Salve, Regina, Mater misericordiæ,
vita, dulcedo, et spes nostra, salve.
Ad te clamamus exsules filii Hevæ,
Ad te suspiramus, gementes et flentes
in hac lacrimarum valle
vita, dulcedo, et spes nostra, salve.
Ad te clamamus exsules filii Hevæ,
Ad te suspiramus, gementes et flentes
in hac lacrimarum valle
Eia, ergo, advocata nostra, illos tuos
misericordes oculos ad nos converte;
Et Jesum, benedictum fructum ventris tui,
nobis post hoc exsilium ostende.
O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria.
misericordes oculos ad nos converte;
Et Jesum, benedictum fructum ventris tui,
nobis post hoc exsilium ostende.
O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria.
Ora pro nobis, sancta Dei Genitrix.
Ut digni efficamur promissionibus Christi.
Ut digni efficamur promissionibus Christi.
Salam, ya Ratu, bunda yang berbelas kasih,
hidup, hiburan, dan harapan kami.
dengarkan kami anak Hawa yang terbuang,
Bunda, perhatikan keluh kesah kami
dalam lembah duka ini.
hidup, hiburan, dan harapan kami.
dengarkan kami anak Hawa yang terbuang,
Bunda, perhatikan keluh kesah kami
dalam lembah duka ini.
Ya Ibunda, ya penolong kami, dengan mata
yang memancarkan kasihan pandanglah kami;
Dan kelak, tunjukkanlah kepada kami,
Yesus, buah rahimmu yang terpuji.
Maria, yang pemurah, ya Perawan yang baik hati.
yang memancarkan kasihan pandanglah kami;
Dan kelak, tunjukkanlah kepada kami,
Yesus, buah rahimmu yang terpuji.
Maria, yang pemurah, ya Perawan yang baik hati.
Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah,
Supaya kami dapat menikmati janji Kristus.
**********
Supaya kami dapat menikmati janji Kristus.
**********
Doa Salve Regina berasal dari abad ke-11, dikatakan kemungkinan besar diciptakan oleh Hermann of Reichenau, seorang ilmuwan dan rahib Jerman, yang juga dikenal sebagai Hermannus Contractus / Hermannus Augiensis atau Herman the Cripple (Herman si Pincang) yang juga menciptakan doa Alma Redemptóris Mater.
Namun ada legenda lain yang menyebutkan bahwa Doa Salve Regina awalnya berasal dari "Antiphona de Podio" (Kidung pujian dari Le Puy), yang digubah oleh Adhémar, Uskup Puy-en-Velay.
Adhémar adalah orang pertama yang meminta izin untuk ikut dalam Perang Salib, dan orang pertama yang menerima salib dari Paus Urbanus II.
Dikatakan, sebelum berangkat di penghujung Oktober 1096, dia menciptakan lagu perjuangan Perang Salib, yang dalam syairnya dimohonkan doa restu dari Sang Ratu Surga, Salve Regina.
Konon dia lalu meminta agar para rahib Cluny memasukkannya dalam ibadat harian mereka, namun tidak ada bukti penggunaannya di Cluny sebelum masa Petrus Venerabilis (sekitar tahun 1135), yang mendekritkan agar kidung tersebut dinyanyikan mengiringi prosesi pada perayaan-perayaan tertentu.
Adhémar adalah orang pertama yang meminta izin untuk ikut dalam Perang Salib, dan orang pertama yang menerima salib dari Paus Urbanus II.
Dikatakan, sebelum berangkat di penghujung Oktober 1096, dia menciptakan lagu perjuangan Perang Salib, yang dalam syairnya dimohonkan doa restu dari Sang Ratu Surga, Salve Regina.
Konon dia lalu meminta agar para rahib Cluny memasukkannya dalam ibadat harian mereka, namun tidak ada bukti penggunaannya di Cluny sebelum masa Petrus Venerabilis (sekitar tahun 1135), yang mendekritkan agar kidung tersebut dinyanyikan mengiringi prosesi pada perayaan-perayaan tertentu.
Ada juga legenda yang mengaitkannya dengan Santo Bernardus dari Clairvaux.
Dikisahkan bahwa ketika St. Bernardus bertugas sebagai legatus apostolik di Jerman, saat dia memasuki katedral pada Malam Natal 1146 dalam sebuah prosesi diiringi nyanyian Salve Regina, dan tatkala bait "O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria" dinyanyikan, dia berlutut tiga kali.
Pelat-pelat kuningan dipasang pada lantai Gereja, untuk menandai jejak langkahnya, serta tempat-tempat dia dengan perasaan mendalam menyerukan “kemurahan hati, belas kasih, dan kebaikan Perawan Maria yang terberkati"
(Ratisbonne, "Life and Times of St. Bernard", 1855).
Dikisahkan bahwa ketika St. Bernardus bertugas sebagai legatus apostolik di Jerman, saat dia memasuki katedral pada Malam Natal 1146 dalam sebuah prosesi diiringi nyanyian Salve Regina, dan tatkala bait "O clemens, O pia, O dulcis Virgo Maria" dinyanyikan, dia berlutut tiga kali.
Pelat-pelat kuningan dipasang pada lantai Gereja, untuk menandai jejak langkahnya, serta tempat-tempat dia dengan perasaan mendalam menyerukan “kemurahan hati, belas kasih, dan kebaikan Perawan Maria yang terberkati"
(Ratisbonne, "Life and Times of St. Bernard", 1855).
Syair Salve Regina seperti yang ada sekarang adalah sama dengan yang ada di Biara Cluny sejak abad ke-12, dan penggunaannya dalam liturgi Katolik tersebar luas sejak saat itu.
Di abad pertengahan, para rahib sisterian memakainya dalam doa harian mereka; juga adalah doa yang paling sering dipakai para pelaut untuk pemberkatan kapal. Dan juga sering dipakai sebagai lagu penutup pada misa penguburan pastor yang dinyanyikan bersama-sama oleh para pastor lain yang menghadirinya.
Di abad pertengahan, para rahib sisterian memakainya dalam doa harian mereka; juga adalah doa yang paling sering dipakai para pelaut untuk pemberkatan kapal. Dan juga sering dipakai sebagai lagu penutup pada misa penguburan pastor yang dinyanyikan bersama-sama oleh para pastor lain yang menghadirinya.
Pada abad ke-18, Salve Regina menjadi salah satu pokok bahasan dalam kitab klasik Mariologi Katolik Roma, Kemuliaan-Kemuliaan Maria karya St. Alfonsus Liguori. Dalam bagian pertama, dan bagian utama dari kitab tersebut, St. Alfonsus, Sang Doktor Gereja; membahas Salve Regina secara rinci, dan dengan berdasar atas Salve Regina menjelaskan bagaimana Allah memberikan Maria kepada umat manusia sebagai "Pintu Gerbang Surga".
Di masa sekarang, Salve Regina umumnya didaraskan seusai Doa Rosario, dan dalam liturgi, Salve Regina adalah salah satu dari empat antifon Maria yang didaraskan sesudah ibadat penutup, atau waktu-waktu lainnya dalam ibadat harian.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar