HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 06 Mei 2017
Hari Biasa Pekan III Paskah
Kisah Para Rasul (9:31-42)
(Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
Yohanes (6:60-69)
Hari Biasa Pekan III Paskah
Kisah Para Rasul (9:31-42)
(Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
Yohanes (6:60-69)
"Mater et Magistra - Bunda dan Guru".
Inilah salah satu gelar yang diberikan kepada Gereja karena kehadirannya selalu diharapkan menjadi "bunda" yang menghangatkan dan "guru" yang mengajarkan banyak hal baik kepada semua org.
Hal ini juga didasarkan karena Yesus sebagai batu penjuru gereja juga selalu menjadi "magister". Ia banyak mengajar dan "menghajar", bahkan kadang ajarannya tegas dan pedas karena membutuhkan komitmen yang penuh utuh dan menyeluruh. Ketika para murid yang lain menjadi mundur karena pengajaran Yesus yang "keras dan tegas", Simon Petrus tetap maju dan "on track", ia berpegang padaNya dengan berkata: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? PerkataanMu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Bersama dengan kenangan HUT seorang "mater et magistra", (alm) Rm Mangun yg ke-88 hari ini, adapun tetralogi iman yang membuat Simon Petrus tetap "on track" menghadapi keras dan tegasnya pelbagai ajaran ilahi, antara lain:
1."Pemahaman akan Allah":
Ia mengajak kita untuk mempunyai "hidup iman", benar-benar tahu dan percaya akan Allah yang diikuti dan diimaniNya. Dalam bahasa Paulus, "scio cui credidi, aku tahu kepada siapa aku percaya."
Ia mengajak kita untuk mempunyai "hidup iman", benar-benar tahu dan percaya akan Allah yang diikuti dan diimaniNya. Dalam bahasa Paulus, "scio cui credidi, aku tahu kepada siapa aku percaya."
2."Pengalaman akan Allah":
Ia mengajak kita mengalami Allah secara personal, lewat "hidup doa" yang terarah dan teratur, lewat pelbagai praktek kesalehan sehingga yang ilahi benar-benar dirasakan dan dialami secara nyata.
Ia mengajak kita mengalami Allah secara personal, lewat "hidup doa" yang terarah dan teratur, lewat pelbagai praktek kesalehan sehingga yang ilahi benar-benar dirasakan dan dialami secara nyata.
3."Pengamalan akan Allah":
Seperti Petrus yang mengamalkan kasih ilahi secara nyata lewat pewartaan dan kesaksiannya, kita juga diajak mempunyai "hidup karya", yang penuh kasih dan kerahiman, yang mempunyai keterlibatan sekaligus keberpihakan karena bukankah tepat bahwa iman kita tidak berjalan di atas awan? Bukankah iman yang kita yakini dan pahami juga harus kita bumikan secara real dan aktual dalam hidup nyata?
Seperti Petrus yang mengamalkan kasih ilahi secara nyata lewat pewartaan dan kesaksiannya, kita juga diajak mempunyai "hidup karya", yang penuh kasih dan kerahiman, yang mempunyai keterlibatan sekaligus keberpihakan karena bukankah tepat bahwa iman kita tidak berjalan di atas awan? Bukankah iman yang kita yakini dan pahami juga harus kita bumikan secara real dan aktual dalam hidup nyata?
4."Penghayatan akan Allah":
Akhirnya semua pemahaman-pengalaman dan pengamalan mengantar kita untuk sampai kepada penghayatan akan Allah yang selalu hadir dan mengalir, yang bersolider dengan suka dan duka lara, tawa dan tangis dunia kita lewat "hidup harian".
Akhirnya semua pemahaman-pengalaman dan pengamalan mengantar kita untuk sampai kepada penghayatan akan Allah yang selalu hadir dan mengalir, yang bersolider dengan suka dan duka lara, tawa dan tangis dunia kita lewat "hidup harian".
"Dari Matraman sampai Kranji - Jadilah orang beriman yang tahan uji.".
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
I.
"Credo et fido - Aku percaya dan aku mengimani."
I.
"Credo et fido - Aku percaya dan aku mengimani."
Inilah yang ditunjukkan oleh Petrus dkk ketika Yesus mengatakan hal-hal yang sulit untuk dimengerti. Dengan kepercayaan iman inilah, Petrus dkk menjadi gereja perdana yang selalu hadir sebagai umat pilihan Tuhan yang "dikhususkan-disatukan dan dikuduskan".
Adapun 3 kebiasaan dasar sebagai umat pilihan Tuhan, antara lain: "PIkirkan tujuan-LIbatkan iman dan ANdalkan Tuhan". Caranya? Belajarlah dari pilihan kita sebagai orang Katolik yang mempunyai 7 karakteristik iman, seperti yang saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius), antara lain:
A."Kristussentris"/belajar hidup berpusat pada Kristus-bukan lagi egosentris/pastorsentris;
B."Apostolik"/belajar dari tradisi iman para rasul yang turun-menurun.
C."Tujuh sakramen"/ belajar bersaksi - menjadi tanda hadirnya "Yang Kudus", citra Allah dinyatakan setiap hari.
D."Orang kudus"/ belajar beriman dari teladan dan doa Bunda Maria dan santo santa.
E."Liturgi ekaristi"/ belajar berdoa dan selalu bersyukur.
F."Inkarnasi"/ Allah menjadi manusia-belajar terlibat dan turun tangan membuat interupsi di tengah jemaat dan masyarakat.
G. "Kitab suci"/ belajar untuk akrab dan selalu mencintai firmanNya.
Just do it!
“Dari Matraman ke Kroya – Mari beriman dan selalu berkarya.”
“Dari Matraman ke Kroya – Mari beriman dan selalu berkarya.”
II.
01. Sebagian besar ekseget (ahli tafsir Kitab Suci) berpendapat bahwa Yoh 6:51-59 yang berisi sabda Yesus tentang Ekaristi yakni “makan daging-Ku” dan “minum darah-Ku” merupakan sisipan yang ditambahkan kemudian.
01. Sebagian besar ekseget (ahli tafsir Kitab Suci) berpendapat bahwa Yoh 6:51-59 yang berisi sabda Yesus tentang Ekaristi yakni “makan daging-Ku” dan “minum darah-Ku” merupakan sisipan yang ditambahkan kemudian.
Pendapat itu disimpulkan berdasarkan alasan sebagai berikut :
(i) Bila kita membaca Yoh 6:35-50 dan langsung dilanjutkan dengan Yoh 6:60-71 alur gagasan dan ceritanya sangat runtut, lancar dan berkait erat.
(ii) Dalam ay. 60 dikisahkan bahwa banyak murid menganggap perkataan Yesus keras dan mereka tidak sanggup mendengarnya. “Keras” maksudnya kontroversial, sulit dipahami dan diterima. Dalam ayat-ayat berikutnya (ay. 64.65.69) yang dibahas adalah soal ketidakpercayaan bukan soal menolak “makan daging” atau “minum darah”. Maka yang dianggap sebagai Sabda yang kontroversial dan sulit diterima oleh sebagian murid itu adalah pewahyuan Yesus tentang Diri-Nya sebagai Roti Hidup yang turun dari surga (ay. 48-50).
(iii) Sabda Yesus dalam ay. 63 “daging sama sekali tidak berguna” kurang selaras dengan Sabda-Nya tentang Ekaristi yakni “makan daging-Ku” dalam ay. 53-55. Nampaknya yang dimaksud Yesus dalam ay. 63 adalah daging dalam arti umum, yakni kemanusiaan kita. Kemanusiaan dengan segala kelemahannya tidak mampu menyelamatkan diri dan bahkan tidak dapat menerima keselamatan yang ditawarkan Yesus (bdk. Mat 16:17).
(iv) Kalimat elips dalam ay. 62 (kalimat yang tidak lengkap, hanya bagian jikalau …) : Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? berkaitan langsung dengan pewahyuan Yesus sebagai Roti Kehidupan yang turun dari surga (ay. 48-50) sehingga kalau kalimat itu dilanjutkan kiranya menjadi: “maka kamu akan memahami bahwa Akulah Roti Hidup yang turun dari surga”. Artinya para murid akan memahami jati diri Yesus yang sesungguhnya, yakni sebagai Roti Hidup yang berasal dari surga setelah kenaikan-Nya ke surga, ke tempat Ia sebelumnya berada. Pewahyuan ini menunjuk pada pre-eksistensi Sabda, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah” (Yoh 1:1-2).
Sisipan itu nampaknya ditambahkan karena dalam Injil Keempat tidak ada kisah institusi Ekaristi.
Sisipan itu nampaknya ditambahkan karena dalam Injil Keempat tidak ada kisah institusi Ekaristi.
02. Umat Perjanjian Lama dibawah pimpinan Yosua (Yos 24:1-2a.15-17.18b, Bacaan I) memperbaharui janji setia mereka kepada Allah nenek moyang, Allah Abraham, Ishak dan Yakub yang telah membebaskan mereka dari penjajahan di Mesir dan menuntun menuju Tanah Terjanji, yang telah membuktikan kebaikan dan kuasa-Nya di sepanjang sejarah perjalanan bangsa. Ketegasan sikap ini diperlukan karena mereka akan menjalani hidup bersama dengan suku asli Kanaan yaitu suku Amori yang mempunyai dewa-dewi dengan tradisi kultisnya sendiri. Semua itu bisa menjadi godaan serius bagi bangsa Israel untuk meninggalkan Allah dengan meniru cara ibadah orang-orang Kanaan jika mereka tidak mempunyai iman yang mendalam dan tangguh. Dalam perikop hari ini, setelah menerima pewahyuan, para murid pun harus mengambil keputusan iman. Namun berbeda dengan umat Perjanjian Lama yang bersedia untuk memperbaharui janji setia kepada Allah, dalam kisah Injil hari ini sebagian para murid justru meninggalkan Yesus karena ketidakpercayaan dan ketertutupan hati mereka.
03. Tragis memang apa yang dilakukan oleh orang-orang Galilea itu. Mukjizat pergandaan roti membuat mereka begitu kagum dan terpesona terhadap pribadi Yesus sehingga dengan antusias ingin mengangkat-Nya sebagai raja. Namun keterpesonaan itu ternyata dengan mudah hilang tanpa bekas. Pada mulanya mereka tertarik untuk mengikuti Yesus karena apa yang dilakukan-Nya. Namun ketika Yesus menjelaskan mukjizat itu dalam konteks perwahyuan diri-Nya, para murid mengalami kesulitan untuk memahami dan bahkan beberapa diantaranya meninggalkan-Nya. Kesulitan memahami Sabda Yesus yang mengakibatkan kesalahpahaman menjadi cara Yohanes untuk mewartakan pewahyuan yang penting (mis. Kisah perjumpaan Yesus dengan Nikodemus, Wanita Samaria dsb). Pemahaman yang utuh dan benar hanya dimiliki oleh orang yang beriman.
Pewahyuan diri sebagai Roti Hidup dan perlunya makan daging dan minum darah-Nya untuk memperoleh kehidupan kekal dianggap sebagai kata-kata yang "keras" maksudnya sulit dipahami, mustahil dan menimbulkan sandungan. Makan daging dan minum darah manusia bagi orang-orang Yahudi bukan hanya merupakan kekejaman tetapi juga pelanggaran berat terhadap hukum Taurat. Itulah sebabnya mereka bersungut-sungut dan akhirnya meninggalkan Dia. Mereka sangat mengagumi apa yang dilakukan Yesus, namun gagal untuk memahami pribadi atau jati diri Yesus. Mengapa? Karena mereka tidak mempunyai iman! Tanpa iman, semua tindakan yang berciri simbolik dan sakramental sulit dipahami.
Pewahyuan diri sebagai Roti Hidup dan perlunya makan daging dan minum darah-Nya untuk memperoleh kehidupan kekal dianggap sebagai kata-kata yang "keras" maksudnya sulit dipahami, mustahil dan menimbulkan sandungan. Makan daging dan minum darah manusia bagi orang-orang Yahudi bukan hanya merupakan kekejaman tetapi juga pelanggaran berat terhadap hukum Taurat. Itulah sebabnya mereka bersungut-sungut dan akhirnya meninggalkan Dia. Mereka sangat mengagumi apa yang dilakukan Yesus, namun gagal untuk memahami pribadi atau jati diri Yesus. Mengapa? Karena mereka tidak mempunyai iman! Tanpa iman, semua tindakan yang berciri simbolik dan sakramental sulit dipahami.
04. Dalam ay. 61 dan 64 diceritakan bahwa Yesus sudah tahu sejak semula para murid yang akan menolak-Nya dan bahkan yang akan mengkhianati-Nya. Keterangan ini mau menjelaskan bahwa peristiwa-peristiwa yang dialami Yesus sepenuhnya berada dalam kendali atau kuasa-Nya. Di hadapan Pilatus yang merasa berkuasa atas hidup-Nya, Yesus menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yoh 19:11). Kemudian dalam ay. 65 Yesus menegaskan bahwa iman itu pertama-tama adalah anugerah dari Bapa. Namun anugerah itu harus ditanggapi dengan keterbukaan pikiran dan kebebasan hati. Kita harus selalu menyesu-aikan pikiran, hati, kehendak dan tindakan dengan rancangan Allah.
05. Dalam ay. 60 dan 66 dinyatakan bahwa “banyak” (Yun. polloi) murid Yesus yang mengundurkan diri dan tidak mengikuti Dia lagi. Kata “polloi” bisa berarti “banyak” tetapi juga bisa berarti “beberapa”. Tidak pernah dijelaskan oleh Yohanes berapa banyak murid Yesus. Yang pasti mereka yang mengundurkan diri itu tidak termasuk 12 murid utama yang disebut rasul (ay. 66-67). Mewakili kedua belas rasul, Petrus menegaskan sikap dan pilihannya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda yang hidup dan kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (ay. 68). Petrus mengungkapkan keyakinan imannya dengan tegas bahwa Sabda-Nya memberikan atau membawa kepada kehidupan kekal. Dengan menyebut Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah” Petrus mengakui bahwa Yesus itu berasal dari Allah, sumber segala kekudusan, sehingga Ia pun pasti kudus, bersatu dengan Roh Kudus Allah dan mampu memberikan hidup kekal. Gelar itu juga menunjuk pada penyerahan Diri Yesus yang total pada tugas perutusan-Nya sebagai Penyelamat yang diurapi, dikuduskan oleh Bapa (Yoh 10:36; 17:17-19; Why 3:7). Dalam Injil Yohanes kata “percaya” dan “tahu” merupakan ungkapan yang penting dan saling melengkapi. Sering kedua kata itu dipakai dalam urutan terbalik, “tahu” dan “percaya” (Yoh 16:30; 17:8; 1 Yoh 4:16). Iman menjadikan pemahaman dan pengenalan pribadi semakin mendalam dan utuh, sebaliknya pengenalan pribadi yang utuh membuat iman semakin mendalam dan tangguh.
06. Dalam penyelidikan kanonik biasanya saya bertanya pada para calon mempelai, “Apakah kamu yakin bahwa calon pasangan hidupmu itu merupakan jodoh yang akan setia mendampingimu sampai akhir hidup? Darimana kamu mendapatkan keyakinan itu?”. Saya berharap mereka menjawab bahwa keyakinan itu muncul setelah mengenal secara mendalam pribadi calon pasangan hidupnya selama masa pacaran. Apakah keyakinan itu dapat menjamin bahwa perkawinan mereka bisa lestari, setia dan bahagia seumur hidup? Tentu saja tidak ada kepastian mutlak matematis. Dalam pengenalan itu selalu tersisa ketidaktahuan, ketidakpastian. Dan itulah misteri kehidupan. Itulah hakekat iman. Iman selalu mempunyai sisi misteri yang berada di luar kemampuan kita untuk memahaminya. Iman membutuhkan penyerahan diri seutuhnya. Pengenalan akan Allah menjadi inti kekuatan Paulus dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan penderitaan. Di tengah suasana yang sangat berat, di balik terali penjara, di waktu mengalami penganiayaan dan penyiksaan, saat ditinggalkan sahabat-sahabatnya, Paulus tetap tidak kehilangan pegangan dan arah hidup, tidak mengalami keputusasaan, bahkan tidak kehilangan keyakinan akan pertolongan dan pemeliharaan Allah. Paulus memiliki pengenalan yang baik akan Allahnya sehingga dengan penuh keyakinan ia berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya.” (2 Tim 1:12 “Scio cui credidi“)
07. Beberapa waktu lalu, di pusat kota metropolit Manila, ada seorang pemain sirkus yang menunjukkan kebolehannya naik sepeda berjalan di atas seutas tali yang direntangkan di antara dua gedung bertingkat. Di bagian depan sepeda ada sebuah keranjang dan di dalamnya diletakkan sebuah karung. Dengan ditonton oleh banyak orang, dia melintas dari satu ujung tali ke ujung yang lain. Semua orang berdecak kagum, memuji kehebatan pemain sirkus tersebut.
Kemudian pemain sirkus tadi mendekati para penonton dan bertanya, "Apakah Anda percaya bahwa saya dapat melintasi tali ini sekali lagi dan sampai ke seberang dengan selamat?" Spontan para penonton berteriak, "Percaya!" Kemudian pemain sirkus ini bertanya lagi, "Kalau anda sungguh percaya, siapa yang mau ikut dengan saya duduk di dalam keranjang yang ada di sebelah depan sepeda saya." Para penonton terdiam. Tidak ada satupun yang berani. Mereka takut, kalau jatuh bisa berakibat fatal. Namun akhirnya ada seorang anak yang berani. Dia naik ke sepeda menggantikan beban karung dan ikut bersama pemain sirkus tadi melintasi tali. Dengan penuh ketegangan para penonton menyaksikan mereka melintas tali, dan akhirnya berhasil sampai di seberang dengan selamat. Dan siapakah anak itu? Ternyata dia adalah anak kandung dari pemain sirkus itu sendiri. Anak tadi percaya akan kemampuan ayahnya dan dia yakin ayahnya pasti tidak akan mencelakakannya. Pengenalan akan ayahnya membuat dia percaya dan sebaliknya kepercayaan itu menjadikan pengenalan akan ayahnya semakin mendalam.
Iman berarti keberanian untuk berserah, mempertaruhkan diri sepenuhnya tanpa keraguan. Keraguan membuat kita tidak berani bertindak. Bagi orang yang beriman pengetahuan menjadi nyata dalam tindakan.
Berkah Dalem.
Kemudian pemain sirkus tadi mendekati para penonton dan bertanya, "Apakah Anda percaya bahwa saya dapat melintasi tali ini sekali lagi dan sampai ke seberang dengan selamat?" Spontan para penonton berteriak, "Percaya!" Kemudian pemain sirkus ini bertanya lagi, "Kalau anda sungguh percaya, siapa yang mau ikut dengan saya duduk di dalam keranjang yang ada di sebelah depan sepeda saya." Para penonton terdiam. Tidak ada satupun yang berani. Mereka takut, kalau jatuh bisa berakibat fatal. Namun akhirnya ada seorang anak yang berani. Dia naik ke sepeda menggantikan beban karung dan ikut bersama pemain sirkus tadi melintasi tali. Dengan penuh ketegangan para penonton menyaksikan mereka melintas tali, dan akhirnya berhasil sampai di seberang dengan selamat. Dan siapakah anak itu? Ternyata dia adalah anak kandung dari pemain sirkus itu sendiri. Anak tadi percaya akan kemampuan ayahnya dan dia yakin ayahnya pasti tidak akan mencelakakannya. Pengenalan akan ayahnya membuat dia percaya dan sebaliknya kepercayaan itu menjadikan pengenalan akan ayahnya semakin mendalam.
Iman berarti keberanian untuk berserah, mempertaruhkan diri sepenuhnya tanpa keraguan. Keraguan membuat kita tidak berani bertindak. Bagi orang yang beriman pengetahuan menjadi nyata dalam tindakan.
Berkah Dalem.
III.
Tubuh Kristus memberi hidup kepada mereka yang bersatu dengan Dia. (St. Sirilus dari Aleksandria)
Tubuh Kristus memberi hidup kepada mereka yang bersatu dengan Dia. (St. Sirilus dari Aleksandria)
Antifon Pembuka (lih. Kol 2:12)
Kita dikubur bersama Kristus dalam pembaptisan dan dibangkitkan bersama dengan Dia pula berkat kepercayaan kita akan kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari alam maut. Alleluya.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahabaik, dalam pembaptisan Engkau memberi hidup baru bagi orang yang percaya kepada-Mu. Lindungilah kami semua, yang dilahirkan kembali dalam Kristus dan dibebaskan dari kesesatan. Semoga kami semakin setia memelihara rahmat-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Kuasa dan kebesaran hidup orang Kristen akan didapat dari hati yang takut akan Allah. Petrus adalah salah satu contohnya.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (9:31-42)
"Jemaat dibangun, dan jumlahnya makin bertambah besar, oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus."
Selama beberapa waktu setelah Saulus bertobat, jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus. Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan kemana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida. Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Kata Petrus kepadanya, “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu. Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan. Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita, dalam bahasa Yunani: Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Adapun Lida dekat dengan Yope. Maka ketika murid-murid mendengar bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan, “Segeralah datang ke tempat kami.” Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas, dan semua janda datang berdiri di dekatnya. Sambil menangis, mereka menunjukkan kepada Petrus semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. Tetapi Petrus menyuruh mereka keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kmudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata, “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya, dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan membantu ia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope, dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Sesudah peristiwa itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku?
Ayat. (Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku. Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku: Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.
Ref. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku?
Ayat. (Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Ul: 1Kor 10:lh.16)
1. Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebaikan-Nya kepadaku. Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.
2. Aku akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya. Sungguh berhargalah di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
3. Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari sahaya-Mu! Engkau telah melepaskan belengguku: Aku akan mempersembahkan kurban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:63b.68b)
Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (lih. Yoh 6:63b.68b)
Perkataan-perkataan-Mu adalah roh dan hidup. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.
Banyak hal yang akan menggoncangkan iman kepada Yesus. Hanya orang yang mau terus kepada-Nya, akan bertahan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (6:60-69)
"Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal."
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, maka berkatalah Ia kepada mereka, “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Lalu bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna! Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid Yesus mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (Yoh 17:20-21)
Tuhan bersabda, "Ya Bapa, Aku berdoa bagi mereka, semoga mereka bersatu dalam Kita, agar dunia percaya, bahwa Engkau telah mengutus Aku." Alleluya.
Doa Malam
Tuhan Yesus, terimalah persembahanku hari ini, baik berupa keberhasilan, kegagalan maupun kecemasanku. Perbaruilah hidupku, terutama agar aku sungguh-sungguh hidup dalam iman dan mengikuti Engkau dengan iman yang tak tergoyahkan. Sebab Engkaulah Tuhan dan Juruselamatku, dan di dalam Engkau aku menemukan kehangatan kasih-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar