Ads 468x60px

Societas Iesu - Serikat Yesus


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
"Societas Iesu - Serikat Yesus."
Inilah nama kelompok religius yang dirintis oleh Ignatius Loyola (Inigo) yang kita kenangkan hari ini dan terkenal dengan "Latihan Rohani Ignasian" dan "Discretio Spirituum" nya.
"LRI" sendiri adalah kumpulan doa-meditasi dan "manual" untuk membangun hidup rohani yang disusunnya pada 1522-1524. Saya sendiri pernah tanpa sengaja belajar menjalani retret agung, ber-AWG "Alone With God" dengan menfgunakan banyak bahan "LRI" di Sindanglaya-Pacet (2007), Girisonta (2009) dan Rawaseneng (2012).
Nah, mengacu pada bacaan Injil kemarin bahwa surga itu spt mutiara yg sgt berharga, adapun 3 keutamaan dsr yg bs kita ambil brsama teladan St Inigo, al:
1. "MU"liakan Tuhan:
Dlm LR 23: "Mns diciptakan u/memuji-menghormati+mengabdi Allah, ciptaan lain diciptakan u/ menolong mns dlm mencapai tuj ia diciptakan". Dkl: Allah adl sumber+tuj hdp kita. Smua hdp warta+karya kita adl "gratia domini-rahmat ilahi" demi smakin bsarnya kmuliaan nama Tuhan-"Ad Maiorem Dei Gloriam".
2. "TI"ngkatkan iman:
Dlm prolog memoar retret agung di buku "V3", sy menyitir Inigo pd LR 234: "Ambillah Tuhan+trimalah sluruh kemerdekaan-ingatan-pikiran+segenap khendak-sgala kepunyaan+milikku. Engkaulah yg memberikan-padaMu Tuhan kukembalikan. Smuanya milikMu, gunakanlah sekehendakMu. Berilah aku cinta+rahmatMu, cukup itu bagiku." Inilah sbuah kesadaran diri sbg org beriman yg percaya 100% pdNya. Iman sendiri bs ditingkatkan dg cara pemeriksaan batin/"examen" scr rutin (LR 66) shg kt bs lbh mengenal-mencintai+mengikutiNya (LR 104) dlm semangat menemukan Tuhan lwt sgala dg pola "CIA-Contemplativus in Actione".
3. "ARA"hkan tujuan:
"Contemplatio ad amorem - doa utk mendapatkan cintanya Allah adl salah satu usaha Inigo u/arahkan tuj hdp pd Tuhan: "apa yg tlh kubuat, yg sedang kubuat +yg hrs/akan kubuat bagiNya? Ada 4 tind dsr u/bantu kt arahkan tuj+mdpt cintaNya, al: solitude/ksendirian, silence/keheningan, stillness/ktenangan+simplicity/ksderhanaan krn cinta lbh jls terungkap dlm tind (LR 230).
"Dari Dago ke Ciawi - St Inigo doakan kami."
Selayang Pandang Seputar Serikat Yesus (Latin: Societas Jesu):
Mereka biasa dikenal dengan Yesuit atau Jesuit adalah salah satu ordo dalam Gereja Katolik Roma.
Serikat ini didirikan pada 1534 oleh sekelompok mahasiswa pascasarjana dari Universitas Paris yang merupakan teman-teman Iñigo López de Loyola (Ignatius Loyola).
Mereka bersumpah untuk melanjutkan persahabatan mereka setelah mereka selesai studi, hidup dalam kemiskinan sesuai Injil dan pergi mengemban perutusan di Yerusalem. Mereka menyebut diri mereka amigos en el Señor — sahabat-sahabat di dalam Tuhan.
Pada 15 Agustus 1534, Ignatius Loyola dan enam sahabat lainnya (Fransiskus Xaverius, Alfonso Salmeron, Diego Laynez, dan Nicolas Bobadilla, semuanya orang Spanyol, Pierre Favre dari Perancis dan Simão Rodrigues, orang Portugis) bertemu di Montmartre di luar Paris, kemungkinan dekat Kapel St. Denys, Rue Antoinette, pada masa kini.
Mereka mendirikan Serikat Yesus untuk "mengemban pelayanan dan misi di Yerusalem, atau untuk pergi ke mana pun juga tanpa bertanya, menaati perintah Paus."
Pada 1537 mereka pergi ke Italia untuk mendapatkan persetujuan Paus atas ordo mereka. Paus Paulus III memberikan mereka persetujuan dan mengizinkan mereka untuk ditahbiskan menjadi pastor dalam Gereja Katolik.
Mereka menerima tahbisan di Venesia oleh Uskup Arbe (24 Juni). Mereka mengabdikan diri untuk menyebarkan agama Katolik dan kerja amal di Italia, karena rencana perjalanan mereka ke Yerusalem terhalang oleh pecahnya kembali perang antara kaisar, Venesia, Paus, dan Kerajaan Ottoman.
Bersama Favre dan Laynez, Ignatius pergi ke Roma pada Oktober 1538, untuk mendapatkan persetujuan Paus atas konstitusi ordo baru tersebut.
Sebuah dewan Kardinal memberikan laporan yang positif bagi usul konstitusi yang diajukan, dan Paus Paulus III mengukuhkan ordo ini melalui Bulla kepausan Regimini militantis Ecclesiae (27 September 1540), tetapi membatasi jumlah anggotanya 60 orang. Batasan ini dihapuskan melalui bulla Injunctum nobis (14 Maret 1543). Ignatius dipilih menjadi pemimpin umum pertama. Dia mengirim para sahabatnya sebagai misionaris ke seluruh Eropa untuk mendirikan sekolah, kolese, dan seminari.
Ignatius menulis Konstitusi Serikat Yesus yang disahkan pada 1554. Konstitusi ini menciptakan organisasi dengan kepemimpinan tunggal dan menetapkan penyangkalan diri dan ketaatan mutlak kepada Paus dan para pemimpinnya. Prinsip utamanya menjadi Motto Yesuit: Ad Maiorem Dei Gloriam ("demi lebih besarnya kemuliaan Allah").
Serikat Yesus sendiri didirikan bertepatan dengan Reformasi Katolik (Kontra-Reformasi), gerakan dalam Gereja Katolik yang ditujukan untuk melawan Reformasi Protestan (yang ajarannya menyebar ke seluruh Eropa yang beragama Katolik).
Mereka melaksanakan ketaatan total kepada Kitab Suci dan doktrin Katolik. Ignatius pernah menyatakan dalam Latihan Rohaninya: "Saya percaya bahwa putih yang saya lihat adalah hitam bila hirarki Gereja mendefinisikan begitu."
Ignatius Loyola dan para Yesuit pengikutnya percaya bahwa pembaruan Gereja harus dimulai dengan pertobatan hati. Salah satu sarana utama untuk menghasilkannya adalah Latihan Rohani yang disebut retret Ignasian. Selama empat minggu dalam kebisuan orang menjalani meditasi terpimpin mengenai hidup Kristus.
Pada masa itu, mereka secara teratur bertemu dengan seorang pembimbing rohani yang menolong mereka memahami panggilan atau pesan Tuhan melalui meditasi mereka. Retret ini mengikuti pola Penyucian-Pencerahan-Kesatuan sesuai dengan tradisi mistik Yohanes Kasianus dan para Bapa Padang Gurun. Ignatius menciptakan inovasi yang membuat mistisisme kontemplatif ini bisa diikuti oleh semua orang, dan menggunakannya sebagai sarana membangun kembali kehidupan rohani Gereja.
Yesuit juga mendirikan banyak sekolah, yang menarik anak para elite karena metode pengajaran mereka yang maju dan moral yang tinggi. Sekolah Yesuit memainkan peranan penting dalam memenangkan beberapa negara Eropa kembali ke Katolik, setelah beberapa lama didominasi oleh Protestan, terutama Polandia
Sesuai dengan tradisi Katolik Roma, mereka mengajarkan penggunaan upacara dan dekorasi di dalam ritual dan Devosi Katolik. Karena itu, banyak Yesuit perdana yang menonjol dalam seni visual dan pertunjukan maupun dalam musik.
Kaum Yesuit berhasil mendapatkan pengaruh yang menonjol pada Periode Modern Awal karena para imam Yesuit sering bertindak sebagai "konfesor" raja-raja pada masa itu.
Mereka juga berperan penting dalam Reformasi Katolik dan dalam berbagai misi Katolik karena struktur mereka yang kendur (tanpa harus tinggal dalam suatu komunitas, melakukan "doa ofisi" bersama, dan lain-lain) membuat mereka lebih fleksibel untuk memenuhi kebutuhan orang-orang pada masa itu.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“KOPASSUS”
KOmando PASukan YeSUS
Inigo, begitulah nama Ignatius Loyola, adalah seorang anak bungsu dari 12 bersaudara. Ia terlahir di Basque, daerah utara spanyol dari keluarga bangsawan di Puri Loyola. Di tempat inilah, Inigo dibesarkan dan memulai takdirnya dalam hidup kebangsawanan dan juga ksatria.
Pada umur 14 tahun, dia mulai dididik untuk menjadi bagian dari kebangsawanan Raja Spanyol. Sebagian orang lebih terkesan dengan Ignatius karena dia adalah seorang bangsawan spanyol, atau lebih sering dikenal sebagai sosok “prajurit” ataupun ksatria.
Kisah hidupnya yang menjadi awal dimana Tuhan menyapa dirinya, yaitu pertempuran di Pamplona, merupakan kisah Ignatius yang heroik sekaligus tragis, yang akhirnya menjungkirbalikkan logika dan perspektif hidupnya.
Dari kisahnya, kita bisa melihat bahwa Ignatius sendiri dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya adalah pendosa, bukan sosok yang sempurna, penuh dengan ambisi, ketakutan dan egoisme, sosok yang idealis. Namun dalam perjalanan hidupnya lebih jauh kita bisa melihat sosok Ignatius yang adalah seorang mistikus, pendoa, pemimpin rohani dan juga teman yang baik serta rendah hati.
Lewat Ignatius jugalah, sebuah spiritualitas untuk menemukan Tuhan di dalam segala sesuatu, dalam realitas konkret hidup kita sehari-hari menjadi sebuah bentuk spiritualitas yang sangat pokok dalam pertumbuhan Gereja dan umat beriman. Warisan Ignatius lainnya adalah “Pembedaan Roh” yang tentunya menjadi alat bantu yang jitu dalam membangun dan menghayati iman katolik dan hidup rohani kita.
Merupakan sebuah kewajaran bahwa sebagian orang mungkin melihat dan menganggap Ignatius sebagai seorang santo tipikal abad pertengahan: seorang pendoa, seorang yang bijaksana, asketik/bermati raga, dan seorang beriman.
Tapi, teman-teman Ignatius selama kuliah di Paris, tidak hanya melihat Ignatius sebagai orang yang asketik/bermati raga tetapi juga merupakan seseorang yang sungguh antusias dengan jamannya, akrab dengan perkembangan jaman dan sesuatu yang baru di jamannya waktu itu.
Singkat kata, walau menjadi seorang yang sangat religius, Ignatius juga bergaul secara dekat dengan hiruk-pikuk dunia dan menikmati kegembiraannya.
Ignatius menggarisbawahi sebuah pandangan bahwa dunia ini adalah baik adanya. Ignatius melihat dunia sebagai sesuatu yang indah, penuh dengan karya dan keagungan Tuhan.
Maka tak heran ketika ia mengirim banyak pengikutnya ke berbagai penjuru dunia, dalam korespondensinya, selain meminta para pengikutnya untuk melaporkan karya apostolik mereka, ia juga meminta sharing laporan-laporan menarik lainnya berkaitan dengan situasi tempat karya: budayanya, bahasa, alam dan tumbuhannya, adat istiadat, musim dan cuacanya, bahkan sampai dengan soal-soalnya yang berkaitan dengan ilmu alam, astronomi dan juga budaya.
Jelasnya, Ignatius adalah seseorang yang mencintai dunia. Mungkin bukan tipikal seorang santo yang “menolak” dunia, sebaliknya Ignatius sangat dekat dengan mentalitas jaman dan berusaha untuk merangkul banyak orang di jamannya merengkuh kekayaan dunia dan mempersembahkannya kepada Tuhan sendiri.
Ignatius ingin mengajak kita semua untuk
menyadari sungguh indahnya dunia. Ignatius ingin supaya kita sungguh bisa memanfaatkan dunia yang kompleks, indah dan penuh pesona ini sebagai sebuah medan untuk pada akhirnya membawa semakin banyak orang mencintai penciptanya.
Dunia perlu kita rangkul dan dari situ pula kita mengusahakan kesucian: menjadi semakin manusiawi, menjadi semakin “mendunia” tetapi tetap demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Ignatius selalu mengajak kita untuk mengenal sungguh potensi kemanusiaan kita, mengenal lingkungan kita, mengenal kelemahan kita dan pada saat yang sama memahami hidup kita di dalam dunia ini merupakan sebuah pejiarahan bersama Tuhan sendiri.
Tanggal 31 Juli adalah Pesta Santo Ignatius Loyola. Beberapa imam Jesuit biasanya mengajak kita selama 9 hari dari tanggal 22 Juli hingga 30 Juli merenungkan kisah hidup Santo Ignatius Loyola sekaligus berdoa Novena Santo Ignatius Loyola.
Di bawah ini disaji-kenangkan kembali cuplikan kisah hidup Santo Ignatius dan juga renungan singkat yang sudah saya post selama 9 hari terakhir ini, yang saya ambil dari blog www.ignatiusloyola.net, tentunya untuk membantu pelaksanaan novena kita secara pribadi.
1. Inigo dan Masa Mudanya-Novena Hari 1
Hari ini adalah Hari Pertama dari Novena Santo Ignatius Loyola. Dalam hari-hari ini kita bisa merenungkan kisah hidup Santo Ignatius dan juga bercermin dari kisah itu, perlahan-lahan melihat hidup kita sendiri, dan akhirnya berefleksi serta bisa mendoakan novena Santo Ignatius berturut-turut sampai tanggal 30 Juli. Berikut ini kisah Santo Ignatius, untuk hari pertama.
Inigo, begitulah nama Ignatius Loyola, adalah seorang anak bungsu dari 12 bersaudara. Lahir di Basque, daerah utara spanyol dari keluarga bangsawan di Puri Loyola. Di tempat inilah Inigo dibesarkan dan memulai takdirnya dalam hidup kebangsawanan dan juga ksatria. Pada umur 14 tahun dia mulai dididik untuk menjadi bagian dari kebangsawanan Raja Spanyol.
Masa mudanya penuh dengan semangat dan gaya hidup bangsawan serta didikan untuk menjadi seorang ksatria, yang tentunya menarik hati banyak wanita dalam romantisme kebangsawanan atau juga machoisme sebagai seorang ksatria. Sulit untuk menduga bahwa garis hidup yang demikian adalah cara Tuhan “menggodok” seorang Santo
Renungan:
Sebagaimana kita merenungkan kisah hidup Inigo, apa yang anda pikirkan tentang hidup anda sendiri? Mungkin kita sering merasakan dimanakah Tuhan dalam hidup saya ketika saya berjuang jatuh bangun untuk membangun diri dan hidup yang saya impikan?
Seringkali cara terbaik untuk menemukan Dia, adalah dengan tetap setia dan sabar melihat kedalaman diri dan hati tanpa judgement, tanpa prasangka, berpikir positif dan tetap percaya bahwa Tuhan hadir dan menyertai. Melihat secara realistis apa yang terjadi dalam hidup, merefleksikannya di dalam kedalaman hati kita, jujur dan tulus dengan hidup ini bisa jadi merupakan “jalur” yang baik untuk menemukan kehendakNya.
Kisah hidup berikut adalah sebuah kisah pertempuran di Pamplona. Dalam pertempuran dahsyat antara Spanyol dan Perancis, Inigo dengan semangat gagah berani ikut mempertahankan mati-matian benteng Pamplona dari serbuan massal pasukan Perancis. Semangatnya yang pantang mundur membuatnya tetap bertahan dan mengambil alih kendali pasukan ketika pasukan Spanyol sendiri sudah banyak yang putus asa dan lari menyelamatkan diri.
Dalam pertempuran yang hebat itu, sebuah peluru meriam menerjang kakinya, meninggalkan Inigo dengan luka dan cedera yang serius. Dia pun harus dipapah pasukan Perancis sebelum akhirnya dibawa kembali ke Loyola. Cedera kakinya, yang membuatnya pincang sungguh meruntuhkan kebanggaan dirinya, ambisi pribadi, kepercayaan diri, dan juga mimpi-mimpinya. Dia menjadi frustrasi karena cedera ini seperti menyingkirkan dia dari aksi-aksi kebangsawanan yang gagah berani dan tentu saja kesempurnaan.
Saat kegagalan di Pamplona rupanya menjadi saat dimana Tuhan berkarya. Kekalahan Spanyol adalah berkat buat Inigo. Saat-saat sakitnya adalah moment penting bagi Inigo untuk merasakan sentuhan Tuhan dan membuat dirinya sungguh bisa bekerja sama dengan rahmat Tuhan sendiri. Bukankah memang seringkali moment-moment yang penting dalam perubahan hidup kita terjadi ketika kita dalam kekecewaan, tak berdaya, dan pada saat kita gagal? Saat-saat itu bisa sungguh menjadi saat dimana kita mulai memahami cinta dan hidup yang mendalam; menjadi sebuah moment dan tempat dimana kita menemukan benih-benih untuk berkembang dalam hidup.
Renungan:
Apakah ada dalam moment hidup anda yang mengingatkan anda akan peristiwa Pamplona sebagaimana Inigo alami- saat dimana anda bertindak tanpa hati-hati, dengan kenekatan dan keberanian? atau ketika anda sungguh merasa tak berdaya dan dalam kegagalan? Kalau melihat ke belakang, melihat peristiwa-peristiwa itu, apa yang bisa anda rasakan dan pikirkan sekarang ini?
2. Inigo, Mimpi dan Pengorbanannya-Novena Hari 2
Inigo mengalami pertobatan yang radikal ketika berada dalam masa pemulihan dari cedera kakinya yang didapat dalam pertempuran di Pamplona (baca Novena Hari 1).
Selama berbaring di Puri Loyola, dia banyak membaca kisah para Santo, dan juga buku-buku spiritualitas yang akhirnya mengubah perspektif hidupnya, yang semula dipenuhi dengan ambisi kebangsawan menjadi ambisi untuk membaktikan diri pada semangat-semangat religius, dan persembahan diri pada Tuhan. Pertobatan ini membuat dirinya berani untuk pergi meninggalkan Puri Loyola dan memulai pejiarahan.
Dalam perjalanan pejiarahannya, Inigo sampai di Manresa tepatnya di dekat Biara Montserrat, di atas pegunungan yang indah. Di situ dia melakukan pengakuan dosa, yang menurut tradisi biasanya dilakukan selama 3 hari. Dalam proses pejiarahan batinnya di Manresa inilah Inigo pertama kali menuliskan pengalamannya dan juga insight rohaninya yang mendalam tentang doa, yang menjadi salah satu bagian pokok dalam Latihan Rohani Santo Ignatius yang terkenal itu.
Pengalaman rohani yang mendalam di Manresa ini mengantar Inigo untuk masuk ke dalam keputusan lain yang lebih radikal, untuk mengikuti Tuhan: Dia memberikan pakaian kebangsawanannya kepada seorang pengemis, dan menukarnya dengan pakaian sederhana khas pejiarah. Dia juga menyerahkan pedangnya di atas altar sebagai simbol penyerahan atas masa lalu dan juga nilai-nilai yang dia pegang dalam hidupnya terdahulu, serta juga sebagai simbol atas komitmentnya dalam membaktikan diri pada Tuhan.
Renungan:
Dapatkah anda melihat saat-saat dalam hidup anda ketika anda dipenuhi oleh idealisme dan impian yang membuat anda berani untuk menyerahkan segala sesuatu demi impian dan idealisme yang dirasakan dalam diri anda dan menguasai hati anda? Pernahkah hidup anda dipenuhi oleh semangat dan idealisme, ataukah hanya biasa-biasa saja, membiarkan hidup mengalir saja? Dapatkah anda “seperasaan” dengan Inigo yang mengejar impian dan cita-citanya secara total?
Inigo meninggalkan pedang dan pakaian kebangsawanan untuk mengejar impian dan hasrat mendalamnya untuk mengikuti panggilan Tuhan. Dalam semangat yang sama, apakah yang pernah atau bahkan sekarang ini membuat anda berani untuk meninggalkan dan mengorbankan apa yang dianggap berharga demi sebuah impian dan cita-cita yang lebih luhur? Apakah anda adalah orang yang berani dan mau berkorban buat orang yang anda cintai, buat keluarga anda?
Bila anda merasa tidak memiliki mimpi dan impian hidup, apakah ada kemungkinan bahwa anda kurang melihat diri lebih mendalam tentang apa yang sesungguhnya anda mau dalam hidup ini? Bila anda sulit untuk berkorban atau meninggalkan masa lalu anda, apakah yang membuat anda tidak memiliki keberanian untuk melakukannya?
Tidak perlu menghakimi diri anda….tetapi tetaplah tulus dan sadar apa yang terjadi dalam diri anda. Bila anda merefleksikan hal-hal di atas….telitilah apa yang anda rasakan dan inginkan saat ini….
3. Inigo dan Pembedaan Roh-Novena Hari 3
Pengalaman Inigo di perbukitan dekat Biara Montserrat membuahkan pengalaman rohani yang begitu mendalam dan memantapkan tekadnya untuk membaktikan diri pada Tuhan. Penyerahan pedang di atas altar, dan juga memberikan pakaian kebangsawanannya kepada pengemis sungguh menggambarkan sikap batin Inigo yang total.
Rupanya pengalaman rohaninya begitu dahsyat dan transformatif sampai-sampai menggerakannya untuk berbuat secara total pula.
Inigo, memutuskan untuk berjiarah ke Yerusalem dengan kapal dari Barcelona. Namun sebelum berangkat ke Barcelona, dia memutuskan untuk “turun gunung” dan tinggal beberapa hari di Manresa. Semangatnya masih meluap-luap. Pengalaman rohaninya masih “hangat” sehingga dengan tekad bulat dia pun menghidupi dirinya sebagai pengemis di Manresa, dan tinggal di tepi sungai. Ya, inilah cara hidup seorang peziarah.
Berjuang hidup sebagai peziarah dan pengemis membuat dia bertemu dengan “setan” dalam dirinya. Kerinduan akan nostalgia di Puri Loyola, kesepian batin, sampai akhirnya keinginan untuk bunuh diri mewarnai hari-hari inigo di Manresa. Naik turunnya dorongan batin dan suasana hati Inigo rupanya menjadi guru yang baik baginya untuk memahami gerak batin dan gerak roh; untuk semakin memahami bagaimana Tuhan menyentuhnya dan berkarya dalam hidup.
Dia menjadi peka dan belajar menghadapi dorongan batin, melihat kelemahan diri dan juga memahami cinta Tuhan secara realistis. Godaan dan dorongan batin yang ada sungguh mengajarkan kepada Inigo bagaimana menggunakan perasaan, reaksi dan ingatan serta kehendak, mencari kehendak Tuhan dan menemukan jalan yang membawanya kepada Tuhan.
Renungan:
Ingatlah saat-saat pengalaman “puncak” ketika anda begitu merasa dekat dengan Tuhan dalam doa-doa anda, dimana anda penuh dengan inspirasi dan semangat. Ingatlah juga ketika anda harus membawa buah-buah doa itu ke dalam realitas harian. Apakah kegembiraan dan semangat itu tetap bertahan ketika anda menghadapi problem dan realitas hidup sehari-hari? Apakah hanya lalu lenyap ditelan oleh rutinitas, arus jaman, pengaruh buruk, atau karena kita tidak berpendirian?
Ketika anda mengalami dinamika “manresa” yaitu ketika mencari atau mewujudkan kehendak Tuhan dalam hidup anda, yang anda dapatkan dari pengalaman doa-doa, apakah anda sungguh peka terhadap gerakan-gerakan batin yang ada dalam diri anda? Sejauh manakah gerakan batin, godaan-godaan dan keinginan-keinginan sesaat yang anda alami dimengerti sebagai sebuah jalan untuk semakin berkembang dan matang dalam hidup rohani dan juga hidup pribadi?
4. Inigo dan Kerendahan Hati- Novena Hari 4
Perjalanan hidup Inigo setelah Manresa dipenuhi dengan kekecewaan, tantangan dan frustrasi. Keinginannya untuk mengajarkan injil dan berkotbah pun membawanya berurusan dengan lembagai Inkuisisi Gereja. Bagaimana mungkin seorang awam, pada waktu itu, yang tidak pernah mengenyam pendidikan seminari mau berkotbah?
Otoritas Gereja dan bahkan sekuler rupanya menentang niat mulia Inigo ini, karena dikuatirkan hanya akan menyesatkan orang. Inigo tidak patah semangat. Dia tetap berusaha dan gigih untuk bisa melayani banyak orang walaupun harus menghadapi tantangan dari banyak sisi.
Dia sadar bahwa cara satu-satunya untuk dapat diterima secara kredibel di mata Gereja adalah dengan ditahbiskan. Untuk itu dia rela kembali untuk mengenyam pendidikan, belajar bahasa latin dan juga teologi. Di usianya yang menjelang 40 tahun, dia rela untuk bersama belajar bahasa latin dengan anak-anak usia 20 tahunan. Sikap rendah hatinya ini berbuah besar di kemudian hari.
Renungan:
Ingatkah anda akan masa-masa dimana anda merasa banyak memiliki tantangan dan halangan dalam mewujudkan cita-cita dan harapan yang baik dalam hidup anda? apakah anda dengan rendah hati tetap teguh memegang cita-cita itu, dan berusaha dari langkah ke langkah untuk mewujudkannya?
Apakah anda pernah merasa malu, rendah diri karena dianggap tidak kompeten dalam usaha anda ini? Lihatlah kembali pengalaman anda itu, dan bagaimana anda menyikapinya. Bagaimanakah pengalaman Inigo bisa menjadi inspirasi buat anda?
5. Para Jesuit Pertama-Novena Hari 5
Perjuangan Inigo belajar bahasa latin dengan penuh kerendahan hati, demi cita-citanya melayani Gereja mulai membuahkan hasil. Dia berhasil menyelesaikannya dan sekarang Inigo mulai memasuki kehidupan universitas: Studi di Paris.
Di Paris, karisma Inigo rupanya menarik hati teman-temannya yang tinggal bersamanya. Kedekatan Inigo dengan beberapa orang seperti Fransiskus Xaverius, dan Petrus Faber ternyata menggerakkan Inigo untuk mau berbagi pengalaman rohaninya di Manresa.
Pengalaman rohani tentang doa dan pembedaan roh, ternyata sungguh mengubah hidup kedua orang sahabatnya ini. Pengalaman dan catatan-catatan rohani Inigo tentang doa dan pembedaan roh inilah yang sekarang kita kenal dengan Latihan Rohani Santo Ignatius.
Rupanya, efek dari Latihan Rohani ini sungguh bergema, sehingga dalam beberapa tahun, persahabatan orang-orang ini berkembang sampai 7 orang. Pada tanggal 15 Agustus 1534, dalam sebuah rekreasi bersama mereka semua akhirnya berjanji untuk melayani Tuhan dan berikrar bersama sebagai Sahabat-sahabat Yesus, alias Serikat Jesus.
Renungan:
Pernahkah anda merasakan bahwa pengalaman rohani anda mengubah hidup anda secara fundamental? Apakah hidup rohani anda sungguh merupakan sebuah pengalaman hidup yang integral ataukah hanya semata-mata ritual belaka?
Apakah anda memiliki “teman rohani” dimana bisa saling berbagi satu sama lain tentang insight ataupun inspirasi hidup? Sejauh mana pertemanan itu bisa saling memperkaya satu sama lain?
6. La Storta- Novena Hari 6
Tahun 1536, pada waktu itu Inigo sudah ditahbiskan menjadi imam (diosesan?), dan mengubah namanya menjadi Ignatius. Dalam perjalanannya menuju Roma, Ignatius berdoa di sebuah kapel di La Storta, dan rupanya pengalaman di La Storta ini merupakan salah satu pengalaman penting dalam konteks pejiarahan rohani Ignatius. Mengapa demikian?
Dalam doanya di Kapel La Storta, Ignatius mengalami sebuah pengalaman rohani mendalam dimana dia melihat Allah Bapa menempatkan dirinya di samping PutraNya Yesus.
Pengalaman rohani ini merupakan sebuah pengalaman rohani yang transformatif bagi Ignatius karena meyakinkannya bahwa doanya sungguh terkabul. Dia selalu meminta kepada Tuhan, dalam doa-doanya,supaya ditempatkan bersama dengan Kristus sendiri, dan sekarang entah bagaimana, dia mengalami sebuah pengalaman rohani yang begitu “agung” tetapi sekaligus “misteri”. Pengalaman La Storta ini bagi Ignatius semakin meneguhkan keinginannya mengabdi Allah dan Gereja, dan juga hidupnya dalam Serikat Jesus.
Renungan:
Berefleksi dari pengalaman Ignatius di La Storta, apakah anda pernah mengalami pengalaman personal “berjumpa dengan Allah” dalam doa-doa anda? Apakah anda pengalaman perjumpaan itu menyentuh realitas hidup anda?
Sejauh mana perjumpaan itu memberikan pencerahan dalam diri anda tentang makna dan arah hidup anda? Apakah itu memberi energi dan inspirasi baru untuk anda? Ataukah anda hanya memahaminya sebagai sebuah moment “sentimental” dalam doa?
Apakah doa-doa anda sungguh menggerakkan anda secara integral? atau hanyakah itu menjadi sebuah rutinitas harian yang lama-kelamaan menjadi kosong dan membosankan?
7. Ignatius di Roma - Novena Hari 7
Ignatius dan para sahabatnya setelah diteguhkan dalam Latihan-Latihan Rohani, bertekad teguh untuk mengabdikan diri mereka kepada Gereja. Itulah sebabnya, Ignatius pada tahun 1537 pergi ke Roma untuk memberikan diri mereka pada Bapa Suci dalam semangat ketaatan kepada Gereja.
Ignatius sungguh diterima oleh Paus Paulus III pada waktu itu, dan dalam kesempatan itu Ignatius juga mengungkapkan keinginan mereka untuk pergi ke Yerusalem dan bekerja disana sebagai sebuah impian dan cara untuk melayani Gereja. Agaknya Bapa Suci sendiri tidak terlalu antusias untuk mengirim mereka ke Tanah Suci, dan sebaliknya dalam sebuah kesempatan, secara spontan Bapa Suci pernah mengatakan “Mengapa kamu begitu ingin pergi ke Yerusalem? Itali bisa menjadi sebuah Yerusalem kalau kalian memang sungguh-sungguh mau bekerja bagi Gereja”.
Nampaknya perkataan Bapa Suci ini dalam kesempatan berikutnya sungguh menjadi nyata.
Roma pada waktu itu terancam bahaya kelaparan, banyak gelandangan, pengungsi dan juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang buruk akibat adanya perang Turki yang mempengaruhi stok pangan dan kebutuhan hidup lainnya. Setting kota yang seperti ini menjadi kesempatan buat Ignatius dan kawan-kawannya untuk berbuat sesuatu membantu banyak orang yang menderita dalam kegiatan sosial. Kegiatan Ignatius ini menjadi sungguh signifikan dan besar sampai-sampai ribuan orang sudah dilayani oleh mereka.
Lambat laun mereka mulai sadar bahwa impian pergi ke Yerusalem bukanlah sesuatu yang realistis, mengingat situasi politik dan ekonomi, dan apalagi kalau melihat apa yang ternyata bisa mereka buat di Roma pada waktu itu.
Renungan:
Dalam spiritualitas Ignasian, impian atau keinginan seringkali merupakan pintu masuk untuk menemukan hidup anda dan juga bahkan menemukan kehendak Tuhan sejauh anda mau membawa dan menimbang-nimbangnya di dalam doa dan percakapan hidup anda.
Setiap kali kita melakukan Latihan Rohani, ataupun berdoa secara Ignasian, kita selalu diajak meminta rahmat secara spesifik, yang kita dambakan di awal doa kita. Mengapa demikian? Karena doa dan hidup kita adalah 2 hal yang integral dan terkait satu sama lain.
Rahmat Tuhan bekerja lewat kodrat kita sebagai manusia dengan segala dimensinya. Dalam impian-impian kita, energi untuk hidup dan berkembang itu sungguh nyata dan tumbuh. Integrasi keduanya dalam doa dan lewat pembedaan roh sebenarnya merupakan inti pokok dalam spiritualitas Ignasian.
Sekarang soalnya adalah: apakah anda masih berdoa dan memiliki impian hidup? Ataukah 2 hal ini seringkali merupakan 2 hal yang terpisah? Sejauh mana hidup anda merupakan hidup yang terinspirasi dari doa-doa anda? atau hidup anda hanya terinspirasi dari impian anda saja?
Ataukah anda hanya hidup dari harapan-harapan kosong doa anda yang lepas dari realitas sehari-hari? Masihkah menemukan ruang dimana energi dalam impian anda itu anda “timbang-timbang” dalam doa dan percakapan anda dengan Tuhan?
8. Ignatius dan Desolasi- Novena Hari 8
Dimanakah Tuhan ketika kita kesepian? Dimanakah Dia ketika kita terpuruk dalam kelemahan kita? Dimanakah Dia ketika penderitaan datang? Rasanya pertanyaan-pertanyaan tersebut sangatlah tidak asing dalam hidup kita. Apakah Tuhan sungguh meninggalkan kita pada saat-saat yang demikian?
Membaca kisah hidup Santo Ignatius dari hari ke-1 hingga hari ke-7, kita bisa melihat bahwa dari pertobatannya, hidup Ignatius selalu diwarnai dengan kesepian jiwa atau kesepian rohani selain kegembiran dan semangat rohani atau batin yang luar biasa pula. Dalam pertobatannya, kesepian pun dirasakan. Dalam perjalanan rohaninya seringkali dia merasa lelah, putus asa, sendirian, pun bila itu semua adalah demi Kemuliaan Tuhan yang lebih besar.
Kesetiaan Ignatius dan keteguhan iman Ignatius-lah yang membuat imannya berbuah dan semakin meyakinkan dia bahwa Tuhan hadir. Kesepiannya tidak membuat Ignatius goyah iman, tetapi dengan sabar mencoba “menjiarahi” batinnya, menyelami alam kesepian dan berjumpa dengan Tuhan sendiri disana.
Kesepian, ibarat Tuhan yang diam, tetapi tetap hadir menemani kita untuk berani masuk ke dalam “gelap”, menyelami relung hati kita, dan terkadang melihat wajah kita yang sesungguhnya…..wajah yang seringkali tidak berani kita tatap sungguh-sungguh, karena penuh dengan kelemahan dan dosa kita.
Inilah yang dalam Spiritualitas Ignasian disebut dengan desolasi (kesepian rohani). yang harus dihadapi dengan dengan besar hati dan sikap berserah kepada Tuhan. Ini mengandaikan iman dan harapan yang besar akan cinta Tuhan sendiri. Kita kiranya bisa sungguh belajar dari Ignatius.
Latihan Rohani-nya yang dahsyat itu adalah hasil buah iman dan kepercayaan yang sungguh besar akan kasih Tuhan, dan juga menunjukkan sikap kerendahan hati seorang Ignatius.
Saya mengajak anda merenungkan saat dimana kita berada dalam kesepian rohani dan batin, dan merenungkan sungguh bagaimana kita menghadapinya dengan iman.
9. Ad Maiorem Dei Gloriam- Novena Hari 9
Ambillah ya Tuhan kebebasanku
kehendakku, budi ingatanku
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah, akan ku taati
Hanya rahmat dan cintaMu padaku
yang ku mohon menjadi milikku
hanya rahmat dan cinta dariMu
berikanlah menjadi milikku
Lihatlah semua yang ada padaku
kuhaturkan menjadi milikMu
pimpinlah diriku dan Kau kuasai
perintahlah akan kutaati
Doa dan lagu yang sering kita dengar ini adalah bagian dari Latihan Rohani St. Ignatius (no.234), yang bisa menjadi sebuah “ringkasan” perjalanan hidup Ignatius: Mengabdi Sang Pencipta.
Keinginannya adalah mengabdi Tuhan, membawa orang kepada Tuhan dan mencintai orang miskin. Kita mungkin bisa bertanya, darimanakah energi yang Santo Ignatius dapatkan sehingga ia berani meninggalkan Puri Loyola yang megah dan status kebangsawanannya, pergi berjiarah, menjadi pengemis, kembali ke bangku sekolah dan belajar hingga mendirikan Serikat Jesus? Sebuah pejiarahan hidup yang sangat panjang dan tentunya melelahkan.
Satu-satunya jawaban adalah: Perasaan dicintai oleh Tuhan yang begitu besar. Ya, perasaan cinta Tuhan yang begitu besar inilah yang menggerakkan Ignatius. Energi yang dia dapat bersumber dari pengalaman dicintai oleh Tuhan sendiri yang begitu besar. Kisah Ignatius adalah kisah seorang santo yang sangat manusiawi. Dia tidak lepas dari ketakutan, kesepian, godaan atau kelemahan-kelemahan manusiawi lain.
Namun alih-alih lari dari realitas itu, Ignatius malah berani menghadapinya, merasakan godaan yang ada dan akhirnya menjadi peka akan kelemahan diri, gerakan roh baik dan jahat serta karakter dirinya. “Menjadi suci adalah menjadi semakin manusiawi, bukan menjadi sempurna”, mungkin begitulah kisah Ignatius bisa kita lukiskan.
Artinya, dengan merengkuh nyata kemanusiawian kita, lengkap dengan segala kelemahan dan kedosaan, kita semakin juga merasakan cinta Allah yang besar dalam seluruh perjalanan hidup kita. Dalam kelemahan kita, Allah pun bekerja, dan seringkali kita menemukan bahwa pengalaman jatuh kita merupakan sebuah ajakan untuk bertemu Dia dan juga ajakan untuk mengenal diri kita secara lebih mendalam.
Disinilah cinta Tuhan sungguh menjadi lebih nyata.
“Menjadi suci adalah menjadi semakin manusiawi, bukan menjadi sempurna”
Apakah anda pernah merasakan cinta Tuhan? Dimanakah dan bagaimanakah cinta Tuhan itu anda terima dan rasakan? Apakah dalam kelemahan dan pergulatan diri anda, anda pernah menemukan dan berjumpa dengan Tuhan sendiri?
Sejauh mana perjumpaan itu membekas dan sungguh mengubah diri anda? Darimanakah energi yang menggerakkan hidup anda sekarang? apakah hidup kita hanya digerakkan semata-mata atas kebutuhan untuk “survive”, semata-mata hanya karena kita harus bekerja, mencari uang, menghidupi diri atau keluarga? atau adakah dimensi spiritual dari apa yang kita kerjakan dalam hidup ini? Dimanakah Tuhan dalam hidup anda?
Mungkin ada baiknya kita menyisihkan waktu untuk merenungkan hal ini….dan akhirnya bisa bertanya sebagaimana Santo Ignatius pun bertanya dalam dirinya kepada Kristus yang tersalib:
“Apa yang telah kulakukan untuk Dia”
“Apa yang sedang kulakukan untuk Dia”
“Apa yang akan kulakukan untuk Dia”
Ad Maiorem Dei Gloriam- begitu semboyan dari Ignatius, yang artinya Demi Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar. Apakah hidup kita adalah wujud ekspresi “Ad Maiorem Dei Gloriam”? Semoga!
B.
"Ite imflammate omnia - Pergilah & kobarkan api bagi semua."
Bersama dengan peringatan St Ignatius Loyola, pendiri Jesuit, kitapun diajak mengenal arti nama "ignatius" yakni "api semangat".
Ia yang bernama asli "Inigo" dan anak bungsu dari 12.bersaudara yang terlahir di Basque, utara Spanyol ini memang selalu mengobarkan api ilahi lewat hidup doa.dan karyanya bahkan di usianya yang menjelang 40 tahun, ia rela untuk belajar bahasa latin dengan anak-anak usia 20 tahun.
Mengacu pada St Ignatius, ada beberapa semangat ignasian yang bisa kita buat supaya selalu bisa menjadi "api" yang hidup, antara lain:
1."Ad Maiorem Dei Gloriam-Semuanya demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar":
Ia menyadari diri sebagai pendosa yang dicintai Tuhan. Ia bukan sosok yang sempurna tapi penuh dengan ambisi-gengsi dan emosi, itu sebabnya ia terus belajar untuk menjadi sahabat dan pemimpin yang baik serta rendah hati dimana semuanya ini diarahkan semata untuk kemuliaan Tuhan.
2."Deus semper maior-Tuhan selalu lebih besar":
Ia tinggalkan Puri Loyola dan berziarah supaya bisa lebih mengutamakan Tuhan. Di Manresa tepatnya di Biara Montserrat, ia melakukan pengakuan dosa dan menuliskan pengalamannya tentang doa/latihan rohani. Ia juga mempersembahkan pedangnya di altar dan diberikannya jubah kebangsawanannya kepada pengemis karena baginya Allah yang selalu lebih besar.
3."Christo regi cor et labor-Hati dan jerih payah untuk Kristus Raja":
Ia adalah orang yang mencintai dunia, yang merengkuh kekayaan dunia dan selalu mempersembahkannya kepada Tuhan. Ia mengajak kita menjadi orang yang selalu mengikutsertakan yang ilahi dalam segala yang insani, karena jelaslah dunia perlu dirangkul untuk mengusahakan kesucian: menjadi semakin manusiawi, semakin mendunia tapi demi kemuliaan Tuhan.
Ya, lewat dialah, spiritualitas untuk menemukan Tuhan dalam segala sesuatu, dalam realitas konkret harian menjadi sebuah bentuk spiritualitas yang sangat pokok dalam Gereja. Jelasnya, ia antusias dan akrab di tengah perkembangan jaman dan segala hiruk pikuknya yang khas.
"Ayam jago di warung Indomie - St Inigo doakanlah kami."
C.
Tanggal 31 Juli adalah pesta Santo Ignatius Loyola.
Berikut ini kembali disajikan format doa novena kepada St. Ignatius Loyola yang bisa didoakan antara tanggal 22 Juli hingga 30 Juli atau hari lain dan semoga bisa memperkaya hidup rohani dan kualitas pengetahuan sekaligus penghayatan iman kita.
Bapa Ignatius,
Dari abad ke abad, banyak orang telah menimba inspirasi hidup darimu, untuk menemukan Tuhan dalam hidup mereka sehari-hari.
Dunia kami dewasa ini semakin membutuhkan kemampuan dan kemauan untuk menemukan Tuhan di dalam segala sesuatu; Menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam setiap niat dan usaha kami; Selalu mencari apa yang menjadi kehendakNya, dan selalu mendambakan Cinta dan RahmatNya dalam hidup kami.
Ajarilah kami kebebasan yang hanya datang dan tumbuh karena kesetiaan kami pada karya dan kehendak Tuhan sendiri di dalam dunia ini dan di dalam hidup kami yang indah, tetapi yang sekaligus juga diwarnai dengan kedosaan, dan kekerasan yang kami lakukan kepada sesama kami.
(dilanjutkan percakapan pribadi berkaitan dengan intensi/permohonan pribadi)
Bapa Ignatius,
Dalam perjalanan hidupmu, engkau mengalami bahwa Tuhan sendirilah sahabat setia di setiap langkah. Engkau mengabdikan hidupmu kepada Tuhan untuk berperan serta di dalam karya keselamatanNya bagi umat manusia.
Ajarilah kami untuk semakin merasakan kehadiran Tuhan. Bimbinglah kami supaya kami dapat semakin menimba kekuatan dari Tuhan yang hadir dan bekerja bersama kami dan di dalam hidup kami.
Semoga dengan perantaraan doa Bapa Ignatius sendiri, Tuhan memberikan kekuatan, rahmat kegembiraan dan kedamaian di dalam diri kami, serta juga mengabulkan permohonan kami yang tulus di dalam novena ini, apabila semuanya itu memang demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.
Bapa Kami……
Salam Maria…..
Santo Ignatius, Doakanlah kami….. AMIN
Novena St. Ignatius Loyola (22-30 Juli)
Ambillah Tuhan dan terimalah seluruh kemerdekaanku, ingatanku, pikiranku dan segenap kehendakku, segala kepunyaan dan milikku.
Engkaulah yang memberikan, pada-Mu Tuhan kukembalikan. Semua milikmu, pergunakanlah sekehendak-Mu. Berilah aku cinta dan rahmat-Mu, cukup itu bagiku.
Ya Tuhan, berilah aku rahmat agar dengan sepenuh hati aku menginginkan, mencari dan melaksanakan kehendak-Mu yang kudus.
Aku mempersembahkan ujub dan permohonanku ini dengan pengantaraan Santo Ignatius Loyola hambamu….
….(Sebutkan ujub dan permohonan anda)….
Semoga entah sehat atau sakit, miskin atau kaya, dihormati atau dihina, aku selalu lepas bebas dari kelekatan tidak teratur, sehingga aku semata-mata menginginkan dan memilih apa yang lebih membawaku bagi semakin besarnya kemuliaan nama-Mu dan keselamatan sesama. Amin.
———–
Hari Pertama: Hasrat dan Imajinasi
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, ketika tengah menjalani pemulihan akibat terluka dalam peperangan, engkau membayangkan ingin seperti Santo Dominikus dan Santo Fransiskus Asisi melakukan hal-hal yang mengagumkan untuk Tuhan.
Engkau mengalami suka cita batin yang mendalam sehingga berani memutuskan meninggalkan karier duniawi dan berlabuh meniti misi hidup baru untuk mengikuti Yesus.
Santo Ignatius terkasih, ajarilah kami bagaimana kami menggunakan imajinasi kami dengan bijak. Engkau tahu bahwa sebagian besar dosa dikarenakan pikiran kotor dan imajinasi liar yang menyerbu batin.
Tolonglah kami untuk memiliki pikiran yang jernih dan bersih dan memperkaya batin dengan fantasi suci yang mulia, sehingga kami boleh mengalami suka cita sejati yang telah mengobarkan hasratmu untuk menjadi kudus.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Kedua: Hati Lapang Jiwa Besar
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, engkau mencari keheningan dan tinggal 40 hari di gua Manresa, berkanjang dalam doa dan matiraga, dan Tuhan mengganjar dengan anugerah kehadiran-Nya.
Engkau menjadi mahir menemukan kehadiran Tuhan dan mengajar para pengikutmu untuk membedakan Roh dalam hidup mereka.
Jadilah pengantara kami di hadirat tahta Ilahi, sehingga kamipun memiliki ketrampilan memilah dan memilih gerak batin dalam penegasan rohani. Mohonkanlah kepada Yesus apa yang menjadi kehendak-Nya bagi kami, khususnya ketika kami harus mengambil keputusan penting dan besar dalam hidup kami.
Santo Ignatius, gerakkan kami dengan inspirasi hidupmu agar kami menyediakan ruang lapang untuk Yesus, sehingga kami peka akan kehadiran-Nya dan mendengarkan suara-Nya.
Pandanglah dengan penuh kasih sayang kebapaanmu, begitu banyak orang muda, pria dan wanita, yang galau dan risau karena tidak pernah merasakan dan mengalami kehadiran Allah yang menyentuh hidup mereka, baik dalam keheningan maupun dalam doa.
Ajarilah kami untuk berani memasuki keheningan dan kesendirian untuk berjumpa dengan Yesus dan membiarkan Dia menuntun kami dalam kehidupan dan setiap keputusan kami. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Ketiga: Memulai Peziarahan
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, engkau memutuskan untuk menjadi seorang peziarah dan meminta-minta untuk makan sekedar hidup sepanjang perjalanan sambil berdoa dan berkhotbah. Engkau mengunjungi tempat-tempat ziarah dan berdoa di tempat itu sambil memenuhi kebutuhan seorang peziarah.
Ajarilah kami untuk memiliki sikap hati sebagai seorang peziarah sejati, sehingga memandang hidup di dunia ini sebagai peziarahan sementara tidak selamanya, sehingga tetap menatap surga sebagai rumah tujuan yang sejati dan abadi.
Namun sementara masih dalam peziarahan dalam lembah duka ini, bukalah budi hati kami terhadap mereka yang berkekurangan dan kurang beruntung, menjadi peka terhadap kebutuhan mereka, dan selalu membuka mata dan pintu hati kami bagi sesama yang datang mengharap pertolongan dan uluran tangan kami. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Keempat: Belajar Tiada Henti
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, engkau mengerti bahwa engkau hanya bisa mengajar dan berkhotbah dengan baik, kalau engkau belajar dengan serius akan Sabda Allah.
Engkau pergi belajar ke Paris kendati usiamu relatif sudah tua dan banyak orang menertawakan dan mencemoohmu. Engkau tidak peduli semuanya itu, karena engkau ingin memuliakan Tuhan dan meluhurkan nama Tuhan dengan khotbahmu yang berwibawa.
Mohonkanlah kami rahmat dan gairah yang sama, sehingga kamipun terdorong untuk mendalami dan mempelajari Sabda Allah dengan serius dan mendalam, sehingga dapat menjadi alat yang handal di tangan Tuhan.
Kami ingin menjadi murid dan rasul yang mewartakan Sabda Allah dengan wibawa dan kuasa. Berilah kami kerendahan hati untuk mendalami Sabda Allah dan menerapkannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman kami. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Kelima: Sahabat Dalam Tuhan
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, engkau mengalami Yesus sungguh menyertaimu bahkan tanpa engkau rencanakan sekalipun, engkau memikat para sahabat seperti Petrus Faber dan Fransiskus Xaverius yang dengan penuh semangat mewartakan Injil ke Eropa dan seluruh dunia.
Yesus menganugerahimu dengan para sahabat yang heroik yang menanamkan benih iman di pelbagai tempat di belahan bumi ini.
Bantulah kami untuk memahami bahwa hidup kami tidak semata ada di tangan kami dan mengerti bahwa hal yang paling penting dalam hidup adalah tinggal semakin dekat dengan Yesus dan melaksanakan kehendak-Nya.
Semoga kami selalu bersama Yesus, semakin dekat dengan-Nya, dan menanti dalam kesunyian, pengorbanan dan matiraga, demi kehendak-Nya yang kudus. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Keenam: Membaharui Gereja
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, kendati engkau bermimpi untuk menghabiskan hidupmu di tanah suci Yerusalem dan dalam perutusan, peziarahanmu bermuara di Roma, dekat dengan Paus dan siap sedia diutus menanggapi tantangan dan perutusan baru di mana Gereja dan dunia membutuhkannya.
Engkau menjadi pribadi yang terkait erat dengan Tahta Suci, dan menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk meneladan kerendahan hatimu, kesediaanmu berkorban dan kedalaman hidup doamu. Kehadiranmu membawa pembaharuan di dalam Gereja.
Santo Ignatius yang mulia, bantulah kami untuk mencintai Gereja, untuk taat setia kepada para gembala, di bawah bimbingan para Uskup dan Bapa Suci. Mampukanlah para gembala untuk memahami betapa pentingnya tugas perutusan mereka dan menuntun Gereja kepada Kerajaan Allah yang tidak pernah berkesudahan. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Ketujuh: Rasa Kagum dan Syukur
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, rasa kagum akan karya ciptaan dan alam semesta merupakan bagian tidak terpisahkan dari devosi dan doa harian yang kau lakukan. Di malam hari, engkau memandang bintang di langit dan terpekur dalam rasa kagum akan keindahan dan keagungan alam semesta ciptaan Tuhan.
Itulah sebabnya engkau dengan amat mudah mengucap syukur kepada Allah Sang Pencipta dan menyampaikan kidung pujian syukur. Kendati engkau mengalami berbagai macam kendala dan perkara, menanggung banyak pengorbanan, engkau tidak pernah luput bersyukur kepada Sang Pencipta. Rasa kagum dan syukur yang engkau miliki memungkinkan engkau selalu optimis dan bersemangat dalam hidup.
Sudilah menjadi pengantara kami kepada Yesus supaya kami memiliki rahmat yang sama yakni rasa kagum akan alam ciptaan, sehingga seperti engkau, kami selalu bersyukur kepada Allah Bapa di surga. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Kedelapan: Mewartakan Iman Menegakkan Keadilan
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, para pengikutmu mendirikan banyak sekolah, universitas dan karya-karya yang tetap bertahan sampai sekarang. Engkau menghendaki pendidikan Katolik yang baik untuk semua orang sehingga mereka yang masih muda beliapun mampu mempertahankan iman mereka melawan segala gerakan dan kelompok yang mau menggerogoti ajaran iman Katolik.
Berilah kami keberanian dan kebijaksanaan untuk membela iman kami dari berbagai macam gerakan ataupun kelompok yang mau melemahkan dan menghancurkan ajaran iman dan moral Katolik dengan pengajaran yang sesat. Berilah kami kebesaran hati untuk memahami mereka yang menyerang ajaran iman Katolik dan bersabar penuh kasih untuk menanggapi berbagai macam tuduhan dan celaan.
Mampukanlah kami untuk menjadi prajurit Yesus Kristus yang tahu bagaimana mesti membela dan mempertahankan iman Katolik dari pelbagai serangan musuh. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.
Hari Kesembilan: Teman dalam Perutusan
Doa Harian:
Santo Ignatius Loyola, dalam doamu engkau mengatakan berjuang tanpa menghitung untung rugi, tanpa mengharap upah, dan memohon supaya dapat meninggal sebagai orang yang bahagia. Surga telah menantimu sebagai ganjarannya. Tuhan telah menganugerahkan berbagai macam pengalaman penampakan terutama tentang surga dan Allah Tritunggal Maha Kudus.
Ketika masih di dunia, sejatinya engkau telah mengalami kehidupan surgawi, engkau bercakap-cakap dengan Yesus sebagai seorang sahabat, dan Dia senantiasa menyertai engkau.
Oh, Santo Ignatius yang agung, bantulah kami untuk memahami segala sesuatu yang bisa kami lakukan untuk Yesus dan karya penyelamatan-Nya di dunia ini, merupakan hal terbaik yang bisa kami lakukan di dunia ini. Tiada suka cita sejati selain mengorbankan segalanya dalam nama Yesus dan melalui semuanya itu, kami menggapai surga dan menantikan saat kematian yang membukakan pintu kebahagiaan kekal. Amin.
Jiwa Kristus…
Bapa Kami….
Salam Maria….
Kemuliaan…
Terpujilah…
Santo Ignatius Loyola, doakanlah kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar