Suatu waktu, kami diminta untuk berdoa Novena kepada Padre Pio untuk seorang anak berusia 13 tahun yang sedang sekarat karena menderita tumor di bagian bawah perutnya.
Anak yang sakit tersebut bernama Michael Andrews, tumornya sebesar bola baseball di bagian perut bawah dan dapat terlihat jelas seperti bengkak yang besar.
Anak yang sakit tersebut bernama Michael Andrews, tumornya sebesar bola baseball di bagian perut bawah dan dapat terlihat jelas seperti bengkak yang besar.
Pada suatu malam, ibunya mendengarnya menjerit dalam kesakitan. Segera ibunya berlari masuk ke kamarnya tapi menemukan anak itu sedang tertidur. Ibunya merasa heran. Sesuatu membuatnya menoleh dan memperhatikan gambar Padre Pio yang tergantung di dinding kamar, semua bagian putih dari foto itu seakan bersinar dalam kegelapan.
Mengira itu adalah pantulan sinar dari luar, sang ibu menutup rapat pintu sehingga tidak ada cahaya apapun yang masuk.
Namun demikian, gambar Padre Pio tetap bersinar. Sang ibu meraba gambar itu dengan jari-jarinya dan sinar itu memang ada di sana.
Setelah sesaat, perlahan menghilang dan kamar kembali dalam kegelapan.
Mengira itu adalah pantulan sinar dari luar, sang ibu menutup rapat pintu sehingga tidak ada cahaya apapun yang masuk.
Namun demikian, gambar Padre Pio tetap bersinar. Sang ibu meraba gambar itu dengan jari-jarinya dan sinar itu memang ada di sana.
Setelah sesaat, perlahan menghilang dan kamar kembali dalam kegelapan.
Keesokan paginya, Michael merasakan bagian bawah perutnya rata, tumor besarnya tidak terasa dan tidak teraba, hilang.
Ketika diperiksakan ke rumah sakit, dokter juga tidak dapat menemukannya.
Ketika diperiksakan ke rumah sakit, dokter juga tidak dapat menemukannya.
- Dikisahkan oleh M. Shaw
===========
===========
2. "Sarung tangan Padre Pio"
Elizabeth, putriku, berumur 8 tahun ketika ia didiagnosa menderita "hodgkin", sejenis kanker.
Ia dirawat di Rumah Sakit Our Lady's Children di Dublin berminggu- minggu.
Aku biasa mengunjunginya saat istirahat makan siangku setiap hari dan pada sore hari sebelum pulang ke rumah.
Lehernya telah terjangkiti penyakitnya dan membuatnya tak dapat berbicara.
Ia dirawat di Rumah Sakit Our Lady's Children di Dublin berminggu- minggu.
Aku biasa mengunjunginya saat istirahat makan siangku setiap hari dan pada sore hari sebelum pulang ke rumah.
Lehernya telah terjangkiti penyakitnya dan membuatnya tak dapat berbicara.
Suatu hari, suster kepala perawat yang merawat putriku, mengajakku untuk berbicara privat, ia tidak mau istriku mengetahui karena istriku agak terguncang dan kurang stabil emosinya.
Suster mengatakan padaku bahwa Elizabeth nampaknya tidak akan mampu bertahan lagi dengan kankernya.
Setelah mendengarnya, aku ke biara Kapusin St. Maria of the Angels di Dublin.
Salah seorang imam di sana, Pastor John, memiliki sarung tangan Padre Pio.
Aku memintanya untuk mengunjungi Elizabeth dan memberi berkat kepadanya.
Aku sendiri, berdevosi kepada Padre Pio sudah beberapa tahun, dan menghadiri misa harian sudah lebih dari 50 tahun, sejak dari tahun 1960.
Suster mengatakan padaku bahwa Elizabeth nampaknya tidak akan mampu bertahan lagi dengan kankernya.
Setelah mendengarnya, aku ke biara Kapusin St. Maria of the Angels di Dublin.
Salah seorang imam di sana, Pastor John, memiliki sarung tangan Padre Pio.
Aku memintanya untuk mengunjungi Elizabeth dan memberi berkat kepadanya.
Aku sendiri, berdevosi kepada Padre Pio sudah beberapa tahun, dan menghadiri misa harian sudah lebih dari 50 tahun, sejak dari tahun 1960.
Pastor John datang ke rumah sakit dan memberkati Elizabeth dengan memakai sarung tangan Padre Pio dan juga memberkati anak-anak sakit lainnya.
Tak lama setelahnya, aku saat itu sedang makan siang di restoran Fish and Chip di jalan Kimmage, ketika tiba-tiba sekeliling menjadi wangi bunga mawar.
Aku sadar seketika bahwa itu adalah kehadiran Padre Pio dan merasa agak aneh bahwa Padre Pio hadir di tempat seperti ini.
Tak lama setelahnya, aku saat itu sedang makan siang di restoran Fish and Chip di jalan Kimmage, ketika tiba-tiba sekeliling menjadi wangi bunga mawar.
Aku sadar seketika bahwa itu adalah kehadiran Padre Pio dan merasa agak aneh bahwa Padre Pio hadir di tempat seperti ini.
Beberapa hari kemudian, suster kepala perawat memberi-tahu kan berita luar biasa, bahwa semua hasil tes Elizabeth menunjukkan normal.
Putriku berangsur sembuh dengan sempurna dan suaranya juga pulih kembali.
Ketika ia bertambah dewasa, ia menjadi penyanyi profesional berkeliling Eropa.
Aku sungguh percaya, adalah lewat perantaraan Padre Pio lah, putriku mendapat kesembuhan ajaibnya.
Putriku berangsur sembuh dengan sempurna dan suaranya juga pulih kembali.
Ketika ia bertambah dewasa, ia menjadi penyanyi profesional berkeliling Eropa.
Aku sungguh percaya, adalah lewat perantaraan Padre Pio lah, putriku mendapat kesembuhan ajaibnya.
- Dikisahkan oleh Michael Gormley
=======
3. "Medali Padre Pio"
Kakak lelakiku; ayah dari sepasang putri kembar yang manis; punya masalah minum-minum, mabuk dan suka memukul selama bertahun-tahun.
Saking kecanduan minum, ia tidak bersama keluarganya lagi dan tidak memberi perhatian kepada putri-putrinya, malahan ia tinggal di tenda bersama para tuna wisma, tidak jauh dari rumah orang tua kami.
Saking kecanduan minum, ia tidak bersama keluarganya lagi dan tidak memberi perhatian kepada putri-putrinya, malahan ia tinggal di tenda bersama para tuna wisma, tidak jauh dari rumah orang tua kami.
Aku berdoa dan berdoa untuknya, agar ia menemukan kembali jalan yang benar dan kembali kepada keluarganya dan hidup yang baik.
Aku berbicara kepadanya tentang Tuhan, tentang Bunda Maria, tanpa hasil.
Terakhir, aku memberinya kartu doa dan medali Padre Pio.
Aku berbicara kepadanya tentang Tuhan, tentang Bunda Maria, tanpa hasil.
Terakhir, aku memberinya kartu doa dan medali Padre Pio.
Lalu, nampaknya doa-doaku mendapat jawaban. Kakakku mau masuk ke rehabilitasi untuk pecandu obat dan alkohol, mengikuti grup pendukung untuk menghentikan kecanduannya.
Ia kini memiliki pekerjaan dan kembali tinggal di rumah orang tua kami.
Dia juga mulai bertemu rutin mingguan dengan putri-putri manisnya.
Ia kini memiliki pekerjaan dan kembali tinggal di rumah orang tua kami.
Dia juga mulai bertemu rutin mingguan dengan putri-putri manisnya.
Beberapa hari lalu, aku kebetulan melihat, pada jaket yang ia pakai sehari-hari, tergantung pada resletingnya, medali Padre Pio.
Aku menyadari, adalah Padre Pio lah yang telah membantunya bangkit dan memberinya kekuatan yang ia butuhkan.
Aku menyadari, adalah Padre Pio lah yang telah membantunya bangkit dan memberinya kekuatan yang ia butuhkan.
- Dikisahkan oleh Bridget Walsh
=======
4. "Kembalinya 'si mantan'"
Suamiku seorang "mantan" Katolik.
Dia berhenti pergi ke Gereja.
Aku menaruh kartu doa yang ada relic Padre Pio di bawah bantalnya, ia tidak tahu hal itu, bahwa ia tiap hari tidur di atas kartu doa.
Dia berhenti pergi ke Gereja.
Aku menaruh kartu doa yang ada relic Padre Pio di bawah bantalnya, ia tidak tahu hal itu, bahwa ia tiap hari tidur di atas kartu doa.
Pada ulang tahunnya di 23 September, pada kartu ucapan selamat ulang tahun untuknya, aku melampirkan kartu doa yang sama.
Aku berdoa kepada Padre Pio, memohon agar membawa suamiku kembali kepada iman dan bertobat.
Aku berdoa kepada Padre Pio, memohon agar membawa suamiku kembali kepada iman dan bertobat.
3 hari kemudian, ketika aku sedang bersiap hendak tidur dan mengucapkan selamat malam, suamiku berkata padaku, "Lorna, tadi siang, aku pergi ke pengakuan dan bahkan naik bus untuk pergi ke Misa, dan menerima komuni."
Oh Puji Tuhan !!
Terima kasih Padre Pio !!
Oh Puji Tuhan !!
Terima kasih Padre Pio !!
- Dikisahkan oleh Lorna Smyth
=======
5. "Doakan jiwa-jiwa di Api penyucian"
5. "Doakan jiwa-jiwa di Api penyucian"
Pada tahun 1964, aku bepergian dari Filipina ke San Giovanni Rotondo bersama orang tua dan adik-adikku untuk mengunjungi Padre Pio. Akan tetapi sesampainya di sana, kami tak berhasil menemuinya karena beliau sedang sakit saat itu, dan kami meninggalkan San Giovanni dengan kecewa dan berat hati.
Pada Juni 2006, aku berkesempatan pergi ke sana lagi dalam perjalanan ziarah.
Kami melihat relic nya, rumahnya, Gerejanya, Gereja yang baru dibangun untuk menghormatinya adalah sebuah Basilika yang besar.
Tapi aku lebih tertarik kepada Gereja yang lama", Gereja Our Lady of Grace.
Aku merasakan dengan kuat kehadiran Padre Pio di sana.
Kami melihat relic nya, rumahnya, Gerejanya, Gereja yang baru dibangun untuk menghormatinya adalah sebuah Basilika yang besar.
Tapi aku lebih tertarik kepada Gereja yang lama", Gereja Our Lady of Grace.
Aku merasakan dengan kuat kehadiran Padre Pio di sana.
Di Gereja lama ini, aku berlutut di samping tempat pengakuan Padre Pio dan berdoa kepadanya dan mengakukan dosa.
Aku mencoba mengingat-ingat dosa-dosa dalam hidupku dan dengan rendah hati meminta pengantaraannya akan pengampunan Tuhan.
Aku mencoba mengingat-ingat dosa-dosa dalam hidupku dan dengan rendah hati meminta pengantaraannya akan pengampunan Tuhan.
Lalu, dalam hatiku, aku merasa seolah Padre Pio berbicara kepadaku.
Aku merasa bahwa ia menginginkan aku untuk berdoa satu kali Bapa Kami, satu kali Salam Maria, dan satu kali Kemuliaan, "untuk jiwa-jiwa di api penyucian"; setiap hari seumur hidupku.
Aku merasa bahwa ia menginginkan aku untuk berdoa satu kali Bapa Kami, satu kali Salam Maria, dan satu kali Kemuliaan, "untuk jiwa-jiwa di api penyucian"; setiap hari seumur hidupku.
Setelahnya, aku mengunjungi toko buku di samping Gereja, dan di sana aku menemukan buku dengan gambar wajah Padre Pio pada covernya dengan judul "The Holy Souls - Jiwa-jiwa Suci".
Aku membelinya dan kemudian mempelajari bahwa Padre Pio mempersembahkan Misa-Misa, doa-doa, dan amal bakti untuk menolong jiwa-jiwa di Purgatorium.
Aku tidak mengetahui hal ini sebelum aku membaca buku ini.
Aku merasa sungguh doaku didengar Padre Pio dan ia sungguh telah berbicara kepada hatiku.
Aku membelinya dan kemudian mempelajari bahwa Padre Pio mempersembahkan Misa-Misa, doa-doa, dan amal bakti untuk menolong jiwa-jiwa di Purgatorium.
Aku tidak mengetahui hal ini sebelum aku membaca buku ini.
Aku merasa sungguh doaku didengar Padre Pio dan ia sungguh telah berbicara kepada hatiku.
- Dikisahkan oleh Carmelino P. Alvendia, Jr
===========
6.Pada Perang Dunia II, di Bari, Italia terdapat markas besar Angkatan Udara Amerika.
Banyak perwira yang mengaku "diselamatkan" Padre Pio selama perang.
Bahkan Komandan Jenderal pun mengalami dan menyaksikan hal yang menakjubkan.
Banyak perwira yang mengaku "diselamatkan" Padre Pio selama perang.
Bahkan Komandan Jenderal pun mengalami dan menyaksikan hal yang menakjubkan.
Seorang Komandan Lapangan suatu waktu hendak memimpin sepasukan pengebom untuk menghancurkan tempat penyimpanan senjata Jerman yang terletak di San Giovanni Rotondo.
Sang komandan menceritakan, "ketika pesawat-pesawat mendekati sasaran, kami melihat, di angkasa, seorang pertapa dengan tangannya terangkat.
Bom bom yang kami bawa berjatuhan sendiri ke dalam hutan. Pesawat-pesawat kami berbalik sendiri tanpa digerakkan pilot.
Semua keheranan dan bingung bagaimana pesawat-pesawat kami seakan "patuh" pada pertapa tersebut. Salah seorang pilot berkata, "memang pernah mendengar ada pertapa di San Giovanni yang dapat membuat mukjizat."
Sang komandan menceritakan, "ketika pesawat-pesawat mendekati sasaran, kami melihat, di angkasa, seorang pertapa dengan tangannya terangkat.
Bom bom yang kami bawa berjatuhan sendiri ke dalam hutan. Pesawat-pesawat kami berbalik sendiri tanpa digerakkan pilot.
Semua keheranan dan bingung bagaimana pesawat-pesawat kami seakan "patuh" pada pertapa tersebut. Salah seorang pilot berkata, "memang pernah mendengar ada pertapa di San Giovanni yang dapat membuat mukjizat."
Komandan bertekad, nanti setelah perang selesai dan aman, ia akan mengunjungi dan melihat apakah pertapa yang dimaksud, sama seperti yang mereka lihat di angkasa.
Setelah perang berlalu, ia pergi ke biara Kapusin bersama beberapa pilot.
Baru saja memasuki Sakristi, ia bertemu dengan banyak imam pertapa, yang salah satunya ia kenali sebagai yang ia lihat di angkasa yang menghentikan pesawatnya bertahun silam : Padre Pio.
Baru saja memasuki Sakristi, ia bertemu dengan banyak imam pertapa, yang salah satunya ia kenali sebagai yang ia lihat di angkasa yang menghentikan pesawatnya bertahun silam : Padre Pio.
Padre Pio, di saat yang sama, mendekatinya juga dan bertanya, "Apakah anda ini yang hendak membunuh kami semua ?"
Namun, dari bahasa tubuh, kata-kata, dan pandangan mata dari Padre Pio, komandan lega dan jatuh berlutut.
Padre Pio berbicara dengannya dengan bahasa aslinya, namun sang komandan yakin mendengar dan mengerti perkataannya dalam bahasa Inggris.
Ini rupanya salah satu "karunia" Padre Pio.
Keduanya menjadi sahabat, dan sang komandan, yang sebelumnya seorang Protestan, menjadi Katolik.
Padre Pio berbicara dengannya dengan bahasa aslinya, namun sang komandan yakin mendengar dan mengerti perkataannya dalam bahasa Inggris.
Ini rupanya salah satu "karunia" Padre Pio.
Keduanya menjadi sahabat, dan sang komandan, yang sebelumnya seorang Protestan, menjadi Katolik.
========
"Padre Pio, doakanlah kami"
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Tuhan berkati & Bunda merestui
Tidak ada komentar:
Posting Komentar