Ads 468x60px

IN MEMORIAM: MERTON ( + 10 DESEMBER) 3



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
The Seven Storey Mountain
IN MEMORIAM: MERTON ( + 10 DESEMBER)
10 Desember 1948:
Ia masuk di pertapaan Trappist Gethsemani di Louisville, Kentucky USA.
10 Desember 1968:
Ia masuk di hidup abadi. Ia meninggal dunia di Bangkok Thailand.
The Seven Storey Mountain adalah otobiografi 1948 dari Thomas Merton , seorang biarawan Trappist dan seorang penulis terkenal tahun 1940-an, 1950-an dan 1960-an.
Merton sendiri menyelesaikan buku ini pada tahun 1946 pada usia 31, lima tahun setelah memasuki Biara Trappist Gethsemani di dekat Bardstown, Kentucky.
The Seven Storey Mountain yang judulnya mengacu pada karya Dante ("The Divine Comedy") ini diterbitkan pada tahun 1948 dan berhasil “mengejutkan” dunia. Pencetakan pertama direncanakan untuk 7.500 eksemplar, namun penjualan pra-publikasi melebihi 20.000, dan pada bulan Mei 1949, 100.000 eksemplar telah dicetak.
Menurut TIME, ini adalah salah satu buku non-fiksi terlaris di negara Amerika untuk tahun 1949. Edisi hardcover asli pada akhirnya terjual lebih dari 600.000 eksemplar, dan penjualan paperback melebihi tiga juta pada tahun 1984. Buku ini tetap dicetak terus menerus, dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari lima belas bahasa.
Edisi ke-50 yang diterbitkan pada tahun 1998 oleh Harvest Books, termasuk sebuah pengantar oleh editor Merton, Robert Giroux , dan sebuah catatan oleh penulis biografi dan pendiri Thomas Merton Society, Fr. William Shannon.
Selain berada dalam daftar "National Review" dari 100 buku nonfiksi terbaik abad ini, juga disebutkan dalam "100 Buku Kristen yang Mengubah Peradaban" (2000) oleh William J. Petersen.
Dalam The Seven Storey Mountain, Thomas Merton merefleksikan kehidupan awalnya dan atas permintaan iman kepada Tuhan yang menyebabkan pertobatannya menjadi seorang penganut Katolik Roma pada usia 23 tahun.
Setelah pertobatannya, Merton meninggalkan “karir sastra” yang menjanjikan, mengundurkan diri dari jabatannya sebagai seorang guru pada Sastra Inggris di St. Bonaventure's College, Olean, New York , dan memasuki Pertapaan Trappist di “The Abbey of Our Lady of Gethsemani”, Kentucky.
Menjelaskan catatannya, Merton menulis, "Brother Matthew mengunci gerbang pertapaan di belakangku, dan aku tertutup di empat dinding kebebasan baruku." Kemudian, Dom Frederic Dunne, abas / kepala biara di Abbey, yang telah menerimanya sebagai seorang pemula, menyarankan agar Merton menuliskan kisah hidupnya. Awalnya, dia enggan untuk memulai, tapi begitu dia terus melakukannya, passion-nya "dicurahkan" dalam proses penulisan itu, yang nantinya oleh Majalah Time digambarkan sebagai sebuah buku yang "... mendefinisikan kembali citra monastisisme dan membuat konsep kesucian dapat diakses oleh orang-orang modern."
Dalam jurnal Merton, entri pertama yang menyebutkan proyek tersebut bertanggal 1 Maret 1946, namun banyak ilmuwan berpikir bahwa dia mulai menuliskannya lebih awal dari itu, karena draft (lebih dari 600 halaman) sampai ke agennya Naomi Burton Stone pada tanggal 21 Oktober 1946.
Pada akhir 1946, teks yang diterima sebagian dari The Seven Storey Mountain dikirim ke Naomi Burton, agennya di agensi sastra Curtis Brown , yang kemudian meneruskannya ke editor buku Robert Giroux yang terkenal di penerbit Harcourt Brace .
Giroux membacanya semalam, dan keesokan harinya menelpon Naomi dan menerima naskah tersebut. Adapun karena Merton sudah masuk menjadi rahib Trappist dan telah mengambil kaul kemiskinan, maka semua royalti harus diberikan kepada komunitas pertapaannya.
Tak lama kemudian, sempat timbul masalah, ketika “sensor klasik” dari biara trappist lain keberatan dengan gaya prosa sehari-hari Merton, yang menurutnya tidak pantas untuk seorang rahib. Merton-pun mengajukan banding (dalam bahasa Prancis) kepada Abbas Jenderal di Prancis, yang menyimpulkan bahwa gaya seorang penulis adalah masalah pribadi, dan ini malahan membuka jalan untuk publikasi buku tersebut.
Edward Rice, teman dekat Merton sejak masa kuliah mereka di Columbia, menunjukkan sebuah cerita yang berbeda di balik masalah penyensoran. Rice percaya bahwa komentar sensor itu berpengaruh pada buku tersebut. Sensor tidak terutama berkaitan dengan gaya prosa Merton, melainkan isi pikirannya dalam otobiografi. Itu "terlalu blak blak-an" bagi publik. Apa yang diterbitkan sebenarnya adalah versi "revisi” atau “dikebiri" dari manuskrip aslinya.
Pada saat Rice menerbitkan pendapatnya, dia tidak dapat memberikan bukti apapun; Namun, sejak saat itu draft awal otobiografi telah muncul dan membuktikan bahwa bagian-bagian naskah memang dihapus atau diubah.
Dalam pengantar edisi ke-50 autobiografi, Giroux mengakui perubahan ini dan memberikan paragraf pertama otobiografi Merton yang asli.
Pada musim panas 1948, bukti awal dikirim ke Evelyn Waugh , Clare Boothe Luce , Graham Greene dan Bishop Fulton J. Sheen, yang menanggapi dengan pujian dan kutipannya juga digunakan pada sampul buku. Adapun pencetakan pertama meningkat dari 5.000 menjadi 12.500. Demikianlah buku itu terbit pada bulan Oktober 1948, dan pada bulan Desember telah terjual 31.028 eksemplar dan dinyatakan sebagai buku laris oleh Majalah Time.
New York Times, bagaimanapun, awalnya menolak memasukkannya ke dalam daftar Best Seller mingguan , dengan alasan bahwa itu adalah "buku religius". Sebagai tanggapan, Harcourt Brace memasang iklan besar di The New York Times yang meminta perhatian pada keputusan surat kabar tersebut. Minggu berikutnya, The Seven Storey Mountain muncul di daftar buku terlaris, dan bertahan terus selama hampir satu tahun.
A.
Perbandingan dengan St. Augustinus.
Dalam buku The Seven Storey Mountain, Merton nampaknya sedang berjuang untuk menjawab panggilan spiritual. Tampaknya pengaruh duniawi dari tahun-tahun kehidupan Merton sebelumnya disanding-bandingkan dengan kisah pertobatan Santo Agustinus seperti yang dijelaskan dalam Confessions- nya.
Banyak pengulas awal Merton telah membuat perbandingan eksplisit. Misalnya, Msgr. Fulton J. Sheen menyebutnya sebagai "Bentuk modern dari The Confessiones-nya St. Augustinus."
B.
Reaksi sosial.
The Seven Storey Mountain dikatakan telah bergema dalam masyarakat yang waktu itu merindukan makna dan arahan pribadi yang diperbaharui setelah perang panjang dan berdarah (Perang Dunia II), dan pada saat penghancuran global semakin jelas terbayangkan karena perkembangan Bom Atom dan senjata termonuklir yang lebih kuat.
Buku itu telah berfungsi sebagai alat rekrutmen yang hebat untuk kehidupan imamat secara umum, dan terutama untuk hidup monastik.
Pada tahun 1950-an, Biaranya Merton di Gethsemani Kentucky dan pelbagai biara Trappist lainnya mengalami lonjakan peminat, dimana banyak pria muda yang berminat untuk masuk dalam kehidupan senobit sebagai rahib trappist.
Konon, setelah publikasi buku tersebut, banyak imam memasuki biara atau seminari di Amerika, dengan salinan buku tersebut di koper mereka.
Seven Storey Mountain sendiri telah diakui sebagai buku Katolik besar pertama yang mencapai popularitas luas di Amerika, menghancurkan monopoli Protestan liberal terhadap spiritualitas middlebrow dan sekaligus membantu menyebarkan gagasan tentang " tradisi Yahudi-Kristen ."
C.
Pertapaan Thomas Merton di Abbey of Gethsemani.
Beberapa aktivis dan pemikir ekumenis di dalam Gereja Katolik Roma merasa kecewa dengan apa yang mereka anggap sebagai nada pietistik dan terkesan merendahkan yang kadang digunakan di The Seven Storey Mountain untuk merujuk pada komunitas religi non-Trappist di dalam iman Katolik, dan bentuk-bentuk kekristenan non-Katolik umumnya.
Di lain matra, Merton, bagaimanapun, telah terus memperluas dan memanjakan perspektif spiritualnya, dan segera menyadari ironi ketertarikan publik terhadap sosok yang dia sajikan di The Seven Storey Mountain.
Lebih reflektif, Merton menulis sebuah pengantar untuk edisi 7 Juni 1966 di The Seven Storey Mountain: "Mungkin jika saya mencoba membuat buku ini pada hari ini, itu akan ditulis berbeda. Siapa yang tahu? Tapi ini tertulis saat saya masih muda, dan begitulah yang terjadi. Ceritanya bukan milik saya lagi. ... "
Thomas Merton sendiri meninggal pada tahun 1968 karena kecelakaan listrik saat menghadiri konferensi monastisisme internasional di Bangkok , Thailand .
Berbagai penulis dan pembaca telah mencatat dan mengingat bahwa The Seven Storey Mountain ditutup dengan menasihati pembaca untuk "belajar mengenal Kristus dari orang-orang yang dibakar".
Ya, buku ini seakan mendorong Thomas Merton masuk lebih lagi ke dalam kehidupan paradoks: seorang pria modern yang meninggalkan karir intelektual perkotaan dan memilih untuk keberadaan pedesaan yang berorientasi pada doa dan kerja, tapi yang untuk akhirnya dibawa kembali ke dunia opini dan debat internasional; Seorang pria yang menolak dunia sastra demi anonimitas kehidupan senobit di sebuah biara Trappist, tapi malahan menjadi seorang penulis terkenal di dunia; Dan seorang pria yang mengaku pengabdiannya tetap berada dalam batas sel monastik, walaupun hasratnya terus bernyala dan memenuhi keinginan hatinya untuk melakukan perjalanan ke seluruh Asia .
D.
Daftar buku terbaik.
Seven Storey Mountain telah banyak dipuji dalam daftar buku terbaik abad ke-20. Institut Studi Intercollegiate memasukkannya dalam daftar 50 buku terbaik abad ini dan berada di Nomor 75 dalam daftar National Review dari 100 buku non-fiksi terbaik abad ini.
Seven Storey Mountain sendiri digambarkan dengan baik oleh sub judul buku ini: Sebuah otobiografi iman. Ini adalah kisah kehidupan Thomas James Merton sejak kelahirannya pada tahun 1915 sampai dia bersumpah di sebuah biara Trappist pada tahun 1944. Inti dari buku ini adalah kemajuan filsafat dan kesetiaan Merton yang perlahan, mulai dari narsisisme hingga komunisme, Katolik hingga Monastisisme.
Thomas Merton sendiri lahir 31 Januari 1915 di Prades, Perancis Barat. Orang tuanya adalah seniman dan berusaha untuk membesarkannya tanpa melibatkan kekayaan dan harta benda agar dapat menjalani perjalanan yang independen, bebas, dan ekspresif.
Ibunya meninggal pada tahun 1921 karena kanker perut. Ayah Merton, Owen Merton, memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap kehidupan yang dipermasalahkan. Sebenarnya, dia mungkin adalah tokoh paling penting dan paling terkenal dalam cerita selain penulisnya.
Merton dan ayahnya pindah ke St. Antonin, Prancis pada tahun 1925 dan tinggal di sana selama beberapa tahun.
Pada tahun 1929, Merton memasuki Oakham, sebuah sekolah Inggris. Tahun itu juga ditemukan bahwa ayahnya memiliki tumor otak ganas. Ayahnya meninggal pada tahun 1930.
Setelah di Oakham, Merton masuk di Cambridge. Adapun pada musim panas sebelum memasuki Cambridge, Merton pergi ke Roma dimana lukisan dinding di Katedral kuno membentuk dorongan untuk langkah pertamanya menuju ketertarikan pada agama Katolik.
Setelah Cambridge, Merton lalu memasuki Universitas Columbia dimana sentimen keagamaan apapun yang dimilikinya menjadi seakan tenggelam atau diubah oleh komunisme, yang tampaknya merupakan filosofi yang semakin populer waktu itu.
Di lain matra, selama berada di Columbia, dia juga menghadiri misa pertamanya di Gereja Corpus Christi di New York. Setelah pengalaman itu, keinginan Merton untuk hal-hal religius sepertinya menjadi menggebu. Dia ingin dibaptis dan masuk "ke dalam kehidupan super-natural Gereja".
Pada tanggal 16 November 1939, Merton dibaptis dan menerima komuni pertamanya dari Pastor Moore di Corpus Christi. Kemudian dia mulai berminat untuk menjadi imam.
Merton-pun mengikuti misa harian dan menyambut komuni setiap hari dan Tuhan telah menjadi pusat perhatiannya. Dia mendaftar ke novisiat Fransiskan di New York dan dengan penuh semangat menunggu kesempatan untuk memasuki biara sampai suatu ketika dia menulis, "Saya tiba-tiba teringat siapa saya, siapa diri saya".
Sebagai orang baru, ia tersadar bahwa ia telah lupa memberi tahu pimpinan biara disana, yakni Pastor Edmund, tentang dosa masa lalunya.
Ketika dia menceritakan dosa masa lalunya, Pastor Edmund menyarankan agar dia menulis surat ke Provinsial, di mana permohonannya dipertimbangkan, dan lamarannya ditarik.
Sampai suatu ketika, dia bertemu dan merasa tertarik engan komunitas para rahib Trappist di Pertapaan Getsemani di Kentucky ketika retret pribadi. Para rahib disana menerima permohonannya dan dia kembali ke Kentucky sebagai postulan dengan kehidupan khas monastik, yakni kesederhanaan yang hening dalam “opus Dei” (doa ofisi), “opus manuale” (kerja tangan) dan “lectio divina” (bacaan rohani).
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
SINOPSIS "THE SEVEN STOREY MOUNTAIN"
A.
Bagian 1:
Bab 1, Ringkasan dan Analisis Basis Tahanan
The Seven Storey Mountain digambarkan dengan baik oleh subjudul buku ini: Sebuah otobiografi iman.
Ini adalah kisah kehidupan Thomas James Merton sejak kelahirannya pada tahun 1915 sampai dia bersumpah di sebuah biara Trappist pada tahun 1944.
Ini menceritakan tentang seorang pemuda yang agak gelisah dan terus gelisah, yang mencari makna di dua benua dan di antara dunia yang terus berubah. tahap.
Tapi sementara setting cerita itu luas dan jelas - digambarkan - mulai dari katedral di Roma hingga kabin di negara bagian New York, dari desa-desa terpencil yang damai di Prancis Selatan hingga pemboman Sekutu atas Jerman - setting tersebut jarang membawa atau bahkan mempengaruhi dorongan dari cerita.
Inti dari Seven Storey Mountain adalah kemajuan filsafat dan kesetiaan Merton yang lamban, mulai dari narsisme sampai komunisme hingga Katolik hingga monastisisme.
Baris pertama buku ini mengungkapkan jenis tulisan yang solid, tapi kaya akan gambaran yang dengannya Merton akan menceritakan ceritanya:
"Pada hari terakhir bulan Januari 1915, di bawah tanda si Pembawa Air, pada tahun tahun perang besar, dan turunlah dalam bayang-bayang beberapa gunung Prancis di perbatasan Spanyol, saya datang ke dunia ".
Merton lahir Prades, Prancis. Orang tuanya adalah seniman dan berusaha untuk membesarkannya tanpa melibatkan kekayaan dan harta benda agar dapat menjalani perjalanan yang independen, bebas, dan ekspresif. Ketidaksukaan mereka terhadap sesuatu yang borjuis mungkin telah meletakkan dasar bagi daya tarik Merton pada kehidupan monastik.
Pada bulan November 1918, saudara laki-laki Thomas, yakni John Paul lahir, membuat keluarganya menjadi empat orang, meski itu tidak akan bertahan lama.
Ibu Merton sendiri adalah seorang perfeksionis Amerika yang sangat kuat karakternya. Dia meninggal pada tahun 1921 karena kanker perut.
Ayah Merton, Owen Merton, memiliki pengaruh yang jauh lebih besar terhadap kehidupan yang dipermasalahkan. Owen Merton adalah seorang Selandia Baru yang terus menemani Thomas dan John Paul setelah kematian istrinya, meskipun dia tidak selalu bersama anak-anaknya.
Orangtua Owen Merton, yang disebut Pop dan Bonnemaman oleh cucu mereka, tinggal di Douglaston, New York, dan Owen membawa anak laki-laki ke sana saat mereka masih muda dan ibu mereka sedang sakit.
Merton ingat ketika ayahnya memberinya sebuah catatan yang mana ibunya mengucapkan selamat tinggal dan mengatakan kepadanya bahwa dia sedang sekarat dan bahwa dia tidak akan pernah melihatnya lagi.
Setelah kematiannya, keluarga inti Merton tampaknya berpisah - Owen ke berbagai tempat di seluruh dunia untuk melukis lanskap dan anak-anak ke berbagai anggota keluarga untuk sekolah, meski jarang bersama. Sementara Thomas dan John Paul tinggal bersama Pop dan Bonnemaman di Long Island,
Ayah mereka berada di luar negeri, kebanyakan di Afrika. Konon, dia sakit parah dan keluarganya takut dia akan mati, tapi dia berhasil melewatinya. Kemudian dia pergi ke sebuah pameran lukisan dan menghasilkan banyak uang sehingga ia kembali ke Amerika untuk membawa Thomas dan John Paul kembali.
Ayah Merton barangkali adalah karakter yang paling penting dan paling terkenal dalam cerita selain penulis. Dia memegang pengaruh terbesar atas kehidupan dan karakter Merton.
Dia diperkenalkan dengan pujian dan bentuk yang bersinar; Dengan cara, dia memberikan dasar bagi sisa kehidupan Merton. Merton tidak pernah mengatakan kata-kata negatif tentang ayahnya, dan bahkan tidak pernah menunjukkan sesuatu yang gagal atau perjuangan. Merton tidak pernah mengkritik ayahnya. Ayah Merton adalah pahlawannya.
Dari dia, Merton menerima jiwa seni, pikiran yang mampu berpikir kritis, penghargaan terhadap kebajikan dan keindahan, dan ketidaksukaan terhadap sesuatu yang borjuis.
Contoh ayahnya mungkin telah meletakkan dasar bagi daya tarik Merton pada kehidupan biara.
Bab ini berisi tentang kisah kisah pertama seputar kematian yang masuk ke kehidupan Merton dan dia menerimanya dengan tidak bersalah dan rasa ingin tahu. Dia mengerti apa arti catatan tentang kematian ibunya, tapi sepertinya dia tidak memiliki kemampuan untuk berduka dalam-dalam.
Dalam bab-bab yang akan datang, banyak anggota keluarga Merton meninggal, dan dia mengingat rincian yang jelas tentang setiap kematian. Kematian mempengaruhi dia secara mendalam tapi tidak membuat dia berputus asa.
Bagian 1:
Bab 2, Rangkuman Ringkasan dan Analisis Museum Kami.
Merton mengungkapkan cinta dan bahkan patriotisme untuk Prancis dan Amerika dan bahkan beberapa untuk Inggris. Prancis dan Inggris demi keindahan tanah air dan kesederhanaan bangsanya, Amerika untuk cita-cita dan etos kerjanya.
Merton dan ayahnya sendiri pindah ke St. Antonin, Prancis pada tahun 1925 dan tinggal di sana beberapa tahun. Merton terkesan oleh kota ini, yang dibangun dalam bentuk lingkaran pada abad ke-13 dengan dinding di sekitar perbatasan dan sebuah gereja di pusatnya - perhubungan geografis, sosial, dan spiritual masyarakat.
Bab ini mencakup sebuah laporan lucu tentang kunjungan Pop dan Bonnemaman ke Prancis, di mana Pop, yang menganggap dirinya sebagai orang Amerika, benar-benar melemparkan uang ke penduduk setempat dari jendela mobil mereka. Pop adalah karakter yang riuh dan bangga dengan keluarga dan keberuntungannya.
Institusi yang "paling berkesan" dari zaman Merton di St. Antonin adalah Lyceé, sekolah yang dihadiri Merton dengan murid-murid yang dia gambarkan sebagai vulgar, liar, dan menjengkelkan.
Merton dan ayahnya tinggal di sebuah apartemen di St. Antonin sembari ayahnya sedang membangun rumah untuk mereka. Tetapi pada musim semi tahun 1928, sang ayah memutuskan bahwa mereka akan pindah ke Inggris, dan karenanya mereka tidak pernah tinggal di rumah yang dibangun ayahnya.
Merton sendiri akan merindukan keindahan dan keagungan St. Antonin dan kebaikan M. dan Mme. Privat, sebuah keluarga Katolik di dekat Murat. Namun, dia sangat senang bisa terbebas dari sekolah di Lyceé.
Di Inggris, Thomas dititipkan bersama Bibi Maude dan Paman Ben. Cara Bibi Maude berbicara dengan Thomas sebagai orang dewasa yang sangat mengesankannya, dan yang pertama memunculkan visi tentang masa depannya. Dia bilang dia ingin menjadi novelis atau jurnalis, atau keduanya.
Thomas bersekolah di Ripley Court. Dia tidak mengenal bahasa Latin dan dibuat lagi untuk memulai lagi dengan bahasa baru. Namun, anak laki-laki Inggris tampak jauh lebih menyenangkan dan bahagia dan dia menikmati kriket dan banyak teman baru.
Ditulis lebih dari dua dekade kemudian oleh seorang pria yang pada saat itu menjadi seorang biarawan, sulit untuk membedakan berapa banyak pemikiran religius yang sebenarnya terjadi di kepala Merton muda di Prancis dan Inggris dan berapa banyak lisensi editorial. Merton berbicara tentang benar-benar bahagia karena dia benar-benar religius setelah datang ke Inggris. Dia ingat, "pertama kalinya saya melihat orang-orang berlutut di depan tempat tidur mereka sebelum masuk ke mereka, dan pertama kalinya saya duduk untuk makan setelah anugerah."
Bagian 1:
Bab 3, Ringkasan dan Analisis Pelecehan Neraka.
Pada tahun 1929, Merton memasuki Oakham, sebuah sekolah persiapan Inggris yang dia sukai jauh lebih baik daripada Lyceé atau Ripley Court.
Tahun itu juga ditemukan bahwa ayahnya memiliki tumor otak ganas. Cerita tentang bagaimana Merton mengetahui ini menarik.
Ia diminta menemani tim kriket Oakham untuk bertanding melawan Durston House sebagai scorekeeper. Paman Ben pernah menjadi kepala sekolah di Durston House dimana dia dan Bibi Maude masih tinggal di dekat sekolah yang berdekatan dengan lapangan kriket. Di suatu tempat di dalam bus menuju pertandingan, dikomunikasikan kepada Merton bahwa ayahnya berada di rumah bibinya dan pamannya dan sangat sakit. Itulah alasan mengapa dia diundang untuk ikut - agar dia bisa lari ke rumah saat istirahat antara babak pertama dan mengunjungi ayahnya. Dia melakukannya, dan dia ingat bahwa ayahnya memintanya untuk mendoakannya. Merton pergi mengunjunginya di sana dan lagi ayahnya meminta doa. Kemudian mereka membawanya ke sebuah kereta ke Rumah Sakit Middlesex di London. Adapun kepala sekolah baru di Oakham waktu itu bernama FC Doherty, yang membantu menempatkan Merton di jalur akademis menuju Cambridge.
Pada bulan Juni 1930, Pop Bonnemaman dan John Paul datang lagi berkunjung dari Amerika, meskipun kali ini tanpa kemewahan. Bisa jadi, depresi hebat tidak menghancurkan Pop tapi telah mengubah kemewahan perjalanannya. Dengan pengalaman Owen yang sekarat, Pop membawa Thomas sendiri untuk berbicara dengannya. Dia mengatakan kepadanya bahwa dia telah mengatur agar Thomas dan John Paul dirawat secara finansial setelah Owen meninggal. Dan dia melakukan hal lain yang sama pentingnya dengan pikiran anak berusia lima belas tahun: Dia memberi izin kepada Merton untuk merokok.
Diputuskan juga bahwa, alih-alih menghabiskan liburan sekolahnya di rumah Bibi Maude, Merton akan tinggal bersama ayah angkatnya-teman Owen dari Selandia Baru, yang sekarang menjadi dokter London yang sukses. Satu-satunya nama yang dia berikan dalam buku ini adalah Tom.
Tom dan istrinya menyambut Merton ke dalam dunia mereka yang penuh selera, artistik, dan kosmopolit. Tom mendorong Merton untuk masuk di Cambridge dan menyarankan agar dia mengejar karir di dinas diplomatik Inggris.
Merton sendiri menghabiskan Natal di Strasbourg, tapi dia kembali ke London untuk mengunjungi ayahnya sebelum kembali ke sekolah. Owen terbaring di tempat tidur dan tidak bisa berbicara. Kemudian, hampir seminggu setelah kembali ke Oakham, dia dipanggil ke kepala sekolah dan memberi sebuah telegram yang mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal.
Adapun sastra adalah bagian penting kehidupan Merton. Sebenarnya, tahap perjalanannya dan banyak keputusan besar yang dia buat terkait dalam buku ini dengan berbagai penulis yang mempengaruhinya, salah satunya William Blake.
Selama masa remaja yang berfokus pada penemuan jati diri di Oakham dan kemudian Cambridge, Merton juga menikmati karya DH Lawrence dan Aldous Huxley, serta beberapa novelis yang tidak disebutkan namanya oleh Merton.
Merton juga menyukai "rekaman panas" yang berarti jazz dan musik populer (Duke Ellington paling sering dikutip). Ia hadir sebagai seorang pemuda bebas di masa remajanya, dengan sikap pemberontak.
Konon, Merton muda pernah bertahan "dugem" sepanjang malam di bar New York yang remang-remang. Dalam rekaman ulang tahun ke tujuh puluh tujuh "The Seven Storey Mountain" dari tahun 1998, sebuah catatan untuk pembaca disertakan dari William H. Shannon, presiden pendiri International Thomas Merton Society, yang menjelaskan bahwa Merton menjadi ayah seorang anak dengan seorang wanita yang belum menikah selama berada di Cambridge.
Di lain segi, Merton selalu diganggu oleh masalah gigi. Penyebutan pertama kali terjadi pada liburan di tahun 1931 saat dia pergi ke lembah Rhine. Pada kesempatan itu, ketika terbaring di rumah sakit di Oakham, Merton mengatakan bahwa kematian mengunjungi sisi tempat tidurnya, tapi Tuhan menyelamatkan nyawanya.
Setelah Oakham, Merton masuk di Cambridge. Sebuah acara yang diingat Merton setelah berbagi dengan teman sekelas yang juga mengajar di Cambridge-seorang Inggris bernama Andrew yang tidak diberi nama belakang. Andrew hanya disebutkan di bagian buku ini. Dia bukan teman dekat dan merupakan pemain yang sangat kecil dalam kehidupan Merton.
Pada musim panas sebelum memasuki Cambridge, Merton pergi ke Roma di mana lukisan dinding di katedral kuno membentuk dorongan untuk langkah pertamanya menuju ketertarikan pada agama.
Disinilah ia memiliki semacam pengalaman pertobatan di mana ia merasakan kehadiran ayahnya, yang telah meninggal lebih dari satu tahun. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya dia berdoa dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan kunjungan pertamanya ke gereja untuk tujuan doa.
Kunjungan doa ke sebuah gereja menandai semacam penyerahan diri untuk Merton. Itu adalah pengalaman yang dia ingat penting untuk pertobatannya.
Merton kembali ke New York pada musim panas itu, bagaimanapun, dan kehilangan ketertarikannya terhadap agama. Dia mulai sering pergi ke bar dan banyak bicara.
Selama musim panas itu, sebuah surat dari sponsornya mengatakan bahwa dia harus melepaskan rencana untuk berkarir dalam diplomasi dan mungkin akan lebih baik jika dia tinggal di Amerika. Rupanya, berita tentang pesta pora Merton yang tidak pantas telah menghancurkan masa depan yang mungkin baginya.
Pada bulan November, Bibi Maude meninggal dan, Merton menulis, "Mereka membuat kurus Victoria malaikatku yang malang di tanah liat di Ealing, dan mengubur masa kecilku bersamanya."
Dia sendiri meninggalkan Eropa untuk yang terakhir kalinya pada bulan November 1934.
Dan ini adalah bab terpanjang dari buku ini. Tampaknya menyeret dan mengungkapkan kepada pembaca bahwa perjalanan hidup ini akan menjadi salah satu perjuangan interior daripada ke luar, material, atau relasional.
Merton penuh dengan keraguan dan ketidakamanan pribadi dan ini akan menjadi, bukan cinta karir atau romantis atau keadaan perjalanan atau politik, yang akan membentuk otobiografinya.
Waktu Merton di rumah godfather-nya bisa dilihat sebagai pengantar pertamanya tentang kehidupan yang teratur. Dia membaca literatur populer hari itu dan mempelajari gosip yang populer.
Kematian ayahnya tentu merupakan peristiwa terpenting dalam kehidupan muda Merton sampai saat ini dan salah satu hal terpenting yang pernah dia alami.
Dalam bab ini juga, Merton mulai mendapatkan momentum dengan sebuah taktik yang membawa seluruh buku - yaitu mencemooh dirinya sendiri, di belakang, untuk gaya hidup amoral. Dia melakukan ini dengan banyak kisah dan terkadang melalui khotbah panjang tentang bahaya dosa. Misalnya, dalam satu diskusi tentang minat sementara dan sia-sia dalam filsafat, dia menulis, "Orang-orang yang tenggelam dalam nafsu dan keinginan indrawi tidak siap untuk masuk dalam gagasan yang abstrak."
Bagian 1:
Bab 4, Rangkuman dan Analisis Tempat Anak di Pasar.
Pendidikannya tidak selesai dan Merton memasuki Universitas Columbia di New York. Ia bertemu dengan seorang profesor yang akan menjadi salah satu teman paling tepercayanya, Mark Van Doren. Merton mengagumi ajaran Van Doren, dan membuatnya menjadi lebih intelektual dan sekaligus kontemplatif.
Sementara di Columbia, sentimen keagamaan apapun yang dia hadapi tenggelam atau diubah oleh komunisme, yang nampaknya merupakan filosofi yang semakin populer.
Selama waktu ini, pembacaan Merton beralih ke Sigmund Freud dan Carl Jung. Dia menghadiri pertemuan kelompok mahasiswa komunis dan bahkan mengikuti demonstrasi, namun pertobatan ke komunisme tidak pernah mengakar dalam-dalam dan dia akhirnya kehilangan kepercayaan pada janji masyarakat komunis yang baru dan sempurna.
Merton mulai mencurahkan sebagian besar waktu dan energinya untuk kegiatan pers dan publikasi mahasiswa Columbia: the Jester, the Spectator, dan the Columbia Review.
Pada musim gugur 1936, Pop meninggal dunia dan Bonnemaman mengikuti pada musim panas 1937.
Bab ini mencakup penyebutan karir singkat Merton di Columbia, termasuk pers dan olahraga. Sepanjang buku tersebut, Merton menyebutkan olahraganya adalah atletik.
Namun, dalam hampir semua kasus, tampaknya perjuangan dan rasa sakit dari latihan dan latihan adalah yang mendorong Merton muda seakan menjauh dari olahraga, yang bisa mengungkapkan ketiadaan ketabahan dalam menghadapi kesulitan.
Salah satu hal terakhir yang disebutkan dalam bab ini adalah "hubungan asmara" dengan seorang gadis tanpa nama yang gagal karena kurangnya hasrat dan menyebabkan Merton terluka.
Ini juga merupakan bagian dari pola yang lebih besar dalam buku ini. Meskipun sulit dibedakan karena dia tidak pernah memberi nama pada gadis manapun yang dicintainya, Merton menyebutkan setidaknya tiga atau empat pacar sepanjang hidupnya. Namun, dia jarang memberikan detail tentang hubungan mereka dan tidak pernah memberikan detail tentang gadis itu sendiri: Apakah mereka cantik? Dari mana asal mereka? Apakah mereka mempunyai kesamaan? Apakah mereka tinggi atau pendek? Pintar atau kusam? Katolik atau Protestan atau Hindu?
Sama seperti Merton yang diam pada dosa-dosa tertentu yang membuat jiwanya semakin gelap saat merangkak di kursi kursi bar di New York, dia juga membisikkan hubungannya dengan wanita-romantis atau sebaliknya. Kenyataannya, hanya ada tiga wanita di keseluruhan buku yang menerima lebih dari sekadar penyebutan: Ibunya, Bibi Maude, dan Baroness dari Friendship House.
B.
Bagian 2:
Bab 1, Dengan Ringkasan dan Analisis Besar.
Merton mengalihkan perhatiannya dari dirinya sendiri dan dari komunisme ke arah filsafat ketika, hampir secara kebetulan, ia membeli sebuah buku berjudul The Spirit of Medieval Philosophy, sebuah buku Katolik, yang sangat mempengaruhinya.
Awalnya dia hampir marah karena dia membelinya dari toko buku Scribner di New York tanpa tahu itu adalah buku Katolik. Namun, buku ini jauh membantu menyingkirkan beberapa ketakutannya akan ajaran Katolik yang sampai sekarang tampak misterius dan tertutup baginya.
Ini mempromosikan konsep yang disebut aseitas; Artinya, karakter Tuhan yang menjadi dirinya sendiri. Karena Tuhan tidak diciptakan, hanya saja dia memiliki kekuatan untuk eksis secara mutlak berdasarkan pada dirinya sendiri. Ini adalah bagian dari konsep baru tentang Tuhan yang dipelajari Merton dari buku yang memberinya rasa hormat yang lebih dalam terhadap filsafat Katolik.
Merasa perlu untuk mengeksplorasi beberapa hal seputar religiositas, Merton mulai menghadiri Zion Church dimana ayahnya pernah memainkan organ di gereja tersebut. Dia menemukan pendeta disana lebih peduli dengan diskusi sastra dan politik modern daripada agama dan Tuhan. Memang, ini adalah salah satu dari banyak kesalahan yang membuat Merton “menghukum” orang-orang Protestan di seluruh buku ini.
Di Columbia, Merton bertemu Bob Lax di kelas Mark Van Doren tentang Shakespeare. Merton menyebutnya kursus terbaik yang pernah dia dapatkan di perguruan tinggi. Lax sendiri akan menjadi teman yang langgeng dan akhirnya akan mengikutinya masuk ke dalam iman Katolik.
Merton sendiri menghabiskan beberapa halaman menceritakan tentang seorang bhikkhu Hindu yang dia dan teman-temannya mengenalnya sebagai Bramachari (yang sebenarnya bukan nama sama sekali, kecuali sebuah kata India untuk biksu).
Cerita Bramachari memiliki dampak kecil pada kehidupan Merton kecuali untuk memperluas pengalaman religius. Ini juga menjadi kesempatan bagi Merton untuk menunjukkan lebih banyak kesalahan orang Protestan; Yaitu, bagaimana misionaris mereka hidup dengan nyaman, bukan dalam kemiskinan dengan orang-orang yang mereka layani. Juga, secara mengejutkan, Bramachari merekomendasikan agar Merton membaca Confessiones-nya Santo Agustinus dan Imitatio Christi-nya Thomas A Kempis.
Selama Merton mengerjakan tesisnya, "Nature and Art in William Blake", ia rutin menghadiri misa pertamanya di Gereja Corpus Christi di New York. Umurnya dua puluh empat tahun, pernah ke Roma dan tinggal di Eropa selama bertahun-tahun, tapi belum pernah ke misa.
Dia pergi ke Gereja Corpus Christi di 121 Street di New York dan tercengang melihat apa yang dia temukan. "Wahyu apa itu, untuk menemukan begitu banyak orang biasa di suatu tempat bersama, lebih sadar akan Tuhan daripada satu sama lain ... ".
Setelah pengalaman itu, keinginan Merton untuk hal-hal religius sepertinya menggebu. Dia ingin dibaptis dan masuk "ke dalam kehidupan supranatural Gereja". Pada tanggal 16 November 1939, Merton dibaptiskan dan menerima komuni pertamanya dari Pastor Moore di Corpus Christi. Teman-temannya Bob Lax, Seymour Freedgood, Bob Gerdy, dan Ed Rice hadir.
Dia kemudian pergi untuk mengalami sakramen tobat alias pengakuan dosa pertamanya dan, melihat Pastor McGough melalui layar, mengira pastor itu "tampak begitu polos terhadapku sehingga aku bertanya-tanya bagaimana dia akan mengidentifikasi dan memahami hal-hal yang akan aku katakan kepadanya".
Di lain segi, kehidupan sastra Merton dan kehidupan spiritualnya selalu terjalin. Ketika pertobatannya terhadap agama Katolik semakin dekat, dia menulis bahwa bacaannya "menjadi semakin Katolik". Apa yang dia baca secara tak terduga mempengaruhi apa yang dia lakukan dan percaya - bahkan dengan penulis yang dengannya dia sudah terbiasa.
Merton menulis bahwa dia lebih mengerti Blake setelah matanya terbuka untuk kehidupan batin, meskipun dia tidak yakin dengan keadaan jiwa Blake, dia tahu bahwa penyair itu lebih memahami kehidupan batin daripada Merton.
Dia juga mengatakan tentang Blake, "Saya harap saya akan melihat dia di surga". “Sentimen” ini sering diulang oleh Merton untuk orang yang dia kenal yang telah meninggal, Katolik atau bukan.
Bagian 2:
Bab 2, Ringkasan dan Analisis Kontradiksi Air.
Dari permulaannya sebagai atheis praktis dan narsistis, Merton sekarang telah berkembang ke titik di mana dia peduli dengan dosa-dosa fana yang jauh lebih sedikit, seperti kesombongan.
Dia menemukan antusiasme baru untuk menulis puisi tapi berjuang dengan motifnya. Apakah dia terlalu egois dalam keinginannya untuk melihat namanya dicetak? Bukankah motifnya untuk menulis hanya untuk memuliakan Tuhan dan mengajarkan firmanNya?
Pada saat inilah dia menyadari bahwa perjalanan sesekali ke gereja yang dia jalani tidak akan cukup untuk menyelamatkan pikirannya dari keadaan tercemar. "Semua ini sudah cukup bagi seorang Katolik biasa, dengan praktik agamanya yang setia di belakangnya, tapi bagiku itu tidak mungkin cukup. Seorang pria yang baru saja keluar dari rumah sakit, hampir meninggal di sana, Dan telah dipotong-potong di meja operasi, tidak bisa langsung memulai menjalani kehidupan seorang pekerja biasa ".
Merton lebih menginginkan mundur dari dunia dengan kesendirian dan kontemplasi. Pada suatu musim panas - dan, ternyata, belakangan ini - Merton dan teman-temannya - terutama Bob Lax dan Ed Rice - tinggal di sebuah pondok di perbukitan di luar Olean di bagian utara New York. Itu adalah semacam biara pertapaan dan itu cocok dengan minat Merton terhadap asketisme dan kontemplasi.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi selama bab ini - Perang Dunia II dimulai di Eropa.
Dua hal yang mencolok tentang deskripsi Merton mengenai hal ini:
1) Meskipun Amerika tidak terlibat, Merton, teman-temannya dan masyarakat umum sangat memprihatinkan;
2) Reaksi Merton adalah salah satu penyesalan. Dia menulis, "Saya sendiri bertanggung jawab atas hal ini, dosa-dosa saya telah melakukan ini. Hitler bukanlah satu-satunya yang telah memulai perang ini: Saya juga memiliki bagian saya di dalamnya ..."
C.
Bagian 3:
Bab 1, Ringkasan dan Analisis Magnetik Utara.
Ketika Merton akhirnya menemukan keberanian untuk mulai mengatakan kepada orang-orang bahwa dia ingin menjadi seorang imam, dia pergi untuk berbicara dengan Dan Walsh tentang hal itu.
Walsh adalah profesor lain yang dihormati Merton. Mereka membahas beberapa pendapat dan memutuskan bahwa Fransiskan mungkin yang paling sesuai untuk Merton.
Tapi Walsh juga mengatakan, bahwa dia telah melakukan ziarah ke sebuah biara Trappist di Kentucky bernama Our Lady of Gethsemani. "Yang saya butuhkan adalah kesendirian," tulis Merton. "Saya membutuhkan sebuah aturan yang hampir seluruhnya bertujuan untuk memisahkan saya dari dunia dan menyatukan saya dengan Tuhan".
Sekarang, Merton mengambil komuni setiap hari dan Tuhan telah menjadi pusat perhatiannya. Dia mendaftar ke novisiat di biara St. Francis of Assisi di 31 Street.
Dan Walsh berteman dengan Pastor Edmund di sana. Merton diberitahu bahwa akan perlu beberapa bulan sebelum dia bisa masuk novisiat. Merton tidak sabar, tapi berusaha menunggu.
Sementara itu, dia menderita radang usus buntu dan harus menjalani operasi, kemudian pergi ke Kuba di mana dia secara supernatural diselamatkan dari semua godaan yang bisa
melibatkan seorang pemuda di Kuba.
Merton kembali dan dengan penuh semangat menunggu kesempatan untuk masuk biara sampai suatu ketika dia menulis, "Saya tiba-tiba teringat siapa saya, siapa diri saya".
Ia tersadar bahwa telah lupa memberi tahu Pastor Edmund, tentang dosa masa lalunya. Ketika dia akhirnya menceritakannya, Pastor Edmund menyarankan agar dia menulis surat ke Provinsial, di mana permohonannya dipertimbangkan, dan lamarannya ditarik. Hal ini membuatnya merasa putus asa, dan dia segera mengaku dosa.
Tercandra, ketika Merton pertama kali berbicara dengan Pastor Edmund tentang lamarannya, pada bulan September 1939. Tanggapan pertama Pastor Edmund adalah Merton harus kembali dan menerapkannya pada bulan Agustus tahun berikutnya. Ini sepertinya terlalu lama menunggu bagi Merton
Bagian 3:
Bab 2, Ringkasan dan Analisis Utara yang Benar.
Peristiwa-peristiwa yang dilakukan untuk menarik lamarannya ke Ordo Fransiskan, diikuti oleh sikap mencemoohnya dalam pengakuan dosa, mengirim Merton ke dalam pola pikir yang mudah gelisah dan membuatnya frustrasi.
Dia tidak bahagia sebagai orang awam, namun dia juga diberitahu bahwa dia seakan tidak cocok untuk hidup imamat. Dia sejujurnya masih mendambakan menjadi seorang biarawan dan pastor, namun menolak untuk memberitahukannya kepada siapapun.
Dia lalu mendapat pekerjaan mengajar di St. Bonaventura dan dia mulai mengikuti bacaan liturgi dan menyimpan jadwal dan gaya hidup harian biara dari seorang biarawan. Dia memutuskan bahwa jika dia tidak diizinkan untuk tinggal sebagai biarawan di sebuah biara, dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk hidup sebagai seorang biarawan di dunia.
Dia kemudian retret ke biara Trappist, “Our Lady of Gethsemani”: "Satu-satunya pertanyaan bukanlah Ordo yang menarik perhatian saya lebih banyak, tapi yang mana yang lebih menyiksa saya dengan diam dan kontemplasi yang tidak akan pernah menjadi milik saya", tulisnya.
Bab ini mencakup sebuah narasi panjang tentang Merton yang menggambarkan sebuah pemandangan seperti yang dia bayangkan di biara biara. Merton sering melakukan ini sepanjang buku - memberi pembaca sedikit imajinasi kecil, atau terkadang agak panjang ke dalam imajinasinya.
Bagian 3:
Bab 3, Ringkasan dan Analisis Volcano Sleeping.
Dia mulai menjadi relawan di sebuah tempat bernama Friendship House, membantu penduduk miskin Harlem, yang dijalankan oleh seorang wanita bernama Baroness.
Pada akhirnya, dia memutuskan bahwa menulis dan mengajar adalah panggilan pertamanya. Pekerjaan seperti yang dilakukan di "Rumah Persahabatan" harus berada di bawah keduanya.
Baroness membenarkan hal ini, ketika dia menulis kepadanya, "Pergilah, Anda berada di jalan yang benar Teruslah menulis, cintai Tuhan, dekatilah Dia lebih banyak ... Anda telah bangkit dan memulai perjalanan yang mencari Dia. Anda telah mulai melakukan perjalanan di jalan yang akan membawa Anda menjual semua dan membeli mutiara dengan harga terjangkau ".
Selama masa ini, Merton tertarik pada para mistikus termasuk St. Thérése of Lisieux atau sebagaimana dia juga disebut, "the Little Flower". Dia sangat menyukainya dan dia berdoa kepadanya untuk mengawasi adiknya John Paul yang sekarang bergabung dengan Royal Canadian Air Force.
Merton sendiri masih merasa tertarik pada hidup imamat. Di Biara Trapapist Getsemanilah, Merton menulis surat untuk meminta Abbas disana memberi izin untuk retret saat Natal.
Buku ini juga menceritakan bagaimana dia menulis surat, menjual atau menyerahkan harta benda, dan mempersiapkan diri untuk kemiskinan. Dia naik kereta api dan, dia menulis, ".. Saya bebas, saya telah memulihkan kebebasan saya, saya milik Tuhan, bukan untuk diri saya sendiri, dan menjadi miliknya adalah Bebas, bebas dari segala kecemasan dan kekhawatiran dan kesedihan yang menjadi bagian dari bumi ini, dan cinta akan hal-hal yang ada di dalamnya ".
Dalam bab ini dan sepanjang buku ini, salah satu kebajikan yang paling disegani Merton adalah kesederhanaan. Kesederhanaan tujuan, hati, misi, dan kepemilikan duniawi penting baginya-baik sebelum dan sesudah masuk ke tatanan religius. Inilah ciri-ciri yang dikagumi dari ayahnya, ibunya, Privat, Mark Van Buren, Bob Lax, dan lainnya.
Bagian 3:
Bab 4, Khayalan Khas Ringkasan dan Analisis Kebebasan.
Begitu berada di dalam Biara Getsemani, Merton masih harus mengakui masa lalunya yang gelap ke Magister Novisiat dan akhirnya Abbas Dom Frederic menerimanya ke dalam komunitas. Ia diberi nama Frater Louis.
Setelah masuk ke biara, buku itu seakan mulai terhenti. Tidak ada lagi konflik, tidak ada drama, sampai peristiwa penting akhir terjadi yang berhubungan dengan John Paul. Kabarnya, dia sedang dikirim ke luar negeri untuk menerbangkan pengeboman di Eropa.
Sebelum pergi, dia datang ke Ghetsemani dan meminta untuk dibaptis. Ada acara kilat empat hari di mana Merton memberi tahu saudaranya "semua yang saya tahu" tentang iman. Yohanes Paulus dibaptis dan menerima komuni, lalu pergi berperang.
Merton menulis, "Dalam empat hari terakhir ini, pekerjaan delapan belas atau dua puluh tahun dari teladan buruk saya telah dihapuskan dan dilakukan dengan baik oleh kasih Tuhan".
Ada adegan pedih - mungkin yang paling banyak bergerak dari keseluruhan buku - di mana John Paul melambai selamat tinggal kepada saudaranya dari kursi belakang sebuah mobil yang meninggalkan biara Getsemani dan Merton berkedip ke masa kecil mereka dan dia melihat saudaranya berdiri. Dan Merton menyadari bahwa inilah saat terakhir dia bertemu John Paul.
Musim semi berikutnya, pada bulan April 1943, John Paul meninggal saat pesawatnya turun saat berperang di Laut Utara.
Motif Merton untuk menempatkan atau setidaknya mengingat teman-teman kecil di acara-acara besar dalam hidupnya berlanjut di bab ini. Dia memasuki biara dengan "anak gemuk dari Kerbau" yang hampir tidak memiliki ruang dalam cerita dan kemudian meninggalkan perintah tersebut. Dia menerima kebiasaan itu bersama Carmelite-pemain kecil lainnya.
Adegan di mana Merton dan John Paul mengucapkan selamat tinggal adalah contoh tulisan bagus di buku ini, di mana setiap kisah dan setiap detail, meski seringkali tampak tidak berguna, membawa beberapa bobot dan menggerakkan cerita bersama.
Pemandangan yang satu ini - dan semacam cerita tentang John Paul dari masa kanak-kanak Merton dan tepat sebelum kematian John Paul, mungkin merupakan pameran sastra yang paling menarik dari buku ini.
D.
Epilog, Meditatio Pauperis dalam Ringkasan dan Analisis Solitudine.
Epilog buku ini berisi sedikit esai tentang perintah kontemplatif dan kehidupan sehari-hari di Getsemani. Ini juga menceritakan kabar gembira tentang pertobatan Bob Lax dan, akhirnya, tentang profesi sederhana Merton - sumpah permanennya yang membuat dia menjadi Trappist sampai dia meninggal pada tahun 1968.
Bagian epilog jelas ditulis pada waktu yang berbeda dengan beberapa bulan di antaranya. Mereka tampak terputus-putus dan tidak berguna. Merton senang di stala-nya. Seseorang tidak meragukannya. Pembaca tidak mempelajari hal lain tentang dia dari epilog tujuh belas halaman. Mungkin lebih baik meninggalkan cerita tanpa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar