Ads 468x60px

Ecclesia semper reformanda - Gereja harus selalu diperbarui.


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
"Ecclesia semper reformanda - Gereja harus selalu diperbarui."
Di tengah konteks gereja yang kadang kadar garamnya mulai "tawar" dan terangnya mulai "redup", Yesus selalu hadir membawa perubahan dan pembaruan mendasar sebagai garam yang benar-benar garam dan terang yang benar-benar terang, dalam bahasa Karl Rahner, "in permanent genesis":
Yesus mengatakan bahwa: "anggur yang baru harus disimpan dalam kantong baru." Dengan kata lain: Kita diajak untuk menjadi "kantong baru" supaya semua nilai keutamaan yang dibawa Yesus secara baru bisa tersimpan dan terbatinkan dalam hati dan hidup harian kita.
Adapun beberapa inspirasi dasarnya, antara lain:
1."Mintalah rahmat":
Dalam kultur masyarakat Yahudi, kantong anggur didesain secara khusus, yakni diberi lapisan minyak yang menjadikan kantong lembut, lentur dan fleksibel sehingga ketika dituangi anggur, akan mengembang dan menyesuaikan diri. Seiring berjalannya waktu, lapisan minyak dalam kantong tersebut semakin berkurang sehingga menjadi tidak lentur lagi, tua-keras dan kaku.
Dengan kata lain: Kita perlu "minyak" dalam gulat geliat hidup ini dan bukankah "minyak" itu ada dalam aneka sakramen (baptisan-krisma-minyaksuci-imamat dll) yang kita terima? Bukankah urapan minyak tersebut juga menjadi tanda bahwa kita mendapat rahmat dan menerima anugerah Roh Kudus? Bukankah "minyak" itu juga bisa kita minta terus kepadaNya lewat hidup doa dan olah rohani kita?
2."Berbelaskasihanlah setiap saat":
Ia mengajak kita menjadi orang yang tulus dan bijaksana, yang selalu siap berbuat baik bukan karena mau dipuji/dianggap baik seperti karakter orang farisi tapi karena memang sadar bahwa inilah yang diperlukan supaya kita lahir baru terus sebagai saksi yang sejati, lewat pelbagai karya dan amal kasih kita yang nyata, ucapan yang penuh cinta dan doa untuk sesama serta semesta.
3."Percayalah sampai akhir hayat":
Ia mengajak kita untuk beriman penuh-utuh dan menyeluruh kepadaNya setiap hari. Kualitas iman inilah yang membuat kita semakin mantap untuk selalu menyimpan dan merawat semua sabda dan karya kasihNya dalam "kantong" hidup harian kita secara real-aktual dan kontekstual.
"Dari Pasar Baru ke Gunung Sahari - Lahirlah baru setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan berkati & Bunda merestui
Fiat Lux!
NB:
“In vino veritas - Di dalam anggur adalah kebenaran.”
Inilah salah satu pepatah Latin yang menyiratkan betapa dekatnya anggur dengan kehidupan harian mereka. Yesus sendiri datang sebagai “pokok anggur yang baru”.
Bicara soal anggur, ia termasuk buah dalam keluarga Vitaceae, yang bisa diolah untuk membuat juice, jelly, minuman anggur, minyak biji anggur dan kismis, atau juga bisa dimakan langsung. Kita perlu ingat bahwa anggur sebetulnya adalah tanaman tertua yang dibudidayakan manusia.
Adalah sebuah penelitian historis: Pada mummi di Mesir (yang telah berusia lebih dari 3000 tahun), ditemukan biji-biji anggur yang diduga merupakan bekal kematian. Adapun, anggur adalah buah meja di lingkungan Kekaisaran Yunani dan Mesir Kuno, jelasnya buah anggur ini telah dikonsumsi sejak zaman pra sejarah dengan beberapa warnanya, yaitu: merah, ungu, hijau dan kuning.
Ibarat anggur yang mempunyai aneka keutamaan, adapun dua keutamaan Yesus yang tampak pada bacaan hari ini yang juga pernah saya tulis dalam buku "XXX - Family Way" (RJK, Kanisius), al:
A.Menyegarkan:
Buah anggur kaya antioksidan dan mengandung pelbagai vitamin serta memiliki serat dan kadar air yang tinggi. Ia juga memiliki kandungan mineral besi, fosfor, kalsium, serta kalium. Jelasnya, buah anggur itu menyegarkan. Ia melancarkan aliran darah dan obat bagi para penderita liver, ginjal dan sistem pencernaan.
Yesus juga hadir untuk menyegarkan iman kita. Ketika semua yang lain sedang berpuasa sesuai tradisi keagamaan yang berlaku, para murid Yesus justru makan. Kenyataan itu dikisahkan dalam perikop Injil hari ini. Para murid Yohanes datang kepada Yesus dan mempersoalkan kenyataan tersebut. Mereka berkata kepada Yesus: “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak? Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu ada bersama mereka? (Mat. 9:14-15). Ia menginkan ketulusan hati dalam menjalankan ritual iman. Bukankah setiap pemikiran dan tindakan yang baik harus diawali dengan hati yang baik pula? Ia mengajak kita beriman secara segar, sesuai dengan konteks aktual karena didasari hati yang merdeka sebagai anak anak Allah: "..Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya" (Mat 9:17)
B.Menyembuhkan:
Biji anggur dapat menghentikan penyebaran dari sel-sel kanker karena memiliki kandungan seng dan mangan. Seng dan mangan inilah yang berguna juga untuk mengatasi peradangan prostat, mengerem laju penuaan, mencegah penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) termasuk mencegah stroke dan serangan jantung. Selain itu, biji anggur dapat merangsang pembentukan jaringan kolagen yang menggantikan kulit tua atau rusak. Biji anggur menjanjikan kemampuan lebih baik dalam meredam penuaan dan menggiatkan peremajaan sel-sel tubuh manusia. Jelasnya, ia hadir dan menyembuhkan.
Itulah juga yang dibuat oleh Yesus. Ia menyembuhkan kedegilan dan kepicikan iman kita. Ia hadir bagaikan ‘anggur baru’ dengan ‘kantong anggur yang baru’ (Mat. 9:17). Ia mengajak kita juga untuk “sembuh”: sungguh-sungguh mau hidup secara baru bersama Dia dan dalam Dia.
“Daun waru di Taman Asri - Mari lahir baru setiap hari.”


============

HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
”Ego Mitto Vos - Aku sekarang mengutus kamu.”
Inilah ajakan misi Yesus dengan menunjuk tujuh puluh murid dan mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Sering jumlah 70 ini dikaitkan dengan jumlah anggota sanhedrin. Namun, lebih tepat jika jumlah ini dikaitkan dengan Kejadian 10 tentang jumlah 70 bangsa di dunia ini (bdk. Ul 32:8; Kel 1:5).
Jadi, misi Yesus bersifat universal kepada bangsa-bangsa di dunia, bukan hanya partial kepada bangsa Yahudi saja. Yesus juga tidak berkarya sendirian di dalam mewartakan Kerajaan Allah tapi Ia membutuhkan para murid sebagai “co-laborator”: mitra karya bersama.
Nah, kalau sebelumnya dalam seri “SKI-SEKOLAH KERAHIMAN ILAHI”, saya kerap mengangkat pola “3H” (Holy Happy Healthy) dan “3S” (Senyum Sapa Salam), maka minggu ini, adapun tiga perutusan dasar Yesus dapat dirumuskan sebagai “3M”, al:
1.Mother:
“Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu.” (Yes 66:12-13).
Jelaslah bahwa Tuhan hadir seperti seorang “mother”: ibu yang berbagi kehangatan dan bukan kejahatan, pujian dan bukan makian, kehidupan dan bukan gosipan. Ia juga mengajak kita menjadi “ibu” yang mau berbagi kehangatan bagi sesama kita secara real dan aktual dengan karya murah hati, ucapan yang memberkati dan doa yang semakin sepenuh hati setiap harinya.
2.Messenger:
Para murid yang digambarkan sebagai "domba" (pribadi yang “Damai OMongannya karena Bersama Allah”) di tengah “serigala” (dunia yang “SERakah Irihati GALAk”), diajak untuk setia menjadi messenger, pembawa pesan kasih Tuhan.
Adapun pesannya hari ini ialah “damai sejahtera(Ibr: Syalom). Kita jelasnya juga diajak menjadi messenger” yang memperjuangkan persatuan dan bukan perpecahan, yang berbagi kedamaian dan bukan kebencian, yah perdamaian entah damai teologis (terhadap Tuhan), damai sosiologis (terhadap sesama), damai psikologis (terhadap diri sendiri) maupun juga damai ekologis (terhadap alam semesta).
Gambaran "domba" sendiri sebagai binatang yang lembut dan tanpa senjata mengajak kita untuk terus maju mewartakan Injil yang penuh kedamaian, yang terwujud pula dalam tindakan afektif/sapaan, kuratif/penyembuhan maupun karitatif/amal kasih.
3.Model:
Para murid tidak diperkenankan membawa uang, bekal dan kasut agar misi perutusan mereka bersifat lepas bebas”, tidak bergantung pada apa yang mereka punyai (mereka bawa) tetapi pada apa yang mereka lakukan dan wartakan, yakni Tuhan dan karya keselamatan-Nya (providential divina –penyelenggaraan Tuhan).
Ya, Tuhan mengajak kita menjadi saksi perutusan, bukan hanya dengan kata kata tapi dengan tindakannyata, karena jelaslah era ini adalah era “kesaksian”, dimana orang lebih mudah percaya pada “mata” (pada apa yang mereka lihat) daripada pada “telinga” (pada apa yang mereka dengar).
Lebih lanjut, para murid juga tidak diperkenankan memberi salam kepada siapapun di dalam perjalanan. Tentu Tuhan tidak bermaksud mendidik para murid agar tidak ramah kepada siapapun, tapi bukankah memberi salam bisa berlanjut dengan “keramah-tamahan basa-basi” berikutnya (mis: bercakap-cakap, saling menanyakan kabar, diundang makan, dsb.). Kebiasaan semacam ini tentu tidak jelek, tetapi tidak tepat untuk kondisi para murid yang sedang melaksanakan tugas perutusan tersebut. Mereka akan tergoda untuk tidak fokus dan terlena dengan waktu yang tidak produktif.
Disinilah, Tuhan mengajak kita menjadi “model”, semacam contoh iman yang bisa berbagi keteladanan, terlebih kepada keluarga dan sesama di sekitar kita secara nyata setiap harinya.
“Ada gigi ada kaktus - Mari pergi kita diutus.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
“Misericordia Divina – Kerahiman Ilahi.”
Inilah salah satu semangat dalam injil Lukas yang kerap disebut sebagai “Injil Kerahiman” dan”Pelukisa Wajah Tuhan”, yang juga menjadi bacaan pada hari ini. Seorang sastrawan, Dante menyebut Lukas sebagai “penulis kelembutan Kristus” karena tekanannya pada belas kasih dan kerahiman ilahi kepada para pendosa dan kaum tersisih.
Beberapa cerita mengenai belas kasih Tuhan terdapat dalam Injil Lukas: janda Naim, anak hilang, Magdalena, Zakheus, Orang Samaria yang Baik Hati dan lain-lain.
Yang pasti, bersama dengan Tahun Kerahiman Ilahi yang kita kenangkan selama tahun ini, adapun tiga semangat dasar yang dihadirkan Yesus, yang dalam bahasa Paus Fransiskus, “Misericordia Vultus - Sang Wajah Kerahiman, al:
A. Komunitas:
Yesus menunjuk 70 murid dan mengutus mereka berdua dua mendahuluiNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya.
Ia mengajak kita untuk hidup bersama dan berkarya dalam sosialitas karena bukankah kita banyak membutuhkan kekuatan untuk bersandar, membutuhkan pundak untuk menangis dan membutuhkan contoh untuk mempelajari sesuatu dari seseorang yang lain?
B. Kapasitas:
“Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah serigala. Janganlah membawa pundi atau bekal atau kasut dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan.”
Ia ajak kita mempunyai kecakapan iman yang berkualitas, ditampkkan dengan dua indikasi yakni: adanya sikap totalitas dan setia menjaga skala prioritas: “Berbahagialah orang yang dapat menjadi tuan untuk dirinya, menjadi kusir untuk nafsunya dan menjadi kapten untuk bahtera hidupnya!”
C. Karitas:
“Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: “damai sejahtera bagi rumah ini,” sembuhkanlah orang sakit dan katakanlah Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”
Ia ajak kita punyai karya kasih bagi semua orang lain, sebuah karya kasih yang mendamaikan sekaligus menyembuhkan. Hal ini didasari sebuah keyakinan bahwa kita tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung.
“Naik taxi atau Patas - Jadilah saksi yang berkualitas.”
2.
"Evangelium - Kabar Baik"
Inilah salah satu kekhasan yang tampak dalam bacaan injil hari ini. Adapun 3 panggilan iman yang bisa kita teladani untuk terus belajar sebagai "kabar baik " bersama teladan St Lukas, antara lain:
A.Writer- Penulis yang memperingatkan:
Ia yang adalah penulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, menampilkan Yesus yang memperingatkan kita "Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah serigala", dan "Kerajaan surga sudah dekat". Dengan kata lain: Kita diajak menjadi orang yang selalu siap dan berjaga, punya kewaspadaan.
2.Dokter-Tabib yang mengobati:
Lukas yang dulunya adalah seorang tabib/dokter, menghadirkan Yesus yang juga mengobati banyak orang sakit. Disinilah, kita diajak menjadi orang yang punyai semangat untuk belajar saling menyembuhkan, mudah memahami dan tidak suka menghakimi, mudah mengasihi dan tidak mudah melukai.
3.Brother-Saudara yang memberkati:
"Damai sejahtera bagi rumah ini!"
Inilah anjuran Yesus ketika mengutus para muridnya, entah damai sejahtera itu diterima/tidak oleh yang lain. Disinilah kita diajak menjadi orang yang selalu siap bersaudara dengan yang lain, "pax vobiscum-damai sertamu," selalu belajar menjadi saudara yang memberkati dan tidak suka menyakiti, lewat doa, ucapan, dan karya nyata kita.
"Ikan louhan ikan teri - wartakanlah Tuhan setiap hari"
3.
Yes 66:10-14; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12.17-20
Do our best, and let God do the rest
10:1 Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. 10:2 Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. 10:3 Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. 10:4 Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. 10:5 Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. 10:6 Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. 10:7 Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.
10:8 Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, 10:9 dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. 10:10 Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: 10:11 Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. 10:12 Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." 10:17 Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." 10:18 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. 10:19 Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. 10:20 Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga."
Renungan :
01.
Kisah perutusan 70 murid merupakan pengembangan perutusan kedua belas rasul dan mempunyai makna simbolik. St. Hippolitus dari Roma (170–235) menulis buku On the Seventy Apostles of Christ ("Mengenai Tujuh puluh Rasul Kristus"), yang menyebutkan daftar nama ke 70 murid itu namun para ahli pada umumnya menganggap daftar itu sulit dibuktikan kebenarannya karena memuat banyak nama orang yang tidak langsung bertemu dengan Yesus. Angka 70 menyimbolkan jumlah bangsa-bangsa di seluruh dunia yang diketahui pada waktu itu. Dalam Kej 10 disebut daftar 70 nama bangsa-bangsa keturunan Nuh yang tersebar di seluruh dunia setelah terjadinya air bah (bdk. Ul 32:8; Kel 1:5). Dengan demikian perutusan 70 murid menyimbolkan universalitas karya penyelamatan Kristus. Tawaran keselamatan itu tidak hanya ditujukan kepada bangsa Yahudi tetapi kepada semua bangsa di seluruh dunia tanpa kecuali. Ciri universalitas keselamatan itulah yang menjadi alasan mengapa dibutuhkan lebih banyak murid yang bersedia untuk diutus. Jumlah pekerja yang ada tidak sebanding dengan banyaknya tuaian yang mencakup seluas dunia. Para nabi Perjanjian Lama sering menggambarkan Hari Pengadilan Tuhan dengan saat menuai (Yer 8:20), saat pengirikan dan menampi (Yes 33:11.41:15-16; Yer 13:24; 51:2.33, Am 9:9). Yohanes Pembabtis pun memakai gambaran yang sama, “Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya dan untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." (Luk 3:17).

02.
Angka 70 juga mengingatkan kita akan pengangkatan 70 tua-tua bangsa Israel oleh Musa atas perintah Tuhan Allah untuk membantunya memimpin umat Israel (Bil 11:16-17.24-25). Penunjukan dan pengutusan 70 murid dalam perikop ini juga bisa dimaknai sebagai simbol terbentuknya Israel Baru yang mencakup semua bangsa di seluruh dunia. Ke 70 murid itu dilibatkan dalam gerakan Allah untuk mengumpulkan bangsa-bangsa di seluruh dunia menjadi umat pilihan yang baru. Lukas menyadari bahwa misi kepada bangsa-bangsa baru akan dimulai setelah Kebangkitan dan Pentakosta (Luk 24:47; Kis 1:8), maka perikop ini ditampilkan sebagai gambaran awal tugas perutusan para murid di masa depan.

03.
Nampaknya telah menjadi kebiasaan dalam Gereja Perdana untuk mengutus para misionaris pergi berdua-dua. Selain untuk saling mendukung dalam pelaksanaan tugas, kesaksian dua orang atau lebih akan menjadikan kesaksian itu semakin berbobot dan secara yuridis semakin kuat kebenarannya (Ul 19:15). Tradisi itu juga menunjukkan segi komunal Gereja. Tugas perutusan seluruh Gereja dinampakkan dan dilaksanakan secara konkret oleh para murid yang melaksanakan tugasnya berdua-dua. Dengan demikian para murid tidak melakukan tugas itu secara pribadi tetapi atas nama seluruh Gereja. Praksis itu dipertahankan oleh Gereja Perdana, misalnya dengan mengutus Paulus dan Barnabas (Kis 13:2), Barnabas dan Markus (Kis 15:39), Paulus dan Silas (Kis 15:40), Yudas dan Silas (Kis 15:27), Timoteus dan Silas (Kis 17:14), Timoteus dan Erastus (Kis 19:22).

04.
Nasehat untuk tidak memberi salam kepada siapa pun di tengah perjalanan (ay. 4) bukan merupakan ajakan untuk melupakan sopan santun atau keramahtamahan. Sama sekali bukan. Tugas yang diemban para murid itu begitu penting dan mendesak sehingga tidak bijaksana bila mereka menghabiskan waktu dengan basa-basi formal yang dangkal dan penuh kepura-puraan. Dalam relasi sosial di Palestina pada zaman Yesus saling memberikan salam biasanya berkembang menjadi omong kosong atau ngobrol ngalor ngidul yang tidak bermanfaat. Komitmen untuk melakukan tugas perutusan dengan serius dan bertanggungjawab tidak cocok dengan kebiasaan ngrumpi yang menghabiskan banyak waktu tanpa ada hasilnya. Tokoh-tokoh yang membawa kabar penting dalam Injil Lukas selalu diceritakan melaksanakan tugasnya dengan segera atau cepat-cepat, seperti misalnya Maria (Luk 1:39), para gembala (Luk 2:16), Filipus (Kis 8:30). Nasehat yang sama diberikan oleh nabi Elisa kepada Gehazi, hambanya, yang diutusnya untuk membangkitkan anak seorang perempuan Sunem yang telah mati, "Ikatlah pinggangmu, bawalah tongkatku di tanganmu dan pergilah. Apabila engkau bertemu dengan seseorang, janganlah beri salam kepadanya dan apabila seseorang memberi salam kepadamu, janganlah balas dia, kemudian taruhlah tongkatku ini di atas anak itu." (2 Raj 4:29).

05.
Meskipun seorang misionaris berhak mendapatkan living cost untuk membiayai hidup dan tugas pelayanannya tetapi para utusan itu juga diingatkan agar tidak mencari kenyamanan hidup dengan pindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain untuk mendapatkan penginapan dengan fasilitas yang paling baik (ay. 7). Paulus menggaris bawahi hak seorang utusan untuk mendapatkan biaya hidup yang sepantasnya, “jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu?” (1 Kor 9:11). Meskipun demikian Paulus tidak mau memanfaatkan hak itu bagi dirinya sendiri (1 Kor 9:14.18; 2 Kor 11:7-11 dan 1 Tim 5:18). Para misionaris kemudian dianjurkan agar makan apa pun yang dihidangkan oleh tuan rumah (ay. 8) maksudnya tanpa mempertimbangkan apakah makanan itu halal atau haram. Dalam konteks pewartaan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi kategori halal dan haram tidak relevan lagi. Paulus memberikan nasehat yang sama, “Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.” (1 Kor 10;27).

06.
Ungkapan “mengebaskan debu yang melekat di kaki” dalam ay. 11 bukan merupakan hukuman karena Kerajaan Allah baru dinyatakan “dekat” dan “belum datang”. Ungkapan itu lebih sebagai peringatan yang serius bahwa penolakan terhadap pewartaan para misionaris itu juga merupakan penolakan terhadap tawaran keselamatan Allah, “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." (ay. 16) sehingga mereka tidak termasuk ke dalam umat yang terpilih, umat milik Allah. Dalam pandangan Yahwisme kota Sodom yang dihancurkan Allah (Kej 19) menjadi referensi atau contoh kota yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Yesus mengungkapkan bahwa generasi saat ini lebih buruk dan lebih tragis nasibnya daripada Sodom karena Sodom tidak diberi kesempatan untuk bertobat sedang kesempatan itu diberikan pada generasi ini namun tidak dipergunakan dengan baik.

07.
Sabda Yesus dalam ay. 18, "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit.” nampaknya bukan mengungkapkan penampakan yang dilihat Yesus tetapi lebih sebagai metafor (seperti ay. 15) untuk menggambarkan keberhasilan para murid mengalahkan kuasa setan berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah sendiri. Iblis yang berada di langit  menyamakan diri dengan Allah), terjatuh ke dunia bawah  syeol, duniaorang mati atau maut) ketika para murid melakukan tugas mereka demi nama Yesus. Kuasa Allah yang mengalahkan segala kuasa kegelapan dan kejahatan diperjelas dalam ay. 19 “Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh”. Maka ungkapan “kekuatan untuk menginjak ular dan kalajengking” pun tidak perlu dimengerti secara harafiah. Binatang-binatang itu merupakan simbol kuasa jahat (lih. Mz 91:13, “Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga”). Kekuatan dan kuasa Allah akan menyertai para utusan-Nya sehingga mereka bisa mengalahkan semua kuasa kegelapan dan terlindung dari segala marabahaya.

08.
Pada pintu gerbang kota-kota kuno di Timur Tengah terdapat daftar nama penduduk kota itu. Mereka yang namanya tercantum dalam daftar itu mendapatkan privilese atau fasilitas khusus dari pemerintah kota berupa jaminan sosial dan keamanan. Gagasan adanya “buku kehidupan” di surga yang berisi nama-nama orang yang terpilih kita jumpai juga dalam Perjanjian Lama (Mz 62:29; Kel 32:32-33; Yes 4:3; 56:5; Dan 12:1). Yesus memakai gagasan itu untuk mengingatkan para murid agar tidak terjebak dalam kegembiraan sesaat karena kesuksesan lahiriah (ay. 20: roh-roh takluk kepada para murid). Tuhan meyakinkan kita bahwa tidak ada kebahagiaan yang lebih penuh dan sempurna daripada kebahagiaan orang yang diikutsertakan dalam kemuliaan Allah.

09.
Tugas perutusan para murid diibaratkan seperti anak domba yang datang ke tengah-tengah serigala (ay. 3). Dengan Sabda itu Yesus mengingatkan para murid bahwa tugas perutusan itu bukan tanpa resiko dan ancaman yang bisa membahayakan hidup mereka. Tidak semua orang mau menerima pewartaan mereka. Mereka akan mengalami seperti Yesus yang meskipun bermaksud baik ternyata ditolak dan diusir di beberapa tempat, bahkan didakwa sesat dan menyesatkan oleh Ahli Taurat. Manusia memang dapat menjadi serigala bagi sesamanya, artinya manusia bisa menjadi ganas siap menerkam dan menghancurkan sesamanya yang dianggap menghalangi keinginan atau mengganggu kepentingannya. Mungkinkah domba bisa selamat bila berhadapan dengan para serigala yang ganas tanpa bantuan sang gembala? Yesus meminta agar kita mengandalkan Sang Gembala itu sendiri dan memusatkan perhatian hanya pada perutusan. Menyerahkan seluruh hidup kepada Sang Gembala baik yang akan memelihara, melindungi, menjaga, membimbing dan mengarahkan. Jangan mengandalkan kekuatan sendiri. Percayalah pada penyelenggaraan Ilahi. Dalam melaksanakan tugas perutusan kita juga tidak perlu mengandalkan ‘atribut’ atau fasilitas jabatan, kekayaan, jaminan sosial dan keamanan dsb. Tidak selewengan dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak penting karena setiap saat adalah kesempatan berharga untuk mewartakan Sabda. Kita akan menghadapi reaksi yang bermacam-macam, ada yang menerima tetapi ada pula yang menolak. Hasilnya bukan menjadi tanggungjawab kita, karena tugas kita adalah mewartakan Injil melalui berbagai cara dan karya. Hasilnya memang ada yang langsung kelihatan, tetapi mungkin juga baru terlihat setelah puluhan tahun, biarlah semua itu menjadi karya Tuhan. Do our best, and let God do the rest.

10.
“Damai sejahtera bagi rumah ini.” (ay. 5) mestinya menjadi seruan yang selalu kita bawakan pada setiap kesempatan dan di mana pun juga.
Pengalaman seorang sahabat ini barangkali dapat membantu kita untuk mengusahakan hidup ini sebagai pembawa damai dan cinta:
Ketika masih kuliah, aku mempunyai dua orang sahabat dekat, Santi dan Sinta. Kami sering banget mengerjakan tugas kuliah bersama-sama. Aku dapat merasakan pengaruh yang berbeda dari keduanya, perbedaan itu terletak pada kebiasaan mereka. Setiap kali berjumpa dengan Santi aku sudah dapat memastikan bahwa dia pasti membawa cerita dan gosip yang akan membuat kuping dan hati ini menjadi panas. Topik ceritanya berkisar padakelemahan dan kejelekan orang lain. Ia juga senang wadul, menyampaikan komentar-komentar negatif orang lain terhadapku, yang kalau ditanggapi pasti menimbulkan perselisihan antara aku dengan orang yang mengatakannya. Setiap kali aku memberikan reaksi negatif seperti marah, Santi kelihatan senang. Lain halnya dengan Sinta, dia mempunyai kebiasaan yang jauh berbeda. Kata-katanya seperti aliran air yang menyejukkan, ia selalu berusaha untuk berpikir positif dan menciptakan suasana yang penuh damai dengan perkataan-perkataannya yang menguatkan, “Ya, sudahlah ….. mungkin dia tidak sengaja” atau “Barangkali ia tidak bermaksud seperti itu” atau “Jangan putus asa, masih ada kesempatan kok. Kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda” dan “Ketika kamu gagal hanya ada satu hal yang bisa dibuat yaitu MENCOBA LAGI” atau “Ketika satu pintu tertutup bagi kita, ada begitu banyak pintu lainnya yang terbuka untuk kita”. Mendengar kata-kata yang demikian, mau tidak mau aku merasa lebih tenang.
Ya, kita memang selalu bisa memilih, menjadi pembawa damai yang menumbuhkan semangat hidup (energy charger) atau perselisihan yang menguras energi (energy drainer). Menciptakan musuh atau sahabat, menebarkan kebencian atau cinta. Nampaknya kita perlu belajar menahan diri, mengendalikan setiap tutur katadan tindak-tanduk kita agar dapat memancarkan damai Kristus melalui sikap hidup dan tindakan kita.
Berkah Dalem.

---------------


"Salus animarum, suprema lex - Kselamatan jiwa-jiwa adl hukum yg tertinggi."
Inilah slh satu kekhasan dlm prinsip iman+hukum kristiani yg "Hadir U/Kselamatan Umat Manusia" (bdk. KHK no.1752).
Mengacu pd bac injili, penginjil Mateus memang tdk menyebut berapa jumlah kawanan babi yg terjun dlm jurang+masuk danau lalu mati. Ia hanya mengatakan "sejumlah besar". Markus menyebut "kira-kira 2000" (Mrk 5:13).
Bagi Yesus, berapapun jumlah+harganya tetaplah tidak sebanding dg keselamatan 2 orang yg kerasukan setan. BagiNya, keselamatan mns, meskipun hanya satu/dua jauh lebih penting drpd sejumlah besar hal lainnya.
Adapun tiga habitus yg bisa mulai kita buat u/menghadirkan keselamatan bagi diri sendiri+sesama scr praktis+etis, al:
1."Objektif":
Kita hrs terbiasa u/membuat daftar prioritas scr objektif, shg tepat memilih+memilah sesuatu yg lbh baik, lbh benar, lbh penting+lbh berguna demi keselamatan jiwa kita, tdk mudah larut pd rasa sentimen/senewen/kelekatan tak teratur.
2."Positif":
Kt diajak u/melihat hdp sendiri-sesama+semesta dlm kacamata positif, tepatlah kalau ada org mengatakan: "kita bisa mengeluh krn semak-semak mawar memiliki duri/bersukacita krn semak duri memiliki mawar. Dkl: Hdp menawarkan byk pilihan: mau bersyukur/berkeluh, mau ber-positif atau ber-negatif ria? Yg pasti: Bukankah sgala sesuatu+stiap org memiliki keindahannya msg2? Sayangnya, tdk semua org bisa melihatnya!
3."Reflektif":
Inilah kekhasan org beriman bhw smua gulat-geliat hrs dimaknai, krn sejatinya tuj hdp kt adl memuliakan Tuhan+smua harta/talenta kt ada u/membantu kt mencapai tuj kita diciptakan. Jadi, smua kerlap kerlip/carut-marut hdp adl semata u/"keselamatan sejati" yakni: memuliakan Tuhan sekaligus mengangkat manusia.
"Wayang orang wayang Arjuna-Jadilah org yg sll bijaksana!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar