Ads 468x60px

Jumat, 03 Maret 2017

Jumat Pertama
Hari Jumat sesudah Rabu Abu
Yes. 58:1-9a; Mzm. 51:3-4,5-6a,18-19; Mat. 9:14-15.

"Misericordia motus est - Tergerak oleh belaskasih."
Inilah salah satu ajakan Paus Fransiskus pada masa Prapaskah ini yang juga menjadi pesan pokok pada bacaan hari Jumat Pertama ini.

Mengacu pada pertanyaan murid-murid Yohanes kepada Yesus: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Adapun jawaban Yesus kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”

Mengacu pada KHK (Kitab Hukum Kanonik) No 1250, "Seluruh hari Jumat sepanjang tahun dan terlebih selama masa prapaskah adalah hari hari tobat."


Hari ini adalah hari jumat pertama dalam masa prapaskah yang berarti juga hari tobat kita, secara khusus untuk berpuasa dan berpantang.

Yesus mengajak kita untuk menempatkan puasa (dan pantang) secara tulus bukan karena ingin dilihat/dipuji orang.

Menurut sabda Yesus, dengan berpuasa kita semakin menjadi orang yang benar-benar punya hati, yang mudah tergerak oleh belaskasihan dengan beberapa indikasi realnya, antara lain "membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, membagi-bagikan roti bagi orang yang lapar, memberi tumpangan bagi orang miskin yang tak punya rumah, yang memberi pakaian bagi orang telanjang dan tidak menyembunyikan diri terhadap sesama"

Dengan kata lain: 
Puasa dan pantang kita haruslah secara utuh, bukan hanya soal tidak makan/tidak minum, tapi memiliki beberapa panggilan aktual, yakni:

1."Tegak": 
Kita diajak untuk tegak dan dan tegas mencintaiNya dan menolak hal hal yang jahat.

2."Tergerak": 
Kita diajak untuk tergerak pada kondisi real-aktual di sekitar kita.

3."Bergerak": 
Kita diajak membawa terang dan pembebasan bagi sesama yang terwujud dalam solidaritas sosial, terutama bagi mereka yang kecil lemah miskin tersingkir dan difable.

"Ada angsa di pantai Kuta - Mari berpuasa dengan hati sukacita."

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:

A.“Fides cum ecclesia - Beriman bersama Gereja.”
Ya, bersama iman Gereja Universal, hari ini kita memasuki hari Jumat di masa Prapaska, dimana Gereja mengatakan “seluruh hari Jumat sepanjang tahun dan selama Masa Prapaska adalah hari-hari tobat” (CIC.1250). Dalam "Lima Hukum/Lima Perintah Gereja", ada juga perintah ke-3, yakni: "Berpuasa dan berpantanglah pada hari yang ditentukan”.
Memang sejak abad XII serta mengacu pada Kitab Hukum Kanonik (No.1249-1253) dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No.111, ditentukan bahwa puasa dan pantang wajib pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung, serta pantang ditambah pada 7 Jumat selama Prapaskah untuk mengenangkan bahwa Yesus wafat pada hari Jumat.

Dalam buku “BBM” (RJK, Kanisius), saya tampilkan 3 kegunaan dasar puasa, al: mempertajam mata rohani, belajar menyerupai Kristus dan melatih “kedisiplinan iman”.

Lebih daripada itu, puasa bukan cuma sekedar ritual/kewajiban tapi mestinya berporos pada tiga dasar, al:

1. Berakar pada pengalaman iman: 
Bukan karena dipaksa/diwajibkan tapi karena adanya kesadaran iman bahwa Allah sudah banyak mencintai dan berkorban bagi kita. Dalam bahasa Yohanes Paulus II, “puasa juga adalah terapi bagi jiwa dan hidup iman.”

2. Bertumbuh pada semangat ketulusan: 
“Jika kamu berpuasa/pantang-lakukan itu demi Tuhan-teguhkan hati dan jangan berlaku seperti orang munafik." Ya, puasa bukan sebagai ajang untuk pamer kesalehan, tapi sebagai sebuah jalan bersama segenap umat beriman untuk mendekatkan hati pada Allah secara tulus.
Dalam filosofi Jawa: “Nampa lakon ingkang prihatin - hidup dengan ber-prihatin; andhap asor ing atine - hidup dengan ber-rendah hati; ati resik oralamis-hidup dengan ber-bersih hati/t idak munafik; pasrah gusti yen diwada/hidup dengan berserah padaNya, bahkan bila dicerca/disakiti. Ya, seperti kata St Agustinus:“ masuklah kembali ke dalam dirimu sendiri.”

3. Berbuah pada karya pelayanan: 
Puasa juga harus disertai dengan sikap dan tindakan belas-kasih, al: membuka belenggu/melepaskan tali kuk (berikan ruang gerak dan peluang hidup bagi orang lain), membagi rejeki/berkat+memberi perHATIan bagi sesama, terlebih yang kecil – miskin dan menderita (Yes:58:6-7).

“Mba Rosa bawa rantang - Mari kita berpuasa dan berpantang”.


B.“Sanctifica me - Kuduskanlah kami ! ”
Inilah salah satu harapan di Jumat, “hari puasa/pantang”. Adapun, bagi kebanyakan orang lain, bulan 'puasa' kerap menjadi bulan penuh berkat, bulan tempat segala dosa dihapuskan sesuai dengan prestasi puasa mereka, bulan pengabulan doa, yang tentu besar-kecil pengabulannya sesuai dengan ketaatannya berpuasa.

Pada jaman Kitab Suci Perjanjian Lama-pun pengertian puasa tidak jauh berbeda dengan itu, maka untuk sebagian orang yang tekun berpuasa dan merasa tidak mendapat 'pahala' setimpal, dengan mudah akan berseru:"Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikan juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?"

Ini terjadi karena bagi mereka berpuasa sama artinya mengumpulkan 'ganjaran' maka tidak heran jika Yesus pun 'ditegur' karna tidak mengajari murid-murid-Nya untuk berpuasa: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?"

Sebenarnya, bila saat ini kita berpuasa, bukanlah semata untuk mendapat ganjaran yang banyak tapi untuk menjadi “kudus”, memaknai pertobatan dengan bermati-raga dan melakukan banyak kebaikan dg penuh sukacita.

Nah, dilandasi rasa syukur akan kebaikan Tuhan, berpuasa itu bisa mengandung bbrp makna kekudusan iman, antara lain:

1. Tanda kerinduan orang beriman akan kehadiranNya
2. Persiapan bagi kedatanganNya
3. Tanda kesedihan atas dosa dan kebobrokan dunia (Mat 6:16).


Pastinya, Yesus tidak menolak para muridNya berpuasa.Ia sendiri pun berpuasa selama 40 hari, bukan? BagiNya, puasa merupakan upaya personal untuk lebih dekat dengan Tuhan.
Suatu proses pembaharuan spiritual untuk meningkatkan kekayaan rohani sambil mengingkari kenikmatan ragawi. Dengan demikian kita lebih rendah hati pada Tuhan dan bermurah hati terhadap sesama. Itu soal kemauan personal. Bukan karena diwajibkan.

"Ada angsa di Kalibata -
Mari berpuasa dengan penuh sukacita."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar