HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
PESTA TRANSLASI IKON SP MARIA
“Salus Populi Romani”.
Paus Fransiskus Memimpin Misa Kudus di Basilika Santa Maria Maggiore pada
28 Januari 2018, dengan sebuah pesan inti: “Di mana ada Bunda Maria di rumah, iblis tidak akan masuk…Hidup tanpa Bunda Maria adalah sebuah bahaya besar bagi iman”
Setiap Paus dan semua orang Katolik di seluruh dunia sampai ke daratan Cina pun mencintai dan memiliki devosi besar kepada Santa Perawan Maria Bunda Allah.
Dan pada 28 Januari kita memperingati Pesta Translasi Ikon SP Maria “Salus Populi Romani” (Keselamatan rakyat Roma) yang baru saja selesai direstaurasi, dengan Paus Fransiskus memimpin Misa Kudus di Basilika Santa Maria Maggiore, salah satu basilika kepausan dan Santuari pertama yang dibaktikan kepada SP Maria Bunda Allah.
Basilika Santa Mariae" atau "Mariae Majoris", "Santa Maria Maggiore"; sejak abad ketujuh dikenal juga sebagai "Maria ad Prasepe" dan beberapa abad kemudian "Maria ad Nives" atau "Bunda Maria dari Salju" ini sendiri menjadi tempat bermukim lukisan terkenal yang diberikan oleh Paus. Itu milik St. Helena, ibu dari Kaisar Konstantin — menurut tradisi, Helena yang sama telah berziarah ke Palestina dan menemukan Salib asli dari Kristus.
Lukisan, dicat di papan kayu cedar, bergambarkan Madonna dan Anak. Bayi Yesus memegang sebuah buku dan kedua tokoh bermahkotakan cahaya dan dimahkotai — mahkota dipersembahkan oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1832 sebagai ucapan syukur untuk pembebasan dari wabah kolera.
Yang disebut Kapel 'baru' Bunda Maria dibangun oleh Paus Paulus V pada 1613 untuk menempatkan lukisan yang menakjubkan. Dia menyatakan, "Lukisan ini harus memiliki tempat megah tersendiri, sepadan dengan keutamaannya.
Karena lukisan itu selalu dihormati oleh semua orang beriman dan melaluinya banyak mukjizat dan keajaiban telah terjadi, maka "Salus Populi Romani" [Keselamatan Penduduk Roma] adalah nama lukisan terkenal ini dan dinamakan demikian karena selama berabad-abad penduduk Roma telah berdoa dihadapannya pada saat kelaparan, perang dan krisis nasional
Banyak paus memang telah menjadikan lukisan dan Basilika Maria Maggiore di Gunung Esquiline itu seakan mendapat kehormatan tertentu. Ketika Gregorius I menjadi Paus [590-604], Roma dilanda oleh wabah. Paus Gregorius membawa lukisan Bunda Suci dalam prosesi dari kapel sampai ke Musoleum Hadrianus. Ketika prosesi tiba mereka mendengar paduan suara surgawi yang tak terlihat bernyanyi "Regina Caeli". Ketika Paus meminta kepada sang Perawan untuk berdoa bagi kota Roma, ia melihat penampakan St. Michael menyarungkan pedang pembalasan dalam sarungnya dan wabah mereda.
Paus Benediktus XIV juga menaruh rasa hormat terhadap legenda itu. Pada 1427 ia menyatakan, "Haruslah diakui bahwa tak ada satupun yang kurang bagi kami untuk mengizinkan membuat penegasan dalam keyakinan moral bahwa mukjizat dari Salju itu benar".
Malam sebelum meninggal, Paus Paulus V meminta untuk dibawa ke Kapel Santa Perawan untuk berdoa dihadapan lukisannya bahkan St. Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus juga mempersembahkan misa pertamanya disini saat Natal tahun 1538.
Jelasnya, Virgin Salus Populi Romani [Perawan Pelindung Penduduk Roma] terasa sangat dekat dengan jantung sejarah Gereja Katolik, sehingga tidak mengherankan bahwa banyak cerita telah memperkaya tradisi selama berabad-abad.
Dikatakan bahwa suatu ketika saat Paus Gregorius Agung merayakan Misa di kapel dan melantunkan kata-kata "Pax Domini sit semper vobiscum," ia mendengar paduan suara para malaikat menyanyikan tanggapan "Et cum Spiritu tuo." Sejak saat itu menjadi kebiasaan di kapel untuk menghilangkan bagian tersebut dari Misa dalam keyakinan bahwa bagian itu dipersembahkan dan dinyanyikan oleh para Malaikat.
Lebih lanjut, dalam homilinya Paus berkata: “Kehadiran Bunda membuat Santuari ini sebuah rumah kekeluargaan untuk kita anak-anaknya. Kita mengakui rumah keibuan ini sebagai rumah kita, rumah di mana kita menemukan tempat berdiam, penghiburan, perlindungan, mengungsi. Umat Kristen sudah tahu, sejak awal, bahwa dalam kesulitan dan pencobaan perlu mendatangi Bunda.”
Paus Fransiskus sendiri memang sangat berdevosi kepada Ikon Maria ini: sejak ia menjadi Paus, ia sering datang untuk menghormati Bunda Maria dan setiap kali ia melakukan perjalanan internasional, selalu datang berdoa sebagai seorang anak. Sudah 56 kali Sri Paus mengunjungi Basilika Santa Maria Maggiore.
Kata Paus: “Kita mencari perlindungan di dalam Bunda Maria, wanita paling terpuji di antara semua manusia. Mantelnya selalu terbuka untuk menerima dan mengumpulkan kita. Bunda menjaga iman, melindungi hubungan-hubungan, menyelamatkan dari mara bahaya dan menjauhkan dari yang jahat. Di mana ada Bunda Maria di rumah, iblis tidak akan masuk; di mana ada Bunda tidak ada gangguan, ketakutan tidak menang. Maria adalah benteng yang aman di tengah-tengah badai. Bukan ide-ide atau teknologi yang memberikan kita penghiburan dan harapan, tetapi wajah dari Bunda, tangan-tangannya yang membelai kehidupan, mantelnya yang mengobati kita. Kita belajar menemukan perlindungan dengan datang kepada Bunda setiap hari.”
Paus melanjutkan: “Maria tidak membenci permohonan-permohonan kita, dan ia memohon bagi kita. Maria siap, seperti saat ia mengunjungi Elisabeth: segera. Ketika kita kurang pengharapan, ketika tak ada sukacita, ketika kehabisan tenaga, ketika bintang kehidupan menjadi gelap, Bunda datang menolong. Maria selalu memperhatikan kesukaran-kesukaran, gangguan-gangguan dan dekat di hati. Dan ia tidak pernah membenci doa-doa kita; satu pun tidak dibiarkan jatuh. Ia adalah Bunda kita, tidak akan pernah membenci diri kita, sebaliknya ia siap untuk selalu dapat menolong anak-anaknya.”
“Maria adalah Bunda kita, ia adalah warisan Kristus yang disalib. Bunda bukan sebuah opsional. Dan kita memerlukan dia. Hidup tanpa Bunda Maria adalah sebuah bahaya besar bagi iman, tanpa perlindungan, membiarkan diri kita menjauh dari kehidupan seperti daun-daun diterbangkan angin. Tuhan tahu itu dan meminta kita menerima BundaNya. Ini adalah keperluan dari hidup. Mencintai Bunda berarti tahu menjalani kehidupan. Karena tanpa Bunda kita tidak dapat menjadi anak-anak. Dan kita, pertama-tama, adalah anak-anak yang dikasihi, yang memiliki Allah sebagai Bapa dan Maria sebagai Bunda.”
“Maria adalah tanda dari Allah untuk kita. Jika kita tidak mengikuti dia, kita keluar jalur. Karena ada tanda hidup rohani yang perlu diperhatikan. Bunda telah sampai pada tujuan hidup kekal. Siapa yang lebih baik daripadanya untuk mendampingi kita dalam perjalanan hidup? Dari rumah keibuan ini, mari kita undang Maria ke dalam rumah kita. Kita tidak dapat memilih netral atau menjauh dari Bunda, karena tanpa Bunda kita dapat kehilangan identitas sebagai anak-anak dan umat, dan kita menjalani kristenisme yang dibuat dari ide-ide dan program-program, tanpa kepercayaan, tanpa kelembutan, tanpa hati. Tapi tanpa hati tidak ada kasih dan iman beresiko menjadi sebuah dongeng yang indah di lain waktu. Bunda sebaliknya menjaga dan menyiapkan anak-anaknya. Ia mengasihi anak-anaknya dan melindungi mereka agar mengasihi dan melindungi dunia. Mari kita menjadikan Bunda Maria tamu yang tetap di keseharian hidup kita, kehadiran yang tak pudar dalam rumah kita, tempat kita berlindung aman. Percayakan kepadanya setiap hari kita. Berdoa kepadanya di setiap pergolakan. Dan jangan lupa untuk kembali kepadanya untuk berterima kasih kepadanya. Dan mari kita memandangnya dengan kelembutan saat ini, baru saja keluar dari rumah sakit (setelah selesai direstorasi)… Santa Bunda Allah! Santa Bunda Allah! Santa Bunda Allah!”.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
OUR LADY OF THE SNOWS
Our Lady of the Snows is one of the oldest devotions to the Blessed Virgin Mary. It commemorates a miraculous event that happened during the reign of Pope Liberius.
A wealthy, childless Roman couple prayed to know how their fortune should be used for God. Our Lady answered them in a dream and asked that a church be built in her honor. She also appeared in a dream to the Holy Father with the same request.
On August 5, 352 A.D., a hot summer day, snow fell on Esquiline Hill. All of Rome proclaimed it a miracle, and a basilica was built on the spot according to the outline of the pattern of snow.
The church, the Basilica di Santa Maria Maggiore (Saint Mary Major), is the largest church in the world, and one of the first, dedicated to Our Lady. August 5th celebrates its rebuilding and dedication in 434 A.D.
====
Bunda Maria dari Salju
Dalam masa kepausan Liberius (352-366), bangsawan Romawi Yohanes dan istrinya, yang tanpa pewaris, berkaul untuk menyumbangkan harta mereka kepada Bunda Maria. Mereka berdoa kepadanya agar diberitahu dengan cara bagaimana mereka dapat menyerahkan hartanya demi kehormatan Bunda Maria.
Pada 5 Agustus tahun 352, persegi panjang salju ditemukan di Gunung Esquiline (di Roma), salah satu dari Tujuh Bukit terkenal. Tidak pernah terdengar ada salju di Roma pada bulan itu, tetapi hal itu terjadi hanya di satu tempat dan dalam pola tertentu sehingga dianggap sebagai suatu fenomena. Orang berkumpul untuk melihat tumpukan salju, yang bertahan meskipun udara panas.
Yohanes mendapat keyakinan bahwa sesuai bentuk dan ukurannya menunjukkan bahwa sebuah gereja harus dibangun di tempat itu. Bahkan baik Yohanes dan Paus telah bermimpi bahwa Bunda Maria menghendaki sebuah gereja yang akan dibangun di Gunung Esquiline.
Bapa Suci begitu tersentuh oleh mimpinya sehingga ia mengunjungi salju misterius. Ketika ia tiba dengan rombongan, Yohanes dan istrinya sudah berada disana berlutut dalam doa kepada sang Perawan. Begitu rencana untuk bangunan telah disetujui saljupun meleleh. Yohanes menyetujui pembiayaan gedung, yang diselesaikan pada tahun 354. Gereja ini awalnya dibangun oleh Paus Liberius dan untuk menghormatinya dinamakan "Basilica Liberii" atau "Liberiana".
Tujuh puluh tahun kemudian gereja dibangun kembali pada skala yang lebih besar oleh Paus Sixtus III (432-440), yang menambahkan hiasan dan ornamen perak. Sejak saat itu bangunan ini dikenal sebagai "Basilika Santa Mariae" atau "Mariae Majoris", "Santa Maria Maggiore"; sejak abad ketujuh dikenal juga sebagai "Maria ad Prasepe" dan beberapa abad kemudian "Maria ad Nives" atau "Bunda Maria dari Salju".
Di masa kini Gereja tersebut merupakan salah satu basilika terbesar di dunia dan pesta Pelindungnya dirayakan pada tanggal 5 Agustus mengenang mukjizat salju. Selama perayaan ini ratusan bunga mawar putih dikucurkan dari kubah kapel. Tidak boleh dilewatkan adalah mosaik abad ketiga belas dengan tema biblikal dan lukisan langit-langit oleh Reni dan Della Porta. Ada menara lonceng besar bergaya Romawi didirikan pada tahun 1377.
Santa Maria Maggiore tentunya memiliki kisah lebih lanjut tentang ketenarannya. Pada abad ketujuh sebuah relikwi dibawa dari Bethlehem dan secara tradisional dihormati sebagai palungan dimana Bayi Kristus dibaringkan di Natal pertama. Dan nama lainnya untuk basilika agung adalah St. Maria dari Palungan.
Salah satu pemandangan paling spektakuler yang mencuri pandangan peziarah saat ini adalah gapura megah yang menjangkau hampir 22 meter. Dihiasi dalam empat bagian horisontalnya. Di tengah-tengah dibagian puncak ada takhta Allah yang diatur dalam suatu lingkaran, dengan Santo Petrus dan Santo Paulus di kedua sisi. Di atas mosaik ini adalah simbol-simbol dari keempat penulis Injil.
Indahnya, ada doa nan indah dalam buku brevir yang mengungkapkan kecintaan akan Maria. Doa ini menghormati karunia terbesar yang berasal dari tangan Maria dan karunia terbesar yang dapat kita lakukan bagi Tuhan melalui tangannya:
"O Maria, Perawan dan Bunda Tersuci, lihatlah aku telah menerima Putera-Mu terkasih yang telah engkau kandung dalam rahimmu, pelihara dan peluk dengan mesra.
Sesungguhnya, engkau bersukacita dan dipenuhi dengan kebahagiaan oleh karenanya:
Bagi-Nya selalu, aku dengan rendah hati dan penuh kasih kembalikan dan persembahkan kepada lenganmu yang terjulur, kepada hatimu yang penuh cinta, dan kepada Tritunggal Mahakudus dalam adorasi tertinggi, demi martabat dan kemuliaanmu, dan untuk kebutuhanku dan orang-orang dari seluruh dunia.
Aku mohon kepadamu, Bunda termanis, penuhi aku dengan kesedihan bagi semua dosa-dosaku, dan berilah aku rahmat agar selanjutnya lebih setia melayanimu, dan akhirnya rahmat ketekunan sampai akhir, sehingga aku boleh memuji Dia bersamamu selama-lamanya. Amin."
Pastinya, Basilika Santa Maria Maggiore (Basilica Sanctae Mariae Maioris) memang merupakan basilika kepausan yang paling besar dan gereja Katolik terluas yang dibaktikan kepada Santa Perawan Maria yang terletak di Roma, Italia.
Karena ukurannya yang luas itulah dinamakan "maggiore" (mayor). Di dalam basilika inilah disimpan lukisan SP Maria "Salus Populi Romani" Patron bagi kesehatan dan Pelindung warga Roma. Dan di sinilah disimpan Relikwi dari "Holy Crib" (kayu asli) dari Kelahiran Yesus Kristus.
Basilika ini adalah salah satu dari empat basilika penting atau disebut juga empat basilika kepausan. Tiga basilika penting lainnya adalah Basilika Santo Yohanes Lateran, Basilika Santo Petrus dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok.
Basilika Santa Maria Maggiore adalah satu-satunya basilika di Roma yang mempertahankan inti dari struktur aslinya, tetap bertahan kuat walaupun mengalami beberapa proyek konstruksi tambahan dan terjadinya kerusakan akibat gempa bumi pada tahun 1348.
B.
DEVOSI FAVORIT PAUS FRANSISKUS...
"..dan apakah Maria menolong ?"
"Ia menolong banyak.
Apakah kau juga datang untuk simpul-simpulmu ?"
"Simpul-simpul ? Simpul-simpul apa ?"
"Simpul-simpul yang Maria lepaskan.
Yang kita masing-masing miliki.
Kesedihan, ketakutan, kemiskinan, beban pekerjaan..
Kau berikan itu kepada Maria dan dia akan mengurainya. Semudah dan sesederhana itu."
"Semuanya ?"
"Ya, tapi kita harus berdoa, dan berdoa dengan baik."
"Ibu tersuci Maria,
Kau yang mengurai simpul-simpul yang mengikat anak-anakmu, ukurkanlah tangan belas kasihmu kepadaku.
Kupercayakan kepadamu hari ini, simpulku ini,.. (ucapkan permohonanmu).., dan semua akibat buruknya yang terjadi dalam hidupku.
Kuberikan kepadamu simpul ini yang menyiksaku, yang membuat aku tidak bahagia, yang menjauhkan aku dari menyatukan diriku denganmu dan Putra Ilahimu Yesus penyelamatku,
Maria pengurai simpul."
-----------
DOA KEPADA MARIA PENGURAI SIMPUL
Perawan Maria, Ibu penuh kasih,
Ibu yang tak pernah menolak datang memberi pertolongan kepada anaknya yang membutuhkan,
Ibu yang tangannya tak pernah berhenti melayani anak-anak terkasihmu, tergerak oleh cinta Ilahi dan belas kasihan yang begitu besar di hatimu,
Arahkanlah pandangan belas kasihmu kepadaku dan lihatlah kekusutan simpul-simpul yang ada di dalam hidupku.
Engkau tahu benar bagaimana keputusasaanku, deritaku, dan bagaimana aku terikat pada simpul-simpul ini.
Maria, engkau yang telah dipercayakan oleh Allah untuk mengurai simpul-simpul dalam hidup anak-anakNya,
Aku percayakan ke dalam tanganmu, jalinan hidupku.
Tak ada seorangpun, bahkan si jahat itu sendiri, dapat mengambilnya dari penjagaanmu yang berharga.
Di dalam tanganmu, tak ada simpul yang tak dapat terurai.
Ibu yang berkuasa, dengan rahmat dan perantaraanmu kepada Putramu, Pembebasku, Yesus, ambillah ke dalam tanganmu hari ini simpulku ini.. (sebutkan permohonan).
Aku memohon engkau, demi kemuliaan Tuhan; mengurainya dan melepasnya untuk selamanya.
Engkaulah pengharapanku.
O ibunda, engkaulah satu-satunya penghiburan yang diberikan Allah kepadaku, benteng atas kelemahanku, kekayaan atas kepapaanku, dan bersama Kristus, adalah kebebasan dari rantaiku.
Dengarkanlah ratapanku.
Jagalah aku, bimbinglah aku, lindungilah aku, O perlindungan amanku. Amin.
C.
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA PESTA PEMINDAHAN IKON "SALUS POPULI ROMANI"
@ BASILIKA SANTA MARIA MAGGIORE (ROMA) 28 Januari 2018 : "KETIKA MARIA ADA DI RUMAH, IBLIS TIDAK BISA MASUK."
Sebagai umat Allah dalam perjalanan, kita berada di sini berdiri di Basilika Santa Maria Maggiore. Kehadiran Bunda Maria menjadikan basilika ini sebuah rumah keluarga bagi kita anak-anaknya. Bersama dengan generasi-generasi umat Roma, kita mengenal rumah ibu ini, kediaman kita, rumah tempat kita menemukan penyegaran, kenyamanan, perlindungan, [dan] persinggahan. Umat kristiani telah memahami, sejak awal, bahwa dalam kesulitan dan pencobaan, kita harus sering mendatangi Bunda Maria, seperti yang ditunjukkan oleh antifon Maria yang paling kuno : Di bawah perlindunganmu, kami mencari perlindungan, Bunda Allah yang kudus : janganlah memandang hina permohonan kami yang sedang mengalami pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari segala bahaya, ya Perawan yang mulia dan terberkati.
Kita sedang mencari perlindungan. Para Bapa kita dalam iman telah mengajarkan bahwa pada saat-saat yang penuh gejolak, kita harus berkumpul di bawah jubah Bunda Allah yang kudus. Sekali waktu orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang membutuhkan mencari perlindungan dari para perempuan yang mulia, yang berkedudukan tinggi; tetapi mereka mengulurkan jubah mereka, yang dianggap tak dapat diganggu-gugat, sebagai tanda penerimaan, karena mereka memberikan perlindungan. Sama halnya, kita melihat hal ini dengan diri kita dan Bunda Maria, perempuan teragung dari umat manusia. Jubahnya selalu terbuka untuk menyambut kita dan mengumpulkan kita. Umat kristiani Gereja Timur mengingatkan kita akan hal ini, di mana banyak orang merayakan perlindungan Bunda Allah, yang digambarkan dalam ikon yang indah, di mana ia dengan jubahnya, menaungi anak-anaknya dan meliputi seluruh dunia. Bahkan para rahib zaman dulu menganjurkan, dalam pencobaan, untuk berlindung di bawah jubah Bunda Allah yang kudus : memohonkan kepadanya - "Bunda Allah yang kudus" - doa ini, dan mengulanginya sudah menjadi jaminan perlindungan dan pertolongan : "Bunda Allah yang kudus", "Bunda Allah yang kudus"... Hanya dengan cara ini.
Kearifan ini, yang datang dari jauh, membantu kita : Bunda Maria menjagai iman, melindungi hubungan, menyelamatkan kita dalam badai dan melindungi dari kejahatan. Ketika Maria ada di rumah, iblis tidak bisa masuk. Di mana Maria ada di rumah, iblis tidak bisa masuk. Di mana ada Bunda Maria, gangguan tidak terjadi, ketakutan tidak bisa menang. Siapakah dari kita yang tidak membutuhkan hal ini, siapakah dari kita terkadang tidak kesal atau gelisah? Seberapa sering hati merupakan lautan yang penuh badai, di mana gelombang masalah tumpang tindih dan angin kekhawatiran tidak berhenti berhembus! Maria adalah bahtera yang meyakinkan di tengah-tengah air bah. Gagasan atau teknologi tidak akan memberi kita penghiburan dan harapan, tetapi wajah Bunda Maria, tangannya yang membelai kehidupan, jubahnya yang menaungi kita. Kita belajar mencari perlindungan, pergi setiap hari kepada Bunda Maria.
Janganlah memandang hina permohonan-permohonan kami, antifon berlanjut. Ketika kita memohon kepadanya, Maria memohon untuk kita. Ada sebutan yang bagus dalam bahasa Yunani yang mengatakan hal ini : Grigorusa, yang artinya "ia yang segera mengantarai". 'Segera' ini adalah kata sifat yang digunakan Lukas dalam Injil untuk mengatakan bagaimana Maria pergi kepada Elisabet : bergegas, segera! Ia segera mengantarai, tidak menunda-nunda, seperti yang telah kita dengar dalam Injil, di mana ia segera membawa kepada Yesus kebutuhan nyata orang-orang : "Mereka kehabisan anggur" (Yoh. 2:3), tidak ada lagi anggur! Inilah bagaimana hal itu terjadi setiap saat, jika kita memanjatkannya : ketika kita kehilangan harapan, ketika sukacita menjadi langka, ketika kekuatan kita melemah, ketika bintang kehidupan remang-remang, Bunda Maria campur tangan. Dan jika kita memanggilnya, ia semakin campur tangan. Ia memperhatikan pekerjaan kita, peka terhadap gejolak - gejolak kehidupan -, dekat dengan hati. Dan ia tidak pernah, tidak pernah memandang hina doa-doa kita; ia bahkan tidak membiarkan seorang pun jatuh. Ia adalah seorang Ibu, ia tidak pernah malu akan kita, ia hanya menunggu untuk bisa menolong anak-anaknya.
Suatu kisah dapat membantu kita memahami hal ini. Di samping tempat tidur rumah sakit, seorang ibu menjagai anaknya, yang sakit setelah mengalami kecelakaan. Ibu itu selalu ada di sana, siang dan malam. Suatu kali ia berkeluh-kesah kepada imam, dengan mengatakan : "Kendati demikian Tuhan tidak membiarkan sesuatu terhadap kita para ibu!". "Apa?", tanya imam tersebut. Ia menjawab : "[Tuhan tidak membiarkan para ibu] untuk menyakiti anak-anak mereka". Inilah hati ibu : ia tidak malu akan luka-luka, kelemahan-kelemahan anak-anaknya, sebaliknya ia menginginkan mereka bersamanya. Dan Bunda Allah dan Bunda kita tahu bagaimana cara membawa diri, menghibur, menjagai, menyembuhkan.
Antifon berlanjut, bebaskanlah kita dari segala bahaya. Tuhan sendiri tahu bahwa kita membutuhkan persinggahan dan perlindungan di tengah-tengah begitu banyak bahaya. Karena alasan ini, pada saat yang paling agung, di kayu Salib, Ia berkata kepada murid terkasih, kepada setiap murid : "Inilah Ibumu!" (Yoh 19:27). Bunda Maria tidak bersifat 'manasuka', sesuatu yang bersifat 'manasuka', ia adalah perjanjian Kristus. Dan kita membutuhkannya [...] seperti seorang bayi yang dibawa dalam pelukannya. Hidup tanpa seorang ibu, tanpa perlindungan, membiarkan diri kita terbawa oleh kehidupan seperti dedaunan terbawa angin merupakan sebuah bahaya besar bagi iman. Tuhan memahami dan memberitahu kita untuk menerima Bunda Maria. Menerima Bunda Maria bukanlah tatakrama rohani, menerima Bunda Maria adalah kebutuhan bagi kehidupan. Mengasihinya bukanlah puisi, mengasihinya adalah memahami bagaimana cara hidup. Karena tanpa Bunda Maria, kita tidak bisa menjadi anak-anak. Dan kita, terutama, adalah anak-anak, anak-anak terkasih, yang memiliki Allah sebagai Bapa dan Bunda Maria sebagai Ibu.
Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Maria adalah "tanda harapan dan penghiburan yang pasti bagi umat Allah yang berziarah" (Lumen Gentium, VIII, V). Allah telah menempatkan bagi kita sebuah tanda, tanda harapan dan penghiburan. Jika kita tidak mengikutinya, kita tersesat. Karena ada sebuah rambu kehidupan rohani, yang harus diperhatikan. Rambu tersebut menunjukkan kepada kita, "yang masih dalam peziarahan dan menghadapi bahaya-bahaya serta kesukaran-kesukaran" (Lumen Gentium, 62), Bunda Maria, yang telah mencapai tujuan. Siapa yang lebih baik dari dia yang bisa menemani kita dalam perjalanan? Apakah kita sedang menunggu? Seperti murid yang berada di bawah kayu salib menerima Bunda Maria di dalam rumahnya, seperti yang dikatakan dalam Injil (Yoh 19:27), kita juga, dari rumah ibu ini, mengundang Maria ke rumah kita, dalam hati kita, dalam kehidupan kita. Kita tidak bisa bersikap netral atau terlepas dari Bunda Maria, jika tidak demikian kita kehilangan jatidiri kita sebagai anak-anak dan jatidiri kita sebagai sebuah umat, serta kita menjalani kekristenan yang terdiri dari gagasan, program, tanpa kepercayaan, tanpa kelembutan, tanpa hati. Tetapi tanpa hati, tidak ada kasih dan iman mengandung resiko menjadi sebuah dongeng yang indah di lain waktu. Bunda Maria, di sisi lain, menjaga dan mempersiapkan anak-anak. Ia mengasihi mereka dan melindungi mereka, sehingga mereka mengasihi dan melindungi dunia. Marilah menjadikan Bunda Maria tamu kehidupan kita sehari-hari, kehadiran terus menerus dalam rumah kita, tempat aman kita. Marilah kita mempercayakan semuanya kepadanya setiap hari. Marilah kita memanggil dia dalam setiap gejolak. Dan jangan lupa untuk kembali kepada Maria untuk berterima kasih kepadanya.
Sekarang memandangnya, setelah baru saja meninggalkan 'rumah sakit', marilah kita memandangnya dengan kelembutan dan mengatakan halo kepadanya seperti jemaat di Efesus menyapanya : Bersama-sama, tiga kali : "Bunda Allah yang kudus". Bersama-sama : "Bunda Allah yang kudus, Bunda Allah yang kudus, Bunda Allah yang kudus".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar