St. Yohanes Paulus II dan Pengemis
Belajar memahami dan tidak menghakimi..
Karena Gereja bukan hanya "museum para kudus" tapi sekaligus "rumah sakit" untuk para pendosa."
Belajar memahami dan tidak menghakimi..
Karena Gereja bukan hanya "museum para kudus" tapi sekaligus "rumah sakit" untuk para pendosa."
Seorang imam yang merupakan teman dari Scott Hahn kembali dari Roma dan menceritakan kisah ini kepada Scott Hahn.
Imam tersebut dalam perjalanan untuk audiensi pribadi dengan Paus Yohanes Paulus II. Imam itu berangkat lebih awal dan kemudian memutuskan untuk berhenti sejenak dan berdoa di sebuah gereja sebelum pertemuan dengan Paus.
Beberapa langkah dari gereja tersebut terdapat sejumlah orang pengemis, hal yang cukup biasa di Roma. Ketika imam tersebut berjalan mendekati gereja, imam itu berpikir bahwa ia mengenali salah satu pengemis.
Setelah masuk ke dalam gereja, imam itu berlutut berdoa sementara ia mengingat-ingat seorang pengemis yang familiar baginya.
Setelah berdoa, imam tersebut segera keluar dan mendekati pengemis tersebut dan berkata: “Saya mengenal engkau. Bukankah kita pernah studi di seminari yang sama?”
Pengemis tersebut mengiyakan, “Iya, memang benar.”
“Jadi engkau adalah imam sekarang?” Imam tersebut bertanya lagi.
“Tidak. Tidak lagi. Saya telah jatuh dalam banyak dosa dan luka. Tinggalkan saya sendirian.”, jawab pengemis tersebut.
Imam tersebut yang sadar ia harus bergegas untuk pertemuan dengan Paus hanya berkata, “Saya akan berdoa untuk engkau.”
Imam itu lalu meninggalkan pengemis tersebut dan berangkat ke pertemuannya dengan Paus Yohanes Paulus II.
Pertemuan dengan Paus ini adalah sangat formal. Ada beberapa orang yang dianugerahi kesempatan untuk menghadiri audiensi pribadi dengan Paus pada waktu yang sama dan ketika Bapa Suci berjalan ke arah anda, sekretarisnya akan memberikan rosario yang sudah terberkati kepadanya dan kemudian Ia (Bapa Suci) akan memberikan rosario itu kepada anda.
Pada saat tersebut, seseorang boleh mencium cincin Paus dan berkata sesuatu dengan rendah hati umumnya seperti memohon Paus mendoakannya, berterimakasih atas pelayanan Paus atau mendoakan Paus.
Tetapi, ketika Bapa Suci Yohanes Paulus II mendekat, Imam tersebut tidak dapat menahan dirinya dan berkata, “Saya mohon berdoalah untuk teman saya.” Tidak hanya itu, imam tersebut lalu menceritakan semuanya mengenai teman seminarinya yang menjadi pengemis tersebut. Bapa Suci dengan penuh perhatian meyakinkan imam tersebut bahwa ia akan mendoakan temannya itu.
Beberapa hari kemudian, imam tersebut menerima sebuah surat dari Vatikan. Dengan bahagia dan heran, imam tersebut membawa surat itu ke gereja di mana ia terakhir bertemu teman sekelasnya di seminari.
Hanya sedikit pengemis yang tinggal dan ia bersyukur temannya termasuk di antara yang masih tinggal di gereja itu. Imam tersebut mendekati teman pengemisnya itu dan berkata, “Saya telah bertemu Paus dan ia berkata bahwa ia akan mendoakan engkau juga.”
Imam tersebut melanjutkan, “Lebih dari itu, Paus mengundang engkau dan saya ke kediaman pribadi Beliau untuk makan malam.”
Pengemis itu berkata, “Mustahil. Lihatlah saya. Saya seorang yang kotor. Saya sudah lama sekali tidak mandi dan baju saya kotor.”
Sadar bahwa Paus ingin bertemu dengan temannya itu, Imam tersebut berkata, “Saya tinggal di sebuah kamar hotel di seberang jalan. Di sana engkau dapat mandi dan bercukur. Saya akan mencarikan baju yang cocok untuk engkau.”
Oleh karena rahmat Allah, pengemis tersebut setuju dan kemudian mereka berdua pergi berangkat untuk makan malam dengan Paus Yohanes Paulus II.
Keramahan Paus menakjubkan. Menjelang akhir makan malam sebelum menikmati makanan pencuci mulut, Paus melalui sekretarisnya meminta imam tersebut meninggalkan Paus sendirian bersama dengan pengemis tersebut.
Setelah 15 menit, pengemis tersebut keluar dari ruangan dengan air mata.
“Apa yang terjadi di sana?” tanya imam tersebut.
Jawaban tak terduga muncul: “Paus meminta saya mendengarkan pengakuan dosanya.”, kata pengemis tersebut.
Pengemis itu melanjutkan, “Saya berkata kepadanya: ‘Bapa Suci, lihatlah saya. Saya seorang pengemis. Saya bukan seorang imam.’ Paus melihat saya dan berkata: ‘Anakku, sekali engkau imam, engkau adalah selamanya imam dan siapa yang di antara kita yang bukan seorang pengemis? Saya juga datang ke hadapan Tuhan sebagai seorang pengemis meminta pengampunan atas seluruh dosa-dosa saya.’Saya memberitahunya: 'Tetapi, saya tidak berada dalam persatuan dengan Gereja.' Tetapi Paus meyakinkan saya: 'Saya seorang Paus, seorang Uskup Roma. Saya dapat mengembalikan engkau sekarang juga.'”
Pengemis itu melanjutkan bahwa ia telah lama tidak mendengarkan pengakuan dosa sehingga Paus harus membantunya untuk mengucapkan kata-kata absolusi.
Imam itu bertanya, “Tetapi engkau di dalam selama 15 menit. Tentu pengakuan dosa Paus tidak berlangsung selama itu.”
“Tidak”, jawab pengemis itu, “Tetapi setelah saya mendengarkan pengakuan dosanya, saya meminta ia mendengarkan pengakuan dosa saya.”
Kata-kata penutup dari Paus Yohanes Paulus II untuk anaknya yang hilang datang dalam bentuk form dari sebuah komisi. Bapa Suci memberikan tugas pertama kepada imam-pengemis tersebut untuk pergi dan melayani orang-orang tunawisma dan pengemis di gereja tempat imam itu dulu mengemis.
Apa yang bisa kita lihat adalah teladan yang agung dari Bapa Suci Yohanes Paulus II. Ia adalah seorang yang mampu melihat tidak hanya pribadi Yesus Kristus, tetapi juga Imamat Kristus dalam mata seorang pengemis yang adalah imam. Tidak hanya itu, Bapa Suci berlutut di hadapan pengemis dalam kerendahan hati dengan penuh kesadaran akan dosanya.
Perlu diketahui bahwa Paus Yohanes Paulus II pergi mengaku dosa setiap minggu. Bagaimana dengan kita?
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar