HIK:
Jumat 4 Agustus 2017
PW. St Yohanes Maria Vianney
"Sacerdos-Imam".
Inilah kekhasan St Yohanes Maria
Vianney yang kita kenangkan hari ini. Ia benar-benar menjadi "imam"
(“Inilah Manusia Andalan Mu”).
Ia berjuang agar hatinya dan hidupnya
sesuai dengan hati dan hidup Kristus, "cor unum et anima una-sehati
sejiwa" lewat tiga nasihat Injil, antara lain:
1."Semangat KEMISKINAN":
Ia memberikan segala yang ada padanya
kepada mereka yang miskin. Ia juga menolak penghormatan. Ia melahap tak lebih
dari dua butir kentang rebus dalam sehari. Jika orang memberinya sebuah roti,
ia akan menukarnya dengan pinggiran roti dari seorang pengemis.
2."Semangat KEMURNIAN":
Ia memahami nilai kemurnian demi
menemukan kembali sumber kasih yang adalah Tuhan. Ia setia menjadi milik
Kristus sampai mati.
3."Semangat KETAATAN":
Taatnya kepada Kristus, meliputi
ketaatan kepada Gereja dan teristimewa kepada uskup. Hal ini diwujudkannya
dengan menerima beban berat sebagai seorang imam paroki di desa kecil dan
terpencil. Sebab, katanya, “Imam wajib senantiasa siap sedia menjawab kebutuhan
jiwa-jiwa”; lagi, “Imam bukanlah bagi dirinya sendiri tapi bagi yang lain”
Memang, ada begitu banyak
"salib" yang datang menghampiri "imam dari Ars" ini di
sepanjang hidupnya: fitnah dan pergunjingan sinis dari pihak lain, disalah-mengerti
dan dicap jelek oleh rekan imam, pertentangan dan juga pergulatan misterius
melawan kuasa-kuasa neraka dan terkadang bahkan pencobaan berupa keputusasaan
di tengah malam.
Walau demikian, ia tidak berpuas diri
dengan hanya menerima pencobaan, ia bertindak lebih jauh dengan "tiga
sa":
-miSA
-pengakuan doSA
-rajin berpuaSA".
Ia mempraktekkan banyak mati raga
ketat lainnya demi “menundukkan tubuhnya”. Singkat kata, ia menguduskan dirinya
sendiri agar dapat lebih berdaya guna dalam menguduskan yang lain.
Bagaimana dengan kita?
"Abdullah sakit demam -
Doakanlah kami para imam"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar