St. Angela Merici
Ibr. 10:32-39; Mzm. 37:3-4,5-6,23-24,39-40; Mrk. 4:26-34.
“Adveniat regnum Tuum – Datanglah kerajaanMu!”
Sering kita mendengar pewartaan biblis tentang biji sesawi yang mengilustrasikan bahwa yang kecil itu bisa menjadi besar dan yang biasa itu bisa menjadi luar biasa karena adanya penyelenggaraan ilahi.
Nah, berdasarkan iman akan penyelenggaraan ilahi, ternyata ‘sesawi’, yang “SEderhana, SAbar dan manusiaWI" ini mengajak kita memiliki tiga poros iman, antara lain:
1. Berakar dalam CINTA:
Tuhan setia mengasihi kita mulai dari hal-hal yang terkecil. Ia menjadi ‘PAM’, pupuk yang menyuburkan – air yang menyegarkan – matahari yang menghangatkan. Inilah “akar”, kekuatan dasar bahwa Allah telah lebih dahulu mencintai kita.
2. Bertumbuh dalam SUKACITA:
Sesawi (sinapis nigra) adalah sejenis sayuran berwarna hitam dan paling banyak tumbuh di wilayah selatan dan timur negara Mediterania-Mesopotamia, dan kerap dipergunakan sebagai penyedap masakan. Ukurannya memang sangat kecil, dengan diameter sekitar 0.5 cm. Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar.
Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah. Meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6). Inilah yang seharusnya membuat hidup kita penuh sukacita.
3. Berbuah dalam KARYA NYATA:
Seperti sesawi yang memiliki cabang yang lebat hingga burung-burung di udara dapat bersarang nyaman padanya, kita juga diajak menjadi rumah yg meneduhkan karena "Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus". (Rm 14:17), maka perjuangan merajakan Allah harus ditandai dengan pelbagai kebaikan yang nyata: real dan kontekstual.
“Cari mangga di Taman Sari – Ciptakanlah surga setiap hari.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1. “Rex Mundi – Raja Semesta.”
Adapun kerajaanNya yang datang itu digambarkan dengan perumpamaan biji sesawi yang "SEderhana, SAbar dan manusiaWI."
Ya, KerajaanNya itu dimulai hanya dengan Yesus dan sekelompok kecil murid yang sederhana dan penuh penyerahan diri (Yoh 20:22; Kis 2:4).
Akan tetapi, perwujudan yang kelihatan dari kerajaan itu bertumbuh sampai menjadi besar dan meneduhkan banyak orang.
Sesawi yang dimaksudkan di sini sendiri ialah sejenis tanaman yang dapat tumbuh setinggi kira-kira tiga meter dan merupakan tanaman terbesar yang tumbuh di Israel.
Pertumbuhannya yang luar biasa dari biji yang terkecil menjadi sebuah semak yang seukuran dengan sebuah pohon kecil secara nubuat melukiskan pertumbuhan Kerajaan Allah dari awal yang tak berarti berupa murid-murid Yesus yang sederhana menjadi suatu Gereja yang besar dan mekar di tengah dunia.
Disinilah kita belajar untuk menghadirkan kerajaanNya dengan 3 poros, al:
A.Berawal dari hidup sehari-hari:
Tuhan itu hadir lewat banyak pengalaman harian yang biasa-biasa dan tak melulu luar biasa.
Ia hadir dan menyapa lewat banyak perjumpaaan kita dengan sesama+semesta.
B.Bertumbuh setiap hari:
Semua kebaikan membutuhkan proses untuk berkembang dan kita diajak untuk bersabar dalm proses kehidupan karna bukankah semua hal itu pada awalnya datang dari hal-hal yang kecil?
C.Berbuah dan terus memberi:
Seperti pohon sesawi yang memberi keteduhan, kita juga diajak berbuah nyata dalam iman kristiani.
Hidup kita memberi dan membuahkan keteduhan bagi smakin banyak orang lain.
"Cari mangga di Kalisari - Ciptakan surga setiap hari."
2.“Adveniat regnum Tuum – Datanglah kerajaanMu!”
Yesus sendiri mengajarkan perumpamaan KerajaanNya seperti biji sesawi dan ragi, yang ternyata mengandung tiga syarat dasar supaya kerajaanNya sungguh datang di tengah carut marut hidup harian kita, antara lain:
A.Simplicitas-Sederhana:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Biji sesawi (“SEderhana, SAbar dan manusiaWI”)
Biji sesawi dapat berasal dari 3 jenis tanaman yang berbeda: biji sesawi hitam (nigra), biji sesawi Indian berwarna coklat (juncea) dan biji sesawi putih/kuning (hirta/sinapis alba). Diameter biji sesawi kurang lebih 1 milimeter. Biji sesawi juga biasa dipakai sebagai bahan penyedap makanan.
Namun biji ini dapat tumbuh menjadi pohon besar. Nah, sebagaimana biji sesawi yang merupakan biji terkecil dapat tumbuh dan menjadi pohon yang terbesar demikian juga Kerajaan Allah: meskipun pada mulanya kecil namun akhirnya akan tumbuh menjadi besar (Dan 4:12 dan Yeh. 17:23 dan 31:6).
B.Integritas-Keseluruhan:
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." Bukankah kedamaian Kerajaan Surga berlangsung secara perlahan namun nyata dan menyeluruh?
Seperti “ragi” (“RAjin berbaGI), proses transformasinya tidak selalu kelihatan mencolok, tetapi akibatnya terhadap seluruh dunia jelas dan tegas terlihat.
C.Fraternitas:
Kerajaan Allah dimengerti sebagai realitas yang membuat terwujudnya “syalom” (damai): seperti burung yang terlindung dengan nyaman dalam cabang-cabang pohon sesawi yang bertumbuh besar dan seperti ragi yang meresap dalam tepung terigu sehingga menjadi roti yang enak dinikmati.
Inilah suasana “syalom” yang didasari semangat persaudaraan, ketika yang tawar dan hambar menjadi benar benar hangat dan bermanfaat.
“Abdullah berenang di sungai Gangga – Ciptakanlah kerajaan Surga.”
3.In Paradisum – Dalam surga.
Bicara soal surga, itu adalah sebuah tempat di alam akhirat yang dipercaya sebagai lokasi berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidupnya berbuat kebajikan.
Adapun akar katanya dalam beberapa bahasa, antara lain: Sanskrit: Svarga; Jw: Swarga; Arab: Jannah, Hokkian: Thian/天. Surga juga punyai nama lain, yakni Kahyangan. Istilah Kahyangan berasal dari bahasa Jawa Kuno dan Sunda yang jika dipilah menjadi ka-hyang-an, "tempat tinggal para Hyang/leluhur".
Dalam kacamata Islam, surga tertinggi tingkatannya adalah Firdaus (فردوس) - Pardis (پردیس), dimana para nabi dan rasul, martir dan orang saleh tinggal. Dalam kacamata iman kita, surga jelas adalah kehidupan kekal, di mana Allah berada dan meraja.
Lewat hal inilah, Yesus tampak hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi.
Artinya:
Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dengan kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
KerajaanNya bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus: Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Lebih lanjut, Yesus menjelaskan perihal Kerajaan Surga (Sanskrit: Svarga, Jw: Swarga, Hokkian: Thian, 天) sebanyak tujuh kali perumpamaan dalam sebuah bab di Injil Matius (Bdk. Mat 13).
BagiNya, surga itu datang dengan sederhana dan lewat hal-hal sederhana, seperti seorang penabur benih, gandum di tengah ilalang, biji sesawi, ragi, harta terpendam, mutiara dan hari ini ditegaskan surga seperti jala/pukat berisi ikan yang baik.
Hari inilah, kita diutus untuk berjuang menciptakan surga secara nyata, dengan: menjadi “benih” yang berakar bertumbuh dan berbuah, menjadi “gandum” yang hidup di tengah lalang, menjadi “sesawi” yang menyejukkan karena SEderhana-SAbar dan manusiaWI, menjadi “ragi” yang mengembangkan kebaikan karena RAjin berbaGI, memiliki “harta terpendam” yang penuh HARapan dan sukaciTA, memiliki “mutiara yang berharga” karena setia “MUliakan Tuhan-TIngkatkan iman+ARAhkan ke tujuan, serta berjuang
menjadi “ikan yang baik” di dalam pukat/jalanya Tuhan.
Bukankah tak ada hal yang lebih membahagiakan selain, bertemu dengan Allah, lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajahNya kepada orang lain?
Mat 17:20:
“Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.”
Ite missa est . Pergilah kamu diutus!
4."In Te Domine speravi - PadaMu Tuhan aku berharap."
Ya, bersama dengan HatiNya yang lemah lembut dan murah hati, Tuhanlah yang seharusnya menjadi pengharapan kita, sebagai yang empunya Kerajaan Surga. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXX-Family Way" (Kanisius), ada banyak nama tentang surga al: Firdaus/2Kor 12:2 - Kerajaan Allah/Ef 5:5 - Rumah Bapa/Yo 14:2- Tanah Air surgawi/Ibr 1116, dengan beberapa ciri: kekal dan abadi, diciptakan Allah, tidak terukur, tinggi, kudus dan tahta Allah.
Adapun hari ini kita diajak juga untuk menciptakan surga, "SUaRa untuk Gemakan Allah" dengan belajar dari biji sesawi, antara lain:
A.SEderhana:
Seperti sesawi yang tampaknya biasa, surga juga datang lewat hal-hal biasa dan orang-orang yang sederhana. Itu berarti bahwa Kerajaan Allah mulai dari hal-hal yang kecil yang tumbuh dalam hari setiap orang yang menerima sabda Allah.
Kerajaan Allah bekerja secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru yang ditawarkan Yesus Kristus kepada kita. Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Bukankah biji sesawi mulanya adalah sangat sederhana, kecil dan tidak menarik? Bukankah Tuhan juga suka berkarya mencipta surga di bumi juga lewat banyak hal sederhana dan biasa? Ssst...Sudah sederhanakah kita dalam kata, tindakan dan gaya hidup sehari-hari?
B.SAbar:
Sesawi itu asalnya hanyalah kecil saja tapi perlahan ia akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar, dan itu pasti memerlukan kesabaran yang luar biasa, menghadapi aneka tantangan "angin dan hujan kehidupan."
Yang pasti, bukankah sabar itu mengajak kita untuk bisa mencecap surga karena jelas Allah kita juga adalah Allah yang Maha Sabar, yang tidak mudah menghakimi tapi selalu belajar memahami.
Indahnya, kerajaan Allah bekerja perlahan secara tersembunyi dan menyebabkan perubahan yang baik dari dalam, bukan sebaliknya. Ia mengubah kita yang menerima kehidupan baru: Yang berdosa pun diubah dan diperbaharui terus-menerus seturut karya Roh Kudus.
Biji sesawi itu walau sangat kecil dan bahkan tidak banyk diperhitungkan, tapi ia terus "on becoming": bersabar dan tumbuh perlahan. Ia mengajak kita juga untuk sabar menciptakan surga dalam keseharian hidup kita. Sikap sabar ini harus terus-menerus "dipelihara, dipupuk dan disirami" juga dengan doa dan matiraga, devosi dan penghayatan ekaristi juga. Sst..Tetap sabarkah kita ketika ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan?
C.manusiaWI:
Yesus selalu hadir sebagai Tuhan yang benar-benar insani. Ia ajarkan hal ilahi dengan cara yang manusiawi. Artinya: Tuhan dan kerajaanNya itu dekat dg kita, tidak usah menunggu kiamat tapi bisa tercipta setiap hari secara manusiawi dengan cara-cara yang manusiawi juga, seperti: mudah bersyukur dan berterimakasih, suka berbagi dan memuji, sabar dan bersikap jujur dll.
Biji sesawi itu terus tumbuh secara alami. Ia bukan produk karbitan/abal-abal. Ia otentik: terus bertumbuh secara alami lewat alam. Ia hadir sangat manusiawi: Ia tidak hanya berguna untuk kepentingan diri tapi juga untuk orang lain: buahnya bisa dipetik dan dimakan orang, dahan-dahannya juga bisa menjadi tempat bernaung bagi banyak burung. Ssst...sudah manusiawikah hidup iman kita setiap harinya? Adakah gunanya iman kita bagi hidup dan karya orang lain secara nyata?
"Cari celana kembar di Gunung Kawi – Mari kita hidup sederhana, sabar dan lebih manusiawi".
5.Friday, 27 January
"What the kingdom of God is like"
Scripture: Mark 4:26-34
And he said, "The kingdom of God is as if a man should scatter seed upon the ground, and should sleep and rise night and day, and the seed should sprout and grow, he knows not how. The earth produces of itself, first the blade, then the ear, then the full grain in the ear. But when the grain is ripe, at once he puts in the sickle, because the harvest has come." And he said, "With what can we compare the kingdom of God, or what parable shall we use for it? It is like a grain of mustard seed, which, when sown upon the ground, is the smallest of all the seeds on earth; yet when it is sown it grows up and becomes the greatest of all shrubs, and puts forth large branches, so that the birds of the air can make nests in its shade." With many such parables he spoke the word to them, as they were able to hear it; he did not speak to them without a parable, but privately to his own disciples he explained everything.
Meditation
What can mustard seeds teach us about the kingdom of God? The tiny mustard seed literally grew to be a tree which attracted numerous birds because they loved the little black mustard seed it produced. God's kingdom works in a similar fashion. It starts from the smallest beginnings in the hearts of men and women who are receptive to God's word. And it works unseen and causes a transformation from within. Just as a seed has no power to change itself until it is planted in the ground, so we cannot change our lives to be like God until God gives us the power of his Holy Spirit.
The Lord of the Universe is ever ready to transform us by the power of his Spirit. Are you ready to let God change you by his life-giving Word and Spirit? The kingdom of God produces a transformation in those who receive the new life which Jesus Christ offers. When we yield to the Lord Jesus and allow his word to take root in us, our lives are transformed by the power of the Holy Spirit who dwells within us.
Paul the Apostle says, "we have this treasure in earthen vessels, to show that the transcendent power belongs to God and not to us" (2 Corinthians 4:7). Do you believe in the transforming power of the Holy Spirit?
Peter Chrysologous (400-450 AD), an early church father, explained how the "tree of the cross" spread its branches throughout the world and grew into a worldwide community of faith offering its fruit to the whole world:
It is up to us to sow this mustard seed in our minds and let it grow within us into a great tree of understanding reaching up to heaven and elevating all our faculties; then it will spread out branches of knowledge, the pungent savor of its fruit will make our mouths burn, its fiery kernel will kindle a blaze within us inflaming our hearts, and the taste of it will dispel our unenlightened repugnance.
Yes, it is true: a mustard seed is indeed an image of the kingdom of God. Christ is the kingdom of heaven. Sown like a mustard seed in the garden of the virgin’s womb, he grew up into the tree of the cross whose branches stretch across the world. Crushed in the mortar of the passion, its fruit has produced seasoning enough for the flavoring and preservation of every living creature with which it comes in contact.
As long as a mustard seed remains intact, its properties lie dormant; but when it is crushed they are exceedingly evident. So it was with Christ; he chose to have his body crushed, because he would not have his power concealed….
Christ became all things in order to restore all of us in himself. The man Christ received the mustard seed which represents the kingdom of God; as man he received it, though as God he had always possessed it. He sowed it in his garden, that is in his bride, the Church. The Church is a garden extending over the whole world, tilled by the plough of the gospel, fenced in by stakes of doctrine and discipline, cleared of every harmful weed by the labor of the apostles, fragrant and lovely with perennial flowers: virgins’ lilies and martyrs’ roses set amid the pleasant verdure of all who bear witness to Christ and the tender plants of all who have faith in him. Such then is the mustard seed which Christ sowed in his garden. When he promised a kingdom to the patriarchs, the seed took root in them; with the prophets it sprang up; with the apostles it grew tall; in the Church it became a great tree putting forth innumerable branches laden with gifts.
And now you too must take the wings of the psalmist’s dove, gleaming gold in the rays of divine sunlight, and fly to rest for ever among those sturdy, fruitful branches. No snares are set to trap you there; fly off, then, with confidence and dwell securely in its shelter. (Sermon 98)
Do you allow the seed of God's word to take deep root in your life and transform you into a fruit-bearing disciple of Jesus Christ?
"Lord Jesus, fill me with your Holy Spirit and transform me into the Christ-like holiness you desire. Increase my zeal for your kingdom and instill in me a holy desire to live for your greater glory."
Psalm 51:1-5,8-9
Have mercy on me, O God, according to your
steadfast love; according to your abundant
mercy blot out my transgressions.
Wash me thoroughly from my iniquity, and
cleanse me from my sin!
For I know my transgressions, and my sin is ever
before me.
Against you, you only, have I sinned, and done
that which is evil in your sight, so that you are
justified in your sentence and blameless in
your judgment.
Behold, I was brought forth in iniquity, and in sin
did my mother conceive me.
Fill me with joy and gladness; let the bones
which you have broken rejoice.
Hide your face from my sins, and blot out all my
iniquities.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"The sum of all is God, the Lord of all, who from love of his creatures has delivered his Son to death on the cross. For God so loved the world that he gave his only begotten Son for it. Not that he was unable to save us in another way, but in this way it was possible to show us his abundant love abundantly, namely, by bringing us near to him by the death of his Son. If he had anything more dear to him, he would have given it to us, in order that by it our race might be his. And out of his great love he did not even choose to urge our freedom by compulsion, though he was able to do so. But his aim was that we should come near to him by the love of our mind. And our Lord obeyed his Father out of love for us." (Isaac of Nineveh, 613-700 A.D., excerpt from Ascetical Homily 74.28)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar