Ads 468x60px

Pesta Keluarga Kudus Nazaret: Yesus, Maria dan Yosef



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.

Menjelang Pesta Keluarga Kudus Nazaret: Yesus, Maria dan Yosef
"Sagrada Familia - Keluarga Kudus."
Inilah nama gereja megah karya Gaudi di Barca Spanyol yang sampai hari ini masih belum selesai pembangunannya. Kitapun diajak untuk selalu berjuang membentuk keluarga kudus karena keluarga adalah "ecclesia domestica - gereja basis".
Adapun "core values" untuk setiap keluarga yang mengandung 4 ajakan iman ( “KE-cilkan emosi, LU-askan isi hati, AR-ahkan ke ilahi, dan GA-lang relasi“), antara lain:
1.Cinta: “I LOVE YOU”
Bersama Yesus, Yosef dan Maria hadir sebagai sebuah keluarga yang saling mencintai. Mereka juga mencintai tradisi keimanannya dan setia datang ke Bait Allah dan mempersembahkan hidupnya kepada Allah. (Lat: Familia, Ing: Family, "Father And Mother I Love You").
2.Penghargaan: “THANK YOU”
Seperti kita ketahui, Yosef dan Maria mempersembahkan sepasang burung tekukur kepada Allah yang menunjukkan bahwa Yosef dan Maria itu adalah orang sederhana (Im 12:8). Persembahannya ini adalah bukti dan ungkapan rasa syukur mereka terhadap setiap penyelenggaraan ilahi dalam hidup insani mereka setiap harinya. Kedatangan mereka dari desa Nazareth ke Bait Allah Yerusalem juga adalah ungkapan rasa syukur mereka terhadap segala rahmat yang diterimanya
3.Kedamaian: “I AM SORRY”
Selain Yosef dan Maria, Simeon dan Hana dihadirkan sebagai orang yang "benar/tulus"(Luk 1:6). Ini adalah terjemahan dari kata Yunani: dikaios (Ibr: "yasher, lurus"). Dalam Perjanjian Lama, kata ini tidak hanya berarti kepatuhan kepada perintah tapi menunjukkan bahwa kita menjadi benar di hadapan Allah, baik dalam hati/tindakan yang penuh kedamaian (Maz 32:2).
Inilah kebenaran yang datang dari hati, berdasarkan iman yang benar kepada Allah serta kasih dan takut akan Allah (Ul 4:10,29; 5:29), yang hidup menurut "segala perintah dan ketetapan Tuhan" (Luk 1:6; Kej 7:1; 1Raj 9:4). Jelasnya, inilah sebuah potret keluarga yang berjuang untuk menciptakan kedamaian yang penuh, damai di hati dan damai di bumi, damai juga ketika ada sanak keluarga yang “hilang”, ketika lelah dan letih bekerja, ketika kecewa dan berduka karena bukankah tidak ada mawar tampa duri, tak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan
"Dari Telaga ke Sungai Gangga - Bersama keluarga, kita mencapai surga."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:
A.
St. Beda: Kerendahan hati Yesus menunjukkan keilahian-Nya
"Kedatangan Yesus setiap tahun di Yerusalem untuk perayaan Paskah Yahudi bersama kedua orangtua-Nya merupakan tanda kerendahan hati-Nya sebagai manusia. Hal itu merupakan ciri manusia untuk berkumpul dan menghunjukkan persembahan kepada Allah, disertai dengan doa dan air mata yang cukup untuk diberikan kepada Sang Pencipta. Maka Yesus, yang dilahirkan sebagai manusia di antara manusia, melakukan apa yang diperintahkan Allah untuk dilakukan oleh umat manusia dengan inspirasi ilahi melalui para malaikat-Nya. Ia sendiri menjaga hukum yang perintahkan Allah untuk menunjukkan kepada kita, manusia murni dan sederhana, bahwa apa yang diperintahkan Allah bagaimanapun juga adalah untuk ditaati. Marilah kita kita mengikuti jejak hidup-Nya sebagai manusia. Jika kita bersukacita dalam memandang kemuliaan keilahian-Nya, kita akan tinggal dalam rumah-Nya yang abadi di surga selama hidup kita (Mzm 27:4) dan itu akan membuat kita bergembira melihat kehendak Allah dan akan dilindungi oleh rumah-Nya yang kudus. Dan agar kita tidak selamanya dihantam angin kelicikan, marilah kita rajin datang ke rumah Allah, yakni gereja kita saat ini, dengan membawa persembahan dan permohonan yang murni."
(Omelia sul Vangelo di Luca 1.19).
B.
F A I T H :
has to do with things that are not seen
and hope with things that are not at hand
Slmt mengimani kehidupan dan menghidupi keberimanan.
====
Homo est Viator
Seorang ahli meditasi, Eknath Easwara menyatakan bahwa pelbagai ketergesaan yang terus menerus mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan. Maka, bagi banyak orang beriman yang mau tetap sehat, ingatlah bahwa hidup itu bukan untuk berlari, tapi untuk disyukuri, seperti nama seorang umat di bilangan Tangerang, “sukirman-sukacita karena iman.”
Di lain matra, hidup kita itu ibarat layang-layang, butuh benang - semacam pegangan. Menyitir Andreas Knapp, jika tidak ada pegangan, maka hidup akan putus, koyak dan jatuh seperti layang-layang terpisah dari benangnya. Di sinilah, kita perlu menyadari bahwa layang-layang kehidupan kita tak selamanya harus melayang di angkasa, ada saat untuk beristirahat juga. Ada saat mengisi bahan bakar – di mana hidup kita harus menyisihkan waktu untuk kembali ke sumber sejati (Allah), karena jelaslah: Homo est Viator (Manusia adalah Peziarah). Dan, salah satu tradisi khas Katolik yang dekat untuk hal ini, adalah kebiasaan berziarah.
Ziarah, menurut situs ensiklopedia Wikipedia adalah praktek umat beragama yang bermakna moral penting, terkadang dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagi keyakinan iman yang bersangkutan, bertujuan untuk mengingat kembali, meneguhkan iman dan menyucikan diri.
Secara lebih mendalam, ziarah (Jw: siji sing diarah) adalah suatu gejala umum dalam banyak agama; ke Yerusalem bagi penganut agama Yahudi dan Kristiani; ke Mekkah bagi para muslim; ke Benares bagi banyak orang Hindu di India. Ada agama yang menentukan ziarah sebagai bagian yang utuh dari penghayatan keagamaan, dan karenanya mewajibkan ziarah bagi umatnya. Ada yang bersifat kondisional (bagi umat Islam yang mampu, berziarah ke Mekkah), ada juga yang bersifat mutlak (bagi semua laki-laki Yahudi, berziarah ke Yerusalem).
Ziarah secara sederhana juga lekat-akrab dengan nuansa “perjalanan”. Seluruh hidup Yesus sendiri ditandai oleh banyak ziarah. Dia dilahirkan di tanah asing (Luk 2:1-6). Ia berziarah ke Yerusalem bersama Yosef dan Maria (Luk 2:41). Ia juga berkarya dengan ‘berziarah’ dari desa ke kota, dari pantai ke bukit dan sebagainya. Kalau ketiga injil Sinoptik memberikan kisah Yesus sebagai ziarahNya ke kenisah di Yerusalem untuk perayaan Paskah, maka injil Yohanes mengisahkan sekurang-kurangnya dua kali ziarah Yesus ke kenisah di Yerusalem (Yoh 2:13.23; 12:1-12).
Yesus memang tidak pernah berbicara tentang ziarah sebagai suatu keharusan, kendati Ia meneruskan praktek ziarah yang diwajibkan dalam tradisi agama Yahudi. Ia merelativisasi peran sentral dari ziarah.
Ziarah ke tempat khusus pada waktu tertentu bukanlah syarat mutlak untuk mendapatkan keselamatan. Hal yang utama adalah berziarah bersama Yesus untuk menggapai orang-orang yang disingkirkan. Mengikuti Dia adalah sebuah ziarah, mengosongkan diri dari pelbagai pandangan yang merendahkan orang lain dan mengagungkan diri serta kelompok sendiri, sambil berani memikul salib sebagai sebuah konsekuensi dari sebuah perjuangan iman.
Dalam perjalanan sejarah agama, ziarah kerap mendapatkan perhatian dalam praktek spiritualitas kristiani. Berawal dari tradisi berziarah ke makam para martir sebagai bentuk penghormatan, praktek ini kemudian berkembang di banyak kalangan umat kristiani, dengan macam-macam intensi: silih atas pelanggaran, tanda peralihan hidup, bentuk ibadah, memohon kesembuhan, kekuatan dan anugerah bagi pelbagai ujud (intentio pura). Secara sederhana, sebenarnya ada dua makna utama ziarah, yakni:
Pertama:
Ziarah memungkinkan orang mengalami secara badaniah sebuah hakekat iman sebagai “pencarian akan Allah. Setiap peziarah diajak untuk setia dan sedia mencari Allah, menemukan dan memahami maksud serta rencana keselamatan Allah.
Kedua:
Ziarah adalah medan pembelajaran solidaritas. Salah satu keutamaan ziarah adalah kesempatan untuk menjumpai pelbagai orang dengan pelbagai watak dan latar belakang. Pelbagai orang beriman yang disatukan oleh tujuan yang sama (peregrinatio pro christo, mengembara demi Kristus), kerinduan akan tujuan dan keyakinan akan pentingnya sebuah perjalanan. Semangat solidaritas ini sendiri menjadi salah satu pesan utama Konsili Vatikan II saat mendefinisikan “Gereja sebagai Umat Allah yang berziarah” (Bdk. Lumen Gentium art. 9)
Selain dua makna dasar di atas, ziarah adalah sebuah upaya napak tilas, mundur untuk maju. Karena setiap perkembangan tidak melulu dicapai dengan maju, tapi juga bisa dengan mundur. Lihat saja, Mbak Inem yang mengepel lantai, Pak Tani yang membajak sawah. Bahkan Tuhan pun menciptakan satu binatang undur-undur. Mereka semua maju dengan bergerak mundur ke belakang. Artinya, lewat ziarah, kita tidak melulu berhenti pada permohonan,tapi kita diajak untuk bersyukur, ‘memutar film’, sekaligus memelihara daya kuasa cipta kita sebagai gambar dan rupa Allah.
Jelasnya, ziarah sendiri adalah sebentuk ‘keutamaan’, sejauh diarahkan pada usaha mencipta kembali harmoni batin dalam Tuhan dan keterbukaan hati pada sesama dan diri sendiri. Santo Bernard Clairvux mengingatkan para rahib trapist: “sel pertapaanmu adalah Yerusalemmu.“ Peringatan ini berarti, yang terpenting bukanlah melulu pergi ke Yerusalem, tapi menghayati apa yang terjadi di Yerusalem, yakni ungkapan kesetiaan terhadap Allah dan cinta tanpa pamrih bagi manusia.
Dewasa ini, ziarah sudah banyak mengambil bentuk wisata rohani. Perziarahan harus direncanakan dengan baik agar sungguh menjadi wisata yang menyenangkan: Sebuah pameo: Ada banyak jalan menuju Roma, karena itu sebelum ke Roma, mengapa tidak ke Milan, Barcelona, Muenchen dsbnya. Ada banyak jalan menuju Lourdes dan Betlehem, karena itu mengapa tidak mampir ke Paris dengan Eiffel-nya atau Swiss dengan Gunung Titlisnya, dsbnya.
Fenomen ini mencerminkan pelbagai pergesaran penting dalam pandangan tentang ziarah. Perjalanan rohani disatu-padukan dengan perjalanan ke pelbagai obyek wisata dan sekaligus ke pelbagai sentra perbelanjaan. Peziarah menjadi turis, “ziarah” menjadi “tour”. Secara insani, perlu diingat bahwa hiburan dan rekreasi juga bagian dari iman. Setiap orang beriman juga butuh hiburan dan rekreasi, bukan? Iman kristiani yang meyakini bahwa Tuhan sebagai Allah yang kreatif, juga melihat keterlibatanNya dalam pelbagai pengalaman yang kreatif.
Namun yang perlu dikritisi adalah kalau iman melulu diidentikkan dengan hiburan, maka orang akan mengalami pendangkalan makna: Ia akan mudah menolak untuk terlibat dalam perjuangan iman yang tidak selalu penuh dengan penghiburan. Selain itu, jika tidak hati-hati, ziarah bisa menjadi hanya miliknya orang-orang kaya saja. Maka, ziarah atau wisata rohani ini jelas membutuhkan pendampingan pastoral yang secara sadar juga berani mengingat-kenangkan dimensi perjalanan iman dari ziarah wisata itu sendiri.
Selain itu, ziarah atau wisata rohani (entah ke luar negeri atau di dalam negeri) sangat baik untuk tetap dilaksanakan asalkan orang juga tidak melupakan ziarah yang paling mendasar, yang paling dekat sekaligus yang paling jauh, yakni ke dalam diri sendiri.
Baik juga kalau sekarang kita mengingat secarik pesan St. Bernadeth Soubirus, “...Bila kamu datang berziarah, janganlah seperti turis, tapi berlakulah sungguh sebagai peziarah - homo viator, mulailah sebuah perjalanan, yakni masuklah dalam sebuah perjalanan dan lepaskanlah pelbagai kesenangan serta lemparkanlah dirimu dalam ketidaktahuan mengikuti Yesus (In the Footsteps of St Bernadette).
Ziarah di sini adalah juga sebuah upaya maneges ati, tak pernah lepas dari suatu pencarian hati akan kehendak Allah. Bahasanya Gede Prama, dengan hati menuju tempat yang tertinggi, kita mencapai suatu providentia divina - rencana penyelamatan Allah lewat ziarah.
C.
Madah Ibadat Bacaan, Pagi, Siang, SKI
Pesta Keluarga Kudus Yesus, Maria, Yosep
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
MADAH IBADAT BACAAN
Yesus, cahaya ilahi,
Pujaan surga dan bumi
Engkau lahir bagai bayi
Dalam keluarga suci
O Maria penuh rahmat
Kautimang Juru selamat
Yang kaucium dan kaupangku
Dengan hati yang terharu
Santo Yusuf yang bahagya
Engkau keturunan raja
Sebutan manis “ayahKu”
Kautrima dari Yesusmu
Yesus yang patuh dan setya
Kepada ayah dan bunda
Mulya dengan Allah Bapa
Dan Roh kudus selamanya
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Ya Yesus cahaya Bapa
Maria perawan murni
dan Yusuf pengasuh setya
Yang pantas kami kagumi
Rumah tanggamu bersinar
Penuh jasa yang gemilang
Dari situlah memancar
Damai penuh kasih sayang
S’moga pesta hari ini
Menggerakkan hati kami
Untuk giat meneladan
Keluarga kudus Tuhan
Yesus yang patuh dan setya
Kepada ayah dan bunda
Mulya dengan Allah Bapa
Dan Roh kudus selamanya
Amin
DOA
Bapa yang kekal, Engkau telah berkenan memberi kami teladan hidup keluarga kudus.
Bantulah rumah tangga kami semua untuk meniru kebajikan hidup mereka dalam ikatan cinta.
Semoga kelak kami menikmati kebahagiaan kekal sebagai anggota keluarga-Mu.
Demi Yesus Kristus, pengantara kami,
Amin.
SKI - JALAN KERAHIMAN
"Hiduplah Sebagai Keluarga Allah".
Keluarga :
KEcilkan emosi - bersabar
LUaskan isi hati - berdamai
ARahkan ke Ilahi - berdoa
GAlang relasi - berbagi
D.
Doa Mukjizat
Tuhan Yesus,
Aku datang menghadap Engkau dalam keadaanku seperti ini,
Aku mohon ampun atas segala dosaku,
Aku menyesal atas segala dosa-dosaku harap diampuni,
Di dalam nama-Mu, aku memaafkan semua orang yang membenciku termasuk semua perbuatanku.
Aku menyangkal seta, roh jahat, termasuk semua perbuatannya,
Aku serahkan semua hidupku pada_Mu, Tuhan Yesus,
Sekarang dan selamanya,
Aku mengundang Engkau masuk dalam hidupku, Yesus.
Aku menerima Engkau sebagai Tuhanku, Allahku dan Penyelamatku,
Sembuhkan aku, ubahlah aku, kuatkan tubuhku, jiwaku dan rohku,
Datanglah Tuhan Yesus, bungkuslah aku dengan Darah Suci-Mu, dan,
Penuhilah aku dengan Roh-Mu yang kudus,
Aku cinta pada-Mu Tuhan Yesus,
Aku bersyukur pada-Mu Yesus,
Aku mau mengikuti Engkau setiap hari dan selama hidupku,
Bunda Maria, Ibuku, Ratu Damai, St. Peregrinus, Pelindung para penderita kanker, para malaikat dan Orang Kudus, tolonglah aku. Amin.
Catatan: Bacalah doa ini dengan penuh keyakinan dalam keadaan apa pun. Kalau anda mengucapkannya dengan penuh keyakinan, dengan tulus hati dan mengartikan setiap kata, mukjizat akan terjadi pada Anda. Anda akan menemukan pengalaman-pengalaman dengan Yesus dan Dia akan mengubah seluruh hidup Anda dengan cara yang amat istimewa. Anda akan mengalami hal ini.
E.
Pesta St. Yohanes.
"Amanda et admiranda-dicintai+dikagumi."
Itulah dua hal yg tampak pd diri Yohanes. Yohanes adl nama Yunani, brasal dr kata "Ioannes", yg diturunkan dr nama Ibrani, "Ye ho ha nan, berarti "Allah yg menganugerahi". Ia adl saudara Yakobus, anak dr Zebedeus+Salome, nelayan Kapernaum. Ia dipanggil mjd rasul (Mat 4:21, Mrk 1:19, Luk 6:14)+dsebut "murid yg dikasihi Yesus" (Yoh 21:20).
Ia mjd "amanda et admiranda" krn 3 ciri dsr, al:
1."Bersemangat":
Ia disbut "boanerges", anak guruh (Mrk 3:17), krn gairah+smangatnya yg brgelora u/mncintai Yesus (Luk 9:54). Ia jg yg berlari dg pnuh smangat ke kubur Yesus mndahului Petrus. Apakah kt jg sll brsemangat u/berlari dtg kpdNya?
2."Bersahabat":
Brsama Petrus+Yakobus, ia dsbut "sokoguru grj" (Gal 2:9). Ia adl murid yg byk hadir+dkt dg Yesus: di Gn.Tabor (Mat 17:1, Mrk 9:2, Luk 9:28), Getsemani (Mat 26:37, Mrk 14:33), Kapernaum (Mrk 5:37), bukit Zaitun (Mrk 13:3). Ia jg ada ktika Yesus tampakkan diri di Bukit Galilea (Mat 28:16), Yesus naik k surga (Kis 1:9-14)+Pentakosta (Kis 2:1-4). Ia satu-satunya rasul yg tdk meninggalkan Yesus saat bergantung di atas salib (Yoh 19:26-27). Sdhkah kt brsahabt dg sesama+sll mau dkt dg Tuhan?
3."Bersaksi sampai akhir hayat":
Ia wartakan injil di Efesus-Asia Kecil. Ia prnah ditangkap-dibw ke Roma+dmasukkan dlm myk mendidih tp ia tdk trluka. Ia lalu dibuang ke Patmos sampai tua. Stelah kaisar Domitianus meninggal, ia kembali ke Efesus sampai wafat. Pd tahun2 akhir hdpnya, ia sll brkotbah yg sama+pndek: "Anak2ku, cobalah kamu saling mengasihi." Wkt ditanya knp mengulang-ulang kotbah itu, ia mjwb: "Itu printah Tuhan yg utama. Cukuplah itu u/kamu". Apakah kt jg brani sll bersaksi dg kasih yg nyata stiap harinya?
"Cari galah di hutan kota-kasihi Allah dg perbuatan yg nyata."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar