Ads 468x60px

SERI HIDUP DOA (1)


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SENSUS RELIGIOSUS
SERI HIDUP DOA (1)
METODE DOA DENGAN KITAB SUCI
Ada beberapa metode doa yang ditawarkan sesuai dengan kemampuan, kecenderungan, dan karakteristik setiap orang. Metode doa ini merupakan latihan agar manusia dapat mengalami persatuan dengan Allah. Secara garis besar, ada tiga metode doa yang dipakai manusia dari semua agama yang ada di dunia ini, yaitu:
1. Meditatio
Meskipun akal budi (intellectus) tidak dapat menjangkau Allah, tetapi akal budi dapat dipakai sebagai pintu masuk ke dalam doa. Aktivitas dalam meditatio pertama-tama adalah akal budi sebagaimana dikatakan Rasul Paulus, “... aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku” (iKor 14:15).
Di dalam doa meditasi, seseorang diajak merenungkan, menalari, menggali, dan menganalisis kebenaran atas sabda Allah hingga pesannya meresap sampai ke dalam hidup dan hati. Lalu, hal itu diungkapkan dalam wujud doa.
2. Lectio divina
Lectio divina artinya bacaan suci. Doa ini dilakukan secara lisan “mendaraskan”, misalnya, mazmur, doa ofisi, doa rosario, dan doa litani. Doa-doa macam ini merupakan kesenangan orang-orang sederhana. Doa ini juga disebut bacaan ilahi, yang lebih dikenal dengan istilah cara doa St. Benediktus. Doa ini dilakukan melalui tiga langkah, yaitu lectio (bacaan), meditatio (pengulangan), dan oratio (doa).
a. Lectio
Lectio: membaca pelan-pelan kutipan Kitab Suci, ayat demi ayat, yang dipilih sebagai bahan doa. Apabila dalam pembacaan ini pendoa menjumpai kata-kata atau kalimat yang menarik, entah karena menyenangkan atau sebaliknya, ia berhenti sebentar untuk menelaah lebih jauh.
b. Meditatio
Meditatio: kata atau kalimat yang menarik itu mulai diulang pelan-pelan, dan ritmis, mula-mula dengan bibir bergerak (komat-kamit), kemudian secara batin, lalu dikunyah-kunyah dengan mulut, lidah — ibarat gula yang mau terserap rasa manisnya. Os iusti meditabitur sapientiam, artinya “mulut seorang jujur mengunyah hikmah”. Dalam pengulangan yang ritmis dan terus-menerus ini, kalimat cenderung menjadi semakin lebih pendek. Beberapa kata yang dirasakan tidak penting akan dilupakan atau dibiarkanjatuh hingga akhirnya hanya kata atau kalimat inti yang tetap terus diulang-ulang. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga benar-benar merasuk ke dalam hati, mendarah daging, dan mempengaruhi hidup, semacam sugesti yang berdaya kuat berkat repefisi (pengulangan) itu.
c. Oratio
Oratio: dilakukan apabila hati sudah merasa puas dengan meditatio. Kita perlu diam sejenak untuk menangkap perasaan yang bergejolak di lubuk hati. Kemudian, perasaan itu diungkapkan menjadi sebuah doa pribadi sebagai tanggapan yang muncul terhadap sabda Allah yang baru saja diresapkan. Santo Benediktus memberikan nasihat untuk itu, yaitu oratio sit brevis et pura, artinya “doa itu hendaklah singkat dan polos”.
3. Contemplatio
Contemplatio (kontemplasi) artinya memandang, memandang lama penuh kasih dan kerinduan dengan hati. Ibarat seorang pemuda yang penuh kasih memandang gadis pujaan hatmnya dengan penuh kerinduan hingga seolah-olah bertemu dengan dia.
Melalui doa kontemplasi, seseorang dapat mengalami kehadiran Allah yang mencintai. Kerinduan, daya mengasihi, dan intuisi sangat cocok di dalam doa kentemplasi ini. Melalui doa kontemplasi ini, seseorang secara langsung memandang dan berkomunikasi dengan Allah secara batin.
Ada suatu cerita tentang seorang petani yang amat sederhana, seorang petani yang setiap kali akan berangkat ke sawah dan pulang dari sawah selalu mampir ke gereja. Petani sederhàna itu selalu duduk di depan Sakramen Mahakudus di Tabernakel tanpa berbuat apa-apa, hanya diam memandang dengan takjub pada Sakramen itu. Kadang-kadang, ia berjam-jam duduk di situ. Seorang pastor lewat dan menegur dia, “Hai, apa yang kamu lakukan di sini? Dari tadi saya mengamati kamu hanya duduk-duduk saja.” Petani sederhana itu pun menjawab, “Romo, saya memandang Allah (Tuhan Yesus) dan Allah (Tuhan Yesus) memandang saya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar