam tradisi Jawa dikenal ramalan tentang akhir zaman yang disebut ramalan Jayabaya. Jayabaya adalah Raja Kediri (1135-1159) yang diyakini sebagai titisan dewa Wishnu. Dikisahkan dalam Serat Jayabaya Musarar, bahwa Jayabaya berguru pada seorang ulama bernama Maolana Ngali Samsujen. Dari ulama tersebut, Jayabaya mendapat gambaran tentang keadaan Pulau Jawa sejak zaman Aji Saka sampai datangnya hari Kiamat. Dari nama guru Jayabaya itu nampaknya serat itu ditulis pada zaman berkembangnya Islam di Pulau Jawa. Tidak diketahui siapa penulisnya tetapi diyakini secara umum bahwa ramalan itu berasal dari ucapan Prabu Jayabaya.
Ramalan itu ditulis dalam bentuk tembang
yang terdiri atas 21 pupuh Asmaradana, 29 pupuh Sinom, dan 8 pupuh Dhandanggulo.
Dalam ramalan itu, zaman ini dibagi dalam 3 periode, masing-masing berlangsung
selama 700 tahun, yaitu Zaman Permulaan (Kali-swara, 0-700), Zaman Pertengahan
(Kali-yoga, 701-1400) dan Zaman Akhir (Kali-sangara 1401-2100). Sebelum kiamat
pada tahun 2100 itu akan muncul seorang Satria Piningit, yang digambarkan
sebagai Tunjung Putih Semune Pudhak Sinumpet (seorang berhati suci, masih
disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan). Tokoh inilah yang akan membawa
tanah Jawa mengalami zaman keemasan, kejayaan dan kesejahteraan. Zaman yang
gemah ripah loh jinawi, tata titi tentrem kerta raharja.
07. Sebenarnya Yesus sendiri menegaskan, bahwa yang penting bukan tahu kapan terjadinya hari kiamat, tetapi bagaimana kita mencakrawalai hidup dengan harapan akan akhir yang membahagiakan, karena itu "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat”. (Luk 21:34).
Mencakrawalai hidup dengan harapan akan
akhir yang membahagiakan secara konkret berarti menjalaninya dengan kesadaran
dan kewaspadaan, dengan berjaga-jaga dan berdoa, eling lan waspada, dengan
selalu melakukan dan memberi yang terbaik, dengan ikhlas dan syukur. Apapun
yang terjadi dalam sejarah kehidupan ini kita tidak perlu takut menghadapinya.
Semua peristiwa kehidupan dapat terjadi karena kehendak Allah. Semua ada dalam
kuasa-Nya karena Dialah Penguasa sejarah. Dialah yang akan menyelesaikan sejarah
kehidupan manusia. Seluruh semesta berasal dari Allah dan bergerak menuju
kepada Allah. Selama kita selalu berjalan dengan-Nya tidak ada hal yang perlu
ditakutkan.
Bersama St. Paulus kita yakin sepenuhnya
bahwa “Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya
sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil 1:6). Marilah kita
pergunakan waktu yang diberikan oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya, selalu
berusaha menjadi pelaksana kehendak Allah, sehingga pada saat Yesus datang
kembali, kita didapati-Nya melaksanakan tugas dengan setia dan Ia akan berkata
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah
setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan
kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu.” (Mat 25:23).
08. Seorang penulis terkenal, Joseph Addison, menuliskan refleksinya tentang kematian. Di hadapan fakta kematian semua peristiwa kehidupan dengan segala suka dan dukanya menjadi relatif :
“Ketika aku melihat makam orang-orang
besar, semua ambisi dan rasa iri akan keberuntungan mereka tiba-tiba hilang
lenyap. Ketika membaca tulisan-tulisan di atas batu nisan para selebritis
cantik dan terkenal, semua gejolak nafsu dan keinginan yang berlebihan, tak
teratur dan tak terkendali menjadi sirna. Ketika menyaksikan orang-orang yang
menangis sedih di atas kuburan orang-orang yang dicintai, hatiku luluh oleh
rasa iba. Tetapi apakah kesedihan itu bukan sebuah kesia-siaan karena tidak
akan mengubah “garising pepesthen”?
Memang kita tidak bisa memilih
kehilangan. Kita bisa kehilangan siapa saja, apa saja dan kapan saja. Namun
rasa kehilangan hanya akan dirasakan oleh orang yang “memiliki” dan “melekat”.
Di saat memandangi makam para raja dan pemimpin politik yang terbaring di dekat
para lawan politik yang menjatuhkan mereka, aku mengagumi kematian. Ternyata
hanya kematianlah yang mampu mengakhiri semua perbedaan, mengakhiri persaingan,
konflik dan permusuhan, membongkar sekat-sekat, pengelompokan dan penggolongan.
Ketika membaca tanggal-tanggal yang tertulis di batu nisan, aku tahu ada yang
meninggal kemarin, ada yang setahun lalu tetapi ada juga yang sudah dipanggil
Tuhan seratus tahun yang lalu. Aku yakin kita hanya mempunyai satu Hari Agung
ketika kita semua menjadi orang sezaman dan tampil bersama-sama di
hadapan-Nya”.
09. Kita baru saja berduka dengan wafatnya Mgr. Yohanes Pujasumarto, Uskup
Keuskupan Agung Semarang. Beliau menjadi contoh seorang yang mencakrawalai
kehidupan dengan harapan akan akhir yang membahagiakan. Dalam tugas
penggembalaan sebagai Uskup, beliau menghidupi semangat pengorbanan burung
Pelican yang menjadi simbol yang terpateri dalam tongkat kegembalaan Keuskupan
Agung Semarang.
Dalam tongkat kegembalaan itu dilukiskan
gambar burung Pelican yang memberikan dirinya menjadi makanan bagi
anak-anaknya. Seluruh hidup beliau terserap habis untuk tugas penggembalaan.
Bahkan ketika diketahui mempunyai penyakit yang sangat berbahaya dan serius,
beliau tetap melaksanakan tugas kegembalaannya dengan penuh semangat. Beliau
ingin menjalani proses pengobatan sebagaimana dijalani oleh orang biasa yakni
di dalam negeri.
Bersama St. Paulus beliau bisa berseru,
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis
akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota
kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan," (2 Tim 4:7-8).
Sekarang Sang Pelican itu sudah terbang tinggi menghadap Sang Pencipta
Kehidupan. Kepada kita diwariskan ketekunan dalam pelayanan, semangat dalam
pengorbanan dan pemberian diri yang utuh dan penuh, persaudaraan yang hangat.
Sugeng tindak Bapak Uskup. Nyuwun
sembahyangan lan pangestunipun supados saged nglajengaken anggen kula ngabdi
Gusti lan sesami ing Pasamuwan Dalem.
Berkah Dalem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar