Kita selalu ada dalam dialog dengan yang lain - dengan ruang yang berbeda kadar dan pengalaman, serta dengan orang yang berbeda radar dan iman, maka marilah kita senantiasa mengawali hari dengan doa sederhana..
Marilah berdoa:
Ya Roh Allah,
Aku mohon kepadamu;
Sudilah Engkau membantuku mengarahkan segala ulah tindakanku dengan ilham-ilhamMu,
serta melaksanakannya dengan bantuan rahmatMu,
agar setiap doa dan karyaku selalu dimulai dari Dikau, berlangsung lewat Dikau,
serta berakhir selamat kepada Dikau,
Amin.
Semangat pagi, selamat berbagi
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux!
NB:
1. Six Good Advices :
When awake in the morning, Thank GOD for it and make time to pray...
Enjoy what you are and what you have right now....
Live with the 3 E’s : Energy,Enthusiasm, and Emphaty....
Live in the here and now, not in the yesterdays and tomorrow’s.....
Don’t compare your life to others....
No one is in charge of your happiness except you....
2. Refleksi Awal Tahun:
"Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku,
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan.
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya.
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya.
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya.
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya.
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ???
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ???
Ketika diminta kembali,
Kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian,
Kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku.
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua derita adalah hukum bagiku.
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
Kuminta Dia membalas perlakuan baikku, dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja.
*) Puisi ini ditulis oleh "Burung Merak" W.S. Rendra, menjelang kematiannya.
3.Sebuah inspirasi tentang "AIR"
Suatu hari Sang Khalik memanggil Air dan bersabda, ‘Hai Air, ciptaanku, maukah kau berbuat sesuatu yang sulit tapi amat bermanfaat, bagiKu?’. ‘Silahkan, Tuhan’, sahut Air.
‘Begini’, kata Tuhan, ‘Lihat di seberang gurun disana ada tanah yang amat memerlukan air. Pergilah kesana dan buatlah tanah itu subur.’ ‘Maaf, Tuhan, untuk pergi kesana aku harus lewat gunung, karang, jurang dan gurun. Apa aku bisa?’ Tuhan tak menyahut. Air segera bergegas mengumpulkan teman-temannya air, lalu menuju tanah itu. Pada waktu mereka berhadapan dengan gunung, mereka bilang ini mustahil. Tetapi akhirnya mereka mengalah dan mencari jalan lain yang panjang berliku, karena mereka tahu tak ada jalan pintas. Kemudian mereka berhadapan dengan Karang. Mereka menangis mengakui ketakmampuan mereka. Tetapi dengan kesabaran luar biasa, tetes demi tetes, mereka melalui rintangan karang. Lalu cobaan ternyata tak berhenti. Mereka berhadapan dengan jurang. Mereka ketakutan setengah mati, karena harus terjun ke jurang yang dalam. Dan akhirnya mereka nekad terjun.
Kini mereka berhadapan dengan gurun yang kerontang dan panas. Mereka mengalir ke gurun dan setiap kali mengering air habis ditelan gurun. Sekali lagi mereka menangis, mengeluh kesakitan dan benar-benar hampir putus-asa. Waktu itu, Matahari menawarkan bantuan. ‘Aku’, kata Matahari, ‘bisa membantu, tetapi akan amat menyakitkan. Aku bisa mengubah kalian menjadi uap, lalu naik ke atas, lalu dihembus Angin ke seberang. Disana kalian akan diubah menjadi air lagi.’Air setuju kendati mereka tahu mereka akan kehilangan jati diri. Uap dihembus angin ke atas tanah dan kemudian berubah menjadi air. Tanah itu kemudian menjadi amat subur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar