Adapun Mgr Rubiyatmoko yang terlahir di kawasan Wedomartani, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 10 Oktober 1963 dari pasangan orangtua bernama Harjo Partono ini mengawali acara dengan makan bersama dan dilanjutkan sharing serta doa completorium singkat bersama para rahib termasuk Dom David Lavitz OCSO seorang rahib dari Biara Spencer Amerika yang lama berkarya di Jepang dan sekarang menjadi Sekretaris Jenderal di Generalat OCSO Vatikan Roma serta beberapa romo lainnya yang sedang berada di Rawaseneng.
1.K-ebijaksanaan: Uskupku - Dosenku
Robertus Rubiyatmoko yang ditahbiskan pada tanggal 12 Agustus 1992 oleh Kardinal Julius Darmaatmadja SJ di Kapel Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta adalah dosen dari Universitas Sanata Dharma kedua yang terpilih menjadi Uskup Agung Semarang setelah Romo Ignatius Suharyo.
Romo yang menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) nya di Seminari Menengah Mertoyudan (1988-1989) ini memperoleh gelar sebagai ahli Hukum Gereja dari Universitas Kepausan Gregoriana Roma, Italia. Selama menjalani studi di Roma , dia tinggal di Asrama Kepausan Belanda (1993-1997).
Setelah menyelesaikan studi doktoral di Roma, tugas utamanya adalah menjadi dosen Hukum Gereja di Fakultas Teologi Kepausan Wedabhakti -Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sebagai ahli Hukum Gereja dan seluk-beluk perkawinan Katolik, ia juga pernah menulis buku berjudul “Perkawinan Katolik menurut Hukum Kanonik” terbitan Kanisius.
Yang pasti, banyak frater yang mengakui bahwa Mgr Ruby menjadi salah satu dosen favorit karena ketika memberi kuliah tentang Hukum Perkawinan selalu menyegarkan, banyak banyolan yang lucu tapi klop, joss, tandes, nancep alias mengena di tengah paparan kasus-kasus perkawinan yang rumit: “Lucunya pol habis dan bijaksana banget!”
2.R-endah hati: Bukan kehendakku tapi kehendakMu!
Menurut pengakuan pribadinya, Mgr yang berasal dari Paroki Babadan Yogyakarta dan akrab dipanggil “Romo Rubi” oleh para frater ini sama sekali tidak menyangka bahwa Tahta Suci Vatikan menunjuknya menjadi Uskup Agung Semarang.
Adapun pengumuman resmi atas penunjukannya menjadi Uskup Agung KAS ini dirilis pada hari Sabtu petang tanggal 18 Maret 2017 pukul 12.00 waktu Roma atau pukul 18.00 WIB yang lalu. Penunjukan pengganti almarhum Mgr Pujasumarta tersebut diumumkan pada Misa Sabtu malam, di Gereja Katedral Semarang oleh Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang (KAS), Romo FX Sukendar Wignyosumarta yang juga adalah teman seangkatannya.
Mgr Ruby yang oleh beberapa temannya di Seminari Mertoyudan sebagaimana dituturkan oleh Ibe Karyanto yang aktif di Sanggar Akar Jakarta, mendapat nama karapan (julukan) yakni Ngabdul, mengaku tidak bisa tidur nyenyak setelah dipanggil Nuncio, Mgr Antonio Guido Filipazzi ke Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta dan diberitahu bahwa Paus Fransiskus telah memilihnya untuk menjadi Uskup KAS. Ia merasa sangat tidak layak mengingat banyak kerapuhan dirinya. Ia bahkan ingin mundur dan terus mengontak Nuncio serta bertanya sampai tiga kali, apakah ini sebuah “pilihan” atau “kewajiban”. Nuncio jelas menjawab, “Ini sebuah kewajiban.”
Ia men-sharing-kan bahwa ia terus bergulat-geliat dalam hari-hari itu. Bahkan di Kedutaan Besar Vatikan itu, ia lama terdiam sendirian di kapel dan terus memandang salib besar yang tergantung di kapel tersebut. Dengan pengakuan yang jujur, kadang ia merasa bahwa jalan ini sekaligus sebagai “penitensi” atas banyak khilaf dan salahnya sekaligus kesempatan untuk belajar berpasrah: ”Bukan kehendakku, tapi kehendakMu.”
Ketika ia diundang untuk menghadiri Tahbisan Uskup di Sintang, ia merasa dikuatkan karena semua uskup terbuka, “welcome” dan ramah menerimanya sebagai satu kolegialitas. Ketika mengikuti Ibadat Salve di Gereja Durian Sintang, ia mengaku sangat tersentuh dan kembali dikuatkan dengan beberapa mazmur yang didoakan bahwa, “bukan kita yang memilih tapi DIA yang memilih.”
Mgr Ruby sendiri mengakui belum menemukan semboyan-nya sebagai uskup. Sembari bercanda, ia mengatakan ada yang mengusulkan, “salus animarum suprema lex – keselamatan jiwa jiwa adalah hukum yang terutama”, mengingat kapasitasnya sebagai Hakim Gereja dan dosen Hukum Gereja yang berkutat dengan banyak aspek yuridis. Ia mengakui bahwa sedang terus berdoa dan terpengaruhi oleh tiga dokumen dari Paus Fransiskus yakni: Misericordiae Vultus/Wajah Kerahiman Ilahi, Amoris Laetitia/Cinta yang penuh sukacita serta Motu Proprio: Miti Iudex Dominus Iesus, semacam “reformasi” terhadap proses yuridis perkawinan Katolik.
Sebelum terpilih menjadi Uskup KAS, Romo Ruby yang menerima tugas pastoral pertamanya di Gereja St. Maria Assumpta Pakem, DIY ini sekaligus juga menjadi salah satu formator di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta dan Vikaris Yudisial Keuskupan Agung Semarang yang mengurusi pelbagai macam kasus perkawinan. Sejak tahun 2003, dia juga menjadi Koordinator Tim Revisi Kitab Hukum Kanonik (KHK).
3.S-emangat dalam Melayani: Asian Youth Day VII
Menurut situs resmi Vatikan, press.vatican.va, pengangkatan uskup baru ini dilakukan menjelang Asian Youth Day ke-7 yang sedianya akan berpusat di Yogyakarta dimana Keuskupan Agung Semarang menjadi panitia penyelenggaranya dari 30 Juli – 9 Agustus 2017.
Dengan terpilihnya Uskup baru yang terkenal ramah, rendah hati dan pintar ini, maka 'ketakutan' umat bahwa Semarang tidak memiliki Uskup saat perhelatan “Asian Youth Day”-pun menjadi reda. Hal ini dikarenakan tahta Uskup Agung Semarang (KAS) mengalami "sede vacante" atau lowong sejak Mgr. Johannes Pujasumarta meninggal dunia pada hari Selasa (10 November 2015) pukul 23.30 WIB di RS St. Elisabeth Semarang setelah beberapa waktu lamanya didera penyakit kanker paru.
Ya, terpilihnya Mgr. Robertus Rubiyatmoko menjadi Uskup Agung baru Semarang menjadi hadiah berarti bagi KAS, terlebih karena mereka akan menjadi tuan rumah bagi perhelatan akbar “Asian Youth Day 2017” dimana ada setidaknya 3.000-an OMK dari 29 negara di Asia akan berpartisipasi dalam perhelatan iman di kalangan orang muda katolik se-Asia ini.
Adapun tampilan fisik Uskup Agung Semarang Mgr. Robertus Rubiyatmoko yang di lingkungan keluarga dekatnya lebih dikenal dengan nama panggilan: Moko, juga masih terkesan muda: segar bugar dan tegar. Sosoknya tegap dan mantap bersemangat dengan kumis tebal menghiasi bagian atas bibirnya: “tampang rambo – hati bimbo”, di luarnya preman – di dalamnya penuh iman. Bahkan, ada yang bilang, sekilas-pintas, ia mirip Mas Adam –suaminya Inul.
Akhirnya
Mgr Ruby mengaku biasanya mudah pusing kalau memikirkan hal-hal yang berat. Indahnya, selama hari-hari terakhir ketika ia “mumet” karena diangkat menjadi uskup, perlahan ia merasa tidak pusing. Ia meyakini bahwa ketidakpusingannya ini karena banyaknya doa dari para umat dan rekan imam dan frater/suster yang terus mendukungnya dengan tulus. Bahkan, ia berencana untuk mencukur kumis yang merupakan salah satu hal yang sudah menjadi "trade mark" pada diri dan sosoknya yang hangat dan bersahabat, yang bijaksana namun tetap sederhana.
Mgr Ruby mengaku biasanya mudah pusing kalau memikirkan hal-hal yang berat. Indahnya, selama hari-hari terakhir ketika ia “mumet” karena diangkat menjadi uskup, perlahan ia merasa tidak pusing. Ia meyakini bahwa ketidakpusingannya ini karena banyaknya doa dari para umat dan rekan imam dan frater/suster yang terus mendukungnya dengan tulus. Bahkan, ia berencana untuk mencukur kumis yang merupakan salah satu hal yang sudah menjadi "trade mark" pada diri dan sosoknya yang hangat dan bersahabat, yang bijaksana namun tetap sederhana.
Pastinya, alumnus Seminari Menengah Mertoyudan tahun 1984 ini terus memohonkan bantuan doa segenap umat supaya“KRS”, Kebijaksanaan, Kerendahan hati dan Semangat untuk melayani bisa setia dihidupinya dalam menjalani tugas penggembalaan di KAS.
Rm Anton OCSO, Prior Pertapaan Rawaseneng yang mewakili Dom Gonzaga di akhir acara mengutip tiga pesan sederhana seorang rahib yang baru merayakan syukur 40 tahun hidup kerahibannya di Rawaseneng: “Kita memang sendiri tapi kita tidak pernah sendirian; “Yang berat akan menjadi berkat kalau bisa dinikmati;” Kita bisa menikmatinya kalau kita selalu setia.”
Ada pohon palem di depan toko
Berkah Dalem, Mgr Rubiyatmoko
Berkah Dalem, Mgr Rubiyatmoko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar