Ads 468x60px

PENGGALAN KEYNOTE SPEECH Teddy P. Rahmat Indonesia Most Admired CEO 2017



RE-POST:
PENGGALAN KEYNOTE SPEECH
Teddy P. Rahmat
Indonesia Most Admired CEO 2017
Saya merasa terhormat, berada bersama talenta-talenta terbaik Indonesia dalam forum ini. Saya sampaikan selamat atas prestasi yang diraih. Saya bangga dan bersyukur bahwa Indonesia memiliki talenta-talenta hebat seperti Anda sekalian.
Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan 3 pesan.
A.
*Yang pertama*: PURPOSE.
Dalam sebuah kesempatan talk show televisi, saya menyatakan bahwa saya *akan terus bekerja sampai di Indonesia tidak ada kemiskinan lagi*.
Saya sadar, bahwa kondisi itu sangat sulit terjadi, atau mungkin tidak akan pernah terjadi. Tapi saya juga sadar, bahwa sebagai manusia yang lahir, tumbuh, dan berusaha di Indonesia, saya harus jadi bagian yang turut membangun Indonesia. Semampu saya, sekuat saya. Itulah yang saya bisa berikan kepada Indonesia. Negara yang telah memberi begitu banyak kesempatan kepada saya.
Sebagai CEO-CEO pilihan, saya ingin Anda menjawab pertanyaan berikut secara pribadi, *“Apakah purpose of life saya?”*
Pertanyaan itu sangat penting untuk dijawab dengan sungguh-sungguh dan jujur. Saya mengutip kata-kata Steve Jobs, “If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?”
Time is precious.
Waktu kita semua terbatas. Penting untuk memastikan bahwa apa yang kita lakukan dari hari ke hari, mendekatkan kita pada purpose kita. Itu cara terbaik untuk bersyukur atas kehidupan yang Tuhan berikan.
B.
*Yang kedua*, SENSE OF MISSION.
Orang-orang hebat memiliki satu kesamaan: *mereka memiliki sense of mission yang sangat kuat.*
Anda semua orang-orang hebat, yang diberi amanah besar untuk memimpin. Amanah untuk membawa perusahaan dari saat ini ke masa depan. Amanah untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Membuat Indonesia menjadi lebih maju, adil dan makmur.
Angela Duckworth, seorang psikolog dari Amerika memperkenalkan istilah “grit” sebagai faktor penentu kesuksesan.
*Grit adalah gabungan dari purpose, passion, dan perseverance.* Adanya grit membuat orang akan konsisten, tahan uji, dan tidak mengenal lelah dalam mewujudkan misinya. *Adanya grit membuat kita bangun paling pagi, pulang paling malam untuk memastikan eksesusi yang disiplin dan militan.* Grit yang membedakan Anda semua dengan ordinary leaders.
*Manusia yang memiliki sense of mission, adalah manusia yang sudah selesai dengan dirinya*. Menempatkan kepentingan yang lebih mulia di atas kepentingan diri. Mother Teresa, adalah contoh yang hampir sempurna tentang sense of mission. Seluruh hidupnya dipersembahkan kepada kemanusiaan.
'With great power comes great responsibility'. Anda semua hadir di acara ini for a reason. Anda mendapatkan penghargaan ini juga for a reason. Saya percaya Anda semua memiliki kekuatan grit yang luar biasa.
Make or break-nya perusahaan atau organisasi yang Anda pimpin ada di tangan Anda semua. Dalam kesempatan ini, *saya ingin menggugah Anda dengan menyatakan bahwa make or break-nya bangsa ini, juga menjadi tanggung jawab Anda semua.*
C.
*Yang ketiga*, VALUES.
Saya mengutip kata-kata mendiang Bapak Benny Subianto, “We have to change with changing time, but we have to hold on to unchanged values.”
*Kekuatan yang besar tanpa values yang kokoh membuat manusia menjadi serakah, kejam, cacat etika, dan cacat integritas.* Kekuatan tanpa values mengerdilkan, melemahkan, bahkan bisa mematikan.
Keluarga berantakan karena tidak kokohnya values. Banyak perusahaan tidak sustainable karena rapuhnya values. Negara hancur dan tidak menjadi apa-apa karena mengabaikan pentingnya values. Banyak masalah bangsa Indonesia, yang juga terjadi karena tidak kokohnya values.
Saya, Anda, kita semua mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menghidupkan values dalam lingkup kehidupan kita masing-masing.
*Values yang kokoh harus dimulai dari keselarasan kata dan perbuatan para pemimpin*. Tidak lebih, tidak kurang. Kita harus menjadi pemimpin yang menjadi panutan. Pemimpin yang walk the talk.
Membangun bisnis adalah membangun values. Bisnis yang dibangun tanpa values niscaya berantakan dan tidak akan bertahan lama. Tanggung jawab kita sebagai pemimpin, tidak hanya berhenti sampai menghasilkan kinerja finansial yang luar biasa, tapi juga menjadi bagian dari bangsa untuk membangun generasi yang memiliki values yang kokoh. Values yang dimulai dengan integritas.
Kita memiliki tanggung jawab moral dalam hal ini. Betapa akan lebih mudahnya seluruh upaya pembangunan bangsa kita, apabila semua pelaku bisnis juga terpanggil dan ambil bagian nyata dalam penanaman values.
Bapak dan Ibu yang saya hormati.
Less for self, more for others, enough for everybody. *Menjadi pemimpin tidak mudah. Didalamnya terkandung amanah yang besar dan mulia, untuk tidak semata-mata mengejar dan mengutamakan kepentingan pribadi, tetapi memberi dampak positif bagi banyak pihak.* Itulah reason of being dari true leader.
Ijinkan saya untuk menutup pidato ini dengan membacakan sebuah janji yang tulus dan sederhana mengenai values. Janji ini juga menjadi guiding principles bagi seluruh anak perusahaan dalam group kami:
*Hari ini, saya berjanji:*
Untuk menjalani hidup dengan transparan dan jujur.
Untuk memberikan lebih dari yang diharapkan, dalam situasi apapun.
Untuk menempatkan kemanusiaan dan tujuan yang lebih mulia, di atas kepentingan pribadi.
Untuk menjadi pribadi yang rendah hati, membuka diri, dan terus memperbaiki diri.
*Janji ini saya nyatakan dengan tulus dan sepenuh hati kepada diri sendiri, keluarga, perusahaan, Indonesia, dan Tuhan Yang Maha Kuasa.*
Terima kasih.
TP. Rachmat
Jakarta, 13 Oktober 2017
NB:
A.
PROFIL: SEKILAS PINTAS
Theodore Permadi Rachmat (Oei Giok Eng) (lahir di Kadipaten, Majalengka, 15 Desember 1943; umur 73 tahun) atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat adalah seorang pengusaha kristiani yang berasal dari Indonesia.
Awalnya ia dikenal dengan kiprahnya sebagai pimpinan Grup Astra, perusahaan yang didirikan oleh pamannya William Soeryadjaya.
Pastinya, cerita sukses Theodore Rachmat atau Teddy adalah cerita yang panjang. Sejak lulus dari Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB), perlahan-lahan dia berkembang dari hanya seorang sales Astra menjadi direktur di perusahaan yang sama yang mempekerjakannya sejak pertama kali.
Theodore Rachmat sendiri memulai kariernya sebagai sales Astra di tahun 1968, tepat setelah dia lulus. Pada waktu itu, Astra hanyalah sebuah perusahaan kecil, dan dia masuk sebagai karyawan ke-15.
Selama minggu-minggu pertamanya sebagai karyawan sales, Teddy mengendarai motor untuk pergi dan pulang dari kantor serta sering tidur di kantor. Dedikasinya membuatnya terus berkembang hingga dia dipercaya untuk mengelola bisnis baru yang beroperasi di bawah Astra.
Pada tahun 1972, dia memulai pekerjaannya mengelola United Tractors, sebelum dia akhirnya meningkat menjadi chief executive sampai tahun 2005. Kini, United Tractors tetap beroperasi dan bernilai lebih dari 10 miliar dolar Amerika.
Dia juga pernah membuat keputusan yang salah dengan tidak membeli Astra selama krisis moneter 1998, dan pada akhirnya, dia sering mengingatnya sebagai salah satu keputusan terburuknya dalam bisnis. Namun, dia kemudian berhasil dengan memulai perusahaan keuangan Adira, tapi dia harus menjual sebagiannya kepada Bank Danamon agar tetap bertahan.
Dia pun menjual sebagian saham Adira lainnya untuk membangun Triputra Group, prestasinya yang paling sukses. Sekarang, Triputra Group memiliki beberapa perusahaan di bawahnya, dengan yang terbesar Kirana Megatara Rubber Company dan Triputra Agro Persada Palm Oil Company.
Seiring dengan perusahaan, dia pun memiliki beberapa perkebunan kelapa sawit yang menyuplai pabriknya dengan minyak sawit mentah. Dia juga mendirikan perusahaan pertambangan bernama Adaro, dengan menempatkan anggota keluarga dan teman kuliahnya pada posisi-posisi penting.
Tidak puas dengan prestasinya sejauh ini, Teddy juga memiliki rencana masa depan untuk membawa saham TAP untuk go public, sehingga orang dapat melihat transparansi dalam bisnis dan dia pun bisa mendapatkan lebih banyak suntikan modal untuk memperluas dan mengelola kerajaan bisnisnya yang besar. Dia membeli saham minoritas TAP bersama-sama dengan Northstar Pacific Capital milik Patrick Walujo, serta Singapore Government Investment Corporation. Sekarang dia pun perlahan-lahan mendaftarkan Grup Triputra sebagian demi sebagian, dengan Perusahaan Swakarsa Sinarsentosa Palm Oil menjadi yang pertama tahun ini.
Theodore Permadi Rachmat dan istrinya, Like Rachmat kini dikaruniai tiga anak : Christian Aryono Rachmat, Arif Patrick Rachmat dan Ayu Patricia Rachmat.
Pada 2014, Forbes menempatkan Theodore Permadi Rachmat yang merupakan alumnus
Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dalam daftar orang terkaya di Indonesia urutan ke-14.
Beberapa penghargaan:
Lifetime Achievement Award dari Tahir Foundation 2014.
Marketing-Pimpinan Bisnis Terpuji (kemampuan dalam bidang pemasaran majalah SWA Sembada) 1995
Satyalencana Kebaktian Sosial-Presiden RI 1995
Bhakti Koperasi dan Pengusaha Kecil Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil 1997
Satyalencana Pembangunan RI Bidang Pembinaan Usaha Kecil/Menengah Departemen Koperasi 2000
CEO terbaik Bidang Industri Automotive Asia Market Intelligent dan Majalah SWA 2001
Anggota Dewan Ekonomi Nasional semasa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
B.
10 JALAN CINTA TP RACHMAT.
Theodore Permadi Rachmat termasuk salah seorang enterpreneur ulung tanah air. Bahkan Majalah Forbes kembali mencatatkan namanya sebagai salah satu dari 1.645 pemilik kekayaan di atas 1 miliar dollar AS untuk tahun 2014. Rachmat berada di peringkat 973 dalam daftar tahunan Forbes tersebut dengan capaian nilai harta sebesar 1,85 miliar dollar AS.
Di jagad bisnis, T.P. Rachmat telah dikenang sebagai salah satu sosok perintis imperium kebesaran Astra Internasional. Selanjutnya Rachmat juga membesut kedigjayaan Adira Finance, United Tractors, Adaro Energy dan Triputra.
Tak ketinggalan, dia juga telah melahirkan dan mencetak generasi enterpreneur sukses yang mewarnai kancah bisnis tanah air. Termasuk pula dia juga telah bekontribusi dalam proses pembangunan perekonomian dan penguatan kehidupan sosial di tingkatan nasional.
Astra yang semula hanya bergerak dalam lingkup perdagangan limun, kornet, minyak sereh dan kenanga, telah menjadi perusahaan internasional dengan torehan pendapatan hingga Rp162,5 triliun, keuntungan Rp17,7 triliun, dan jumlah tenaga kerja hingga 160 ribu karyawan pada akhir tahun 2011.
Rachmat juga berhasil mengantarkan Adira menjadi perusahaan pembiayaan terkemuka Indonesia sejak turut mengelolanya di tahun 1998, delapan tahun setelah perusahaan tersebut dirintis oleh ayahnya Rafael Adi Rachmat. Di Tahun 2004, keuntungan Adira telah menyentuh triliunan Rupiah.
Catatan sukses serupa dilakoni Rachmat bersama Adaro yang kini menjadi salah satu perusahaan tambang batubara besar nasional dengan produksi batubara hingga 47,7 juta ton dan penjualan 50 juta ton dengan potensi pasar premium di Asia. Nilai laba bersih perusahaan pada tahun 2011 bahkan diestimasi telah mencapai Rp550-580 juta, meningkat 126,3% dari capaian 2010 yang telah menginjak US$243 juta.
Di Grup Triputra setali tiga uang. Perusahaan yang didirikan tahun 1998 tersebut pada tahun 2011, juga telah mencatatkan statistik yang fantastis dengan business leader di sektor agribisnis. Capaian omzetnya tak tanggung-tanggung telah memcapai Rp40 triliun. Tapi jauh yang lebih penting mereka telah memiliki potensi pertumbuhan berkesinambungan dengan luasan lahan tanam 180 ribu hektar, dari persediaan lahan 400 ribu hektar.
Dalam bukunya berjudul "Pembelajaran T. P. Rachmat" yang ditulis Ekuslie Goestiandi dan Yusi Pareanom, businessman yang pernah merasakan pengalaman pahit dipecat dua kali dari Astra dan mengenyam kerugian Rp50 miliar dari bisnis pertambangan tersebut, membagikan kisah suksesnya.
Menurut Teddy Rachmat jikalau ingin sukses harus ada misi hidup yang harus menjadi konsitusi kepribadian atau landasar karakter dalam mengejar cita-cita. Dia menegaskan misi hidupnya dalam empat concern:
sikap etis yang mendalam,
dorongan keunggulan yang kuat,
belas kasih yang besar kepada sesama & kerendahan hati yang tulus.
Selain itu, Teddy mengutarakan pula bahwa 10 pembelajaran yang perlu dipahami dan dipegang teguh oleh seseorang yang ingin meraih titik kesuksesan dan kesejahteraan ber-enterpreneur ataupun berkarir.
1.Pay the Price
Kesuksesan ada harganya. Yang berarti kita harus mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk mencapai kesuksesan. Teddy Rachmat mengakui pengorbanan terbesar adalah waktu bagi keluarga yang berkurang, terutama ketika anak-anaknya masih kecil.
2. Keep It Simple
Dia mengatakan orang-orang hebat berpikir simple namun mengena, mereka tidak berpikir rumit. Dia banyak belajar dari konglomerat besar ternyata kepintaran mereka yang paling utama adalah selalu berhasil membuat perumusan yang sederhana.
3.Pilih Lingkaran yang Mendukung
Orang-orang hebat akan menciptakan lingkungan yang memunculkan ide segar dan solusi kreatif. Lingkaran pergaulan yang tepat sangat mempengaruhi laju pencapaian sebuah kesuksesan.
4. Reputasi adalah Segalanya
Reputasi bahkan melebihi uang dalam jumlah berapapun sebagai prasyarat membangun bisnis. Dengan reputasi, seseorang bisa membangun jejaring, mendapatkan pinjaman bank, dan memperoleh kepercayaan konsumen.
5. Jatuh ? Bangun !
Sukses tak selalu dibangun di atas sukses. Justru sukses seringkali dibangun di atas kegagalan, frustasi, dan kadang kala malah bencana.
6. Mengenali Peluang, Menghitung Resiko
Seorang pengusaha yang tak bisa mengenali peluang akan kehilangan kesempatan berharga. Nilai kesempatan yang hilang ini bisa sangat besar. Ibarat penyelam profesional, arus deras dan kedalaman 100 meter tak akan membuatnya panik. Makin siap seorang pebisnis, makin besar resiko yang bisa ia ambil.
7. Stop Worrying
Kecemasan adalah sesuatu yang manusiawi. Namun itu semestinya tidak menjadi satu-satunya yang ada dalam pikiran kita saat menghadapi persoalan. Teddy mengatakan Nama saya memang tercatat sebagai salah satu orang terkaya Indonesia, tapi utang saya kan miliaran dolar juga.
8. Bertindak Atas Dasar Benar Atau Salah
Bagi Rachmat, ketidakberesan di Indonesia saat ini disebabkan pemimpin bertindak atas dasar perhitungan untung atau rugi, dan bukan atas pertimbangan benar atau salah.
9.Tough Love
Dalam kondisi tertentu, orang tua harus berani mewujudkan cintanya dengan cara yang keras (tough), semata-mata demi kebaikan anaknya sendiri. Sikap keras tak berarti kasar. Seorang pemimpin harus bersikap keras, namun bisa ditempuh dengan cara yang elegan.
10. Welas Asih dan Falsafah Sungai
Agar bisnis diberkati, semakin banyak yang didapat semakin banyak pula yang harus disumbangkan kembali.
C.
YES SALES. NO MALES...
Theodore Permadi Rachmat atau akrab disapa Teddy Rachmat, salah satu pengusaha sukses Indonesia. Awalnya, dia dikenal sebagai pimpinan Grup Astra.
Perusahaan tersebut memang milik pamannnya, tapi meski demikian dia tidak begitu saja dapat posisi enak. Teddy memulai karier di perusahaan itu sebagai sales, tepatnya pada 1968.
Karier pria kelahiran Kadipaten, Majalengka, Jawa Barat itu moncer. Pada 1972 dia dipercaya mengelola United Tractors, anak perusahaan PT Astra yang bergerak di bidang alat berat.
Saat memimpin di perusahaan grup Astra Teddy dikenal jago memilih orang kepercayaan. Dalam perjalanan karier di perusahaan milik pamannya itu banyak memberikan sumbangan besar.
Salah satunya, dia mengubah gaya manajemen dan menjadi pelopor lahirnya Astra Executive Training Centre. Hal tersebut jadi cikal bakal Astra Management Development Intitute.
Selain itu Teddy juga memperkenalkan Astra Total Quality Control. Dengan tangan dinginnya, Astra menjelma jadi perusahaan konglomerasi bergerak di berbagai bidang usaha. Tercatat lebih dari 200 anak perusahaan Astra Grup.
Karena prestasi tersebut Teddy Rachmat mampu mencapai posisi tertinggi di perusahaan tersebut yakni sebagai presiden direktur.
Meski masih bekerja di Astra, ternyata Teddy menyempatkan membangun kerajaan bisnis sendiri. Pada Oktober 1998, dia merintis Triputra Grup. Enam tahun kemudian, tepatnya 2004 dia memegang secara penuh perusahaan tersebut. Saat itu Teddy nekat meninggalkan kursi tertinggi Astra Grup, padahal perusahaan itu telah dia bangun dari nol.
Demi menjalankan bisnis sendiri, dia rela kembali merangkak dari bawah di perusahaan dirintisnya itu. Triputra Grup milik Teddy bergerak di bidang batubara, agro industri, manufaktur, dan dealership motor.
Pada September 2012, Teddy Rahmat meluncurkan buku berjudul "Pembelajaran TP Rahmat", yang ditulis Ekuslie Goestiandi dan Yusi Pareanom.
Dalam buku tersebut dia memberikan beberapa kiat mulai usaha, diantaranya sebelum berbisnis pilihlah yang lahannya subur dan anginnya kencang, buat keunikan dari bisnis itu, buat dominasi, dan ciptakan merek.
Pada 2015, majalah forbes merilis kekayaan Teddy Rachmat mencapai US$1,54 miliar atau setara Rp 21 triliun. Namanya masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.
D.
THE MISSION...
Siapa yang tidak kenal dengan Theodore Permadi Rachmat. Konglomerat kelahiran Majalengka tersebut memang sudah tidak diragukan lagi kelihaiannya dalam berbisnis.
Namun di balik segala kesuksesannya ternyata, ada rasa minder yang menghingapi pemilik Grup Triputra ini ketika membandingkan dirinya dengan Nadiem Makarim, Co-founder Go-jek.
Dalam sebuah kesempatan acara Manajer Leader Summit yang digelar Intipesan di Djakarta Theater, mantan Presiden Direktur (Presdir) PT Astra International Tbk berbagi pemikirannya tentang membangun bisnis dan juga kekagumannya atas sosok Nadiem.
Berikut penuturan TP Rachmat yang disajikan dalam format bertutur:
“Saya punya slide presentasi mungkin tidak secanggih pembicara lain, umur saya 73 tahun. Saya telah 48 tahun kerja, saya mulai 48 tahun lalu sebagai pegawai nomor 15 di Astra dan pegawai nomor satu di United Tractor.
Sebagai orang yang paling tua, orang selalu tanya ke saya, 'Pak, kalau saya bisa tanya satu nasihat, apa sih nasihatnya itu?'
Sebelum saya menjawab, saya ingin menerangkan beberapa hal. Selama saya mengamati hidup saya, banyak melihat perusahaan jatuh bangun. Tiba-tiba naik besoknya turun atau sebaliknya. Lalu saya mencoba mengobservasi apa sih sebenarnya yang bisa membuat sebuah organisasi bisa terus eksis dalam rentang waktu yang panjang.
Lalu saya lihat ada tiga organisasi yang telah berabad-abad sustainable. Lihat Agama Budha, mereka mulai didirikan oleh Sidharta Gautama sejak kurang lebih 2.600 tahun lalu, Kristen didirikan 200 tahun lalu, Islam 1.500 tahun lalu. Kenapa mereka sampai sekarang sustainable? Pernah tidak ada yang memikirkan itu? Rasanya masih jarang.
Lalu apa yang mereka punya sebagai kesamaan? Menurut saya ada satu yaitu Belive dan Mission. Satu-satunya yang menyebabkan organisasi ini langgeng sampai sekarang berabad-abad, sebenarnya hanya sense of mission.
Menurut saya, perusahaan juga sama, kalau kita bisa punya sense of mission, dari atas sampai ke bawah maka akan sustainable. Lalu apa lagi kesamaannya? Baik Budha, Kristen, Islam sama-sama religious leader sebagai panutan. Istilahnya jika guru kencing berdiri murid kencing berlari.
Dalam perusahaan juga sama, harus punya pemimpin-pemimpin yang memberikan contoh yang baik. Dan terakhir, perusahaan juga harus punya ritual untuk mempertahankan eksistensinya. Selama perusahaan itu ada believe, ada leader yang kasih contoh baik, dan punya ritual yang menguatkan kepercayaan maka akan langgeng.
Masuk di Astra sebagai pegawai nomor 15, sekitar 15 tahun lalu saya membuat beberapa perusahaan sendiri, Triputra dan Adaro.
Nah, yang saya lakukan di perusahaan saya sama. Di sana ada mission leader dan ritual. Misi di Triputra sangat sederhana, a bigger purpose, prosper with the nation. Saya sendiri menyumbang banyak, saya kasih beasiswa 1.500 orang, saya memberikan yatim piatu sejumlah uang, saya bangun klinik kesehatan. Saya pikir saya telah melakukan banyak hal.
Sampai kemudian saya lihat Go-jek.
Go-jek dalam waktu 5 tahun bisa memberi pekerjaan pada 200.000 orang, tentunya saya bandingkan dengan apa yang saya lakukan dengan Nadiem lakukan. Seluruh pegawai saya berkisar 70.000 orang. Nadiem dalam waktu singkat 200.000 orang, akhirnya saya pikir siapa yang memberikan kontribusi paling besar dia atau saya. Nadiem memberikan kontribusi lebih besar dalam jangka waktu 5 tahun, dibanding saya yang 15 tahun.
Jadi saya bilang ke anak-anak saya, apa kontribusi terbesar yang akan kalian berikan ke bangsa. Bangun world class company, nah itu aja. Pengalaman di Astra mengajarkan bahwa bila perusahaan tidak punya value system maka tidak akan kemana-mana. Value system itu tidak boleh hanya di mulut, harus di hati, apa yang diomongkan harus sama seperti yang dilakukan.
Jadi kalau ada orang menanyakan ke saya apa paling penting dalam hidup? Apa itu perusahaan, apa itu negara, selalu saya katakan have a mission bigger than yourself. Kalian yang harus mencari mission kalian."
E.
"BUSINESS" FIRST, FAMILY SECOND!
Tak banyak yang tahu jika Theodore "Teddy" Permadi (TP) Rachmat punya filosofi bisnis yang sempat membuat keluarganya terkejut bukan alang kepalang. Entrepreneur kawakan yang kerap diidentikkan dengan Grup Astra itu mengaku menempatkan bisnis sebagai hal utama dalam hidupnya, sedangkan keluarga ada di urutan kedua. Business first, family second!
Arif Permadi Rachmat, salah seorang putra Teddy Rachmat, termasuk yang terkejut itu. “Jujur, saya dan kakak saya sangat terkejut dibuatnya. Apa maksudnya? Apa Papa lebih cinta perusahaan daripada keluarga? Hati kami bertanya-tanya,” tutur Arif Rachmat yang kini menakhodai perusahaan yang didirikan ayahnya, PT Triputra Agro Persada (TAP).
Tetapi Arif akhirnya paham bahwa perkataan ayahnya mengandung makna lain yang justru beresensi luhur. Ternyata bisnis yang dimaksud Teddy Rachmat sebagai hal utama adalah warisan berupa nilai-nilai kehidupan yang sifatnya berkesinambungan, bukan uang atau materi.
“Legacy merupakan cara terbaik mengurangi kemiskinan. Keluarga harus nomor dua karena banyak perusahan gagal berkembang lantaran pemegang sahamnya lebih mengutamakan kepentingan mereka ketimbang perusahaan. Contohnya ada uang diambil seenaknya oleh pemegang saham atau ada keluarga tidak kompeten punya jabatan di perusahaan,” papar Arif.
Nilai-nilai itu pula yang dipegang teguh dan dijalankan Arif Rachmat dalam membangun, mengembangkan, dan membesarkan TAP. Selain tentang legacy, ada satu pesan sang ayah yang tak akan dilupakan Arif Rachmat. “Ayah saya berpesan, jangan mengoleksi barang mewah, tetapi koleksilah orang-orang bagus,” ujarnya.
Apa yang dimaksud dengan mengoleksi orang? Bagaimana Arif menjalankan nilai-nilai perusahaan sehingga TAP menjelma menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Tanah Air hanya dalam tempo satu dekade? Berikut penuturan Arif Rachmat di Jakarta, baru-baru ini.
Bisa cerita awal mula Triputra didirikan?
Pak Theodore Permadi Rachmat baru 14 tahun membangun Grup Triputra. Lucunya, jika saya menyebut nama Triputra, tidak banyak orang yang kenal. Sebagian besar masyarakat lebih mengenal Ciputra atau Tripatra dibandingkan Triputra.
Tapi kalau saya bilang pendirinya Bapak Teddy Rachmat, biasanya orang langsung tahu. Pak Teddy itu identik dengan Astra, karena beliau mendedikasikan hidupnya lebih dari 30 tahun untuk Astra. Meskipun keponakan William Soeryadjaya (pendiri PT Astra International Tbk/ASII), Pak Teddy bekerja sebagai profesional.
Triputra didirikan benar-benar hanya modal dengkul. Salah satu usaha yang didirikan pertama kali adalah PT Adira Finance. Mungkin banyak yang tidak tahu nama Adira berasal dari nama kakek saya, Adi Rafael Rachmat.
Adira Finance banyak dibantu PT Bank Mega Tbk. Adira Finance kemudian berkembang cukup pesat karena para pemimpin di perusahaan sangat solid. Karena perusahaan berkembang pesat, akhirnya pinjaman juga besar, sehingga kami sadar kemampuan kami terbatas. Akhirnya Adira Finance, kami jual ke PT Bank Danamon Tbk, hasil penjualan itu masuk ke lini binis batu bara pada 2003.
Bisnis batu bara dipimpin kakak saya, Christian Ariano Rachmat. Saat membangun binis tersebut, kami bertemu kembali dengan keluarga Astra lainnya, yaitu keluarga Thohir melalui anaknya, Boy Thohir dan Erick Thohir. Awalnya kami memanfaatkan peluang kecil, kemudian mendirikan PT Adaro Energy. Pada 2005, saham Adaro Energy dimiliki Edwin Soeryadjaya, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto. Ketiganya merupakan mantan Astra. Di situlah kakak saya mencari peluang untuk bisa masuk bersama-sama.
Grup Triputra bergerak di sektor apa saja?
Ada lima lini bisnis yang digeluti Grup Triputra. Pertama adalah agribisnis. Kami bergerak di dua komoditas utama, yaitu perkebunan kelapa sawit dan karet. Kedua, batu bara dan energi power plant di bawah bendera PT Adaro Energy Tbk. Ketiga, trading and services Honda ritel. Kami merupakan penjual eksklusif Honda ritel di Jawa Barat bekerja sama dengan Astra. Keempat, otomotif dan manufacturing. Kami bermitra dengan Astra, termasuk membuat komponen sepeda motor. Terakhir, logistik dan rental mobil bernama Assa Rental.
Yang berkontribusi paling besar terhadap pendapatan grup?
Jika Adaro Energy diperhitungkan, pendapatan terbesar berasal dari sektor batu bara dan energi serta agribisnis. Namun, di luar Adaro, pendapatan terbesar perseroan berasal dari agribisnis. Apalagi jika melihat harga komoditas dalam tiga tahun terakhir, agribisnis menjadi penyumbang pendapatan terbesar karena harga minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan karet cukup tinggi, walaupun sekarang turun.
Bagaimana dengan penjualan sepeda motor?
Lumayan besar, market share secara nasional penjualan sepeda motor kami sektiar 10 persen atau rata-rata kami menjual 1 juta unit setahun. Total penjualan sepeda motor nasional dalam setahun sekitar 10 juta. Tetapi tahun ini agak turun karena ekonomi sedikit melemah.
Sejarah PT Triputra Agro Persada (TAP)?
Pada 2004, saya sudah berada di Amerika Serikat (AS) selama 15 tahun. Saya bekerja sekitar tujuh tahun di General Electric (GE), salah satu perusahan terbesar di AS. Saya kembali ke Indonesia karena kakak saya meminta bantuan untuk memuluskan proses leverage buy out keluarga kami untuk masuk ke Adaro Energy. Saat kami berbicara di telepon, kakak saya mengatakan transaksi ini akan sangat menantang. Itu membuat saya merasa tertantang. Saya akhirnya langsung memutuskan berangkat ke Jakarta.
Setelah kembali ke Indonesia dan membantu proses transaksi dengan kakak saya, empat bulan kemudian barulah saya memutuskan untuk memulai binsis sendiri di bidang kelapa sawit. Saya dibantu keluarga saya sendiri dan keluarga Pak Benny Subianto (saat ini presiden komisaris TAP). Kemudian saya dikenalkan kepada menantu paling muda Pak Benny Subianto, yaitu Toddy Mizaabianto Sugoto (saat ini komisaris).
Jadi, kami memulai dari nol. Kami merayakan ulang tahun ke-10 perusahaan ini baru pada 1 April 2015. Perusahaan saat ini memiliki lahan lebih dari 160.000 hektare (ha). TAP pertama kali didirikan dengan nama PT Alam Permata Indah. Dahulu karyawannya cuma lima orang, termasuk sekretaris, sekarang sudah 25.000 orang. Sebagian besar karyawan TAP merupakan masyarakat lapisan bawah. Para pemanen dan perawat perusahaan juga sebagian besar berasal dari Kalimantan dan Sumatera. Saat ini, bisnis CPO menjadi salah satu tulang punggung Grup Triputra. Profit paling besar berasal dari sektor perkebunan.
Prosesnya bisa secepat itu?
Perkebunan kelapa sawit butuh satu tahun untuk persiapan lahan, satu tahun untuk pembibitan, dan tiga tahun untuk mulai menghasilkan. Jadi, bisa dibilang itu sudah setengah perjalanan hidup perusahaan. Pertumbuhan pesat perusahaan ini tidak hanya melalui organic growth, tetapi juga lewat akuisisi. Sekitar setengah dari total lahan merupakan hasil akuisisi, setengahnya lagi melalui organic growth. Perusahaan saat ini memiliki 11 pabrik pengolahan kelapa sawit.
Saat Anda mulai menangani TAP, apakah perusahaan sudah memiliki value dan fondasi yang kuat?
Ayah saya pernah mengucapkan sesuatu yang menarik, tapi pertama kali mendengarnya sangat kontra-intuitif. Beliau mengatakan business first, family second. Jujur saja, saya dan kakak saya sangat terkejut. Apa maksudnya itu? Apakah Papa lebih cinta perusahaan daripada keluarga?
Namun, sebenarnya kami tahu bahwa Pak Teddy itu orang yang sangat mencintai keluarga. Ternyata memang bisnis yang dimaksudnya adalah legacy, bukan uang. Legacy adalah cara membuat perusahaan menjadi national champion, sehingga daya saing Indonesia naik dan taraf hidup masyarakat meningkat. Menurut Pak Teddy, itu adalah cara terbaik untuk menghilangkan kemiskinan di Indonesia. Jadi, itu tujuan utamanya.
Lalu, kenapa Pak Teddy harus bilang keluarga nomor dua? Mengapa tidak setara? Ternyata yang beliau alami dan observasi selama ini, banyak perusahan gagal berkembang karena pemegang sahamnya lebih mengutamakan mereka daripada perusahaan itu sendiri. Padahal, perusahaan memiliki kehidupan sendiri dan tujuan yang mulia.
Contohnya, ada uang yang diambil seenaknya oleh pemegang saham atau ada keluarga yang tidak kompeten tetapi memiliki jabatan di perusahaan. Pak Teddy mengajarkan kami bahwa perusahaan itu bukan hak, tetapi kewajiban atau amanah. Privilese untuk keluarga harus memastikan tujuan itu tercapai.
Mengapa membangun bisnis sama dengan membangun keluarga?
Kami disadarkan bahwa taraf hidup kami sudah cukup mapan. Kami dapat makan tiga kali sehari, tetapi banyak sekali orang yang belum cukup. Hidup kami di dunia mesti excellent supaya orang lain mendapatkan berkahnya. Itu memberikan misi dalam hidup kami bahwa kami harus bekerja keras.
Dalam tempo cukup singkat, Triputra menjelma menjadi grup bisnis terkemuka di Indonesia, apa kuncinya?
Pada masa awal perkembangan, yang berkontribusi paling besar adalah pemegang saham, yaitu Pak Teddy dan Pak Benny Subianto. Mereka berdua pernah membangun PT Astra Agro Lestari Tbk hanya modal dengkul dengan bantuan Bank BNI (PT BNI Tbk), Bank BDN (salah satu bank yang dimerger ke Bank Mandiri Tbk), dan Bank BRI (PT BRI Tbk). Sekarang Astra Agro Lestari menjadi salah satu perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia. Pengalaman itu ditularkan kepada saya dan mitra saya, Pak Toddy Sugoto.
Modal pemegang saham untuk masuk ke bisnis ini tidak cukup. Akhirnya saya roadshow ke hampir semua bank besar di Indonesia, ada yang dapat dan tidak. Namun, berkat reputasi pemegang saham, ada 16 bank yang men-support kami.
Kunci keberhasilan pengembangan perusahaan ini adalah mitra-mitra yang kami miliki. Bahkan ada pengusaha lokal dan tokoh masyarakat yang punya proyek perkebunan di Kalimantan mengajak kami bermitra. Pak Teddy sangat mencamkan kami agar memperlakukan mitra kami lebih baik dari kami sendiri. Itu tidak boleh saya lupakan.
Anda menjadi CEO pada usia 40 tahun. Tugas CEO yang paling esensial menurut Anda?
Tugas saya sebagai CEO menarik karena saya juga anak pemilik. Pak Teddy punya empat values yang perlu ditanamkan di perusahaan, yaitu integrity, excellent, compassion, dan tetap rendah hati. Dalam menerapkan values, tidak ada cara lain kecuali memberikan contoh. Saya tidak bisa bilang ke anak buah harus melakukan teamwork yang baik tetapi di jajaran direksi kami malah cekcok. Jadi, saya tahu dari awal bahwa perusahan ini harus mandiri tanpa saya. Saya kemudian memberikan kepercayaan sebesar-besarnya kepada manajemen.
Namun, sebagai pemilik ada beberapa hal yang tidak boleh saya delegasikan, yaitu values, bagaimana nilai-nilai ditanamkan kepada perusahaan. Kedua, strategic thinking dan networking. Networking dengan tepat membuat saya mendapatkan esensinya dengan tepat, sehingga strategi perusahaan bisa saya jalankan dengan baik. Ketiga, allocation resources. Dalam hal ini bukan hanya capital allocation, tetapi juga human resources. Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya di sini untuk men-develop dan membangun sumber daya manusia (SDM).
Pak Teddy mengajarkan agar tidak mengoleksi barang mewah, tetapi mengoleksi orang-orang bagus. Dia selalu mengistilahkan hal tersebut sebagai emotional bank account, sehingga kami harus menjalin relationship yang baik dengan karyawan.
Bisnis sawit banyak dikritik karena dianggap merusak lingkungan. Bagaimana Anda menyikapinya?
Sangat disayangkan industri yang begitu besar kontribusinya kepada negara tercemar namanya karena sekelompok pengusaha yang tidak mengikuti aturan main. Contohnya dengan membakar hutan. Itu tidak boleh dilakukan.
Kita harus melihat industri ini begitu besar kontribusinya dari segi ekspor dan hampir 50 persen dimiliki petani. Selain itu, tidak banyak industri unggulan di Indonesia selain kelapa sawit. Di industri ini, Indonesia nomor satu di dunia.
Untuk menjaga keseimbangan lingkungan, kami sudah mengadopsi dan meraih sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil System (ISPO) dan yang lebih besar lagi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), itu pun sudah kami raih sertifikasinya. Kami juga sedang mempelajari Indonesia Palm Oil Pledge (IPOP).
Hubungan TAP dengan masyarakat sekitar?
Pertama, kontribusi paling besar perusahaan adalah melalui employment. Kami memperkerjakan 25.000 karyawan. Sebagian besar merupakan orang lokal dan dari Pulau Jawa, tetapi kebanyakan dari akar rumput. Kemudian, untuk semua karyawan, termasuk keluarganya yang total berjumlah sekitar 100.000 orang, kami sediakan perumahan yang layak, air bersih, sembako, fasilitas kesehatan, dan pendidikan.
Kedua adalah pembangunan desa. Perusahaan memiliki program plasma, yaitu program agar masyarakat sekitar memiliki kebun sendiri dengan difasilitasi dan dibangun perusahaan kami.
Kami juga punya bisnis karet di bawah PT Kirana Megatara. Kami mendapatkan karetnya 100 persen dari petani dan kami ekspor ke seluruh dunia untuk membuat ban. Yang disayangkan, produktivitas petani Indonesia hanya setengahnya Thailand. Maka, yang dapat kami lakukan adalah memberikan bibit unggul dengan harga sangat murah supaya petani bisa menanam pohon yang lebih produktif saat peremajaan agar keuntungannya berlipat.
Siapa yang paling mewarnai hidup Anda?
Sejak lahir sampai usia saya 10 tahun, yang menjadi role model saya adalah ibu. Ibu memberikan pengaruh paling besar, setelah itu baru ayah saya. Saya banyak sekali belajar dari berbagai macam leader.
Yang saya lihat, tidak ada manusia yang sempurna. Jadi, saya mengambil sisi positifnya. Namun, yang paling penting adalah mengenal diri saya sendiri, kemampuan saya dan kekuatan saya. Saya selalu mencoba untu memperbaiki kelemahan saya dan terus mengembangkan kekuatan saya.
F.
SIMPLE TAPI "SUPEL" (EFEKTIF)
Perjalanan Teddy P. Rachmat adalah perjalanan panjang dan sukses seorang pemimpin yang piawai dengan strategi dan jurus-jurus bisnis yang dimilikinya. Inilah ciri keberhasilan seorang pemimpin yang mampu menyatukan mindset seluruh SDM yang dikendalikan guna mencapai great result dari organisasi yang dipimpinnya.
Great result hanya dihasilkan dari kombinasi great organization dan great leader. Teddy P. Rachmat mempunyai keduanya. Karena itu, tak heran kalau great result hadir dengan sendirinya. Hebatnya, Teddy berhasil dengan dua baju: sebagai eksekutif dan sebagai owner. Sebagai eksekutif, Teddy telah menjadi legenda hidup di PT Astra International Tbk. Keberhasilannya membesarkan Astra, menyelamatkannya ketika dilanda krisis, dan mewariskan pada leader kelas wahid belum tertandingi sampai sekarang.
Demikian juga dengan Triputra, perusahaan yang dirintisnya justru di saat orang-orang seusianya memasuki masa pensiun. “Don’t limit yourself,” nasihatnya. Bagi Teddy, hidup bukan hanya untuk diri sendiri. “Keberhasilan yang saya miliki harus dinikmati juga oleh masyarakat banyak,” ujarnya. Karena itu, Teddy tetap menjalankan bisnisnya.
Banyak jurus bisnis yang dimiliki seorang pengusaha. Tentu saja dengan berbagai keunikannya masing-masing. Rangkaian tulisan ini akan mengungkap berbagai rahasia bisnis dari seorang Teddy Rachmat. Dimulai dari penjelasan tentang konsep leadership.
Bagaimana ciri-ciri great leader menurut Teddy?
“Pemimpin itu harus punya visi, keteladanan, dan sifat peduli,” kata Teddy. Visi yang dicanangkan tentunya harus setinggi langit, tetapi dengan sifat yang membumi. Artinya, apa yang ingin dicapai perusahaan bukan sekadar impian kosong atau sesuatu yang tidak mungkin terjangkau. Tujuan perusahaan harus terukur besarannya dan terhitung rentangan waktu untuk mencapainya.
Keteladanan adalah syarat berikutnya dari seorang pemimpin. Salah satu tokoh favorit Teddy adalah Umar bin Khattab, khalifah besar di abad ke-7 yang terkenal karena keteladanannya. Ketika memimpin perang, Umar selalu berada di barisan terdepan dengan pedangnya. Namun, ketika memenangkan perang, Umar tidak pernah mengakuinya sebagai kemenangan pribadi, tetapi kemenangan tim. Tak heran kalau para pengikutnya mencintainya. “Saya selalu datang pagi ke kantor, sehingga anak buah saya segan untuk datang terlambat,” ujar Teddy.
Sifat peduli juga kembali bisa mengambil contoh Umar. Pada suatu malam, Umar menyamar sebagai orang biasa guna mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari masyarakat yang dipimpinnya. Tak dinyana, dia mendapati seorang ibu yang sedang merebus batu untuk sekadar menenangkan anak-anaknya yang kelaparan. Tak tahan dengan pemandangan itu, Umar pun bergegas mengambil sekarung gandum lalu memanggulnya sendiri dan memberikannya kepada ibu tadi. Itu pula yang dilakukan Teddy. Dia selalu memberikan perhatian kepada anak buahnya. Pada intinya, apa yang menjadi kebutuhan anak buahnya untuk “bertempur” akan dia penuhi. Kalau gagal, masih akan diberi kesempatan. “Kecuali kalau melanggar hukum atau etika,” ujarnya.
Membangun organisasi bukan hanya membangun strukturnya, melainkan juga melakukan kaderisasi. “Pemimpin yang baik akan mencetak pemimpin yang bahkan lebih baik dari dirinya sendiri,” kata Teddy. Inilah tipe pemimpin level 5 dalam pandangan Jim Collins, penulis buku legendaris Good to Great. “Pemimpin seperti ini akan membangun kejayaan organisasi melalui kombinasi kerendahan hati personal, tetapi dengan kebulatan tekad profesional,” ujar Collins. Baik sewaktu di Astra maupun di Triputra Group, Teddy berhasil membangun organisasi yang hebat. Sebuah organisasi yang lengkap dan terpadu. Ibarat mesin, kalau bahan baku yang dimasukkan tepat, maka hasilnya sudah pasti sesuai harapan. “Saya percaya proses bisnis yang baik akan menghasilkan result yang baik,” ujar Teddy.
Teddy hebat, dia berhasil di Astra sebagai eksekutif dan berhasil di Triputra sebagai owner. Lalu apa? “Berkontribusi membangun masyarakat,” jawabnya. Mungkin pada masa itu seperti klise petuah William Soeryadjaya, sang pendiri Astra. “Jika sudah sukses, jangan lupa kepada bangsa dan negara,” nasihat William kepada Teddy.
Namun, setelah adanya kewajiban CSR (Corporate Social Responsibility) bagi perusahaan, tampaknya nasihat tersebut bukan basa-basi. Apalagi di zaman media sosial seperti sekarang ini. Semua mata boleh dibilang mengawasi kita. Sustainability sebuah perusahaan sangat tergantung pada kepedulian kita terhadap lingkungan tempat kita berbisnis. “Tujuan hidup saya berbuat untuk bisa berbagi,” ujar Teddy, simpel. Jadi, lanjut Teddy dengan serius, kekayaan itu hanya alat untuk berbagi. “Saya memberi nasihat kepada anak-anak saya agar kekayaan ini dijaga untuk diberikan kembali kepada negara,” tambahnya.
Rahasia terbesarnya adalah pola pikir. “Everything start with the mind.” Teddy percaya kalau mindset sudah benar, maka apa pun yang diinginkan akan tercapai. Menurut Teddy, kita harus percaya bahwa takdir hidup kita tergantung pada kita sendiri. “Jadi, saya bilang kan jangan batasi diri sendiri,” ujarnya. The keyword itu, ulang Teddy, jangan ngebatasi diri sendiri.
Rumus-Rumus Bisnis TPR: Sederhana tapi Efektif
Keistimewaan Teddy adalah melihat persoalan dengan kacamata sederhana. Lebih tepatnya, Teddy bisa melihat simpul-simpul sebuah persoalan. Misalnya ini. Untuk menjalankan sebuah bisnis, kata Teddy, pada dasarnya kita harus menguasai tiga hal: how to buy, how to make, dan how to sell. “Untuk itu, ada empat aspek penting yang harus kita tentukan dan jalankan secara cermat, yaitu business model, process, people, dan culture,” tegasnya.
Bagi Teddy, bisnis model ini sangat penting, karena inti dan diferensiasi sebuah produk dan jasa ada di sini. “Kalau business model-nya tergantung orang lain, suatu saat akan diambil,” ujarnya. Dengan kata lain, lanjutnya, apa pun business model yang kita ambil, core competence-nya harus kita miliki.
Teddy sangat percaya terhadap proses. Bagi Teddy, proses yang baik dan benar sudah pasti akan memberikan hasil yang benar. “Jadi, seharusnya kita mengelola proses, bukan mengelola hasil,” tandasnya. Dan, Teddy sangat percaya dengan berbagai perangkat process management, seperti Six Sigma, Total Quality Control, dan sebagainya.
People adalah hal yang sangat penting bagi Teddy. “Saya mempunyai tiga persyaratan dalam proses perekrutan SDM,” ujar Teddy ketika berbicara soal people, yakni bakat, karakter, dan kemauan. Di mata Teddy, pengalaman tidak terlalu penting. “Hal itu bisa dipelajari sambil jalan,” tegasnya.
Kultur adalah way of life sebuah organisasi. Karena itu, ujar Teddy, perusahaan harus mempunyai kultur yang bersih, transparan, meritokrasi, dan tidak melihat latar belakang. “Anda tidak bisa mengangkat pemimpin karena ras atau agama tertentu, misalnya,” tegas Teddy. Bagi Teddy, yang penting adalah kompetensi.
Lalu, bagaimana mengukur sebuah hasil (result)?
“Hasil adalah alat ukur keberhasilan sebuah proses,” ujar Teddy. Sebagai contoh adalah mobil. Benda ini, cerita Teddy, akan berfungsi dengan baik apabila setiap bagian-bagiannya dipasang dengan benar.
Pada akhirnya ada tiga hal yang akan kita potret dan kontrol, kata Teddy, yakni: (1) Financial review, (2) Process review, dan (3) People review. “Saya pribadi tidak pernah mengatakan bahwa result tidak penting. Result itu diperlukan untuk memeriksa. Jadi, result itu pada akhirnya untuk memeriksa “how good you are”. Ibarat mengecek kolesterol. Kalau sudah tahu kadarnya, maka kita tahu bagaimana mengatasinya.
Filosofi dari prinsip bisnis ini adalah jangan pernah merasa mapan. “Sebab, sekali kita merasa mapan, maka kita akan berhenti. Kita harus selalu merasa hungry, hungry, and hungry agar kita selalu berusaha lebih dan lebih, melakukan continues improvement dan menemukan inovasi-inovasi baru,” tutur Teddy.
“Saya banyak mengambil ilmu dari Toyota,” cerita Teddy. Bagi Teddy, Toyota adalah contoh yang luar biasa, baik untuk proses produksi maupun untuk pengelolaan SDM. Menurut cerita I Made Dana Tangkas, Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (PT TMMIN), bahkan pada saat sudah di Triputra Group pun Teddy masih menggali ilmu tentang Toyota dari berbagai sumber. “Ketika saya berceramah tentang Toyota di depan para eksekutif Triputra Group, Teddy bahkan mengikuti ceramah saya dari awal sampai akhir,” cerita Made Tangkas.
Bagaimana soal pengelolaan SDM gaya Teddy?
Kata Jim Collins, kumpulkan orang-orang pintar dan berbakat, lalu masukkan ke dalam bus. Collins yakin bahwa bus akan sampai dengan selamat sampai di tujuan. Intinya, pengelolaan orang itu penting. Tak heran kalau CEO legendaris General Electric Jack Welch menghabiskan 70% waktunya untuk mengurus masalah SDM. Tak berbeda dengan Welch, Teddy menghabiskan 60% waktunya untuk mengelola SDM.
Teddy sering mengibaratkan dirinya sebagai coach tim sepak bola. “Pemain bintang bisa pindah-pindah, karena itu coach perlu menyiapkan bintang-bintang yang baru,” ujarnya. Seperti tradisi yang berjalan di Astra, jauh-jauh hari Teddy selalu menyiapkan calon pengganti seseorang di tiap posisi. “Untuk pengganti saya sendiri di Astra saya melihat yang terbaik saja. Tidak melihat ras, agama, atau golongan,” ujarnya.
Teddy percaya, faktor terbesar keberhasilan sebuah perusahaan adalah people. Filosofi untuk pengembangan SDM adalah (1) Pilih benih yang baik dan (2) Ciptakan lahan yang subur.
Teddy percaya pada tiga hal untuk merekrut karyawan: (1) talent, (2) karakter, (3) kemauan. Menurut Teddy, kalau pengalaman bisa didapat sambil berjalan, yang penting ada bakat dasar. “Kalau karakter sangat penting bagi saya,” ujarnya. Kalau karakternya tidak baik, lanjut Teddy, suatu saat pasti akan membuat masalah bagi perusahaan.
Lalu, kalau ada karyawan yang berbuat salah? “Sepanjang salahnya bukan karena disengaja, saya akan memberi kesempatan lagi,” jawabnya. Namun, kalau kesalahannya bersifat kriminal, lanjutnya, maka tak ada ampun lagi bagi yang bersangkutan. Selanjutnya, Teddy juga menekankan pentingnya mentoring bagi para bawahannya.
Culture (way of life) dari sebuah perusahaan akan mencerminkan kebiasaan, sikap, panduan, etika, dan cara hidup sebuah perusahaan. Kesepakatan ini harus tertancap dalam benak setiap SDM perusahaan. Dengan demikian, pada ujung-ujungnya, perusahaan akan seperti tubuh manusia. Kalau suatu bagian mendapatkan serangan, maka bagian yang lain akan merasakannya juga. Nilai-nilai (values) inilah yang akan memandu seluruh SDM dalam bersikap.
Menarik untuk melihat apa yang dilakukan Teddy ketika membangun kultur kerja di Astra. “Values Astra yang dikenal dengan Catur Dharma diprakarsai William Soeryadjaya, dirumuskan mulai 1980-an,” ujar Teddy. Keyakinan Teddy akan pentingnya values dan budaya perusahaan bukan hanya di atas kertas. Dia berhasil menjadikan Catur Dharma sebagai perilaku dan budaya di Astra. Charlo Mamora–kini pemilik Transforma Global, sebuah konsultan SDM–dan tim HR Division menjadikan pembelajaran budaya Astra sebagai bahan pelajaran wajib di Astra Basic Training Program, bagi sarjana yang baru direkrut.
Di samping itu, dirumuskan juga pedoman perilaku pelaksanaan Catur Dharma. Secara internal dan eksternal, program ini juga disosialisasikan. Teddy sendiri yang berkeliling ke cabang-cabang Astra di seluruh Indonesia untuk mendiskusikan falsafah perusahaan dengan para kepala cabang. Masih belum cukup, Teddy juga membuat buku Etika Bisnis dan Etika Kerja.
“Saya sudah punya believe, untuk menjalankan bisnis harus memenuhi empat aspek penting, yakni business model, process, people, dan culture,” ujar Teddy. Nah, lanjut Teddy, untuk menjalankan dua aspek terakhir–yakni people dan culture–maka dirumuskan Catur Dharma. “Kalau perusahaan sudah transparan dan sistemnya benar, maka korupsi dan berbagai perbuatan buruk lainnya bisa dicegah,” nasihat Teddy.
Jadi, kombinasi antara kultur (bagian dari pembangunan great organization) dan great leader itulah yang menghasilkan great result.
Teddy dan Indonesia Sejahtera.
Setelah sukses membesarkan perusahaan-perusahaannya, Teddy ingin Indonesia juga menjadi negara besar. “Tanda-tanda bahwa Indonesia terpimpin sebenarnya sudah terlihat, tetapi timnya belum terlihat all out,” ujarnya. Mengapa demikian? Tidak ada konduktor yang memimpin orkestra secara efektif. “Menurut saya, tidak ada satu yang melihat semuanya. Kalau saya bilang, pemerintah oke kok,” kata Teddy.
Teddy menyoroti kurang ramahnya Indonesia terhadap investasi asing, walaupun secara makro kondisi Indonesia masih bagus. “Saya baca Foxconn pilih ke India. Kenapa Samsung, Intel perginya ke Vietnam?” katanya. Nah, menurut Teddy, seharusnya Indonesia menjadi sebuah negara yang paling menarik buat investor. “Sehingga akan tercipta lapangan kerja yang mencukupi,” tegasnya.
Bagi Teddy, ribut-ribut politikus dan para tokoh masyarakat soal slogan kosong tak akan banyak membantu perbaikan ekonomi Indonesia. “Bukan soal nasional sempit yang penting bagi Indonesia, tetapi bagaimana Indonesia bisa menjadi pusat pertumbuhan manufaktur global sebagai bagian dari supply chain global,” ujar Teddy.
Masalahnya, lanjut Teddy, untuk menarik investasi asing, Indonesia belum all out. “Contohnya, ada peraturan bahwa tenaga kerja asing harus bisa berbahasa Indonesia pada 2013, walaupun sekarang sudah dicoret,” tuturnya. Di mata Teddy, cara berpikir seperti itu sudah tidak pintar. “Saya bilang bukannya bodoh, tapi tidak pintar. Kita kan mau tarik orang, kenapa harus dibatasi?” cetusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar