Ads 468x60px

Minggu, 16 Juli 2017

HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Minggu, 16 Juli 2017
Hari Minggu Biasa XV
Yesaya (55:10-11)
(Mzm 65:10abcd.10e-11.12-13.14; Ul: lihat Luk 8:8)
Roma (8:18-23)
Matius (13:1-23 (Singkat: 13:1-9)
"Virtus - Keutamaan".
Inilah yang diwartakan Yesus lewat perumpamaan tentang penabur: "Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan!”
Adapun 3 permenungan intinya, antara lain:
1."Penabur":
Yesus adalah penabur yang setia mewartakan damai dan kebaikan (pax et bonum) kepada semua orang, di setiap tempat dan saat. Damai dan kebaikannya bersifat "universal", diperuntukkan bagi semua orang. Inilah sebuah semangat "keterbukaan": Syukurilah!
2."Tanah":
Ada empat macam tanah yang diangkatNya: ada yang di pinggir jalan - ada yang berbatu batu-ada yang di tengah semak duri dan ada juga yang menjadi tanah yang baik.
Realnya:
Kita kadang menjadi orang dengan kombinasi tanah: kadang di pinggir jalan (sibuk dan larut hanyut dengan hiruk pikuk dunia), di tanah berbatu (imannya dangkal/tidak mendalam), di tengah semak duri (terhimpit oleh banyak kekuatiran dan daya pikat dunia).
Idealnya:
Kita diajak terus berjuang menjadi "tanah yg baik", yang subur, yang tidak hanya siap berakar dalam iman dan bertumbuh dalam persaudaraan tapi juga selalu berbuah nyata dalam pelayanan. Inilah sebuah semangat "kesaksian" di tengah gereja dan masyarakat: Perjuangkanlah!
3."Benih":
Dalam bahasa Latin, benih berarti "semen", dan tempat menabur benih adalah "seminarium". Institusi Gereja mempunyai banyak lembaga untuk "seminari menengah dan seminari tinggi" tapi tidak mempunyai "seminari dasar" karena yakin bahwa seminari dasar itu ada di "keluarga" kita masing-masing.
Hari ini, Ia mengajak kita "back to basic", kembali ke seminari dasar, bernama keluarga. Bagaimana relasi kita dengan pasangan, anak dan orangtua kita sendiri? Bagaimana kita bisa membuat pelbagai benih damai dan kebaikan itu terus subur melimpah-ruah di tengah keluarga kita masing-masing?
Inilah sebuah semangat "kebersamaan", bahwa iman katolik itu berdimensi sosial, kita menjadi orang beriman bersama para anggota keluarga juga: Wartakanlah!
"Cari bubur di Gunung Sahari - Mari menabur kasih setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Glorificate et portate Deum - Muliakanlah dan bawalah Tuhan."
Inilah salah satu ajakan iman yang bisa kita wartakan hari ini dengan 3 sikap dasar yang bisa kita buat sebagai umat yang selalu mendengarkanNya, antara lain:
1."Rendah hati":
Tuhan datang sebagai Penabur yang mau datang dan menabur ke setiap "tanah". Ia hadir sebagai Tuhan yang bena-benar "turun" kepada pelbagai umatNya, punya cinta kasih yang tidak pilih kasih. Kerendahan hatinya terbuka untuk semua orang.
2."Murah hati":
Benih, dalam bahasa latin berarti "semen" dan tempat menabur benih adalah "seminarium", dan bagi Gereja jelaslah bahwa seminari dasar kita adalah keluarga. Yah keluarga sebagai "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace).
Dengan kata lain:
Kita diajak untuk bersikap "murah hati", datang dan ikut berbagi benih kebaikan yang menyuburkan seperti "pupuk"-menyegarkan seperti "air" dan menghangatkan seperti "matahari", mulai dari keluarga kita masing-masing.
3."Hati hati":
Banyak macam tanah yang membuat benih menjadi kering-mati dan tidak berbuah, entah karena rutinitas/mobilitas (kesibukan), entah karena banalitas/kedangkalan.
Disinilah kita diajak untuk hidup lebih berhati-hati, tidak larut-hanyut dalam ruwet renteng dunia, tidak terjebak oleh semak duri keduniawian tapi trus berjuang dan berjaga menjadi tanah yang baik, yang selalu berakar bertumbuh dan berbuah setiap harinya.
"Makan bubur di Argentina - Jadilah tanah yang subur bagi sesama."
B.
Kutipan Teks Misa:
"Roh Kudus benar-benar Pribadi utama untuk seluruh perutusan gerejani" (RM 21). Ia mengantar Gereja ke jalan-jalan misi. Ia "menjabarkan perutusan Kristus sendiri, yang diutus untuk mewartakan Kabar Gembira kepada kaum miskin. Atas dorongan Roh Kristus Gereja harus menempuh jalan yang sama seperti yang dilalui oleh Kristus sendiri, yakni jalan kemiskinan, ketaatan, pengabdian, dan pengurbanan diri sampai mati, dan dari kematian itu muncullah Ia melalui kebangkitan-Nya sebagai Pemenang" (AG 5). "Darah orang-orang Kristen adalah benih" (Tertulianus, apol. 50). (Katekismus Gereja Katolik, 852)

Antifon Pembuka (Bdk. Mzm 17:15)
Dalam kebenaran, aku memandang wajah-Mu, dan aku akan puas waktu menyaksikan kemuliaan-Mu.
As for me, in justice I shall behold your face; I shall be filled with the vision of your glory.
Dum clamarem ad Dominum, exaudivit vocem meam, ab his qui appropinquant mihi: et humiliavit eos, qui est ante sæcula, et manet in æternum: iacta cogitatum tuum in Domino, et ipse te enutriet.
Doa Pembuka
Ya Allah, Engkau menunjukkan cahaya kebenaran-Mu kepada orang-orang yang tersesat, agar mereka kembali ke jalan yang benar. Semoga semua yang menyatakan diri kristiani menolak segala yang bertentangan dengan nama ini dan mengejar apa yang selaras dengannya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (55:10-11)
"Hujan menyuburkan bumi dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan."
Beginilah firman Tuhan, “Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke sana melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman yang keluar dari mulut-Ku: Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 4/4, PS 846
Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.
Ayat. (Mzm 65:10abcd.10e-11.12-13.14; Ul: lihat Luk 8:8)
1. Engkau mengindahkan tanah, lalu mengaruniainya kelimpahan; Engkau membuatnya sangat kaya. Sungai-sungai Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
2. Ya, beginilah Engkau menyediakannya: Engkau mengaliri alur bajaknya, dan membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya; dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya, dan memberkati tumbuh-tumbuhannya.
3. Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun mengalirkan air, bukit-bukit yang berikat-pinggangkan sorak-sorai.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (8:18-23)
"Dengan amat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah menyatakan."
Saudara-saudara, aku yakin, penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan amat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan karena kehendaknya sendiri, melainkan karena kehendak Dia yang telah menaklukkannya; tetapi penaklukan ini dalam pengharapan, sebab makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan, dan masuk ke dalam kemerdekaan mulia anak-anak Allah. Kita tahu, sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin; dan bukan hanya makhluk-makhluk itu saja! Kita yang telah menerima Roh Kudus sebagai anugerah sulung dari Allah, kita pun mengeluh dalam hati smbil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil do = bes, 2/2, PS 957
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. 2/4
Benih melambangkan sabda Allah, penaburnya ialah Kristus. Semua orang yang menemukan Kristus, akan hidup selama-lamanya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (13:1-23 (Singkat: 13:1-9)
"Ada seorang penabur keluar untuk menabur."
Pada suatu hari Yesus keluar dari rumah dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Yesus naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka dengan memakai perumpamaan-perumpamaan. Ia berkata, “Ada seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung-burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah tumbuhan itu dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh ke tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah, ada yang seratus ganda, ada yang enam puluh ganda, ada yang tiga puluh ganda. Barangsiapa bertelinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengarkan! Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya, “Mengapa Engkau mengajar mereka dengan perumpamaan?” Jawab Yesus, “Kamu diberi karunia mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi orang-orang lain tidak. Karena barangsiapa mempunyai, akan diberi lagi sampai ia berkelimpahan; tetapi barangsiapa tidak mempunyai, maka apa pun yang ada padanya akan diambil juga. Itulah sebabnya Aku mengajar mereka dengan perumpamaan, karena sekalipun melihat, mereka tidak tahu, dan sekalipun mendengar, mereka tidak menangkap dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar lagi, namun tidak mengerti; kamu akan melihat dan melihat lagi, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, telinganya berat untuk mendengar, dan matanya melekat tertutup; agar jangan mereka melihat dengan matanya, dan mendengar dengan telinganya, dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Kusembuhkan. Akan tetapi berbahagialah kamu karena melihat, dan berbahagialah telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Karena itu, dengarlah arti perumpamaan tentang penabur itu. Setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengerti, akan didatangi si jahat, yang akan merampas apa yang ditaburkan dalam hatinya. Itulah benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan hanya tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu firman itu terhimpit oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan, sehingga tidak berbuah. Sedangkan yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada yang tiga puluh kali lipat.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.

Renungan
Kita sering heran, mengapa kita yang sudah sekian tahun menjadi orang Katolik kok tetapi merasa tidak tahu banyak tentang iman kita. Mengapa kita setelah sekian kali mengikuti retret atau rekoleksi tetap merasa dangkal dalam iman.. Mengapa kita yang setiap hari Minggu rajin Misa Kudus dan menerima komuni kok tetap merasa belum menjadi orang Katolik yang baik, masih banyak dosa. Bahkan sering ada orang yang bilang: apa gunanya ke gereja setiap Minggu, tetapi kamu tetap jadi orang yang iri hati, pendengki, pendendam, dan suka marah melulu?
Salah satu jawaban penting atas situasi itu adalah perumpamaan tentang penabur yang disampaikan dalam Injil hari ini. Benih Sabda yang ditaburkan itu dari sononya baik dan suci. Itulah Sabda Allah yang penuh daya. Sabda Allah itu takkan pernah sia-sia, sebagaimana dikatakan dalam bacaan pertama dari Kitab Nabi Yesaya: "Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke sana melainkan mengairi bumi... demikianlah Firman yang keluar dari mulut-Ku: Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia." Firman itu diumpamakan dengan benih yang ditaburkan. Tumbuh dan berkembangnya benih itu juga tergantung dari jenis tanahnya: tanah di pinggir jalan, bebatuan atau semak duri, atau yang merupakan tanah yang subur! Kita menjadi seperti tanah yang mana? Nah itu yang menentukan bertumbuh tidaknya benih Sabda itu dalam diri kita. Dalam kenyataannya, kita ini sangat tidak stabil atau bahasa mudanya: moody. Suatu hari kita menjadi tanah yang subur, tetapi lain kali yang bebatuan atau semak duri. Maka, agar tidak mudah moody, kita harus berakar kuat dalam doa dan hubungan kita dengan Tuhan Yesus.
Kita mesti menyadari bahwa Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Dialah Tuhan kita Yesus Kristus. Setiap kali merayakan Ekaristi, kita menerima Tuhan Yesus Kristus, khususnya saat Komuni Suci. Saat Komuni Suci adalah saat Sang Firman ditaburkan atas diri kita. Tetapi, ya jangan kaget, kalau kehadiran Tuhan dalam diri kita tidak terasa berdaya karena status dan kondisi kita sama sekali tidak layak atau tidak subur. Bagaimana mau jadi tanah subur, karena selama Misa Kudus, tidak sedikit dari kita yang omong sendiri dengan samping kanan kiri, malah sibuk dengan ponsel atau gawai kita, atau membiarkan pikiran melantur sana sini. Lalu saat komuni, kita maju saja dan menerima Komuni, dan begitu sampai ke tempat duduk: ktia tengok ponsek lagi. Setelah Misa selesai kita pulang dan merasa bahwa saat misa tadi tidak mendapat apa-apa. .... Bukan karena Tuhan, tetapi karena kita menutup diri lantas merasa tidak mendapat apa-apa. Lalu orang lain atau gerejanya atau pastornya, dll yang disalahkan.
=======
Reformasi liturgi tidak identik dengan apa yang disebut 'desakralization' dan seharusnya tidak menjadi kesempatan untuk apa yang disebut 'sekularisasi dunia'. Dengan demikian ritus liturgis harus mempertahankan karakter yang bermartabat dan suci. Efektivitas tindakan liturgis tidak terdiri dari pencarian terus-menerus terhadap ritus atau bentuk sederhana yang lebih baru, namun dalam wawasan yang lebih dalam tentang firman Tuhan dan misteri yang dirayakan. Kehadiran Tuhan akan dipastikan dengan mengikuti ritus-ritus Gereja dan bukan yang diilhami oleh preferensi individu imam. Imam harus menyadari bahwa dengan memaksakan restorasi pribadinya terhadap ritus-ritus suci, dia menyinggung hak-hak orang beriman dan mengenalkan individualisme dan keistimewaan ke dalam perayaan-perayaan yang merupakan bagian dari keseluruhan Gereja. Pelayanan imam adalah pelayanan seluruh Gereja, dan hanya dapat dilakukan dalam ketaatan, dalam persekutuan hierarkis, dan pengabdian kepada pelayanan kepada Allah dan saudara-saudaranya. Struktur hirarki dari liturgi, kekuatan sakramentalnya, dan penghormatan karena komunitas umat Allah mengharuskan imam menjalankan pelayanan liturginya sebagai "pelayan setia dan pelayan misteri Allah" (1 Korintus 4: 1). (Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen, Liturgiae instaurationes 5 September 1970)

Antifon Komuni (Mzm 84:4-5)
Burung pipit bersarang di bait-Mu dan burung layang-layang mendapat tempat untuk meletakkan anak-anaknya pada mezbah-mezbah-Mu, ya Tuhan semesta alam, Rajaku dan Allahku. Berbahagialah orang yang mendiami rumah-Mu dan tiada henti-hentinya memuji-Mu.
The sparrow finds a home, and the swallow a nest for her young: by your altars, O Lord of hosts, my King and my God. Blessed are they who dwell in your house, for ever singing your praise.
Passer invenit sibi domum, et turtur nidum, ubi reponat pullos suos: altaria tua Domine virtutum, Rex meus et Deus meus: beati qui habitant in domo tua, in sæculum sæculi laudabunt te.
atau Yoh 6:56
Siapa yang makan Daging-Ku dan minum Darah-Ku, tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, Sabda Tuhan.
Whoever eats my flesh and drinks my blood remains in me and I in him, says the Lord.
C.
Optimis: Melihat Kesempatan Dalam Kesulitan
01. Cara para petani Palestina di zaman Yesus bercocok tanam nampaknya berbeda dengan cara petani kita. Para petani di desa kita terlebih dahulu menyemaikan bibit padi di tempat penyemaian sampai tumbuh menjadi tunas-tunas padi. Tunas-tunas padi itulah yang kemudian dipindah ke sawah, ditanam dengan jarak yang teratur. Para petani Palestina tidak menyemaikannya lebih dahulu tetapi langsung menyebarkan biji itu ke tengah sawah. Karena tertiup angin mungkin biji itu ada yang jatuh di lorong jalan yang memisahkan antara petak sawah yang satu dengan yang lain, mungkin juga ada yang jatuh di atas tanah yang lapisannya sangat tipis karena berbatu-batu atau di tepi sawah yang banyak semak durinya. Tentu saja biji yang jatuh di tanah bebatuan atau di tengah semak berduri tidak akan tumbuh dengan baik.
02. Perumpamaan tentang penabur dan benih ini dapat kita temukan dalam ketiga Injil Sinoptik. Ketiganya diikuti dengan penjelasan alegoris yang dibuat oleh Yesus. Dengan demikian nampaknya perumpamaan dan penerapan alegorisnya telah ada bersama-sama sejak semula. Barangkali penerapan itu merupakan redaksi Gereja Perdana. Dalam perumpamaan digambarkan empat keadaan yang berbeda namun sebenarnya hanya mengisahkan dua situasi kontras yakni kegagalan dan keberhasilan. Ketiga adegan pertama menggambarkan kisah kegagalan yang semakin memuncak: pertama, sebelum biji bertumbuh sudah habis dimakan burung. Kedua, biji baru bertunas sudah mati karena tidak berakar kokoh. Ketiga, biji telah berumbuh menjadi sebuah pohon namun kemudian mati karena terhimpit semak berduri. Sedangkan adegan keempat menggambarkan keberhasilan yang melimpah. Dalam semua cerita pada umumnya justru unsur penentu dan terpenting terletak pada akhir kisah. Keberhasilan sang penabur di akhir kisah menjadi kesimpulan atau akhir yang membahagiakan dari keseluruhan kisah perumpamaan. Dalam kenyataan hidup sehari-hari dinamika seperti itu juga dialami. Dalam proses penanaman benih atau proses produksi pasti ada benih yang mati atau produk gagal. Namun porsi kegagalan itu tidak sebanding dengan hasil akhir yang melimpah. Dengan demikian perumpamaan ini berciri optimistik.
03. Meskipun perumpamaan ini secara keseluruhan berciri optimistik, namun aspek kegagalan justru diceritakan lebih detail, yakni dalam 4 ayat. Nampaknya melalui perumpamaan ini, Yesus mau menjelaskan dinamika karya-Nya. Bagi orang Yahudi, Mesias identik dengan kejayaan dan keberhasilan. Mesias tidak mungkin gagal. Menurut Yesus, karya Bapa itu memang penuh misteri. Misteri Kerajaan Allah itu tersembunyi bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi justru dinyatakan kepada orang kecil (lih. Mat 11:25). Kemenangan sejati atau hasil akhir yang gemilang hanya bisa dicapai melalui jalan yang sepintas nampak sebagai kegagalan, yaitu jalan salib.
04. Sebenarnya perumpamaan ini sangat sederhana, natural dan berciri optimistik namun penerapannya malah agak janggal, secara panjang lebar lebih menjelaskan aspek kegagalan daripada segi keberhasilannya. Perumpamaan merupakan pengajaran atau pewartaan (kerygmatis) tentang karya Allah yang penuh misteri sedang penerapan lebih berciri paranetis, nasehat etis dalam menanggapi Sabda Allah. Penerapannya bersifat alegoris meskipun tidak dalam arti sepenuhnya. Maksudnya tidak setiap unsur dijelaskan. Misalnya: penabur, ungkapan kelimpahan hasil sampai “seratus kali lipat”, “enampuluh kali lipat”, “tigapuluh kali lipat”. Pesan perumpamaan tentang penabur dan benih itu lepas dari penerapannya kiranya sebagai berikut : Seperti seorang penabur yang menaburkan benih, meskipun menghadapi banyak kesulitan atau rintangan namun akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, jauh melampaui benih yang hilang dan mati, demikian pula Yesus dalam karya-Nya mewartakan Kerajaan Allah. Meskipun menghadapi banyak hambatan dan tantangan namun keberhasilan di akhir karya-Nya jauh melampaui kegagalan yang terjadi. Kontras antara hambatan dan kesulitan di masa kini dengan harapan akan hasil akhir yang membahagiakan juga diolah oleh Paulus dalam Bacaan II (Rom 8:18-23).
Namun ketika perumpamaan dimaknai dari perspektif penerapan alegorisnya, pesannya sedikit berbeda: Sebagaimana setiap jenis tanah memberikan hasil yang berbeda-beda, bergantung pada lokasi dan tingkat kesuburannya, demikian pula setiap orang yang mendengarkan Sabda Allah akan membuahkan hasil yang berbeda pula bergantung dari disposisi pribadi, yakni situasi lingkungan, suasana batin, minat pribadi, prioritas hidup dan watak atau karakter.
05. Kalau dengan jujur menilai diri sendiri, kadang kita mengalami saat-saat yang membosankan, kering, hidup yang tidak produktif, mandeg dan mandul. Meskipun telah bertobat dan berusaha mengubah diri tetapi rasanya kelemahan-kelemahan, kecenderungan yang negatif dan dosa-dosa yang sama selalu menempel dalam diri kita, seakan-akan berakar mendalam di hati dan sulit untuk dicabut. Kita kehilangan semangat, antusiasme dan kegembiraan. Kendati demikian kita tidak boleh jatuh ke dalam keputusasaan karena pesimisme terhadap perubahan di masa depan. Mengapa? Pertama, seringkali sisi-sisi positif, bakat atau potensi diri tidak kita sadari sepenuhnya. Kita lebih mudah melihat sisi negatif dan kelemahan. Padahal tidak mungkin Sang Mahabaik menciptakan tanpa meninggalkan jejak kebaikan-Nya. Maka bersyukur untuk semua yang telah dimiliki dan tidak mengeluh untuk apa yang belum diperoleh merupakan sikap yang tepat dan bijak. Sebenarnya hidup ini berisi banyak kebaikan bila kita mampu memandang dari sudut yang tepat. Bahkan hidup ini sesungguhnya merupakan sebuah janji kepada Sang Pemberi Hidup untuk memberi dan menjadi yang terbaik sebagai bentuk pujian kepada-Nya sehingga Allah semakin dimuliakan. Kedua, upaya untuk menjadi murid Kristus yang baik dan setia itu membutuhkan waktu dan proses terus menerus namun hasil akhir yang menentukan bergantung pada karya Allah yang terlaksana penuh misteri. Dalam perspektif ini kegagalan-kegagalan yang kita alami dapat dilihat dari sisi positif yakni agar kita makin sumendhe hanya kepada Allah saja. Kita akan gagal menghidupi Injil (living the Gospel) dengan setia jika hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri dan kurang bersandar pada Allah, kurang menyerahkan diri kepada Penyelenggaraan Allah. Ketiga, dalam sejarah keselamatan, rahmat lebih kuat daripada dosa. Hal itu juga terjadi dalam sejarah hidup kita. Paulus meyakinkan kita, “di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” (Rom 5:20).
06. Optimisme adalah pilihan cara pandang, cara bersikap dan cara bertindak secara positif dan realistis dalam menghadapi suatu persoalan. Orang yang optimis memiliki ekspektasi yang baik akan masa depannya, selalu mencari peluang atau kesempatan dalam setiap kesulitan. Optimisme Kristiani tidak didasarkan pada perhitungan-perhitungan manusiawi seperti usia, fisik, kecerdasan, skill atau pun faktor-faktor eksternal, karena unsur-unsur itu sangat rapuh dan mudah berubah. Optimisme Kristiani didasarkan pada keyakinan akan penyertaan Allah, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Rom 8:28). Keyakinan iman seperti itu memang tidak serta merta membuat hidup menjadi enak dan mudah. Namun yang pasti adalah sebesar atau sehebat apa pun masalah yang mesti dihadapi tidak akan menenggelamkan kita ke dalam keputusasaan, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa” (2 Kor 4:8).
07. Di suatu desa, hiduplah dua orang bersaudara. Keduanya berprofesi sebagai petani. Sang kakak selalu bersikap pesimis sedang adiknya mempunyai cara pandang yang optimis. Suatu hari saat berjalan menuju sawah, mereka berbincang-bincang tentang tanaman mereka,
Optimis : Wah hari ini cerah banget ya. Syukurlah! Padi kita pasti akan tumbuh dengan subur karena mendapat sinar matahari yang cukup.
Pesimis : Aku justru kuatir dengan cuaca hari ini yang begitu panas. Pasti akan membuat daun-daunnya menjadi layu dan kering.
Optimis : Lho bukankah saat ini musim hujan?
Pesimis : Ya benar. Tetapi justru hal itu membuatku takut kalau turun hujan lebat, dan membanjiri sawah kita.
Optimis : Percaya sajalah, Tuhan pasti akan memberi kita yang terbaik.
Pesimis : Ya, tapi aku takut kalau Tuhan memberikan kita cobaan yang buruk
Keesokan harinya, sang adik membeli anjing pemburu yang akan digunakannya untuk berburu di hutan. Dia kemudian memberitahukan-nya pada kakaknya
Optimis : Lihatlah anjing yang baru kubeli ini. Bagaimana menurutmu?
Pesimis : Ah biasa saja, aku malah kuatir anjing itu akan memakan ternak kita.
Optimis : Itu tidak mungkin. Ini anjing pemburu yang hebat. Kalau di-bawa untuk berburu pasti akan menghasilkan buruan yang lumayan.
Pesimis : Aku gak percaya.
Optimis : Kalau tidak percaya, ayo kita buktikan.
Mereka kemudian pergi ke telaga di tepi hutan dan melihat seekor angsa sedang bermain di telaga. Sang adik menembak angsa itu, dan memerintahkan anjingnya untuk mengambil angsa itu. Ajaibnya, anjing itu bisa meloncat dengan cepat diatas air dan mengambil angsa.
Optimis : Benar kan anjingku hebat, bisa berjalan di atas air!
Pesimis : Ah biasa saja. Anjing itu juga tidak bisa berenang.
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan 17 April 2012 lalu dalam Jurnal Buletin Psikologi, perasaan positif seperti optimisme, rasa syukur, dan perasaan bahagia dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan stroke. Emosi dan mental positif juga dapat menurunkan tekanan darah, kadar lemak darah dalam tubuh. Sebaliknya, perasaan-perasaan negatif seperti pesimisme, kemarahan, kecemasan, depresi, stress, kebencian ternyata mempunyai pengaruh yang buruk untuk kesehatan tubuh. Orang optimis memandang segala sesuatu dari sisi positif sehingga mengurangi tingkat kecemasan dan stress. Mereka lebih percaya diri, bisa melihat peluang dalam pelbagai kesulitan dan tidak mudah menyerah. Kesulitan merupakan tantangan yang harus diatasi bukan untuk terus diratapi. Akibatnya mereka jauh lebih sehat dan berumur panjang daripada yang terbiasa pesimis. Selain itu biasanya mereka adalah juara-juara dalam berbagai hal, baik di sekolah, karir, pekerjaan, maupun di bidang-bidang lainnya. Mereka tidak mudah menyerah dan terus melangkah maju untuk meraih kesuksesannya.
Berkah Dalem.
(Rm. Ch. Sutrasno Purwanto pr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar