8.
Ora Pro Nobis:
DOA SANTA MARIA FATIMA
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami.
Selamatkanlah kami dari api neraka,
dan hantarkanlah jiwa-jiwa ke surga,
terutama mereka yang membutuhkan kerahimanMu.
Bunda Maria, lindungilah kami.
Kami mencintai Engkau.
Selamatkanlah kami, selamatkanlah dunia.
Salam Ratu Suci. (5X)
Saya percaya akan Allah. (5X)
Rosario adalah rahasia hatiku yang tak bernoda,
Maria Perawan terberkati. (3X
SALAM PUTERI ALLAH BAPA, Salam Maria...
SALAM BUNDA ALLAH PUTERA, Salam Maria...
SALAM MEMPELAI ALLAH ROH KUDUS, Salam Maria...
Oh, Yesus pandanglah air mata darah dari Dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Ora Pro Nobis:
DOA SANTA MARIA FATIMA
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami.
Selamatkanlah kami dari api neraka,
dan hantarkanlah jiwa-jiwa ke surga,
terutama mereka yang membutuhkan kerahimanMu.
Bunda Maria, lindungilah kami.
Kami mencintai Engkau.
Selamatkanlah kami, selamatkanlah dunia.
Salam Ratu Suci. (5X)
Saya percaya akan Allah. (5X)
Rosario adalah rahasia hatiku yang tak bernoda,
Maria Perawan terberkati. (3X
SALAM PUTERI ALLAH BAPA, Salam Maria...
SALAM BUNDA ALLAH PUTERA, Salam Maria...
SALAM MEMPELAI ALLAH ROH KUDUS, Salam Maria...
Oh, Yesus pandanglah air mata darah dari Dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
1. Ibu yang berduka cita kami merasa kasihan kepadaMu karena sengsara hatiMu waktu Simeon yang tua itu bernubuat. Ibu yang manis, karena hatiMu yang sedih, perolehlah untuk kami keutamaan rendah hati serta karunia ketakutan kepada Allah.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
2. Ibu yang berduka cita kami merasa kasihan kepadaMu karena kesedihan hatiMu waktu mengungsi ke Mesir. Ibu yang manis, karena hatiMu yang sedih perolehlah untuk kami keutamaan hati serta karunia kesalehan.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
3. Ibu yang berduka cita, kami merasa kasihan kepadaMu karena kekhawatiran hatiMu waktu kehilangan PuteraMu. Ibu yang manis, karena hatiMu yang sedih perolehlah untuk kami keutamaan kemurnian serta karunia pengetahuan.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
4. Ibu yang berduka cita kami merasa kasihan kepadaMu karena penderitaan hatiMu waktu berjumpa PuteraMu yang dibebani salib. Ibu yang manis karena hatiMu yang terluka perolehlah bagi kami keutamaan kesabaran hati serta karunia kekuatan.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
5. Ibu yang berduka cita, kami merasa kasihan kepadaMu karena sengsara hatiMu waktu berdiri di bawah salib PuteraMu dalam sekarat maut. Ibu yang manis karena hatiMu yang tersiksa perolehlah untuk kami keutamaan keugaharian serta karunia nasehat.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
6. Ibu yang berduka cita kami merasa kasihan kepadaMu karena luka-luka hatiMu waktu hati PuteraMu ditusuk oleh tombak. Ibu yang manis, karena hatiMu yang tertusuk perolehlah untuk kami keutamaan cinta kasih sesama serta karunia budi.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga.
7. Ibu yang berduka cita kami merasa kasihan kepadaMu karena penderitaan hatiMu waktu PuteraMu dimakamkan. Ibu yang manis, karena hatiMu yang sedih perolehlah untuk kami keutamaan kerajinan serta karunia kebijaksanaan.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga. (3x)
Oh Maria ibu cinta kasih, Ibu dukacita dan Ibu kerahiman, kami memohon, Engkau gabungkan doa-doaMu dengan doa-doa kami sehingga Yesus PuteraMu yang ilahi yang kepadaNya kami bersujud akan mendengarkan secara ramah permohonan-permohonan kami demi air mata darah keibuanMu dan bersama karunia yang kami mohon, berikanlah kami hadiah berupa kehidupan kekal. Amin.
Oh Ibu yang berduka cita hancurkanlah dengan air mata darahMu kekuasaan setan. Oh Yesus, yang terikat dan terbelenggu, melalui kelembutan hatiMu yang Ilahi, pertahankanlah dunia dari kesalahan-kesalahan yang mengancamnya.
Ya Allah Bapa kami, Engkau mahatahu, telah lebih dahulu memahami segala kekurangan dan kebutuhan kami, sebelum kami sendiri menyadarinya. Maka kami mohon dengan perantaraan Bunda Maria, sudilah Bapa melengkapi segala kekurangan dan kebutuhan kami itu yang selaras dengan kehendakMu. Amin.
O, Tuhan Yesus, bersihkanlah hati kami dari setan dan tinggalah di dalam hati kami. Amin. (3X)
Ujub-ujub pribadi.......
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaanMu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga.
Salam Maria ..... Doa Fatima ….
O,Yesus dengarkanlah permohonan-permohonan kami demi air mata darah yang dicucurkan oleh IbuMu yang tercinta. (7X)
Oh Yesus pandanglah air mata darah dari dia yang paling mencintai Engkau selama di dunia dan yang paling mencintai Engkau secara mendalam di surga. (3x)
Oh Maria ibu cinta kasih, Ibu dukacita dan Ibu kerahiman, kami memohon, Engkau gabungkan doa-doaMu dengan doa-doa kami sehingga Yesus PuteraMu yang ilahi yang kepadaNya kami bersujud akan mendengarkan secara ramah permohonan-permohonan kami demi air mata darah keibuanMu dan bersama karunia yang kami mohon, berikanlah kami hadiah berupa kehidupan kekal. Amin.
Oh Ibu yang berduka cita hancurkanlah dengan air mata darahMu kekuasaan setan. Oh Yesus, yang terikat dan terbelenggu, melalui kelembutan hatiMu yang Ilahi, pertahankanlah dunia dari kesalahan-kesalahan yang mengancamnya.
Ya Allah Bapa kami, Engkau mahatahu, telah lebih dahulu memahami segala kekurangan dan kebutuhan kami, sebelum kami sendiri menyadarinya. Maka kami mohon dengan perantaraan Bunda Maria, sudilah Bapa melengkapi segala kekurangan dan kebutuhan kami itu yang selaras dengan kehendakMu. Amin.
O, Tuhan Yesus, bersihkanlah hati kami dari setan dan tinggalah di dalam hati kami. Amin. (3X)
Ujub-ujub pribadi.......
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaanMu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga.
9.
Santa Maria Fatima:
Kesederhanaan – Pertobatan dan Doa Rosario.
Tak jauh dari pintu samping ruang sakristi gereja paroki Sragen, sebuah patung perempuan anggun dengan paras keibuan dan penuh kasih terpajang. Di hadapannya, berlutut tiga anak kecil yang sedang memandangnya.
Itulah patung Santa Maria yang sedang menampakkan diri pada tiga anak Fatima, Portugal. Patung ini merupakan bagian dari bangunan gereja Paroki Santa Maria Fatima, Sragen, Jawa Tengah.
Setiap tanggal 13, sosok Santa Maria Fatima dihadirkan ke tengah umat dengan mengadakan misa devosi. Setiap bulan Mei dan Oktoner, terlebih menjelang pesta nama Santa Maria Fatima pada 13 Oktober, paroki kerap mengadakan prosesi Visitasi Maria. Dalam rangkaian acara ini, patung Santa Maria Fatima diarak keliling ke setiap lingkungan. Lingkungan terakhir yang mendapat jatah perarakan ini akan membawanya kembali ke gereja. Pengembalian ini sekaligus menandai dibukanya Perayaan Pesta Nama Pelindung Paroki Santa Maria Fatima.
Penampakan Maria di Fatima sendiri setidaknya menyiratkan tiga buah nilai bagi umat manusia.
Pertama: Kesederhanaan. Maria menampakkan diri kepada anak-anak, bukan orang dewasa atau rohaniwan. Ini hendak menunjukkan kepada dunia makna bersikap seperti anak kecil. Yesus pernah bersabda, “Barangsiapa tidak menjadi seperti anak kecil ini, ia tidak dapat masuk Kerajaan Surga.” Penampakan Maria kepada anak kecil dimaknai sebagai ajakan supaya manusia berubah menjadi sederhana, polos, jujur, dan yang terpenting mempunyai sikap pasrah kepada Allah. Sebab, dengan demikian, pintu Kerajaan Allah bakal lebih terbuka bagi manusia.
Kedua: Pertobatan. Dunia yang makin carut marut akibat perang, keangkuhan, keserakahan, dan berbagai praktik meninggalkan Allah membawa keprihatinan bagi Maria, sehingga ia menampakkan diri untuk membawa sinyal pertobatan.
Ketiga: Doa rosario. Doa meditatif ini sudah sejak lama digunakan. Caranya memang sederhana, dengan hanya mengulang-ulang sehingga membuatnya mudah didoakan. Namun, di balik itu tersimpan nilai yang besar.
Peristiwa penampakan Maria Fatima itu sendiri mulai terjadi pada 13 Mei 1917, saat tiga anak kecil sedang menggembalakan sekawanan kecil domba di Cova da Iria, wilayah Paroki Fatima, Keuskupan Leiria, Portugal. Ketiga anak kecil itu adalah Lucia de Jesus yang berusia sepuluh tahun bersama kedua sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berusia sembilan dan tujuh tahun.
Mereka adalah anak gembala yang sudah biasa menggembalakan ternak di tempat itu. Mereka juga punya kebiasaan berdoa rosario sembari menunggu domba mereka menikmati rumput. Di suatu siang, setelah berdoa rosario, tiba-tiba mereka melihat sinar terang menyerupai halilintar.
Mereka bergegas pulang karena mengira hari akan hujan. Namun, ketika mereka di tengah jalan pulang, seberkas sinar itu tampak lagi. Di puncak sebuah pohon oak, mereka melihat seorang perempuan yang bercahaya lebih terang daripada matahari berdiri dan pada kedua tangannya tergantung sebuah rosario putih.
Tiga anak itu bersujud di sekitar pohon itu. Wanita itu mulai berkata bahwa mereka harus banyak berdoa. Selain itu, ia mengundang mereka untuk datang lagi ke tempat tersebut selama lima bulan berturut-turut, pada hari ketiga belas dan pada waktu yang sama. Anak-anak itu datang pada bulan Juni, Juli, September, Oktober karena pada Agustus mereka dibawa pergi oleh pastor setempat dari wilayah itu.
Pada penampakan terakhir, 13 Oktober 1917, wanita itu menampakkan diri kepada anak-anak bersama 70.000 orang yang datang. Ia berkata bahwa ia adalah Bunda Rosario yang tak lain adalah Bunda Maria dan meminta sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan baginya.
Pesan Maria di Fatima di antaranya berisi tentang neraka, devosi terhadap Hati Maria yang Tak Bernoda, Perang Dunia II, dan komunisme Rusia yang akan menghancurkan dunia. Pesan pertama dan kedua telah dipublikasikan terlebih dahulu. Pesan ketiga, yang dituliskan Lucia atas perintah Uskup Leiria, diberikan kepada Paus Yohanes XXIII pada 1959. Namun, Paus Yohanes XXIII memutuskan untuk tidak mengumumkannya kepada publik karena dianggap bisa menimbulkan kegemparan di tengah Gereja.
Hal serupa dilakukan penggantinya, Paus Paulus VI. Akhirnya, pada 26 Juni 2000, Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikannya setelah percobaan pembunuhan terhadap dirinya gagal.
Francisco dan Jacinta meninggal dalam usia muda dan sudah dibeatifikasi. Lucia, yang kemudian menjadi suster, meninggal pada 13 Februari 2005.
Hingga kini, Fatima menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi para peziarah. Awalnya, peziarah hanya datang pada tanggal 13 setiap bulan. Lama-kelamaan, setiap hari Fatima senantiasa penuh akan peziarah yang ingin berdevosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Kapel Penampakan didirikan di atas tempat di mana pohon oak itu dulu berdiri, tempat Bunda Maria menampakkan dirinya.
Apa Kata Gereja Universal
1) Garis besar pesan penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesannya di sini terbagi menjadi tiga bagian. Pesan pertama dan kedua menggambarkan penglihatan tentang neraka, devosi kepada Hati Maria yang tak bernoda, tentang Perang Dunia kedua, dan prediksi tentang kerusakan yang dapat diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia dengan penolakan terhadap iman Kristiani dan penerapan totalitarianisme- komunisme.
Pesan pertama dan kedua ini telah dituliskan terlebih dahulu 31 Agustus 1941, dan dipublikasikan terlebih dahulu sebelum pesan yang ketiga. Sedangkan pesan ketiga yang dituliskan oleh Sr. Lucia tanggal 3 Januari 1944 atas perintah Uskup Leiria. Pesan/ rahasia ketiga ini dibawa ke hadapan Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak menyatakan secara publik, demikian juga Paus Paulus VI.
Namun Paus Yohanes Paulus II,setelah percobaan pembunuhan dirinya pada tanggal 13 Mei 1981 gagal, kemudian memutuskan untuk memberitahukan pesan itu secara publik, yang dikenal sebagai “The third secret of Fatima“. Teks pesan ketiga Fatima baru dipublikasikan tgl 26 Juni 2000, (setelah diumumkan oleh Kardinal Angelo Sedano atas nama Bapa Paus, bahwa pesan ketiga tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat. Pengumuman ini diadakan tanggal 13 Mei 2000, pada hari beatifikasi Francisco dan Jacinta Marto).
Tanggal 7 Juni 1981, Paus Yohanes Paulus, pada perayaan Pentakosta, mendoakan dan meng-konsekrasikan dunia kepada hati Bunda Maria yang tak bernoda, yang disebutkan sebagai “Act of Entrustment“, memohon agar Bunda Maria menjaga dan mendoakan para umat beriman dan dunia.
Maka pesan/ rahasia ketiga yang disampaikan di sini berkaitan dengan perkataan Bunda Maria, yang memperingatkan akan apa yang terjadi jika manusia tidak bertobat dan mengindahkan pesan Bunda Maria, maka Rusia akan menyebarkan faham sesatnya tentang Komunisme. Sr. Lucia mengatakan bahwa akan terjadi penghukuman yang disebabkan oleh manusia sendiri yang terus hidup dalam dosa, kebencian, balas dendam, ketidak- adilan, pelanggaran hak-hak manusia, pemerosotan moral dan kekerasan, dst.
Maka Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikan pesan ketiga ini. Ia sendiri meng-konsekrasikan/ menyerahkan Rusia dan dunia kepada doa-doa Bunda Maria pada tahun 1981. Selanjutnya, kita ketahui pada tahun 1989 tembok Berlin dirubuhkan dan tumbanglah komunisme di Rusia.
2. Isi pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesan pertama:
“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”
Pesan kedua:
Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:
“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang [Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci. Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”
Pesan ketiga:
Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.
Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya [malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ‘sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang mengambil jalan menuju Allah.”
3. Interpretasi pesan ke-3:
a) Berikut ini adalah ringkasan pembicaraan Archbishop Tarcisio Bertone, sekretaris dari Congregation for the Doctrine of Faith yang diutus oleh Paus Yohanes Paulus II untuk bertemu dengan Sr. Lucia (27 April 2000):
Sr. Lucia mengulangi keyakinannya bahwa penglihatan di Fatima tersebut terutama adalah mengenai pergolakan antara komunisme atheis melawan Gereja dan umat Kristiani dan menjabarkan penderitaan para korban demi iman ini di abad ke-20. Figur sentral dari pesan terakhir ini menurut Sr. Lucia adalah Bapa Paus, meskipun pada penglihatan itu tidak disebutkan siapa nama Paus yang dibunuh tersebut. Maka ketika ia melihat Paus Yohanes Paulus II ditembak di tahun 1981, ia segera teringat akan penglihatannya tersebut yang dituliskannya pada tahun 1944. Sr. Lucia percaya, sama seperti yang dipercayai oleh Bapa Paus sendiri, bahwa “it was a mother’s hand that guided the bullet’s path and in his throes the Pope halted at the threshold of death” (Pope John Paul II, Meditation from the Policlinico Gemelli to the Italian Bishops, 13 May 1994).
Di akhir pertemuan itu Sr. Lucia menyatakan ketaatannya kepada Bapa suci, dan berharap agar tulisannya dapat membantu memimpin semua orang yang bermaksud baik ke jalan menuju Tuhan.
b) Dari hasil pertemuan di atas, pengumuman dibuat oleh Kardinal Angelo Sodano, Sekretaris negara (Secretary of State), ringkasannya adalah sebagai berikut:
Nubuatan yang terdapat dalam pesan Fatima ini harus diinterpretasikan secara simbolis (in a symbolic key). Penglihatan Fatima adalah perang yang diadakan oleh sistem atheis melawan Gereja dan umat Kristiani, dan itu menggambarkan penderitaan yang dialami oleh para saksi iman pada abad terakhir di milenium kedua, sebagai Jalan Salib yang dipimpin oleh para Paus di abad ke 20.
Sesuai dengan interpretasi para visioner, seperti yang ditegaskan oleh Sr. Lucia,”Uskup dengan pakaian putih” yang berdoa bagi umat beriman adalah Bapa Suci. Setelah ia mendaki menuju Salib melewati jenazah-jenazah para martir (para uskup, imam, kaum religius, dan kau awam), ia sendiri jatuh ke tanah, wafat karena dihujani peluru.
Sesudah percobaan pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, maka begitu nyata bahwa “tangan seorang ibu yang mengarahkan jalur peluru sehingga Bapa Paus dapat terluput dari kematian.” (Perlindungan ini diyakini oleh Sr. Lucia dan Bapa Paus sendiri sebagai campur tangan dari Bunda Maria). Pada kejadian tahun 1989 baik Rusia maupun negara-negara Eropa Timur mengalami kejatuhan sehubungan dengan runtuhnya Komunisme. Untuk ini Bapa Paus mengucapkan syukur kepada Bunda Maria. Meskipun seolah kejadian tentang pesan/ rahasia ketiga dari Fatima ini merupakan hal yang lampau/sudah terjadi, namun pesan Bunda Maria untuk pertobatan tetaplah sangat penting sekarang.
“Undangan Bunda Maria kepada pertobatan adalah pertama-tama perwujudan perhatian keibuannya kepada keluarga besar umat manusia, yang memerlukan pertobatan dan permohonan maaf.” (Pope John Paul II, Message for the 1997 World Day of the Sick, No. 1, Insegnamenti, XIX, 2 [1996], 561)
4. Komentar Teologis oleh Joseph Cardinal Ratzinger, Prefect of the CDF (Congregation for the Doctrine of the Faith) sekarang Paus Benediktus XVI, berikut ini ringkasannya:
Perlu diketahui bahwa pesan Fatima ini termasuk dalam kategori wahyu pribadi yang statusnya berbeda dengan wahyu publik (yaitu Kitab Suci, yaitu dalam PL dan PB). Wahyu publik sudah selesai dengan berkahirnya kitab Perjanjian Baru. Namun meskipun Wahyu telah selesai, hal itu belum dibuat sepenuhnya secara eksplisit, maka tetaplah tertinggal pada iman Kristiani untuk berangsur-angsur menangkap makna pentingnya secara penuh di sepanjang abad” (KGK 66). Ini sesuai dengan perkataan Yesus, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:12-14)
Katekismus 67 mengajarkan, “….wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka [wahyu-wahyu pribadi] untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu….”. Jadi:
a) Otoritas wahyu pribadi secara prinsip berbeda dengan Wahyu publik. Wahyu Publik menuntut iman [dari seluruh umat], sebab di dalamnya Tuhan sendiri berbicara melalui perkataan manusia dan melalui perantaraan komunitas yang hidup dalam Gereja, sedangkan wahyu pribadi tidak demikian. Iman terhadap Wahyu publik ini berbeda dengan bentuk kepercayaan kepada manusia atau pendapat. Iman kepada Allah ini adalah keyakinan yang di atasnya kita membangun hidup kita dan kepadanya kita memasrahkan diri kita pada saat kita mati.
b) Wahyu pribadi adalah sebuah bantuan terhadap iman ini, dan menunjukkan kredibilitasnya justru dengan memimpin kita kembali kepada Wahyu publik yang definitif tersebut. Oleh karena itu, kriteria untuk kebenaran dan nilai dari sebuah wahyu pribadi adalah orientasi kepada Kristus. Maka ketika wahyu pribadi itu memimpin orang menjauh dari Kristus, menjadi berdiri sendiri atau bahkan menampilkan diri sebagai rencana keselamatan yang ‘lebih baik’/ lebih penting daripada Injil, maka dipastikan wahyu itu bukan berasal dari Roh Kudus. Ini bukan berarti bahwa wahyu pribadi tidak akan menyatakan penekanan-penekanan baru, atau bentuk devosi baru, atau memperdalam dan menyebarkan bentuk devosi yang sudah ada. Tetapi di dalam semua ini, harus ada pembinaan iman, harapan dan kasih.
Pentingnya wahyu pribadi disampaikan oleh Rasul Paulus (1Tes 5:19-21). Sepanjang sejarah Gereja terdapat nubuat- nubuat yang harus diteliti kebenarannya, bukan dicemooh. Nubuat adalah sebuah peringatan dan penghiburan, atau keduanya sekaligus. Untuk menginterpretasikan/ “menilai zaman ini” (Luk 12:56) dalam terang iman berarti mengenali kehadiran Yesus pada setiap zaman.
Struktur anthropologis dari wahyu pribadi: silakan membaca lebih lanjut di link di atas. Intinya adalah “interior vision”/ penglihatan ini bukan merupakan fantasi yang merupakan ekspresi dari imajinasi yang subyektif. Penglihatan ini melibatkan “obyek” yang benar-benar ada yang menyentuh jiwa, meskipun tidak terdapat di dalam dunia sensorik. Maka ini memerlukan sikap berjaga-jaga secara rohani….
Namun penglihatan juga mempunyai keterbatasan, sebab obyek yang dilihat juga bukan yang murni/ sebenarnya, tetapi melalui filter dari alat sensorik yang melihat, maka terpengaruh oleh keterbatasan dari subyek yang melihat. Maksud dari nubuatan Kristiani terlihat apabila penglihatan itu menjadi sebuah perintah dan bimbingan atas kehendak Allah.
Usaha untuk menginterpretasikan pesan/ ‘rahasia’ Fatima
Secara singkat pesan pertama dan kedua adalah anak-anak itu diberi penglihatan tentang neraka. Mereka melihat di sana ‘jiwa-jiwa yang malang’. Lalu mereka diberi pesan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa- yang artinya untuk menunjukkan kepada mereka jalan menuju keselamatan. Untuk ini kita mengingat pengajaran Rasul Petrus: “karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Pet 1:9). Untuk mencapai ini, jalan yang diberikan adalah devosi kepada hati Maria yang tak bercela. Dalam bahasa Alkitabiah, “hati” mengacu pada pusat hidup manusia, di mana akal budi, keinginan, temperamen dan sensitivitas berasal, di mana seseorang menemukan kesatuan dan orientasi sikap hati. Menurut Mat 5:8, “hati yang suci/ tak bernoda” adalah sebuah hati yang, dengan rahmat Tuhan, yang telah mencapai kesempurnaan kesatuan sikap hati dan karena itu dapat “melihat Tuhan.”
Maka untuk mempunyai devosi terhadap hati Maria yang tak bernoda, adalah untuk mempunyai sikap hati yang demikian, yang bersikap taat “Ya”, terjadilah kehendak-Mu- sebagai pusat dari keseluruhan hidup seseorang. Mungkin ada orang yang berkata, kita jangan meletakkan seorang manusiapun antara kita dengan Kristus. Tetapi Rasul Paulus sendiri berkata agar kita meniru dia (lih. 1 Kor 4:16, Fil 3:17; 1 Tes 1:6; 2 Tes 3:7,9).
Pada Rasul Paulus kita melihat bagaimana kita mengikuti Kristus. Tetapi dari siapa kita dapat lebih belajar pada setiap masa, selain dari Ibu Tuhan Yesus sendiri?
Sr. Lucia sendiri mengakui bahwa yang diberikan kepadanya adalah penglihatan, tetapi bukan interpretasinya. Interpretasi ini menurut Sr. Lucia, bukan menjadi miliknya tetapi milik Gereja. “Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa” adalah kata kunci dari pesan pertama dan kedua Fatima. Sedangkan, kata kunci pada pesan yang ketiga adalah, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Ini sesuai dengan Injil dalam Mrk 1:15. Untuk mengetahui tanda jaman adalah untuk menerima pentingnya pertobatan, dan iman. Maka maksud dari penampakan-penampakan Bunda Maria ini adalah untuk memimpin orang-orang untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.
Sekarang tentang penglihatan mengenai malaikat dengan pedang yang menyala, seperti dalam gambaran di kitab Wahyu. Ini adalah untuk menunjukkan ancaman penghakiman. Jaman sekarang manusia sendiri dapat menghancurkan dunia menjadi abu, dengan penemuan-penemuannya, manusia sendiri menempa pedang yang menyala. Penglihatan kemudian memperlihatkan bahwa kekuatan yang merusak itu dikalahkan oleh kemuliaan Bunda Allah, dengan ajakan pertobatan. Maka di sini terdapat pentingnya kehendak bebas manusia: masa depan bukan sesuatu fakta yang tidak bisa diubah. Maka penglihatan itu adalah untuk mengarahkan kekuatan untuk mengadakan perubahan ke arah yang benar.
Selanjutnya adalah karakter sinbolis dari penglihatan itu: Tuhan adalah yang tak terukur, sebagai terang yang tak terukur. Para manusia kelihatan seperti di dalam cermin. Karena kita sekarang melihat dalam cernin suatu gambaran yang samar- samar (1 Kor 13:12).
Sekarang tentang gunung yang terjal dengan Salib dipuncaknya. Gunung dan kota besar yang menjadikan reruntuhan, melambangkan arena sejarah manusia: arena kreativitas dan harmoni sosial maupun juga arena penghancuran, di mana manusia menghancurkan hasil pekerjaannya sendiri. Salib merupakan lambang tujuan dan bimbingan sejarah manusia. Salib mengubah kerusakan menjadi keselamatan; salib merupakan tanda kemalangan sejarah tetapi juga sebuah janji bagi sejarah. Lalu tentang penderitaan Uskup (Bapa suci) dan para uskup, imam dan kaum religius. Jalan Gereja dikatakan sebagai perjalanan Via Crucis, melalui waktu kekerasan, penghancuran, dan penganiayaan. Seluruh sejarah abad ini diwakili oleh gambar ini. Abad ini merupakan abad para martir, penganiayaan Gereja, abad perang dunia dan perang lokal lainnya. Maka diperingatkan oleh Bunda Maria, “Jika tidak [bertobat], Rusia akan menyebarkan kesesatannya ke seluruh dunia….”
Di tengah perjalanan ini dari seluruh abad, gambara
n Paus yang mendaki adalah gambaran generasi para Paus dari Paus X sampai Paus yang sekarang, mereka semua menderita mendaki menuju ke Salib. Di penglihatan itu Paus itu dibunuh bersama para martir. Bukankah itu yang hampir terjadi pada percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II tanggal 13 Mei 1981? Namun tangan Bunda Maria menolongnya; kekuatan iman dan doa-doa dapat mempengaruhi sejarah; dan kekuatan doa lebih kuat daripada peluru.
Ahkirnya, darah Kristus dan darah para martir merupakan satu kesatuan. Darah para martir turun dari kedua lengan Salib itu. Para martir wafat dalam persekutuan dengan Kristus. Demi Tubuh Kristus, para martir menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Darah para martir adalah biji umat Kristiani. Seperti melalui kematian Kristus, Gereja lahir; maka kematian para martir menjadi kan kehidupan Gereja semakin berkembang. Maka tak ada penderitaan yang sia- sia. Dari penderitaan para saksi iman, lahirlah kekuatan yang memurnikan dan memperbaharui, sebab penderitaan mereka adalah aktualisasi dari penderitaan Kristus sendiri dan pernyampaian efeknya yang menyelamatkan di sini dan sekarang.
Maka, arti pesan/ rahasia Fatima sebagai satu kesatuan adalah ajakan/ desakan bagi para umat beriman untuk berdoa, sebagai jalan untuk keselamatan jiwa-jiwa dan juga perintah untuk bertobat (penance and conversion).
Santa Maria Fatima:
Kesederhanaan – Pertobatan dan Doa Rosario.
Tak jauh dari pintu samping ruang sakristi gereja paroki Sragen, sebuah patung perempuan anggun dengan paras keibuan dan penuh kasih terpajang. Di hadapannya, berlutut tiga anak kecil yang sedang memandangnya.
Itulah patung Santa Maria yang sedang menampakkan diri pada tiga anak Fatima, Portugal. Patung ini merupakan bagian dari bangunan gereja Paroki Santa Maria Fatima, Sragen, Jawa Tengah.
Setiap tanggal 13, sosok Santa Maria Fatima dihadirkan ke tengah umat dengan mengadakan misa devosi. Setiap bulan Mei dan Oktoner, terlebih menjelang pesta nama Santa Maria Fatima pada 13 Oktober, paroki kerap mengadakan prosesi Visitasi Maria. Dalam rangkaian acara ini, patung Santa Maria Fatima diarak keliling ke setiap lingkungan. Lingkungan terakhir yang mendapat jatah perarakan ini akan membawanya kembali ke gereja. Pengembalian ini sekaligus menandai dibukanya Perayaan Pesta Nama Pelindung Paroki Santa Maria Fatima.
Penampakan Maria di Fatima sendiri setidaknya menyiratkan tiga buah nilai bagi umat manusia.
Pertama: Kesederhanaan. Maria menampakkan diri kepada anak-anak, bukan orang dewasa atau rohaniwan. Ini hendak menunjukkan kepada dunia makna bersikap seperti anak kecil. Yesus pernah bersabda, “Barangsiapa tidak menjadi seperti anak kecil ini, ia tidak dapat masuk Kerajaan Surga.” Penampakan Maria kepada anak kecil dimaknai sebagai ajakan supaya manusia berubah menjadi sederhana, polos, jujur, dan yang terpenting mempunyai sikap pasrah kepada Allah. Sebab, dengan demikian, pintu Kerajaan Allah bakal lebih terbuka bagi manusia.
Kedua: Pertobatan. Dunia yang makin carut marut akibat perang, keangkuhan, keserakahan, dan berbagai praktik meninggalkan Allah membawa keprihatinan bagi Maria, sehingga ia menampakkan diri untuk membawa sinyal pertobatan.
Ketiga: Doa rosario. Doa meditatif ini sudah sejak lama digunakan. Caranya memang sederhana, dengan hanya mengulang-ulang sehingga membuatnya mudah didoakan. Namun, di balik itu tersimpan nilai yang besar.
Peristiwa penampakan Maria Fatima itu sendiri mulai terjadi pada 13 Mei 1917, saat tiga anak kecil sedang menggembalakan sekawanan kecil domba di Cova da Iria, wilayah Paroki Fatima, Keuskupan Leiria, Portugal. Ketiga anak kecil itu adalah Lucia de Jesus yang berusia sepuluh tahun bersama kedua sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing berusia sembilan dan tujuh tahun.
Mereka adalah anak gembala yang sudah biasa menggembalakan ternak di tempat itu. Mereka juga punya kebiasaan berdoa rosario sembari menunggu domba mereka menikmati rumput. Di suatu siang, setelah berdoa rosario, tiba-tiba mereka melihat sinar terang menyerupai halilintar.
Mereka bergegas pulang karena mengira hari akan hujan. Namun, ketika mereka di tengah jalan pulang, seberkas sinar itu tampak lagi. Di puncak sebuah pohon oak, mereka melihat seorang perempuan yang bercahaya lebih terang daripada matahari berdiri dan pada kedua tangannya tergantung sebuah rosario putih.
Tiga anak itu bersujud di sekitar pohon itu. Wanita itu mulai berkata bahwa mereka harus banyak berdoa. Selain itu, ia mengundang mereka untuk datang lagi ke tempat tersebut selama lima bulan berturut-turut, pada hari ketiga belas dan pada waktu yang sama. Anak-anak itu datang pada bulan Juni, Juli, September, Oktober karena pada Agustus mereka dibawa pergi oleh pastor setempat dari wilayah itu.
Pada penampakan terakhir, 13 Oktober 1917, wanita itu menampakkan diri kepada anak-anak bersama 70.000 orang yang datang. Ia berkata bahwa ia adalah Bunda Rosario yang tak lain adalah Bunda Maria dan meminta sebuah kapel didirikan di tempat itu sebagai penghormatan baginya.
Pesan Maria di Fatima di antaranya berisi tentang neraka, devosi terhadap Hati Maria yang Tak Bernoda, Perang Dunia II, dan komunisme Rusia yang akan menghancurkan dunia. Pesan pertama dan kedua telah dipublikasikan terlebih dahulu. Pesan ketiga, yang dituliskan Lucia atas perintah Uskup Leiria, diberikan kepada Paus Yohanes XXIII pada 1959. Namun, Paus Yohanes XXIII memutuskan untuk tidak mengumumkannya kepada publik karena dianggap bisa menimbulkan kegemparan di tengah Gereja.
Hal serupa dilakukan penggantinya, Paus Paulus VI. Akhirnya, pada 26 Juni 2000, Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikannya setelah percobaan pembunuhan terhadap dirinya gagal.
Francisco dan Jacinta meninggal dalam usia muda dan sudah dibeatifikasi. Lucia, yang kemudian menjadi suster, meninggal pada 13 Februari 2005.
Hingga kini, Fatima menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi para peziarah. Awalnya, peziarah hanya datang pada tanggal 13 setiap bulan. Lama-kelamaan, setiap hari Fatima senantiasa penuh akan peziarah yang ingin berdevosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda. Kapel Penampakan didirikan di atas tempat di mana pohon oak itu dulu berdiri, tempat Bunda Maria menampakkan dirinya.
Apa Kata Gereja Universal
1) Garis besar pesan penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesannya di sini terbagi menjadi tiga bagian. Pesan pertama dan kedua menggambarkan penglihatan tentang neraka, devosi kepada Hati Maria yang tak bernoda, tentang Perang Dunia kedua, dan prediksi tentang kerusakan yang dapat diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia dengan penolakan terhadap iman Kristiani dan penerapan totalitarianisme- komunisme.
Pesan pertama dan kedua ini telah dituliskan terlebih dahulu 31 Agustus 1941, dan dipublikasikan terlebih dahulu sebelum pesan yang ketiga. Sedangkan pesan ketiga yang dituliskan oleh Sr. Lucia tanggal 3 Januari 1944 atas perintah Uskup Leiria. Pesan/ rahasia ketiga ini dibawa ke hadapan Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak menyatakan secara publik, demikian juga Paus Paulus VI.
Namun Paus Yohanes Paulus II,setelah percobaan pembunuhan dirinya pada tanggal 13 Mei 1981 gagal, kemudian memutuskan untuk memberitahukan pesan itu secara publik, yang dikenal sebagai “The third secret of Fatima“. Teks pesan ketiga Fatima baru dipublikasikan tgl 26 Juni 2000, (setelah diumumkan oleh Kardinal Angelo Sedano atas nama Bapa Paus, bahwa pesan ketiga tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat. Pengumuman ini diadakan tanggal 13 Mei 2000, pada hari beatifikasi Francisco dan Jacinta Marto).
Tanggal 7 Juni 1981, Paus Yohanes Paulus, pada perayaan Pentakosta, mendoakan dan meng-konsekrasikan dunia kepada hati Bunda Maria yang tak bernoda, yang disebutkan sebagai “Act of Entrustment“, memohon agar Bunda Maria menjaga dan mendoakan para umat beriman dan dunia.
Maka pesan/ rahasia ketiga yang disampaikan di sini berkaitan dengan perkataan Bunda Maria, yang memperingatkan akan apa yang terjadi jika manusia tidak bertobat dan mengindahkan pesan Bunda Maria, maka Rusia akan menyebarkan faham sesatnya tentang Komunisme. Sr. Lucia mengatakan bahwa akan terjadi penghukuman yang disebabkan oleh manusia sendiri yang terus hidup dalam dosa, kebencian, balas dendam, ketidak- adilan, pelanggaran hak-hak manusia, pemerosotan moral dan kekerasan, dst.
Maka Paus Yohanes Paulus II memutuskan untuk mempublikasikan pesan ketiga ini. Ia sendiri meng-konsekrasikan/ menyerahkan Rusia dan dunia kepada doa-doa Bunda Maria pada tahun 1981. Selanjutnya, kita ketahui pada tahun 1989 tembok Berlin dirubuhkan dan tumbanglah komunisme di Rusia.
2. Isi pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesan pertama:
“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”
Pesan kedua:
Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:
“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang [Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci. Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”
Pesan ketiga:
Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.
Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya [malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ‘sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang mengambil jalan menuju Allah.”
3. Interpretasi pesan ke-3:
a) Berikut ini adalah ringkasan pembicaraan Archbishop Tarcisio Bertone, sekretaris dari Congregation for the Doctrine of Faith yang diutus oleh Paus Yohanes Paulus II untuk bertemu dengan Sr. Lucia (27 April 2000):
Sr. Lucia mengulangi keyakinannya bahwa penglihatan di Fatima tersebut terutama adalah mengenai pergolakan antara komunisme atheis melawan Gereja dan umat Kristiani dan menjabarkan penderitaan para korban demi iman ini di abad ke-20. Figur sentral dari pesan terakhir ini menurut Sr. Lucia adalah Bapa Paus, meskipun pada penglihatan itu tidak disebutkan siapa nama Paus yang dibunuh tersebut. Maka ketika ia melihat Paus Yohanes Paulus II ditembak di tahun 1981, ia segera teringat akan penglihatannya tersebut yang dituliskannya pada tahun 1944. Sr. Lucia percaya, sama seperti yang dipercayai oleh Bapa Paus sendiri, bahwa “it was a mother’s hand that guided the bullet’s path and in his throes the Pope halted at the threshold of death” (Pope John Paul II, Meditation from the Policlinico Gemelli to the Italian Bishops, 13 May 1994).
Di akhir pertemuan itu Sr. Lucia menyatakan ketaatannya kepada Bapa suci, dan berharap agar tulisannya dapat membantu memimpin semua orang yang bermaksud baik ke jalan menuju Tuhan.
b) Dari hasil pertemuan di atas, pengumuman dibuat oleh Kardinal Angelo Sodano, Sekretaris negara (Secretary of State), ringkasannya adalah sebagai berikut:
Nubuatan yang terdapat dalam pesan Fatima ini harus diinterpretasikan secara simbolis (in a symbolic key). Penglihatan Fatima adalah perang yang diadakan oleh sistem atheis melawan Gereja dan umat Kristiani, dan itu menggambarkan penderitaan yang dialami oleh para saksi iman pada abad terakhir di milenium kedua, sebagai Jalan Salib yang dipimpin oleh para Paus di abad ke 20.
Sesuai dengan interpretasi para visioner, seperti yang ditegaskan oleh Sr. Lucia,”Uskup dengan pakaian putih” yang berdoa bagi umat beriman adalah Bapa Suci. Setelah ia mendaki menuju Salib melewati jenazah-jenazah para martir (para uskup, imam, kaum religius, dan kau awam), ia sendiri jatuh ke tanah, wafat karena dihujani peluru.
Sesudah percobaan pembunuhan tanggal 13 Mei 1981, maka begitu nyata bahwa “tangan seorang ibu yang mengarahkan jalur peluru sehingga Bapa Paus dapat terluput dari kematian.” (Perlindungan ini diyakini oleh Sr. Lucia dan Bapa Paus sendiri sebagai campur tangan dari Bunda Maria). Pada kejadian tahun 1989 baik Rusia maupun negara-negara Eropa Timur mengalami kejatuhan sehubungan dengan runtuhnya Komunisme. Untuk ini Bapa Paus mengucapkan syukur kepada Bunda Maria. Meskipun seolah kejadian tentang pesan/ rahasia ketiga dari Fatima ini merupakan hal yang lampau/sudah terjadi, namun pesan Bunda Maria untuk pertobatan tetaplah sangat penting sekarang.
“Undangan Bunda Maria kepada pertobatan adalah pertama-tama perwujudan perhatian keibuannya kepada keluarga besar umat manusia, yang memerlukan pertobatan dan permohonan maaf.” (Pope John Paul II, Message for the 1997 World Day of the Sick, No. 1, Insegnamenti, XIX, 2 [1996], 561)
4. Komentar Teologis oleh Joseph Cardinal Ratzinger, Prefect of the CDF (Congregation for the Doctrine of the Faith) sekarang Paus Benediktus XVI, berikut ini ringkasannya:
Perlu diketahui bahwa pesan Fatima ini termasuk dalam kategori wahyu pribadi yang statusnya berbeda dengan wahyu publik (yaitu Kitab Suci, yaitu dalam PL dan PB). Wahyu publik sudah selesai dengan berkahirnya kitab Perjanjian Baru. Namun meskipun Wahyu telah selesai, hal itu belum dibuat sepenuhnya secara eksplisit, maka tetaplah tertinggal pada iman Kristiani untuk berangsur-angsur menangkap makna pentingnya secara penuh di sepanjang abad” (KGK 66). Ini sesuai dengan perkataan Yesus, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:12-14)
Katekismus 67 mengajarkan, “….wahyu pribadi itu tidak termasuk dalam perbendaharaan iman. Bukanlah tugas mereka [wahyu-wahyu pribadi] untuk “menyempurnakan” wahyu Kristus yang definitif atau untuk “melengkapinya”, melainkan untuk membantu supaya orang dapat menghayatinya lebih dalam lagi dalam rentang waktu tertentu….”. Jadi:
a) Otoritas wahyu pribadi secara prinsip berbeda dengan Wahyu publik. Wahyu Publik menuntut iman [dari seluruh umat], sebab di dalamnya Tuhan sendiri berbicara melalui perkataan manusia dan melalui perantaraan komunitas yang hidup dalam Gereja, sedangkan wahyu pribadi tidak demikian. Iman terhadap Wahyu publik ini berbeda dengan bentuk kepercayaan kepada manusia atau pendapat. Iman kepada Allah ini adalah keyakinan yang di atasnya kita membangun hidup kita dan kepadanya kita memasrahkan diri kita pada saat kita mati.
b) Wahyu pribadi adalah sebuah bantuan terhadap iman ini, dan menunjukkan kredibilitasnya justru dengan memimpin kita kembali kepada Wahyu publik yang definitif tersebut. Oleh karena itu, kriteria untuk kebenaran dan nilai dari sebuah wahyu pribadi adalah orientasi kepada Kristus. Maka ketika wahyu pribadi itu memimpin orang menjauh dari Kristus, menjadi berdiri sendiri atau bahkan menampilkan diri sebagai rencana keselamatan yang ‘lebih baik’/ lebih penting daripada Injil, maka dipastikan wahyu itu bukan berasal dari Roh Kudus. Ini bukan berarti bahwa wahyu pribadi tidak akan menyatakan penekanan-penekanan baru, atau bentuk devosi baru, atau memperdalam dan menyebarkan bentuk devosi yang sudah ada. Tetapi di dalam semua ini, harus ada pembinaan iman, harapan dan kasih.
Pentingnya wahyu pribadi disampaikan oleh Rasul Paulus (1Tes 5:19-21). Sepanjang sejarah Gereja terdapat nubuat- nubuat yang harus diteliti kebenarannya, bukan dicemooh. Nubuat adalah sebuah peringatan dan penghiburan, atau keduanya sekaligus. Untuk menginterpretasikan/ “menilai zaman ini” (Luk 12:56) dalam terang iman berarti mengenali kehadiran Yesus pada setiap zaman.
Struktur anthropologis dari wahyu pribadi: silakan membaca lebih lanjut di link di atas. Intinya adalah “interior vision”/ penglihatan ini bukan merupakan fantasi yang merupakan ekspresi dari imajinasi yang subyektif. Penglihatan ini melibatkan “obyek” yang benar-benar ada yang menyentuh jiwa, meskipun tidak terdapat di dalam dunia sensorik. Maka ini memerlukan sikap berjaga-jaga secara rohani….
Namun penglihatan juga mempunyai keterbatasan, sebab obyek yang dilihat juga bukan yang murni/ sebenarnya, tetapi melalui filter dari alat sensorik yang melihat, maka terpengaruh oleh keterbatasan dari subyek yang melihat. Maksud dari nubuatan Kristiani terlihat apabila penglihatan itu menjadi sebuah perintah dan bimbingan atas kehendak Allah.
Usaha untuk menginterpretasikan pesan/ ‘rahasia’ Fatima
Secara singkat pesan pertama dan kedua adalah anak-anak itu diberi penglihatan tentang neraka. Mereka melihat di sana ‘jiwa-jiwa yang malang’. Lalu mereka diberi pesan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa- yang artinya untuk menunjukkan kepada mereka jalan menuju keselamatan. Untuk ini kita mengingat pengajaran Rasul Petrus: “karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” (1 Pet 1:9). Untuk mencapai ini, jalan yang diberikan adalah devosi kepada hati Maria yang tak bercela. Dalam bahasa Alkitabiah, “hati” mengacu pada pusat hidup manusia, di mana akal budi, keinginan, temperamen dan sensitivitas berasal, di mana seseorang menemukan kesatuan dan orientasi sikap hati. Menurut Mat 5:8, “hati yang suci/ tak bernoda” adalah sebuah hati yang, dengan rahmat Tuhan, yang telah mencapai kesempurnaan kesatuan sikap hati dan karena itu dapat “melihat Tuhan.”
Maka untuk mempunyai devosi terhadap hati Maria yang tak bernoda, adalah untuk mempunyai sikap hati yang demikian, yang bersikap taat “Ya”, terjadilah kehendak-Mu- sebagai pusat dari keseluruhan hidup seseorang. Mungkin ada orang yang berkata, kita jangan meletakkan seorang manusiapun antara kita dengan Kristus. Tetapi Rasul Paulus sendiri berkata agar kita meniru dia (lih. 1 Kor 4:16, Fil 3:17; 1 Tes 1:6; 2 Tes 3:7,9).
Pada Rasul Paulus kita melihat bagaimana kita mengikuti Kristus. Tetapi dari siapa kita dapat lebih belajar pada setiap masa, selain dari Ibu Tuhan Yesus sendiri?
Sr. Lucia sendiri mengakui bahwa yang diberikan kepadanya adalah penglihatan, tetapi bukan interpretasinya. Interpretasi ini menurut Sr. Lucia, bukan menjadi miliknya tetapi milik Gereja. “Untuk menyelamatkan jiwa-jiwa” adalah kata kunci dari pesan pertama dan kedua Fatima. Sedangkan, kata kunci pada pesan yang ketiga adalah, “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Ini sesuai dengan Injil dalam Mrk 1:15. Untuk mengetahui tanda jaman adalah untuk menerima pentingnya pertobatan, dan iman. Maka maksud dari penampakan-penampakan Bunda Maria ini adalah untuk memimpin orang-orang untuk bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.
Sekarang tentang penglihatan mengenai malaikat dengan pedang yang menyala, seperti dalam gambaran di kitab Wahyu. Ini adalah untuk menunjukkan ancaman penghakiman. Jaman sekarang manusia sendiri dapat menghancurkan dunia menjadi abu, dengan penemuan-penemuannya, manusia sendiri menempa pedang yang menyala. Penglihatan kemudian memperlihatkan bahwa kekuatan yang merusak itu dikalahkan oleh kemuliaan Bunda Allah, dengan ajakan pertobatan. Maka di sini terdapat pentingnya kehendak bebas manusia: masa depan bukan sesuatu fakta yang tidak bisa diubah. Maka penglihatan itu adalah untuk mengarahkan kekuatan untuk mengadakan perubahan ke arah yang benar.
Selanjutnya adalah karakter sinbolis dari penglihatan itu: Tuhan adalah yang tak terukur, sebagai terang yang tak terukur. Para manusia kelihatan seperti di dalam cermin. Karena kita sekarang melihat dalam cernin suatu gambaran yang samar- samar (1 Kor 13:12).
Sekarang tentang gunung yang terjal dengan Salib dipuncaknya. Gunung dan kota besar yang menjadikan reruntuhan, melambangkan arena sejarah manusia: arena kreativitas dan harmoni sosial maupun juga arena penghancuran, di mana manusia menghancurkan hasil pekerjaannya sendiri. Salib merupakan lambang tujuan dan bimbingan sejarah manusia. Salib mengubah kerusakan menjadi keselamatan; salib merupakan tanda kemalangan sejarah tetapi juga sebuah janji bagi sejarah. Lalu tentang penderitaan Uskup (Bapa suci) dan para uskup, imam dan kaum religius. Jalan Gereja dikatakan sebagai perjalanan Via Crucis, melalui waktu kekerasan, penghancuran, dan penganiayaan. Seluruh sejarah abad ini diwakili oleh gambar ini. Abad ini merupakan abad para martir, penganiayaan Gereja, abad perang dunia dan perang lokal lainnya. Maka diperingatkan oleh Bunda Maria, “Jika tidak [bertobat], Rusia akan menyebarkan kesesatannya ke seluruh dunia….”
Di tengah perjalanan ini dari seluruh abad, gambara
n Paus yang mendaki adalah gambaran generasi para Paus dari Paus X sampai Paus yang sekarang, mereka semua menderita mendaki menuju ke Salib. Di penglihatan itu Paus itu dibunuh bersama para martir. Bukankah itu yang hampir terjadi pada percobaan pembunuhan Paus Yohanes Paulus II tanggal 13 Mei 1981? Namun tangan Bunda Maria menolongnya; kekuatan iman dan doa-doa dapat mempengaruhi sejarah; dan kekuatan doa lebih kuat daripada peluru.
Ahkirnya, darah Kristus dan darah para martir merupakan satu kesatuan. Darah para martir turun dari kedua lengan Salib itu. Para martir wafat dalam persekutuan dengan Kristus. Demi Tubuh Kristus, para martir menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus (Kol 1: 24). Darah para martir adalah biji umat Kristiani. Seperti melalui kematian Kristus, Gereja lahir; maka kematian para martir menjadi kan kehidupan Gereja semakin berkembang. Maka tak ada penderitaan yang sia- sia. Dari penderitaan para saksi iman, lahirlah kekuatan yang memurnikan dan memperbaharui, sebab penderitaan mereka adalah aktualisasi dari penderitaan Kristus sendiri dan pernyampaian efeknya yang menyelamatkan di sini dan sekarang.
Maka, arti pesan/ rahasia Fatima sebagai satu kesatuan adalah ajakan/ desakan bagi para umat beriman untuk berdoa, sebagai jalan untuk keselamatan jiwa-jiwa dan juga perintah untuk bertobat (penance and conversion).
10.
Per Mariam Ad Jesum:
Apakah Umat Katolik Harus Berdoa melalui Bunda Maria?
Sebenarnya, umat Katolik tidak diharuskan untuk berdoa melalui Bunda Maria. Kita dapat berdoa langsung kepada Yesus, atau kepada Allah Bapa, dengan Pengantaraan Yesus. Hal ini jelas terlihat dalam doa penyembahan yang tertinggi bagi umat Katolik, yaitu di dalam perayaan Ekaristi Kudus, atau di dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, doa Bapa Kami, langsung ditujukan kepada Allah Bapa. Namun demikian, Kitab Suci juga mengajarkan secara implisit akan peran permohonan/ doa syafaat Bunda Maria kepada Yesus, dalam kisah mukjizat Yesus yang pertama di pesta perkawinan di Kana (lih. Yoh 2:1-11) dan dalam doanya menantikan Roh Kudus menjelang hari Pentakosta (Kis 1:14).
Walaupun kita dapat berdoa langsung kepada Tuhan, Magisterium Gereja Katolik menganjurkan umatnya untuk memohon dukungan doa dari Bunda Maria, dan belajar dari teladan Bunda Maria, untuk dapat bertumbuh secara rohani. Hal ini diajarkan oleh para Bapa Gereja, para orang kudus (Santo/ Santa), Bapa Paus, dan dalam dokumen Konsili Vatikan II. Bunda Maria, Bunda Allah dan Bunda Gereja, yang mendampingi Gereja awal dengan doa-doanya juga akan terus mendampingi Gereja sampai akhir jaman. Doa-doa Bunda Maria dan para kudus di surga selalu menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini, karena kita telah dipersatukan oleh Kristus menjadi anggota Tubuh-Nya; dan persatuan ini tidak terpisahkan oleh maut. Maka kita sebagai umat beriman dapat menyampaikan doa permohonan kepada Tuhan dengan memohon pertolongan Bunda Maria (dan para kudus lainnya), agar mendoakan ujud doa-doa kita itu di hadapan Yesus.
Maka jika seseorang tidak mau memohon dukungan doa dari Bunda Maria atau dukungan doa para kudus di surga, ia tidak dapat dikatakan berdosa, namun sebetulnya yang ‘rugi’ adalah orang itu sendiri. Memang kita tidak harus berdoa memohon pengantaraan mereka, namun jika kita melakukannya, itu berguna bagi kita sendiri, karena hal itu melatih kita untuk bertumbuh dalam kerendahan hati.
Sesungguhnya, dengan melihat kepada para orang kudus itu sebagai teladan, kita terpacu untuk hidup seperti mereka. Ini seperti layaknya adik kelas yang belajar dari kakak kelas atau mereka yang sudah lebih dahulu lulus. Kita bisa belajar langsung dari dosen ataupun profesor kita, tetapi bisa juga disamping belajar dari dosen, kita belajar dari kakak kelas. Tidak ada keharusan kita belajar dari kakak kelas, namun tentu baik bagi yang mau melakukannya, karena akan sangat banyak manfaatnya. Jika di dunia ini kitapun sering meminta dukungan doa dari orang-orang lain yang kita pandang ‘lebih dekat’ dengan Yesus, maka seharusnya kita tidak ragu untuk memohon dukungan doa dari para orang kudus yang sudah jelas lebih kudus daripada kita semua yang masih hidup di dunia. Dan mereka (para kudus itu) adalah orang-orang yang sudah dibenarkan oleh Tuhan -karena mereka telah bersatu dengan-Nya di surga, maka sungguh besarlah kuasa doa mereka! (Yak 5:16).
Dasar Kitab Suci
Yak 5:16: Doa orang benar besar kuasanya, terutama doa orang- orang yang sudah dibenarkan Tuhan di Surga.
Yoh 2:1-11: Peran perantaraan permohonan Maria kepada Yesus dalam mukjizat Yesus yang pertama.
Kis 1:14: Peran doa syafaat Bunda Maria saat menantikan Roh Kudus menjelang hari Pentakosta.
Per Mariam Ad Jesum:
Apakah Umat Katolik Harus Berdoa melalui Bunda Maria?
Sebenarnya, umat Katolik tidak diharuskan untuk berdoa melalui Bunda Maria. Kita dapat berdoa langsung kepada Yesus, atau kepada Allah Bapa, dengan Pengantaraan Yesus. Hal ini jelas terlihat dalam doa penyembahan yang tertinggi bagi umat Katolik, yaitu di dalam perayaan Ekaristi Kudus, atau di dalam doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, doa Bapa Kami, langsung ditujukan kepada Allah Bapa. Namun demikian, Kitab Suci juga mengajarkan secara implisit akan peran permohonan/ doa syafaat Bunda Maria kepada Yesus, dalam kisah mukjizat Yesus yang pertama di pesta perkawinan di Kana (lih. Yoh 2:1-11) dan dalam doanya menantikan Roh Kudus menjelang hari Pentakosta (Kis 1:14).
Walaupun kita dapat berdoa langsung kepada Tuhan, Magisterium Gereja Katolik menganjurkan umatnya untuk memohon dukungan doa dari Bunda Maria, dan belajar dari teladan Bunda Maria, untuk dapat bertumbuh secara rohani. Hal ini diajarkan oleh para Bapa Gereja, para orang kudus (Santo/ Santa), Bapa Paus, dan dalam dokumen Konsili Vatikan II. Bunda Maria, Bunda Allah dan Bunda Gereja, yang mendampingi Gereja awal dengan doa-doanya juga akan terus mendampingi Gereja sampai akhir jaman. Doa-doa Bunda Maria dan para kudus di surga selalu menyertai kita yang masih berziarah di dunia ini, karena kita telah dipersatukan oleh Kristus menjadi anggota Tubuh-Nya; dan persatuan ini tidak terpisahkan oleh maut. Maka kita sebagai umat beriman dapat menyampaikan doa permohonan kepada Tuhan dengan memohon pertolongan Bunda Maria (dan para kudus lainnya), agar mendoakan ujud doa-doa kita itu di hadapan Yesus.
Maka jika seseorang tidak mau memohon dukungan doa dari Bunda Maria atau dukungan doa para kudus di surga, ia tidak dapat dikatakan berdosa, namun sebetulnya yang ‘rugi’ adalah orang itu sendiri. Memang kita tidak harus berdoa memohon pengantaraan mereka, namun jika kita melakukannya, itu berguna bagi kita sendiri, karena hal itu melatih kita untuk bertumbuh dalam kerendahan hati.
Sesungguhnya, dengan melihat kepada para orang kudus itu sebagai teladan, kita terpacu untuk hidup seperti mereka. Ini seperti layaknya adik kelas yang belajar dari kakak kelas atau mereka yang sudah lebih dahulu lulus. Kita bisa belajar langsung dari dosen ataupun profesor kita, tetapi bisa juga disamping belajar dari dosen, kita belajar dari kakak kelas. Tidak ada keharusan kita belajar dari kakak kelas, namun tentu baik bagi yang mau melakukannya, karena akan sangat banyak manfaatnya. Jika di dunia ini kitapun sering meminta dukungan doa dari orang-orang lain yang kita pandang ‘lebih dekat’ dengan Yesus, maka seharusnya kita tidak ragu untuk memohon dukungan doa dari para orang kudus yang sudah jelas lebih kudus daripada kita semua yang masih hidup di dunia. Dan mereka (para kudus itu) adalah orang-orang yang sudah dibenarkan oleh Tuhan -karena mereka telah bersatu dengan-Nya di surga, maka sungguh besarlah kuasa doa mereka! (Yak 5:16).
Dasar Kitab Suci
Yak 5:16: Doa orang benar besar kuasanya, terutama doa orang- orang yang sudah dibenarkan Tuhan di Surga.
Yoh 2:1-11: Peran perantaraan permohonan Maria kepada Yesus dalam mukjizat Yesus yang pertama.
Kis 1:14: Peran doa syafaat Bunda Maria saat menantikan Roh Kudus menjelang hari Pentakosta.
Dasar Tradisi Suci
1. St. Irenaeus (180):
“Sebab seperti Hawa telah terpedaya oleh perkataan malaikat [fallen angel] untuk melarikan diri dari Tuhan, maka Maria dengan perkataan malaikat menerima kabar gembira bahwa ia akan melahirkan Tuhan dengan menaati Sabda-Nya. [Perempuan] yang pertama terpedaya untuk tidak menaati Tuhan, tetapi [perempuan] yang kemudian terdorong untuk menaati Tuhan, sehingga Perawan Maria dapat menjadi pembela bagi perawan Hawa. Seperti umat manusia ditundukkan kepada kematian melalui [tindakan] seorang perawan, demikianlah umat manusia diselamatkan oleh seorang perawan.” (St. Irenaeus, Against Heresies, V:19,1)
1. St. Irenaeus (180):
“Sebab seperti Hawa telah terpedaya oleh perkataan malaikat [fallen angel] untuk melarikan diri dari Tuhan, maka Maria dengan perkataan malaikat menerima kabar gembira bahwa ia akan melahirkan Tuhan dengan menaati Sabda-Nya. [Perempuan] yang pertama terpedaya untuk tidak menaati Tuhan, tetapi [perempuan] yang kemudian terdorong untuk menaati Tuhan, sehingga Perawan Maria dapat menjadi pembela bagi perawan Hawa. Seperti umat manusia ditundukkan kepada kematian melalui [tindakan] seorang perawan, demikianlah umat manusia diselamatkan oleh seorang perawan.” (St. Irenaeus, Against Heresies, V:19,1)
2. Sub Tuum Praesidium, dari Ryland Papyrus, Mesir (abad ke-3):
“Di bawah belas kasihanmu kami berlindung, O Bunda Allah. Jangan menolak permohonan kami dalam kesesakan, tetapi bebaskanlah kami dari bahaya, O engkau yang murni dan terberkati.”
“Di bawah belas kasihanmu kami berlindung, O Bunda Allah. Jangan menolak permohonan kami dalam kesesakan, tetapi bebaskanlah kami dari bahaya, O engkau yang murni dan terberkati.”
3. St. Gregorius Nazianza (379)
“Mengingat ini dan kejadian- kejadian lainnya dan memohon Perawan Maria untuk membawa pertolongan, sebab ia, juga, adalah seorang perawan dan telah pernah berada dalam bahaya….” (St. Gregorius dari Nazianza, Oration 24:11)
“Mengingat ini dan kejadian- kejadian lainnya dan memohon Perawan Maria untuk membawa pertolongan, sebab ia, juga, adalah seorang perawan dan telah pernah berada dalam bahaya….” (St. Gregorius dari Nazianza, Oration 24:11)
4. St. Cyril dari Alexandria (444):
“Salam kepadamu Maria, Bunda Tuhan, yang kepadamu di kota- kota dan di desa-desa dan di pulau- pulau dibangun gereja- gereja bagi umat beriman yang sejati .” (St. Cyril dari Alexandria, Homily 11 )
“Salam kepadamu Maria, Bunda Tuhan, yang kepadamu di kota- kota dan di desa-desa dan di pulau- pulau dibangun gereja- gereja bagi umat beriman yang sejati .” (St. Cyril dari Alexandria, Homily 11 )
5. Proclus dari Konstantinopel (446)
“Festival Perawan Maria (parthenike panegyris) menggerakkan lidah kita untuk memberikan pujian kepadanya … hamba Tuhan dan Bunda, Perawan … jembatan antara Tuhan dan manusia…. (Proclus dari Konstantinopel, Homily 1)
“Festival Perawan Maria (parthenike panegyris) menggerakkan lidah kita untuk memberikan pujian kepadanya … hamba Tuhan dan Bunda, Perawan … jembatan antara Tuhan dan manusia…. (Proclus dari Konstantinopel, Homily 1)
6. St. Basil dari Seleucia (459)
O Perawan yang suci …. Pandanglah kami dari atas dan sayangilah kami. Pimpinlah kami di dalam damai dan bawalah kami tanpa cela ke hadapan tahta penghakiman, dan berikanlah kepada kami tempat di sisi kanan Puteramu, sehingga kami dapat masuk ke surga dan menyanyi bersama dengan para malaikat bagi Allah Trinitas … ” (St. Basil dari Seleucia, PG 85:452).
O Perawan yang suci …. Pandanglah kami dari atas dan sayangilah kami. Pimpinlah kami di dalam damai dan bawalah kami tanpa cela ke hadapan tahta penghakiman, dan berikanlah kepada kami tempat di sisi kanan Puteramu, sehingga kami dapat masuk ke surga dan menyanyi bersama dengan para malaikat bagi Allah Trinitas … ” (St. Basil dari Seleucia, PG 85:452).
7. Theoteknos dari Livias (560)
“Diangkat ke surga, ia [Maria], tetap menjadi tempat perlindungan bagi umat manusia, menjadi pendoa syafaat bagi kita di hadapan Putera-nya dan Allah Bapa.” (Theoteknos dari Livias, Assumption 29, sebelum 560 AD)
“Diangkat ke surga, ia [Maria], tetap menjadi tempat perlindungan bagi umat manusia, menjadi pendoa syafaat bagi kita di hadapan Putera-nya dan Allah Bapa.” (Theoteknos dari Livias, Assumption 29, sebelum 560 AD)
8. Germanus dari Konstantinopel (733)
“Maria yang tetap perawan –yang bersinar dengan cahaya ilahi dan penuh rahmat, mediatrix pertama- tama dengan melahirkan Kristus secara adikodrati, dan sekarang karena doa- doa syafaatnya– telah dimahkotai dengan berkat yang tiada berakhir … (Germanus dari Konstantinopel,Homily on the Liberation of Constantinople, 23 )
“Maria yang tetap perawan –yang bersinar dengan cahaya ilahi dan penuh rahmat, mediatrix pertama- tama dengan melahirkan Kristus secara adikodrati, dan sekarang karena doa- doa syafaatnya– telah dimahkotai dengan berkat yang tiada berakhir … (Germanus dari Konstantinopel,Homily on the Liberation of Constantinople, 23 )
9. Andreas dari Kreta (740)
“Ia [Maria] bertindak sebagai mediatrix (pengantara) antara kebesaran Tuhan dan kerendahan manusia …. (Andreas dari Kreta, Homily 1 on Mary’s Nativity (ante A.D. 740).
“Ia [Maria] bertindak sebagai mediatrix (pengantara) antara kebesaran Tuhan dan kerendahan manusia …. (Andreas dari Kreta, Homily 1 on Mary’s Nativity (ante A.D. 740).
10. Ambrosius Autpert (778)
“Mari memasrahkan diri kita dengan seluruh kasih dalam jiwa kita kepada perantaraan Perawan yang terberkati biarlah kita semua, dengan seluruh kekuatan, memohon perlindungannya sehingga pada saat di dunia kita mengelilinginya dengan penghormatan kita, supaya kelak di surga ia berkenan memberikan doa- doanya yang khusuk … (Ambrosius Autpert, Assumption of the Virgin )
“Mari memasrahkan diri kita dengan seluruh kasih dalam jiwa kita kepada perantaraan Perawan yang terberkati biarlah kita semua, dengan seluruh kekuatan, memohon perlindungannya sehingga pada saat di dunia kita mengelilinginya dengan penghormatan kita, supaya kelak di surga ia berkenan memberikan doa- doanya yang khusuk … (Ambrosius Autpert, Assumption of the Virgin )
11. St. Anselmus (sebelum 1109)
“Ibu Tuhan adalah ibu kita. Semoga bunda yang baik memohon bagi kita, semoga ia memohon dan memperoleh apa yang baik bagi kita.” (St. Anselmus, Oration 7, (sebelum 1109 AD).
“Ibu Tuhan adalah ibu kita. Semoga bunda yang baik memohon bagi kita, semoga ia memohon dan memperoleh apa yang baik bagi kita.” (St. Anselmus, Oration 7, (sebelum 1109 AD).
Dasar Magisterium Gereja:
• Konsili Vatikan II:
“Keibuan Maria dalam tatanan rahmat ini dimulai dengan persetujuannya yang ia berikan di dalam iman pada saat anunsiasi (saat menerima kabar gembira dari malaikat) dan yang dipertahankannya tanpa goyah di kaki salib-Nya, dan berakhir sampai penggenapan kekal dari semua orang terpilih. Setelah diangkat ke surga , ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan, tetapi dengan dosa syafaatnya yang tak terputus, terus menerus membawa bagi kita karunia- karunia keselamatan kekal. Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapai tanah air surgawi yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam gereja Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara. Akan tetapi itu diartikan sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi pun tidak menambah martabat serta dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara.” (Lumen Gentium, 62).
“Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, diatas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam segala bahaya serta kebutuhan mereka Umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya. ” (Lumen Gentium 66)
• Konsili Vatikan II:
“Keibuan Maria dalam tatanan rahmat ini dimulai dengan persetujuannya yang ia berikan di dalam iman pada saat anunsiasi (saat menerima kabar gembira dari malaikat) dan yang dipertahankannya tanpa goyah di kaki salib-Nya, dan berakhir sampai penggenapan kekal dari semua orang terpilih. Setelah diangkat ke surga , ia tidak mengesampingkan tugas penyelamatan, tetapi dengan dosa syafaatnya yang tak terputus, terus menerus membawa bagi kita karunia- karunia keselamatan kekal. Dengan cinta kasih keibuannya ia memperhatikan saudara-saudara Puteranya, yang masih dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran, sampai mereka mencapai tanah air surgawi yang penuh kebahagiaan. Oleh karena itu dalam gereja Santa Perawan disapa dengan gelar Pembela, Pembantu, Penolong, Perantara. Akan tetapi itu diartikan sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi pun tidak menambah martabat serta dayaguna Kristus satu-satunya Pengantara.” (Lumen Gentium, 62).
“Berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Puteranya, diatas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus; dan tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian yang istimewa. Memang sejak zaman kuno Santa Perawan dihormati dengan gelar “Bunda Allah”; dan dalam segala bahaya serta kebutuhan mereka Umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya. ” (Lumen Gentium 66)
• Katekismus Gereja Katolik:
KGK 969 “Adapun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankannya di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke surga, ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal… Oleh karena itu di dalam Gereja santa Perawan disapa dengan gelar: pengacara, pembantu, penolong, dan perantara” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 62).
KGK 2683 Saksi-saksi yang sudah mendahului kita masuk Kerajaan Allah (Bdk. Ibr 12:2), terutama para “kudus” yang sudah diakui Gereja, turut serta dalam tradisi doa yang hidup dengan perantaraan contoh hidupnya, dengan menyumbangkan tulisan-tulisannya dan dengan doanya sekarang ini. Mereka memandang Allah, memuja Dia dan tanpa henti-hentinya memperhatikan mereka yang ditinggalkannya di dunia ini. Pada waktu masuk “ke dalam kegembiraan Tuhannya” kepada mereka “diberikan… tanggung jawab dalam perkara yang besar” (Bdk. Mat 25:21). Doa syafaat mereka adalah pelayanan yang tertinggi bagi rencana Allah. Kita dapat dan harus memohon mereka, supaya membela kita dan seluruh dunia.
KGK 969 “Adapun dalam tata rahmat itu peran Maria sebagai Bunda tiada hentinya terus berlangsung, sejak persetujuan yang dengan setia diberikannya pada saat Warta Gembira, dan yang tanpa ragu-ragu dipertahankannya di bawah salib, hingga penyempurnaan kekal semua para terpilih. Sebab sesudah diangkat ke surga, ia tidak meninggalkan peran yang membawa keselamatan itu, melainkan dengan aneka perantaraannya ia terus-menerus memperolehkan bagi kita karunia-karunia yang menghantar kepada keselamatan kekal… Oleh karena itu di dalam Gereja santa Perawan disapa dengan gelar: pengacara, pembantu, penolong, dan perantara” (Konsili Vatikan II tentang Gereja, Lumen Gentium 62).
KGK 2683 Saksi-saksi yang sudah mendahului kita masuk Kerajaan Allah (Bdk. Ibr 12:2), terutama para “kudus” yang sudah diakui Gereja, turut serta dalam tradisi doa yang hidup dengan perantaraan contoh hidupnya, dengan menyumbangkan tulisan-tulisannya dan dengan doanya sekarang ini. Mereka memandang Allah, memuja Dia dan tanpa henti-hentinya memperhatikan mereka yang ditinggalkannya di dunia ini. Pada waktu masuk “ke dalam kegembiraan Tuhannya” kepada mereka “diberikan… tanggung jawab dalam perkara yang besar” (Bdk. Mat 25:21). Doa syafaat mereka adalah pelayanan yang tertinggi bagi rencana Allah. Kita dapat dan harus memohon mereka, supaya membela kita dan seluruh dunia.
===========
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar