Ads 468x60px

"SOLO - Spirit Of Loving Others".



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
"SOLO - Spirit Of Loving Others".
Inilah yang menjadi tema pokok pada waktu saya diminta mengisi acara pada "Doa untuk Bangsa" di Graha Sabha Buana Solo 3 tahun lalu. Inilah juga yang diwartakan Yesus setelah memenangkan perdebatan dengan musuh2Nya yang menuduh/memfinahNya mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Adapun semangat kasih ini bisa dimulai dengan tiga sikap yang ditampakkkan pada bacaan injil, antara lain:
1. MemujiNya (dengan murah hati):
“Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” Pujian yang berasal dari wanita yang sangat gembira dan kagum pada Yesus ini sebenarnya hendak mengungkapkan penghargaannya pada Kristus sekaligus mencerminkan rasa hormatnya terhadap Maria, ibuNya, karna hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Maria: "Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia" (Luk 1:48)
2. MendengarkanNya (dengan rendah hati):
Yesus bukan tipe orang yang haus pujian tapi selalu mengarahkan kita ke masalah lain yang lebih tinggi dan lebih berkaitan langsung dengan diriNya sendiri: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah.". Dengan kata lain: Kita diajak selalu menjadi orang yang rendah hati di tengah dunia dimana banyak orang kerap menjadi besar mulut daripada lebar telinga.
3. MemeliharaNya (dengan sepenuh hati):
Yesus tidak hanya ajak kita untuk mendengarkan firmanNya tapi juga memelihara firman itu, dengan mengingat dan memakainya, mewartakan dan melaksanakannya sebagai "fons vitae", pondasi hidup.
Secara lebih mendalam, ajakan Yesus ini sekaligus merupakan pujian kepada sikap batin Maria, dalam bahasa Konsili Vatikan II:
"Dalam pewartaan Yesus, ia [Maria] menerima sabdaNya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan akan daging dan darah, dan Ia menyatakan bahagia mereka yang mendengar dan melakukan sabda Allah (Mrk 3:35; Luk 11:27-28), seperti yang dijalankan Maria dengan setia (Luk 2:19 dan 51). Itulah juga yang menjadikan Maria berbahagia karena ia telah mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya (Luk 8:19, Mat 12:49-50, Mrk 3: 31-35)
"Dari Tangerang ke Jakarta - Jadilah Terang dengan penuh sukacita"

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
“La vita e bella - Hidup itu indah!”
Inilah sebuah judul film tentang kehidupan dan perjuangan para korban Nazi yang menyadarkan bahwa hidup itu indah san sebaliknya indah itu hidup. Kita diajak menghidupi keindahan dan sekaligus mengindahkan kehidupan secara real dan aktual.
Adapun dua jalan sederhananya seperti yang dikatakan Yesus pada Injil yakni mendengarkan Firman Allah dan memeliharanya.
1. MendengarkanNya:
Pernahkah kita tidak didengarkan? Betapa kita kecewa ketika merasa tidak didengarkan, bukan? Betapa kita merasa malu atau ketinggalan jaman ketika tidak mendengar apa pun yang terjadi atas mereka yang dekat dengan kita: keluarga, tetangga, kerabat, sahabat juga, bukan?
De facto, kebanyakan orang mendengar, tetapi belum tentu mendengarkan. Misalnya: Orang Niniwe dipuji Tuhan karena mereka mendengarkan pewartaan Nabi Yunus. Ratu dari Selatan dipuji Yesus, karena ia mendengarkan hikmat Raja Salomo. Pewartaan Yunus maupun hikmat Salomo pun didengar oleh banyak orang. Maka yang dimaksudkan dengan "mendengarkan" rupanya punya arti: yang didengar itu lengket di hati dan menggerakkan hati. Yang didengar itu tidak hanya masuk - keluar telinga kita, tetapi masuk telinga, kemudian sampai ke lubuk hati.
Pernahkan terpikir bahwa daun telinga kita berlika-liku? Pasti bukan hiasan atau seni saja, melainkan untuk menyaring apa yang kita dengar, bukan? Bukankah mendengarkan suara hati dan suara Tuhan agaknya sulit di tengah kesibukan zaman sekarang ini? Bisa jadi, jika kita terbiasa mendengarkan orang lain, tak sulit bagi kita untuk mendengarkan Tuhan.
2. MewartakanNya:
Kita diajak untuk mempersembahkan kepadaNya apa yg kita lakukan, yang kita pikirkan, yang kita alami selama hari-hari ini dan hari berikut semata mata demi keluhuranNya. Dkl: Kita diajak memelihara iman dengan melaksanakan secara nyata apa yang menjadi firmanNya: tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik, tetap berhati tulus meski dunia kerap penuh dengan akal bulus. Harapannya: tetaplah sejuk di tempat yang panas, tetaplah manis di tempat yg pahit, tetaplah merasa kecil meskipun telah menjadi besar dan tetaplah tenang di tengah badai kehidupan. Live the life you love, and love the life you live!
B.
"O Dio vieni a salvarmi. Signore, vieni presto in mio aiuto - Ya Allah, bersegeralah menolong Aku. Tuhan perhatikanlah hambaMu."
Seruan ini adalah pembuka ibadat yang kerap didaraskan/dikidungkan dalam laudes/ibadat pagi di banyak biara dan seminari. Sebenarnya, terjemahan tekstualnya adalah : "Ya Tuhan, datanglah untuk menyelamatkan aku. Tuhan, datanglah segera sebagai penolongku"
Disinilah, kita diajak untuk mengundangNya datang seperti pada bacaan injili, ketika ada seorang Farisi yang mengundangNya untuk makan di rumahnya. Kitapun diajak untuk berani mengundang Yesus datang dan masuk dalam kehidupan harian kita dengan tiga sikap dasar "3K", antara lain :
1. Kejujuran.
Kita diajak hidup jujur, terhadap diri sendiri, sesama, dan terhadap Tuhan dengan 3 ciri yang menyertainya, yakni :
* lurus hati : tidak berbohong
* fair : tidak curang
* tulus hati : tidak punya intrik
2. Kesucian.
Hati dan jiwa kita diharapkan sungguh bersih dan jernih alias suci, sehingga
* "cahi" - cara hidup,
* "capi" - cara pikir, dan
* "catin" - cara bertindak kita juga bersih dan jernih.
Hal ini bisa didapat dengan ber-"pdam", Puasa- Doa- Amal dan mengikuti Misa.
3. Kemerdekaan.
Kita diajak hadir sebagai orang beriman yang bebas merdeka dari aneka macam bentuk kejahatan. Kemerdekaan sejati adalah bebas dari aneka macam bentuk penjajahan setan atau kejahatan alias senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, kapanpun dan dimanapun.
Bersama atau bersatu dengan Tuhan berarti senantiasa berbuat baik kepada sesama dan lingkungan hidupnya lewat doa, ucapan dan karya nyata, tidak berhenti hanya pada aturan belaka yang kadang sarat akal bulus, tapi lebih punyai nurani yang tulus, karna de facto kita kadang menjadi orang yang terjajah oleh aturan tapi melupakan hal yang lebih mendasar yakni hati nurani: "Hai orang-orang Farisi, kamu membersihkan cawan dan pinggan bagian luar, tetapi bagian dalam dirimu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh...."
"Cari teman di Singaparna - Mari beriman dengan lebih bijaksana"
C.
"Totus tuus - Sepenuhnya untukmu." –
Inilah semboyan Paus Kerahiman Ilahi, Yohanes Paulus II yang juga menjadi salah satu judul dalam buku saya di tahun kerahiman lalu.
Mengacu pada pesan Yesus kepada pemuda kaya, adapun 3 langkah yang bisa kita buat supaya kita juga bisa total menjadi milik dan muridNya, antara lain:
1. "Pergilah dan juallah apa yang kaumiliki":
Ia mengajak kita untuk menjadi pribadi yang iklas, yang lepas bebas, tidak lekat dan terikat pada harta benda dan kepemilikan dunia karena sebenarnya semua harta benda dunia hanyalah sarana.
2."Berikanlah itu kepada orang miskin":
Ia mengajak kita untuk berani dna rela berbagi, dan pilihannya jelas kepada orang kecil dan miskin. Aksinya jelas mempunyai opsi: keberpihakan dan keterlibatan pada dunia yang terluka, terlebih pada "minoritas", sesama yang kerap menjadi korban keganasan dunia, tersingkir/disingkirkan, miskin dan kalah oleh dinamika dunia yang kerap memakai hukum kalah menang.
3."Datanglah kemari dan ikutilah Aku”:
Ia mengajak kita untuk tidak mengandalkan diri sendiri tapi rajin datang dan berjalan bersamaNya, ada di belakangNya, mengikuti semua rencana dan penyertaanNya lewat hidup doa dan karya yang selalu terinspirasi dari Yesus sendiri.
"Cari bantal di Kompleks Kopassus – Mari total jadi muridnya Yesus."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar