HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI MONASTIK
"TTS" - "TRIBUTE TO SAINT":
St. Antonius, Abas dkk. (PART XI)
APOGHTEMATA PATRUM EDISI NOVEMBER
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 Nopember
Pada suatu hari Abas Longinus menanyakan Abas Lucius tentang tiga pikirannya.
Ia mengatakan yang pertama : “Aku ingin pergi ke pembuangan.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Jikalau engkau tidak dapat menguasai lidahmu, engkau tidak akan menjadi orang buangan di mana pun saja. Karena itu kuasailah lidahmu di sini, maka engkau akan menjadi orang buangan.”
Ia mengatakan pikirannya yang berikutnya : “Aku ingin berpuasa.”
Sang penatua menjawab : “Yesaya berkata, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah, itu bukan puasa yang berkenan kepadaku. Tetapi yang Kukehendaki ialah menguasai pikiran-pikiranmu yang jahat (bdk Yes 58).”
Lalu ia mengatakan pikirannya yang ketiga : “Aku ingin lari dari orang-orang.”
Sang penatua menjawab : “Jikalau engkau tidak dapat hidup baik dan benar bersama orang –orang, engkau juga tidak akan dapat hidup baik dan benar dalam kesunyian.”
02 Nopember
Abas Longinus berkata : “Kalau sekali waktu engkau jatuh sakit, katakanlah kepada tubuhmu : sakitlah dan matilah saja. Kalau engkau meminta kepadaku makanan di luar jam yang telah disepakati, aku tidak akan membawakannya kepadamu, bahkan makanan harianmu pun tak akan kubawakan lagi.”
03 Nopember
Seorang wanita menderita sakit. Mereka mengatakan, ia sakit kanker payudara.
Ia mendengar tentang Abas Longinus dan ingin bertemu dengannya. Abas itu tinggal di tonggak kesembilan dari kota Alexandria.
Ketika si wanita sedang mencari dia, sang rahib suci itu sedang mengumpulkan kayu di tepi laut.
Ketika ia bertemu dengan sang penatua, ia berkata kepadanya : “Bapa, di mana tempat tinggal Abas Longinus, abdi Allah itu ?”
Ia tidak mengetahui bahwa itu adalah Abas Longinus.
Ia berkata : “Mengapa engkau mencari si penipu tua itu ? Jangan pergi mengunjungi dia , karena dia seorang pendusta. Ada keperluan apa ?”
Si wanita menunjukkan kepadanya penyakitnya. Sang penatua membuat tanda salib di atas luka itu dan menyuruhnya pergi dengan berkata : “Pergilah, Allah akan menyembuhkan engkau, karena Longinus tak dapat menolongmu sama sekali.”
Si wanita pergi sambil yakin akan apa yang dikatakannya, dan ia disembuhkan di tempat itu juga. Kemudian ketika ia menceritakan kepada orang-orang lain apa yang telah terjadi dan menggambarkan tanda-tanda khas dari sang penatua itu, barulah ia tahu bahwa itulah Abas Longinus sendiri.
04 Nopember
Sekali peristiwa, orang-orang membawa kepada Abas Longinus orang yang kerasukan iblis.
Sang penatua berkata kepada mereka yang membawanya : “Aku tak dapat berbuat apa-apa untuk kalian. Tetapi pergilah kepada Abas Zeno.”
Maka Abas Zeno mulai menekan iblis itu untuk mengusirnya.
Si iblis mulai berteriak : “Abas Zeno, engkau mungkin mengira bahwa aku keluar karena engkau. Lihat di sana, Abas Longinus sedang berdoa dan menantang aku. Karena takut akan doanyalah aku keluar, sedangkan terhadapmu aku sama sekali tidak mau menanggapi.”
05 Nopember
Abas Longinus berkata kepada Abas Acacius : “Seorang wanita tahu bahwa ia mengandung kalau ia tidak mengeluarkan darah lagi. Demikianlah dengan jiwa. Jiwa tahu bahwa ia mengandung Roh Kudus kalau nafsu-nafsunya berhenti, tidak keluar lagi dari dirinya. Tetapi selama orang dikuasai oleh nafsu-nafsunya, bagaimana ia berani percaya bahwa ia tidak berdosa ? Maka dari itu, keluarkanlah darah dan terimalah Roh.”
06 Nopember
Abas Makarius bercerita :
“Ketika aku masih muda dan tinggal di sebuah sel di Mesir, mereka menjemput aku untuk menjadikan aku seorang imam untuk kampung itu. Karena aku tidak mau menerima kehormatan itu, aku lari ke tempat lain.
Ada seorang awam saleh yang ikut bergabung bersama aku. Ia menjualkan hasil kerja tanganku dan melayani aku.
Lalu ada suatu kejadian, seorang perawan dari kampung itu dikuasai oleh godaan dan jatuh ke dalam dosa. Ketika ia mengandung, mereka bertanya kepadanya siapa yang melakukan. Ia berkata : “Si pertapa.”
Maka mereka datang menangkap aku, membawa aku ke kampung dan mengalungkan kuali hitam penuh jelaga dan berbagai hal lainnya ke leherku, serta mengarak aku keliling kampung, memukuli aku sambil berkata : “Rahib ini telah mencemarkan perawan kita, tangkap dia.”
Dan mereka memukuli aku terus sampai aku nyaris mati.
Lalu datang seorang penatua dan berkata : “Apa yang kalian lakukan ? Sampai kapan kalian tega terus memukuli rahib asing ini ?”
Si awam yang melayani aku berjalan di belakangku, penuh rasa malu, karena mereka melumuri dia dengan kotoran juga, sambil berkata : “Lihat si pertapa ini, yang telah menjadi penanggung jawabmu, apa yang telah ia lakukan ?”
Orang tua si gadis itu berkata : “Jangan biarkan dia pergi, sampai ia bersumpah bahwa ia akan menjamin nafkah hidup gadis ini.”
Aku berbicara kepada pelayanku dan atas namaku ia menyatakan kesanggupanku.
Sesudah kembali ke selku, aku menyerahkan semua keranjang yang kumiliki kepada pelayanku sambil berkata : Juallah ini semua dan belilah sesuatu untuk makanan istriku.
Lalu aku berkata kepada diriku sendiri : Makarius, engkau telah beristeri. Engkau harus bekerja lebih keras sedikit supaya dapat menjamin nafkah hidupnya. Maka aku bekerja siang malam dan menyerahkan hasil kerjaku kepadanya.
Ketika tiba saatnya untuk si malang itu melahirkan, ia harus berjuang mati-matian selama beberapa hari tanpa dapat melahirkan sang bayi. Maka orang-orang kampung bertanya kepadanya : “Ada apa dengan engkau ?”
Ia menjawab : “Aku tahu mengapa ini terjadi, karena aku telah memfitnah sang pertapa dan telah menuduhnya secara tidak benar. Bukan dia yang melakukannya, melainkan seorang pria muda.”
Lalu awam yang melayani aku datang menemui aku dengan penuh kegembiraan sambil berkata : “Si perawan tidak dapat melahirkan sampai ia mengakui : sang pertapa itu tidak melakukannya, tetapi aku telah berdusta. Sekarang seluruh orang kampung ingin datang kemari secara resmi untuk berbuat silih di hadapanmu.”
Ketika aku mendengar itu, karena kawatir jangan-jangan mereka akan mengganggu aku, maka aku bangun dan lari ke Scetis sini. Itulah alasan sesungguhnya mengapa aku datang ke sini.”
07 Nopember
Pada suatu hari Makarius dari Mesir, pergi dari Scetis ke gunung Nitria.
Para penatua berkata kepadanya : “Bapa, ucapkanlah sepatah kata untuk para saudara.”
Ia berkata : “Aku sendiri belum menjadi rahib, tetapi aku telah melihat rahib-rahib.
Pada suatu hari ketika aku sedang duduk di selku, aku diganggu oleh pikiran yang menyuruh aku pergi ke gurun dan melihat apa yang dapat kulihat di sana.
Aku bergulat selama lima hari melawan pikiran itu dengan berkata, barangkali itu berasal dari iblis. Tetapi karena pikiran itu tetap saja muncul maka aku pergi ke gurun.
Di sana aku menemukan satu tempat yang banyak airnya dan ada pulau di tengahnya. Binatang-binatang gurun datang ke situ untuk minum. Di antara binatang-binatang itu aku melihat ada dua orang telanjang bulat, badanku gemetar karena aku mengira mereka itu roh-roh. Melihat aku gemetar, mereka berkata kepadaku : “Jangan takut, kami ini manusia.”
Lalu aku berkata kepada mereka : Kalian berasal darimana dan bagaimana kalian datang ke gurun ini ?
Mereka menjawab : “Kami berasal dari sebuah biara dan kami berdua sepakat untuk datang ke sini 40 tahun yang lalu. Salah seorang dari kami berasal dari Mesir dan yang lainnya dari Lybia.”
Mereka bertanya kepadaku : “Bagaimana keadaan dunia ? Apakah air pasang pada waktunya ? Apakah dunia mengalami kemajuan ?”
Aku menjawab, ya. Lalu aku bertanya kepada mereka : Bagaimana caranya supaya aku dapat menjadi rahib ?
Mereka menjawab : “Kalau engkau tidak meninggalkan semua yang ada di dunia, engkau tidak dapat menjadi rahib.”
Aku berkata kepada mereka : “Tetapi aku lemah dan tak dapat melakukan apa yang kalian lakukan. “
Mereka berkata kepadaku : “ Kalau engkau tak dapat menjadi seperti kami, duduklah dalam selmu dan tangisilah dosa-dosamu.”
Aku bertanya kepada mereka : “Kalau musim dingin tiba apakah kalian tidak kedinginan ? Dan kalau musim panas apakah tubuh kalian tidak terbakar ?”
Mereka berkata : “Allahlah yang telah membuat cara hidup seperti ini untuk kami. Kami tidak kedinginan dalam musim dingin dan musim panas tidak menyengsarakan kami.”
Itulah sebabnya tadi aku berkata bahwa aku belum menjadi rahib, tetapi sudah melihat rahib-rahib.”
08 Nopember
Ketika Abas Makarius tinggal di gurun besar, hanya satu-satunya yang hidup sebagi anakoret. Tetapi agak ke bawah sedikit ada gurun lain yang dihuni beberapa saudara.
Sang penatua sedang mengamati jalan ketika ia melihat setan datang mendekat dalam rupa seorang manusia dan lewat tempat tinggalnya. Ia mengenakan semacam pakaian katun, penuh lubang dan ada sebuah wadah kecil tergantung pada setiap lubangnya.
Sang penatua bertanya kepadanya : “Engkau mau ke mana ?”
Ia menjawab : “Aku mau mengacaukan pikiran para saudara.”
Sang penatua berkata : “Dan apa gunanya semua wadah kecil ini ?”
Ia menjawab : “Aku membawa makanan supaya para saudara dapat merasakannya.”
Sang penatua berkata : “Semua jenis makanan ?”
Ia menjawab : “Ya. Karena kalau seorang saudara tidak menyukai jenis makanan yang satu, aku akan menawarkannya jenis yang lain. Dan kalau ia tidak menyukai yang kedua juga, aku akan menawarkannya yang ketiga, begitu beragamnya makanan ini sehingga ia akhirnya pasti akan menyukai salah satu.”
Dengan kata-kata itu ia berangkat. Sang penatua tetap mengawasi jalan sampai ia melihat setan itu kembali.
Ketika sang penatua melihatnya, ia berkata : “Kabar baik bagimu.”
Si setan menjawab : “Bagaimana aku mengalami kabar baik?”
Sang penatua bertanya kepadanya apa yang ia maksudkan dan ia menjawab : “Karena mereka semua melawan aku dan tak seorang pun menerima aku.”
Sang penatua berkata : “Masakan engkau tidak menemukan seorang teman pun di sana ?”
Ia menjawab : “Ya, aku punya seorang rahib yang menjadi temanku di sana. Sekurang-kurangnya ia yang taat kepadaku dan ketika melihat aku ia berubah menjadi seperti angin.”
Sang penatua bertanya siapa nama rahib itu. Ia menjawab : “Theopemptus.”
Dengan kata-kata itu ia pergi. Kemudian Abas Makarius bangun dan pergi ke gurun bawah. Ketika mereka mendengarnya, para saudara membawa daun-daun palma untuk menyambut dia. Setiap orang siap sambil berpikir bahwa untuk dialah sang penatua datang. Tetapi ia mencari siapa di antara mereka yang bernama Theopemptus. Ketika menemukannya, ia pergi ke selnya. Theopemptus menerima dia dengan gembira.
Ketika ia sendirian bersamanya, sang penatua bertanya kepadanya : “Bagaimana keadaanmu ?”
Theopemptus menjawab : “Terima kasih, atas doa-doa Anda, semuanya baik.”
Sang penatua bertanya : “Bukankah pikiran-pikiranmu berkecamuk dalam dirimu ?”
Karena ia takut mengakuinya, sang penatua berkata lagi : “Lihat, sudah banyak tahun aku hidup sebagai seorang asket dan aku dipuji oleh semua orang. Tetapi meskipun aku sudah tua, namun roh percabulan tetap mengganggu aku.”
Theopemptus berkata : “Memang, Bapa, itu juga terjadi padaku.”
Sang penatua meneruskan mengakui bahwa pikiran-pikiran lainnya juga masih berkecamuk dalam dirinya, sampai ia membuat dia mengakui hal yang sama yang terjadi dalam dirinya. Kemudian ia berkata : “Bagaimana engkau berpuasa ?”
Ia menjawab : “Sampai jam kesembilan.”
“Berpuasalah lagi sedikit sesudahnya, renungkanlah Injil dan Kitab Suci lainnya, dan kalau ada pikiran asing muncul dalam dirimu, jangan dihiraukan tetapi lihatlah selalu ke atas dan Tuhan segera akan datang menolongmu.”
Sesudah memberi nasihat itu sang penatua kembali ke kesunyiannya. Ia mengamati jalan lagi ketika ia melihat si setan dan bertanya kepadanya : “Kali ini engkau mau ke mana ?”
Ia menjawab : “Untuk mengacaukan pikiran para saudara.”
Lalu ia pergi. Ketika ia kembali, orang kudus itu bertanya kepadanya : “Bagaimana para saudara ?”
Ia menjawab bahwa keadaannya tambah buruk. Sang penatua bertanya mengapa.
Ia menjawab : “Mereka semua keras kepala. Dan yang terburuk ialah temanku yang biasanya taat padaku itu. Aku tidak tahu apa yang telah mengubahnya, tetapi ia tidak hanya tidak taat padaku lagi, melainkan ia telah menjadi orang yang paling keras kepala dari antara semua saudara lainnya. Maka aku berjanji pada diriku, tidak akan ke sana lagi sekurang-kurangnya tidak dalam waktu dekat.”
Sesudah itu ia pergi meninggalkan sang penatua, dan orang kudus itu kembali ke selnya.
09 Nopember
Abas Sisoes berkata :
“Ketika aku di Scetis bersama Makarius, kami bertujuh pergi untuk mengumpulkan hasil panen. Ada seorang janda menangis di belakang kami dan tidak mau berhenti.
Maka Makarius memanggil pemilik ladang dan bertanya kepadanya :
“Ada apa dengan wanita itu sehingga ia menangis terus ?”
“Karena suaminya menerima deposito yang dipercayakan kepadanya oleh seseorang dan ia meninggal mendadak tanpa mengatakan di mana ia menyimpan deposito itu. Dan si pemilik deposito ingin membawa wanita itu beserta anak-anaknya untuk dijadikan budaknya.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Katakan kepadanya supaya datang kepada kami pada waktu kami beristirahat siang.”
Si wanita datang dan sang penatua berkata kepadanya : “Mengapa engkau menangis sepanjang waktu seperti itu ?”
Ia menjawab : “Suamiku yang telah dipercaya oleh seseorang untuk menyimpan depositonya, meninggal dunia dan ia tidak sempat mengatakan di mana ia telah meletakkannya.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Mari tunjukkan kepadaku di mana engkau telah menguburkan dia.”
Dengan membawa serta para saudara, ia pergi bersama si wanita.
Ketika mereka tiba di tempat itu, sang penatua berkata kepada si wanita : “Pergilah ke rumahmu.”
Sementara para saudara berdoa, sang penatua bertanya kepada orang mati itu : “Di mana engkau telah menyimpan deposito itu ?”
Mayat itu menjawab : “Di rumah, pada kaki tempat tidur.”
Sang penatua berkata : “Beristirahatlah lagi, sampai pada hari kebangkitan.”
Ketika melihat itu, para saudara dipenuhi rasa takut dan meniarap di muka kakinya.
Tetapi sang penatua berkata kepada mereka : “Bukan karena aku kejadian itu berlangsung, karena aku bukan apa-apa, tetapi karena janda dan anak-anak yatim itulah Allah telah mengadakan mukjijat ini.”
Sungguh mengagumkan bahwa Allah berkenan kepada jiwa tanpa dosa dan menganugerahkan semua yang dimintanya. Ia pergi mengatakan kepada si janda di mana deposito itu disimpan.
Sesudah mengambilnya, janda itu mengembalikannya kepada yang empunya dan dengan demikian membebaskan anak-anaknya. Semua yang mendengar kisah itu, memuliakan Allah.
10 Nopember
Mereka mengatakan tentang Abas Makarius bahwa kalau ia mengunjungi para saudara, ia membuat peraturan untuk dirinya sendiri demikian : kalau ada anggur, minumlah sedikit demi para saudara. Tetapi untuk setiap cawan anggur yang diminum, engkau tidak boleh minum air selama satu hari penuh. Demikianlah para saudara menyajikan sedikit penyegaran kepadanya dan sang penatua menerimanya dengan gembira sebagai mati raga untuk dirinya sendiri.
Tetapi ketika muridnya mengetahui hal itu, ia berkata kepada para saudara : “Dalam nama Allah, jangan menyajikan anggur lagi kepadanya, karena itu berarti ia akan membunuh dirinya sendiri dalam selnya.”
Ketika mereka mendengar hal itu, para saudara tidak menyajikan anggur lagi kepadanya.
11 Nopember
Pada suatu hari ketika Abas Makarius kembali dari rawa-rawa ke selnya sambil membawa gelagah, di jalan ia bertemu dengan iblis yang memegang sebuah sabit besar.
Si iblis menyerang dia bertubi-tubi sekehendak hatinya tetapi sia-sia.
Lalu ia berkata kepadanya : “Apa kekuatanmu, Makarius, sehingga membuat aku tak berdaya melawanmu ? Semua yang kaulakukan, aku melakukannya juga; engkau berpuasa, aku juga, engkau berjaga, bahkan aku tidak tidur sama sekali. Hanya dalam satu hal engkau mengalahkan aku.”
Makarius bertanya, apa itu. Ia menjawab : “Kerendahan hatimu. Karena kerendahan hati itulah aku tak dapat berbuat apa-apa melawan dikau.”
12 Nopember
Pada suatu hari Abas Makarius pergi dari Scetis ke Terenuthis dan masuk ke dalan sebuah kuil untuk tidur.
Disitu ada beberapa peti jenazah kuno dari orang-orang kafir. Ia mengambil sebuah dan menggunakannya sebagai alas kepala.
Para iblis yang melihat keberaniannya, menjadi geram dan untuk membuat dia takut mereka memanggil-manggil seakan –akan berbicara kepada seorang wanita : “Hei si anu, mari mandi bersama kami.”
Iblis lain menjawab dari dalam peti yang ditiduri sang penatua, seakan-akan dari dunia orang mati : “Ada orang asing di atasku, aku tak dapat datang.”
Tetapi sang penatua tidak takut. Sebaliknya, ia mengetuk peti itu dengan mantap sambil berkata : “Bangunlah dan pergilah ke dalam kegelapan, kalau engkau dapat.”
Mendengar itu para iblis mulai berteriak-teriak sekuat tenaga mereka : “Engkau telah mengalahkan kami.”
Lalu mereka lari pontang-panting.
13 Nopember
Ada seorang Mesir yang mempunyai seorang anak laki-laki yang lumpuh. Ia membawa anak itu ke sel Abas Makarius dan meletakkannya di muka pintu sambil menangis dan pergi tidak begitu jauh dari situ.
Sang penatua membungkuk dan melihat anak itu lalu berkata kepadanya : “Siapa yang membawamu kemari ?”
Ia menjawab : “Ayahku meletakkan aku di sini lalu ia pergi.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Bangunlah dan kembalilah kepadanya.”
Anak itu langsung sembuh di tempat, ia bangun dan kembali kepada ayahnya. Lalu mereka pulang ke rumah mereka.
14 Nopember
Ketika tinggal di Mesir, Abas Makarius memergoki seseorang yang sedang sibuk menaikkan ke atas keledainya, barang-barang Makarius yang ia curi.
Lalu Makarius menghampiri pencuri itu seakan-akan ia orang asing dan menolong dia menaikkan barang-barangnya ke atas binatang itu.
Ia bahkan menghantar si pencuri itu dengan hati sangat damai sambil berkata : “Kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa keluar” (1 Tim 6,7).
“Tuhan telah memberi, Tuhan telah mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Ayb 1,2)
15 Nopember
Abas Makarius ditanya, bagaimana orang harus berdoa ?
Sang penatua menjawab, sama sekali tak perlu membuat percakapan yang panjang, cukuplah merentangkan tangan dan berkata : “Tuhan, sesuai dengan kehendak-Mu dan sebagaimana Engkau tahu, kasihanilah aku.”
Dan kalau pergulatan batin menghebat, serukanlah : “Tuhan, tolong!”
Ia mengetahui sangat baik apa yang kita perlukan dan Ia akan menunjukkan belaskasihannya.
16 Nopember
Abas Makarius berkata : “Jikalau umpatan mendatangimu sama banyaknya dengan pujian, kemiskinan sama banyaknya dengan kekayaan, kekurangan sama banyaknya dengan kelimpahan, maka engkau tak akan mati. Sungguh mustahil bagi seseorang yang teguh percaya, yang berjerih payah dalam mengabdi Tuhan, sampai jatuh ke dalam nafsu-nafsu kotor dan disesatkan oleh iblis.”
17 Nopember
Seseorang datang mengunjungi Abas Makarius dari Mesir dan berkata kepadanya : “Bapa, berilah saya sebuah perkataan supaya saya dapat selamat.”
Maka sang penatua berkata kepadanya ; “Pergilah ke pekuburan dan makilah orang-orang mati di sana.”
Saudara itu pergi ke sana, memaki-maki mereka dan melempari mereka dengan batu.
Lalu ia kembali dan melaporkan kepada sang penatua apa yang telah ia kerjakan.
Sang penatua berkata kepadanya : “Apakah mereka mengatakan sesuatu kepadamu ?”
Ia menjawab : “Tidak.”
Sang penatua berkata : “Kembalilah besok dan pujilah mereka.”
Maka saudara itu pergi dan memuji mereka sambil menyebut mereka sebagai rasul, orang kudus dan orang benar.
Ia kembali kepada sang penatua dan berkata kepadanya : “Saya sudah memuji mereka.”
Sang penatua bertanya kepadanya : “Apakah mereka menjawab kepadamu ?”
Saudara itu berkata : “Tidak.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Engkau tahu, bagaimana engkau mencaci maki mereka tetapi mereka tidak menjawab, dan engkau tahu bagaimana engkau memuji- muji mereka tetapi mereka tidak berbicara. Demikian juga denganmu, kalau mau selamat, engkau harus berbuat yang sama dan menjadi orang mati. Seperti orang mati, jangan kau hiraukan entah hinaan orang-orang entah pujian mereka, maka engkau akan selamat.”
18 Nopember
Pada suatu hari ketika Abas Makarius turun ke Mesir bersama beberapa saudara, ia mendengar seorang anak laki-laki sedang berkata kepada ibunya :
“Ibu, ada seorang kaya yang menyukai aku, tetapi aku benci kepadanya. Sebaliknya, ada seorang miskin yang membenci aku, tetapi aku mencintainya.”
Mendengar kata-kata itu, Abas Makarius menjadi kagum.
Maka para saudara bertanya kepadanya : “Bapa, mengapa perkataan itu membuat Bapa kagum?”
Sang penatua menjawab : “Sungguh, Tuhan kita itu kaya dan mencintai kita, tetapi kita tidak mendengarkan Dia. Sedangkan musuh kita, iblis itu miskin dan membenci kita, tetapi kita mencintai kenajisannya.”
19 Nopember
Abas Yesaya berkata kepada Abas Makarius : “Berilah aku sebuah perkataan.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Larilah dari orang-orang.”
Abas Yesaya bertanya : “Apa artinya lari dari orang-orang ?”
Sang penatua menjawab : “Artinya, duduklah dalam selmu dan tangisilah dosa-dosamu.”
20 Nopember
Abas Paphnutius, murid Abas Makarius, berkata : “Aku mohon supaya Bapa mengucapkan sepatah kata bagiku.”
Sang penatua menjawab : “Jangan berbuat jahat kepada seorang pun, dan jangan menghakimi seorang pun. Lakukanlah itu dan engkau akan selamat.”
21 Nopember
Abas Makarius berkata : “Jangan tidur dalam sel seorang saudara yang mempunyai reputasi buruk.”
22 Nopember
Mereka mengatakan tentang Abas Makarius bahwa kalau seorang saudara datang mengunjunginya dengan rasa hormat seperti seseorang yang datang untuk mengunjungi seorang penatua yang agung dan suci, ia tidak akan mengatakan apa pun kepadanya.
Tetapi kalau seorang saudara berkata kepadanya, seakan-akan untuk merendahkan dia : “Bapa, ketika engkau menjadi seorang supir unta dan mencuri nitrat serta menjualnya lagi, tidakkah para penjaga memukuli engkau ?”
Kalau seseorang berbicara kepadanya seperti itu, ia justru akan berbicara kepada mereka dengan gembira tentang apa saja yang mereka tanyakan kepadanya.
23 Nopember
Mereka mengatakan tentang Abas Makarius Agung bahwa ia menjadi, seperti tertulis, seorang allah di dunia, karena sama seperti Allah melindungi dunia, demikian juga Abas Makarius akan menutupi kesalahan-kesalahan yang ia lihat, seakan-akan tidak melihatnya, dan yang ia dengar, seakan-akan tidak mendengarnya.
24 Nopember
Pada suatu hari para penatua dari gunung mengutus sebuah delegasi ke Scetis kepada Abas Makarius dengan pesan ini : “Berkenanlah mengunjungi kami supaya kami dapat melihat Bapa sebelum Bapa pergi menghadap Tuhan. Kalau tidak, semua orang akan menjadi sedih.”
Maka ia datang ke gunung dan semua rahib berkumpul mengelilinginya.
Para penatua memohon kepadanya untuk mengucapkan sepatah kata bagi para saudara.
Ketika ia mendengar itu ia berkata : “Para saudara, marilah kita menangis, dan biarlah airmata mengalir dari mata kita sebelum kita pergi ke tempat di mana air mata kita akan membakar tubuh kita.”
Maka mereka semua menangis dengan wajah tertunduk dan berkata : “Bapa, berdoalah bagi kami.”
25 Nopember
Abas Makarius berkata :
“Jikalau kita tetap mengingat kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat orang-orang terhadap kita, kita akan melenyapkan daya kekuatan ingatan kita akan Allah. Akan tetapi jikalau kita mengingatkan diri kita sendiri akan perbuatan-perbuatan jahat iblis, kita tidak akan dapat dikalahkan.”
26 Nopember
Abas Makarius berkata :
“Pada suatu hari ketika aku sedang berjalan-jalan di gurun, aku menemukan tengkorak orang mati tergeletak di tanah. Ketika aku menyentuhnya dengan tongkatku, tengkorak itu berbicara kepadaku.
Aku bertanya kepadanya : “Siapa engkau ?”
Tengkorak itu menjawab : “Aku adalah imam agung dari berhala dan orang-orang kafir yang tinggal di tempat ini. Dan engkau Makarius, si pembawa Roh. Setiap kali engkau berbelaskasih kepada mereka yang berada dalam siksaan dan berdoa bagi mereka, mereka akan merasa sedikit ringan.
Sang penatua bertanya kepadanya : “Apa maksudnya keringanan dan siksaan itu ?”
Ia berkata kepadanya :
“Sejauh langit dari atas bumi, demikian besarnya api yang ada di bawah kami. Kami sedang berdiri di tengah-tengah api, dari kaki sampai kepala. Tidak mungkin seorang pun dari antara kami dapat melihat berhadapan muka, karena muka yang satu persis menghadapi punggung yang lain. Namun kalau engkau berdoa bagi kami, kami masing-masing dapat melihat sedikit muka yang lain. Itulah keringanan yang kami rasakan.”
Sang penatua berkata sambil menangis : “Celakalah hari ketika manusia lahir!”
Lalu ia berkata kepada tengkorak itu : “Apakah ada hukuman lain yang lebih menyiksa daripada itu ?”
Tengkorak itu menjawab : “Ada hukuman yang lebih berat di bawah kami.”
Sang penatua bertanya : “Siapa orang yang ada di bawah kalian ?”
Tengkorak itu menjawab : “Kami telah menerima sedikit belas kasihan karena kami tidak mengenal Allah. Tetapi, orang-orang yang mengenal Allah namun menyangkal Dia, orang-orang itulah yang berada di bawah kami.”
Kemudian sang penatua mengambil tengkorak itu dan menguburkannya.
27 Nopember
Mereka mengatakan tentang Abas Makarius dari Mesir bahwa pada suatu hari ia pergi dari Scetis ke gunung Nitria. Ketika ia mendekati tempat itu, ia menyuruh muridnya untuk mendahuluinya.
Ketika si murid sudah berjalan di muka, ia bertemu dengan seorang imam kafir. Si murid berteriak kepadanya : “Hai, hai iblis, engkau mau kemana ?”
Si imam menghampiri dan memukul dia dan meninggalkan dia dalam keadaan setengah mati. Lalu ia mengambil tongkatnya dan lari.
Ketika ia sudah agak jauh, Abas Makarius bertemu dengannya masih sedang berlari. Lalu Makarius berkata kepadanya : “Salam, engkau pasti lelah!”
Ia merasa heran dan mendekati sang penatua seraya berkata : “Kebaikan apa yang kau lihat dalam diriku sehingga engkau menyalami aku seperti itu ?”
Sang penatua berkata kepadanya : “Aku melihat engkau membuat lelah dirimu sendiri secara sia-sia.”
Si imam berkata kepadanya : “Aku tersentuh dengan salammu itu dan aku menjadi sadar bahwa engkau berada di pihak Allah. Tetapi rahib lain yang jahat itu, yang bertemu denganku tadi, telah menghina aku dan aku sudah memberi dia pukulan yang cukup untuk membuat dia mati.”
Sang penatua menyadari bahwa yang dimaksudkan ialah muridnya.
Lalu imam itu berlutut dan berkata : “Aku tak akan membiarkan engkau pergi sampai engkau menjadikan aku seorang rahib.”
Ketika mereka tiba di tempat di mana murid itu berada, mereka memikul dia dan membawanya ke gereja di gunung.
Ketika orang-orang melihat si imam bersama Makarius, mereka menjadi heran dan mereka menjadikan dia seorang rahib. Melalui dia banyak orang kafir menjadi kristen.
Maka Abas Makarius berkata : “Satu perkataan buruk membuat yang baik menjadi buruk, sedangkan satu perkataan baik membuat yang buruk menjadi baik.”
28 Nopember
Mereka mengatakan tentang Abas Makarius bahwa seorang pencuri masuk ke dalam selnya ketika ia sedang pergi.
Ketika ia kembali, ia menemukan si pencuri sedang memuat barang-barangnya ke atas sebuah unta.
Makarius masuk ke selnya, mengambili barang-barangnya yang lain dan membantu si pencuri memuatkannya ke atas unta itu.
Ketika selesai, si pencuri mulai memukul unta itu supaya berdiri tetapi sia-sia.
Melihat bahwa unta itu tidak mau berdiri, Abas Makarius masuk ke dalam selnya, menemukan sebuah palu kecil di situ, mengambilnya dan meletakkannya ke atas unta itu sambil berkata : “Saudara, unta itu ingin memiliki ini.”
Lalu ia menyepaknya dan berkata : “Berdiri!”
Atas perintah sang penatua unta itu langsung berdiri dan maju sedikit.
Lalu ia berbaring lagi dan tidak mau berdiri sampai semua barang diturunkan kembali, barulah ia mau jalan.
29 Nopember
Abas Aio berkata kepada Abas Makarius : “Berilah aku sebuah perkataan.”
Abas Makarius berkata kepadanya : “Larilah dari orang-orang. Tinggallah dalam selmu, tangisilah dosa-dosamu, jangan mencari kesenangan dalam bercakap-cakap dengan orang lain, maka engkau akan selamat.”
30 Nopember
Pada suatu hari ketika Abas Musa mengalami pergulatan melawan godaan percabulan. Karena ia tidak dapat tinggal lebih lama lagi dalam selnya, maka ia pergi dan menceritakan hal itu kepada Abas Isidorus.
Sang penatua mendesak dia supaya kembali ke selnya.
Tetapi ia menolak dan berkata : “Bapa, aku tak dapat.”
Lalu Abas Isidorus membawa Musa ke pelataran dan berkata kepadanya : “Pandanglah ke Barat.”
Ia memandang dan melihat segerombolan iblis sedang terbang dan membuat kegaduhan sebelum melancarkan serangannya.
Lalu Abas Isidorus berkata kepadanya : “Sekarang pandanglah ke Timur.”
Ia berpaling dan melihat serombongan malaikat suci yang tak terhitung jumlahnya bersinar dalam kemuliaan.
Abas Isidorus berkata : “Lihatlah, malaikat-malaikat itu diutus oleh Tuhan kepada para kudus untuk menolong mereka, sementara yang ada di sebelah barat itu berperang melawan mereka. Mereka yang berada bersama kita jumlahnya jauh lebih banyak daripada mereka.”
Lalu Abas Musa, sesudah bersyukur kepada Allah, menjadi teguh dan berani untuk kembali ke selnya.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar