Ads 468x60px

Minggu, 10 Juni 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 10 Juni 2018
Hari Minggu Biasa X
Kejadian (3:9-15)
(Mzm 130:1-2, 3-4, 5-6b, 7b-8; Ul: 37)
(2Kor 4:13-5:1)
Markus (3:20-35)
“Familiaris consortio – Persekutuan keluarga”.
Ini adalah salah satu ensiklik kepausan era Yohanes Paulus II yang berbicara banyak tentang hubungan kekerabatan dan kekeluargaan sebagai sebuah persekutuan umat beriman.
Adapun hari ini, Yesus berkata: “Siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku.”
Bukankah kita merasa senang dan bangga kalau dikenal oleh orang yang hebat dan terkenal, terlebih kalau dianggap sebagai saudara. Memang, untuk menjadi saudara Yesus, ada syarat yang harus kita penuhi, yakni melaksanakan kehendak Bapa di surga.
Nah, mengacu pada empat sifat dasar Gereja sebagai sebuah keluarga/persaudaraan umat beriman, adapun sikap dasar yang bisa kita ingat dan buat sebagai saudara dan kerabat Yesus, al:
1. Satu:
Kita diajak untuk menciptakan kesatuan. Kita mempraktekkan satu iman, satu dalam komuni, dan ada di bawah Kepala Gereja yang satu, yaitu Paus, yang mewakili Kepala Gereja yang tidak kelihatan, yaitu Yesus Kristus (Yoh 10:16). Di negara mana pun kita tinggal, ajaran-ajaran pokok iman dan kepercayaan yang sama akan membimbing iman kita sebagai seorang Katolik, mempersatukan kita - semua orang Katolik di seluruh dunia - dalam iman.
Di gereja-gereja Katolik di seluruh dunia kita akan mendengar - walaupun dalam bahasa yang berbeda-beda - doa-doa dasar yang sama (Bapa Kami, Salam Maria, Kemuliaan, dll), pokok-pokok katekese yang sama, dan yang terutama Misa Kudus yang sama (yang paling utama dalam mempersatukan segala doa dan karya Gereja). Bukankah salah satu doa Yesus adalah “ut ones unum sint", "become ONE", supaya mereka semua menjadi satu?
2. Kudus:
Kita diajak untuk mencapai kekudusan karena Gereja Katolik adalah KUDUS karena pendirinya, Yesus Kristus, adalah kudus; Gereja mengajarkan ajaran-ajaran-Nya yang kudus; yang memungkinkan kita menjadi kudus (1 Pet 1:15).
Yesus Kristus, Kepala Gereja yang tak nampak, menyatakan kekudusan-Nya lewat ajaran-ajaran-Nya yang murni dan tanpa salah, yang Ia wartakan semasa hidup-Nya di dunia, dan lewat mukjizat-mukjizat, serta tindakan-tindakan tanpa cela yang dilakukan-Nya. Bukankah setiap Sakramen dan setiap ajaran Gereja mendekatkan kekudusan ke dalam jangkauan kita, seperti telah dibuktikan oleh begitu banyak para kudus dalam Gereja Katolik.
3. Katolik:
Kita dipanggil untuk menciptakan semangat keterbukaan, karena kita juga berada dalam naungan Gereja Katolik (Yun: 'umum' atau 'merangkul semua').
Hal ini bisa berarti tiga hal, yakni:
- Umum menurut waktu, karena sejak saat Kristus mengutus para Rasul-Nya hingga saat ini, Gereja berdiri, mengajar, serta berkarya, untuk membawa orang datang kepada Kristus.
- Umum menurut tempat, sebab Gereja tidak terikat pada suatu bangsa tertentu, melainkan terbuka bagi semua orang (Mat 28:19) dan sesungguhnya, jangkauan Gereja lebih luas mencakup berbagai bangsa dibandingkan agama lain mana pun.
- Umum menurut ajarannya, sebab Gereja menawarkan ajaran-ajaran dan sakramen-sakramen yang sama, di mana pun, dalam bahasa apa pun, dan dalam berbagai tingkatan sosial, mulai dari yang kaya hingga yang miskin. Lagipula, sesuai janji Yesus Sendiri, Gereja akan tetap terus demikian hingga akhir jaman.
4. Apostolik:
Kita diajak menjalankan tugas kerasulan karena kita adalah Gereja APOSTOLIK yang didirikan oleh Kristus atas para apostolos (Lat: rasul) dan senantiasa dipimpin oleh para penerus mereka.
Setelah Kristus menetapkan keduabelas rasul-Nya (Lukas 6:14) sebagai para imam dan para uskup pertama Gereja, selanjutnya mereka menetapkan para rasul lain (Kis 1:23), para diakon (Kis 6:5), para imam (1Tim 4:14; Titus 1:5), para uskup (Flp 1:1) dan para murid guna melestarikan serta menyebarluaskan ajaran-ajaran Kristus. Uskup Roma merupakan pemimpin dari semua uskup di seluruh dunia, sama seperti St. Petrus dipilih Kristus untuk menjadi pemimpin atas para rasul (Mat 16:18; Yoh 21:15). Bersama merekalah, kita diajak untuk menjadi garam dan terang dunia, menghorisontalkan Kerajaan Allah secara real-aktual dan operasional.
“Pohon ara dari kota Tarsus - Kita bersaudara di dalam Yesus.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Sagrada Familia - Keluarga Kudus."
Inilah nama gereja megah karya Gaudi di Barca Spanyol yang sampai hari ini masih belum selesai pembangunannya. Kitapun diajak untuk selalu berjuang membentuk keluarga kudus karena keluarga adalah "ecclesia domestica - gereja basis".
Adapun "core values" untuk setiap keluarga yang mengandung 4 ajaran iman seperti yg sy tulis di buku "FAMILY WAY", ( “KE-cilkan emosi, LU-askan isi hati, AR-ahkan ke ilahi, dan GA-lang relasi“), antara lain:
1.Cinta: “I LOVE YOU”
Bersama Yesus, Yosef dan Maria hadir sebagai sebuah keluarga yang saling mencintai. Mereka juga mencintai tradisi keimanannya dan setia datang ke Bait Allah dan mempersembahkan hidupnya kepada Allah. (Lat: Familia, Ing: Family, "Father And Mother I Love You").
2.Penghargaan: “THANK YOU”
Seperti kita ketahui, Yosef dan Maria mempersembahkan sepasang burung tekukur kepada Allah yang menunjukkan bahwa Yosef dan Maria itu adalah orang sederhana (Im 12:8).
Persembahannya ini adalah bukti dan ungkapan rasa syukur mereka terhadap setiap penyelenggaraan ilahi dalam hidup insani mereka setiap harinya. Kedatangan mereka dari desa Nazareth ke Bait Allah Yerusalem juga adalah ungkapan rasa syukur mereka terhadap segala rahmat yang diterimanya
3.Kedamaian: “I AM SORRY”
Selain Yosef dan Maria, Simeon dan Hana dihadirkan sebagai orang yang "benar/tulus"(Luk 1:6). Ini adalah terjemahan dari kata Yunani: dikaios (Ibr: "yasher, lurus").
Dalam Perjanjian Lama, kata ini tidak hanya berarti kepatuhan kepada perintah tapi menunjukkan bahwa kita menjadi benar di hadapan Allah, baik dalam hati/tindakan yang penuh kedamaian (Maz 32:2).
Inilah kebenaran yang datang dari hati, berdasarkan iman yang benar kepada Allah serta kasih dan takut akan Allah (Ul 4:10,29; 5:29), yang hidup menurut "segala perintah dan ketetapan Tuhan" (Luk 1:6; Kej 7:1; 1Raj 9:4).
Jelasnya, inilah sebuah potret keluarga yang berjuang untuk menciptakan kedamaian yang penuh, damai di hati dan damai di bumi, damai juga ketika ada sanak keluarga yang “hilang”, ketika lelah dan letih bekerja, ketika kecewa dan berduka karena bukankah tidak ada mawar tampa duri, tak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan
"Dari Telaga ke Sungai Gangga - Bersama keluarga, kita mencapai surga."
B.
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL MISA HARI MINGGU BIASA X TAHUN B - 10 Juni 2018
(Mrk 3:20-25)
Rekan-rekan yang baik!
Mrk 3:20-35 (Injil Minggu Biasa X tahun B) mengisahkan bagaimana tokoh Yesus yang dikagumi, diterima, dan diikuti orang banyak itu justru dianggap tidak waras oleh orang-orang yang paling dekat dengannya. Para ahli kitab dari Yerusalem, yakni para ulama yang dihormati, malah beranggapan Yesus itu dirasuki setan. Mengapa begitu? Bagaimana sikap Yesus? Pengajaran mana dapat dipetik dari bacaan Injil kali ini?
1.
TOKOH KONTROVERSIAL...BAGI SIAPA?
Di Galilea, yakni wilayah utara Tanah Suci, Yesus sudah menjadi tenar dan diikuti banyak orang. Ia mampu mengeluarkan roh jahat dari dalam diri orang kerasukan. Ia mahir menyembuhkan orang sakit. Ia berani mendekati orang kusta. Ia mewartakan pengampunan. Ia juga tak canggung mendekati para pendosa. Ia mengajar dengan wibawa, bukan mengulang ajaran-ajaran saleh belaka.
Orang banyak ingin mendekat kepadanya. Mereka mencarinya. Mereka dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam diri tokoh Yesus ini. Ia memilih murid-muridnya. Semua ini dikisahkan dalam Mrk 1:16-3:19 yang mendahului petikan kali ini.
Orang-orang yang terdekat dengan dia, anak saudaranya tidak langsung memahami ketenaran Yesus ini. Mereka meragukan apa Yesus yang mereka kenal dari dekat itu masih waras atau sedang keranjingan ketenaran. Ironi! Bagi sanak saudaranya, Yesus ini aneh, kontroversial, mabuk ketenaran, tidak waras, sinting!
Lain lagi para ulama yang khusus datang dari Yerusalem. Memang Yesus sudah terkanal di wilayah utara, di Galilea. Para tokoh di Yerusalem, di pusat keagamaan, curiga. Mana bisa orang dari utara seperti Yesus ini kok bisa membawakan kehadiran Yang Maha Kuasa. Mereka waswas. Jangan-jangan dia dirasuki rajanya para setan untuk mengacaukan pikiran dan hati orang banyak! Bisa jadi ia memakai kuasa roh jahat sendiri untuk menyembuhkan orang kerasukan!
Markus hendak menampilkan dua sikap yang saling berlawanan terhadap Yesus. Di satu sisi ada sikap terbuka, penuh harapan, percaya dari orang banyak. Ini dikontraskan dengan sikap waswas, curiga, dan ragu-ragu kaum ulama dan dari sanak saudara Yesus sendiri. Yang pertama menginsafi kehadiran Tuhan dalam diri Yesus, yang kedua malah menduga yang tidak-tidak.
Pendengar Injil Markus tidaklah diajak untuk langsung mengikuti sikap orang banyak dan mencela sanak saudara Yesus dan kaum ulama dari Yerusalem. Injil mengajak orang untuk memeriksa diri di mana berada. Begitu pula pembaca pada zaman ini diharapkan dapat memahami pesan ini.
2.
JAWABAN YESUS.
Dalam menanggapi para ulama yang mencurigainya bertindak dengan kuasa roh jahat, Yesus mengutarakan dua perumpamaan (ayat 24-26 dan ayat 27) diikuti sebuah peringatan keras (ayat 28-29).
Marilah kita lihat satu persatu.
Perumpamaan yang pertama menunjukkan bahwa kerajaan yang terpecah dari dalam tentu tidak bisa terus ada. Bila Iblis melawan diri sendiri, tentu kerajaannya akan pecah sendiri. Bila Yesus memakai kuasa roh jahat untuk menyembuhkan orang kerasukan tentunya akan membuat kuasa jahat terbelah. Tapi nyatanya kuasa seperti itu masih ada dan masih ada orang yang butuh disembuhkan. Begitulah kecurigaan para ulama itu tidak masuk akal!
Perumpamaan yang kedua menegaskan (ayat 27) bahwa orang kuat tak dapat dirampas hartanya tanpa diikat terlebih dahulu, maksudnya, mengalahkannya sampai tak berkutik. Pendengar waktu itu tentunya faham bahwa Yesus hendak mengatakan bahwa dirinya telah mengalahkan orang kuat tadi. Yesus sudah terbukti lebih besar.
Penyembuhan, tindakannya mengeluarkan roh jahat dari orang kerasukan, kesungguhannya mengajarkan keagamaan sejati, keberaniannya untuk mendekati para pendosa, bukankah semua ini justru menunjukkan dirinya lebih besar dari orang kuat dalam perumpamaan tadi? Kuasanya lebih besar dari roh jahat! Jadi kecurigaan para ulama itu keliru belaka.
Sesudah dua perumpamaan tadi Yesus pun menegaskan (ayat 28-29) bahwa dosa dan hujat apa pun bisa diampuni, kecuali hujatan terhadap Roh Kudus. Dosa melawan Roh Kudus tidak bakal terhapus. Injil Markus menjelaskan (ayat 30) mengapa Yesus mengutarakan hal itu. Yesus bertindak dengan kuasa Roh Kudus, tetapi ada yang mau menyebut kuasa ini kuasa roh jahat. Hujatan seperti ini tidak dapat diampuni! Terasa betapa kerasnya penandasan ini. Pendengar Injil diminta sungguh berhati-hati agar tidak menganggap kuasa ilahi Roh Kudus yang ada dalam diri Yesus sebagai kuasa Iblis.
3.
SIAPA IBUKU? SIAPA SAUDARAKU?
Ketika diberitahu bahwa ibu dan saudaranya “berdiri di luar” (ayat 31, 32) dan berusaha menemuinya, Yesus malah bertanya, “Siapa ibuku?” “Siapa saudaraku?” Lalu sambil memandangi orang-orang “yang duduk di sekelilingnya” (ayat 32, 34), Ia pun menegaskan bahwa menjalankan kehendak ilahi membuat orang menjadi saudara dan ibu baginya.
Pada awal petikan kali ini (ayat 21) disebutkan bahwa sanak saudara Yesus menganggap Yesus sinting. Mereka tidak mengenali siapa dia sesungguhnya. Mereka tidak peka. Pada bagian awal itu juga lebih dahulu disebutkan bahwa orang banyak datang berkerumun (ayat 20) di dalam rumah tempat Yesus berada. Kedua kelompok orang inilah yang dalam ayat 30-35 ditampilkan kembali sebagai “berdiri di luar” dan “duduk di sekelilingnya”.
Pendengar Injil diajak bertanya di mana sedang berada – duduk di sekelilingnya atau berdiri di luar. Di sini Injil Markus menggarisbawahi perbedaan antara “berdiri di luar” dengan “duduk di sekelilingnya”. Yang hendak disorot bukanlah sikap Yesus terhadap ibu dan saudaranya atau orang banyak, melainkan sikap orang terhadap Yesus.
4.
MENJALANKAN KEHENDAK ILAHI.
Pada ayat 35 ditegaskan, kedekatan dengan Yesus itu ukurannya ialah menjalankan kehendak ilahi. Bagaimana menjalankan kehendak ilahi? Ironinya, ungkapan ini kerap dipakai untuk apa saja.
Sering orang yang merasa diri saleh beranggapan dapat menentukan inilah kehendak ilahi dan mengharapkan orang lain menerimanya. Memang tugas para ulama menjernihkan kesadaran orang. Akan tetapi di mana batas-batasnya? Sulit. Namun Injil Markus memberi pegangan sudah sejak awal, yakni pada Mrk 1:15 “Saatnya sudah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
Menjalankan kehendak ilahi dalam ajaran Injil Markus pertama-tama ialah menerima kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini (“Kerajaan Allah sudah dekat”), dengan selalu mengarahkan diri ke sana (=”bertobat”) dan menerima tulus apa-apa yang dibawakan Yesus kepada orang banyak (“percaya kepada Injil”). Inilah menjalankan kehendak ilahi. Ini pulalah yang menentukan apa orang dekat dengannya atau tetap berada di luar...atau bahkan menolaknya seperti para ulama dari Yerusalem.
(AG)
C.
MADAH HARIAN PAGI
(Minggu, 10 Juni 2018 - Hari Minggu Biasa X)
Allah hidup dan meraja
Alleluya, alleluya
Maut sudah dikalahkan
Hidup sudah dilimpahkan.
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Hari ini hari Tuhan
Alleluya, alleluya
Hari penuh kesukaan
Hari raya kebangkitan
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
Mari kita bergembira
Alleluya, alleluya
Bersyukur sambil memuji,
Bermadah sambil bernyanyi
Alleluya, alleluya
Terpujilah Kristus Tuhan.
DOA
Allah, pencipta langit dan bumi, segala yang baik berasal dari pada-Mu. Semoga berkat ilham-Mu kami memikirkan yang benar serta melaksanakannya di bawah bimbingan-Mu. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
D.
Kutipan Teks Misa:
Kristus adalah pusat, dan di sekeliling-Nya dikumpulkan manusia-manusia menjadi "keluarga Allah". Ia memanggil mereka kepada-Nya melalui tutur kata, melalui tanda-tanda, yang mewartakan Kerajaan Allah, dan melalui perutusan para murid-Nya. Ia akan menegakkan Kerajaan-Nya terutama melalui misteri Paskah-Nya: kematian-Nya di salib dan kebangkitan-Nya. "Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yoh 12:32). Semua orang dipanggil untuk persatuan dengan Kristus. (Katekismus Gereja Katolik, 542)
Antifon Pembuka (Mzm 26:1-2)
Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Semua lawanku dan musuhku akan tergelincir jatuh.
The Lord is my light and my salvation; whom shall I fear? The Lord is the stronghold of my life; whom should I dread? When those who do evil draw near, they stumble and fall.
Dominus illuminatio mea, et salus mea, quem timebo? Dominus defensor vitæ meæ, a quo trepidabo? qui tribulant me inimici mei, infirmati sunt, et ceciderunt.
Mzm. Si consistant adversum me castra: non timebit cor meum
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Maharahim, Engkau tidak menghendaki agar kami jatuh binasa. Oleh karena itu, buatlah kami bertobat dan berilah kami kekuatan untuk mengalahkan kuasa kejahatan dengan cinta kasih sebagaimana diteladankan oleh Yesus Kristus, Putra-Mu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kejadian (3:9-15)
"Aku akan mengadakan permusuhan antara keturunanmu dan keturunan perempuan ini."
Di Taman Eden, setelah manusia makan buah pohon terlarang, Tuhan Allah memanggil manusia dan berfirman kepadanya, “Di manakah engkau?” Manusia menjawab, “Ketika aku mendengar bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Tuhan berfirman pula, “Siapa yang memberitahukan kepadamu bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab, “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu, “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu, “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan buah itu.” Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu, “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak, dan di antara segala binatang hutan. Dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah yang akan kaumakan seumur hidupmu! Aku akan mengadakan permusuhan antara keturunanmu dengan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan egkau akan meremukkan tumitnya.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan (PS 814)
Ref. Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Ayat. (Mzm 130:1-2, 3-4, 5-6b, 7b-8; Ul: 37)
1. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu ya Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian, kepada suara permohonanku.
2. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, maka orang-orang akan bertakwa kepada-Mu.
3. Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan Firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Than, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.
4. Sebab pada Tuhan ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus (2Kor 4:13-5:1)
"Kami percaya, sebab itu kami berkata-kata."
Saudara-saudara, kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis, “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata.” Maka kami pun juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata. Karena kami tahu, bahwa Allah yang telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus. Dan Allah itu akan menghadapkan kami bersama degan kamu ke hadirat-Nya. Sebab semuanya itu terjadi demi kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar karena semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menghasilkan ucapan syukur yang semakin melimpah bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati! Tetapi meskipun manusia-lahiriah kami semakin merosot, namun manusia-batiniah kami dibarui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan itu sementara, sedangkan yang tak kelihatan itu kekal. Kami tahu, bahwa jika kemah kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang bukan buatan tangan manusia.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil (PS 958)
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 12:31b-32)
Sekarang penguasa dunia akan dilemparkan keluar; dan Aku, apabila ditinggikan dari bumi, Aku menarik semua orang datang kepada-Ku.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (3:20-35)
"Kesudahan Iblis sudah tiba."
Sekali peristiwa, ketika Yesus dan murid-murid-Nya masuk ke sebuah rumah, datanglah orang banyak berkerumun, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Yesus, sebab kata mereka ‘Ia tidak waras lagi’. Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata, “Ia kerasukan Beelzebul!” Ada juga yang berkata, “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan, “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, malahan sudah tamatlah riwayatnya. Camkanlah! Tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya, kecuali kalau ia mengikat lebih dahulu orang kuat itu. Lalu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sungguh, semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun untuk selama-lamanya, sebab dosa yang dilakukannya adalah dosa yang kekal.” Yesus berkata demikian karena mereka bilang bahwa Ia kerasukan roh jahat. Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Yesus. Waktu itu ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada Yesus, “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau!” Jawab Yesus kepada mereka, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?” Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu, dan berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku!”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Ibu dan saudara Yesus datang untuk bertemu dengan Dia. Awalnya mereka ingin mengambil Yesus karena dianggap tidak waras oleh banyak orang. Tetapi menarik bahwa Yesus tidak langsung keluar menemui ibu dan saudara-Nya, tetapi Ia bertanya kepada orang banyak, "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-Ku?" "Inilah ibu-Ku dan saudara-Ku. Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudari dan dialah ibu-Ku."
Yesus menjelaskan bahwa ibu dan saudara-Nya adalah mereka yang melakukan kehendak Allah. Kita semua yang melakukan kehendak Allah adalah menjadi ibu dan saudara Yesus pula. Yesus mau menekankan bahwa persaudaraan-Nya adalah lebih persaudaraan ilahi, persaudaraan sebagai anak-anak Allah, yang melakukan kehendak Allah. Tentu ini tidak berarti bahwa Yesus tidak menerima ibu-Nya, karena ibu-Nya adalah juga orang yang melakukan kehendak Allah. Malah, dengan mengatakan hal itu Yesus menunjukkan kepada semua orang keunggulan ibu-Nya, yaitu setia melakukan kehendak Allah dalam hidupnya.
Dengan sabda itu kita semua dapat menjadi ibu dan saudara Yesus. Syaratnya adalah kita melakukan perintah Allah, kita berbuat baik, kita taat pada Allah. Di mana pun kita mencari kehendak Allah dan melakukannya, kita menjadi saudara Yesus. Oleh karena itu, kita boleh merasa bahagia dan gembira karena ada jalan untuk menjadi saudara Yesus. Apakah kita ingin menjadi saudara-Nya? Kalau ya, mari kita lakukan kehendak Allah. Mari kita berlaku baik kepada siapa pun.
Antifon Komuni (Mzm 18:3)
Tuhanlah bukit batuku. Kubu pertahananku dan penyelamatku. Allahku, Penolongku.
Dominus firmamentum meum, et refugium meum, et liberator meus: Deus meus adiutor meus.
atau (1Yoh 4:16)
Allah adalah kasih. Siapa saja yang tetap berada di dalam kasih tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
E.
KELUARGA KUDUS
KE cilkan emosi
LU askan isi hati
AR ahkan ke ilahi
GA lang relasi
Bawalah cinta ke rumahmu karena disinilah cinta satu sama lain dimulai.
Bring love into your home for this is where our love for each other must start.
BUKU "FAMILY WAY" (RJK, KANISIUS).
Selama aku punya keinginan, aku punya alasan untuk hidup.
Kepuasan adalah kematian.
– As long as I have dreams, I have reasons to live.
Satisfaction is death.
Alkisah:
Terdapatlah sebuah rumah dengan 1000 cermin. Seekor anjing kecil menemukan rumah itu. Dia masuk dan menggonggong kegirangan sambil mengibas-ngibaskan ekornya dengan riang, dan melihat ada 1000 anjing kecil lain yang ramah kegirangan dengan ekor berkibas-kibas seperti dia. Waktu ia meninggalkan rumah itu, ia pikir “Ini tempat yang menakjubkan, lain kali aku akan singgah lagi disini”. Pada waktu lain, seekor anjing yang tampak stres dengan ekor terkulai lesu memasuki rumah itu. Ia melihat 1000 anjing lain yang sedang stres dengan ekor terkulai dan wajah tertekan serta menggeram seram seperti dia. Waktu ia meninggalkan rumah, ia pikir “Ini tempat tersiksa, dan aku tak akan kesini lagi”.
Jelas dari cerita ini, semua wajah di dunia adalah cermin. Cermin macam apa yang kita lihat pada wajah orang, tergantung pada kita juga. Kita tersenyum, yang kita hadapi senyum. Kita memaki, maka yang kita dapat adalah makian. Kita menabur kritik, yang kita tuai tentu saja kritik, dan itu semua bermula dari keluarga kita masing-masing.
Kalau kita kembali bermula dari keluarga, ada sebuah lirik lagu yang selalu saya ingat-kenang, berjudul, ”Keluarga Cemara”, yang diangkat dari sinetron televisi besutan Arswendo Atmowiloto dan Adi Kurdi. Begini penggalan liriknya, “Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah, adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga.......” Lewat penggalan lagu ini, kita bisa membaca salah satu pesan, bahwa keluarga adalah segalanya. Dalam hidup kita sendiri, ada banyak istilah tentang keluarga dalam sebuah rumah tangga, bukan? Ada kartu keluarga. Ada kepala keluarga. Ada “KMK”, Keluarga Mahasiswa Katolik. Ada “KB” alias Keluarga Berencana. Ada “BKKBN”, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Ada juga istilah tulang punggung keluarga dan sebuah rumah sakit bernama, Mitra Keluarga.
Istilah “keluarga” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu: kula dan warga, "kulawarga" yang berarti "anggota" kelompok/kerabat. Keluarga berarti, kelompok sosial atau lingkungan di mana beberapa individu yang masih memiliki hubungan darah, dimana juga terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Keluarga sendiri adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dalam kacamata Salvicion dan Celis (1998), di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dhidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Ada juga beberapa tipe keluarga, yakni keluarga inti yang terdiri dari suami,istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:
- Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
-Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
-Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Pada dasarnya, setiap keluarga memiliki delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
Yang pasti, Gereja Katolik meyakini bahwa keluarga adalah “gereja mini”. Artinya? Keluarga adalah persekutuan dasar iman dan tempat persemaian iman sejati. Maka dalam keluarga Katolik, pertama-tama diharapkan agar berkembanglah iman yang menghangatkan suasana. Iman di sini bukan pertama-tama berarti pengetahuan agama (meskipun itu juga penting), tetapi lebih pada sikap atau penghayatan agama, yang diwujudkan dalam usaha untuk menjaga suasana kedamaian, kerja sama dan kerukunan dalam keluarga. Dengan demikian, Tuhan sediri akan hadir di tengah-tengah keluarga untuk membawa keselamatan dan rahmatNya.
Dari hal di atas inilah, saya juga kembali ingin menampil-ulangkan beberapa pengertian sederhana seputar keluarga, seperti yang dipaparkan di bawah ini:
Keluarga adalah akar dari kejahatan dalam masyarakat
Keluarga adalah akar dari kebaikan dalam masyarakat
Setiap keluarga yang retak rata-rata merusak 3 sampai 5 individu lainnya
Bila mau memperbaiki suatu masyarakat, orang harus mulai dari keluarga
Kebiasaan korupsi berakar di keluarga yang tak mengatur keuangannya
Budaya yang merusak kehidupan berakar di keluarga yang tak menghargai kehidupan
Budaya ketergantungan berakar dari keluarga yang anak-anak diajari tergantung
Hanya keluarga yang bisa menanamkan sikap iman
Lima tahun pertama kehidupan menentukan seluruh kualitas sisa hidup
Bila Penguasa mencampuri urusan keluarga maka keluarga akan rusak
Secara umum, keluarga itu adalah kelompok terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat kita saling berbagi rasa, saling memperhatikan, saling menyayangi dan membantu satu dengan yang lainnya. Keluarga adalah lembaga yang memenuhi panggilan Allah guna berbiak dan berkembang. Dari keluarga yang harmonis, pasti terbentuk suatu masyarakat yang baik pula, bukan? Sebuah informasi: Sejak tahun 1990, UNDP (United Nations Development Program) secara teratur melaporkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di sekitar 130 negara (tahun 2002 di 175 negara), dimana negara Indonesia antara tahun 1995 sampai 2005 mendapat skor antara 90 dan 113 alias termasuk paling payah. Ukuran IPM adalah tingkat pendidikan, kemampuan membaca, kemiskinan, tingkat kematian, kesetaraan gender, keluarga, dll. Inti laporannya adalah kesimpulan bahwa manusia Indonesia dianggap kurang punya daya-juang, kurang kreatif, hanya sebagai penonton, mutu keluarga buruk, koruptif dan kurang mempunyai nurani. Para peneliti UNDP percaya juga bahwa pangkal permasalahan hampir selalu bermula dari keluarga.
Disinilah, jika Confusius pernah berkata, keluarga adalah akar segala pertumbuhan di masyarakat. Jika Leo XIII berkata keluarga adalah ikatan suci guna membentuk keluarga sakinah. Jika Thomas Aquinas juga berkata bahwa keluarga adalah ikatan keagamaan yang paling dasar, maka bagi saya sendiri, keluarga bisa berarti “KEcilkan emosi, LUaskan isi hati, ARahkan ke ilahi dan GAlang Relasi”
1.Kecilkan emosi:
Kecilkan emosi berarti sebuah kondisi menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh, serta menahan anggota badan untuk berbuat jahat. Ia muncul dari dalam jiwa, mencegah perbuatan yang tidak baik, kekuatan jiwa yang membuat baik segala perkara.
Pada prakteknya?
Kebanyakan pertengkaran yang terjadi dalam sebuah keluarga karena pasangan atau rekannya (bisa anak, orangtua, majikan atau pembantunya) mengeluarkan kritik atau kata-kata yang menyinggung perasaan dengan nada yang konfrontatif dan terkesan menghina. Hanya dengan mengubah nada suara menjadi lebih lembut, seringkali memanasnya pertengkaran bisa dihindari akibat buruknya. Mungkin tidak ada salahnya kita secara rendah hati meminta maaf, andaikan pun kita tidak bersalah secara langsung. Karena itu nasihat Pengkotbah: “janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh” (Pengk 9:9) atau nubuat dalam Yak 1:19 : “…setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah“, patutlah kita renung-menungkan juga.
Ada sebuah metode sederhana untuk mengajak kita belajar mengecilkan emosi, yang biasa disebut sebagai metode pasta gigi. Kita lihat bukankah sebuah pasta gigi amat mudah untuk dipencet keluar dan mengotori sekitarnya? Setelah keluar, tak mungkin memasukkannya kembali. Demikian juga dengan kata-kata yang kita pakai saat bertengkar, begitu keluar tak akan bisa kita tarik kembali. Maka, baiklah kita tulis kata-kata atau hal-hal yang amat sensitif bagi pasangan atau anggota keluarga kita. Ingat-ingat dan jangan pernah sekali pun mengatakan hal tersebut.
2.Luaskan isi hati:
Lihatlah figur Bunda Maria (Luk 2:51), “Maria menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hati.” Pada kenyataannya, banyak dari kita sulit menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hati, bukan? Kita lebih mudah menjadi “ember” atau semacam pepesan kosong yang ribut. Bukankah pada kenyataanya, perselisihan dan pelbagai kemarahan yang mengarah ke pertengkaran seringkali tak terhindarkan dalam setiap keluarga. Bagaimana agar situasi marah tidak begitu saja serta-merta merusak hubungan yang telah dibina susah payah selama bertahun-tahun? Yang jelas dengan cinta, pertengkaran bahkan bisa mempererat hubungan.
Kita hendaknya juga selalu mengingat aturan dasar bertengkar tanpa merusak hubungan. Agar rumah dan keluarga kita berlimpah dengan cinta, maka bila kita salah, akui, bila kita benar – tutup mulut. -- To keep your home life brimming with love in the marriage cup whenever you're wrong, admit it, whenever you're right - shut up!! Itulah salah satu cara untuk kita belajar meluaskan isi hati. Bukankah Benjamin Franklin pernah mengatakan bahwa “Orang yang memiliki kesabaran juga akan memiliki apa yang dikehendakinya –One who has patience will have whatever he wants.” Atau tepatlah seperti yang dikatakan oleh Adel Bestravos “Kesabaran pada orang lain berarti cinta. Kesabaran pada diri sendiri berarti pengharapan. Kesabaran pada Allah berarti iman.”
Salah satu teknik lain yang mengajak kita belajar meluaskan isi hati, yakni dengan apa yang kerap disebut sebagai “metode jalan-jalan.” Cara ini sederhana, yaitu pada saat kita tergoda menyalahkan dia, menyemprot dia, bahkan memukul dia – pergilah menghindar, misalnya jalan-jalan ke kebun, ke mall, ke tepi sungai sekitar satu jam atau lebih. Bila setelah pulang api belum padam, ulangi lagi ‘jalan-jalan’. Bukankah waktu dan kesabaran adalah solusi yang terbaik?
3.
Arahkan pada yang ilahi:
Ada satu ayat dalam Kitab Suci yang saya suka, sebuah ayat dari tulisan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil 4:13).
Disinilah, saya mengajak setiap anggota keluarga untuk juga membawa semua pergulatan-pergumulan ke dalam tangan Allah: belajar arahkan ke ilahi! Cara yang paling mudah sekaligus paling indah, yaitu dengan mendekatkan diri pada Allah dalam kebiasaan doa yang teratur. Katekismus Katolik sendiri mengatakan: berdoalah setiap hari, terlebih:
a. pada pagi hari, untuk mempersembahkan hari ini kepada Allah dan meminta pertolonganNya dalam menghadapi godaan-godaan hari ini.
b. sepanjang hari, terutama ketika ada godaan.
c. pada malam hari, untuk berterimakasih kepada Allah atas berkat karunia pada hari itu dan untuk meminta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang telah kita lakukan pada hari itu.
d. sebelum dan setelah makan.
Saya mengamati juga ada beberapa keluarga beriman, yang membawa semua pergulatannya dalam doa-doa devosi, misalnya devosi Kerahiman Ilahi dengan sebuah doa yang penuh keyakinan: “Yesus, Engkau Andalanku” Dalam konteks inilah, baiklah kita kenang perkataan Paus Yohanes Paulus II, pada tanggal 7 Juni 1997, “Siapapun dapat datang kemari, melihat lukisan Yesus yang Maharahim ini, yang dari Hati-Nya memancarkan rahmat; dan mendengar dalam lubuk jiwanya sendiri apa yang didengar St Faustina: “Jangan takut. Aku senantiasa menyertaimu”. Jika ia menanggapi dengan hati yang tulus, “Yesus, Engkaulah andalanku!”, maka ia akan mendapati penghiburan dalam segala ketakutan dan kecemasannya. Dalam dialog penyerahan diri ini, terbentuklah antara manusia dan Kristus suatu ikatan istimewa kasih yang membebaskan. Dan “di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan' (1Yoh 4:18).”
Dari pernyataan Yohanes Paulus II di atas, tampaklah sebuah pesan utama bahwa Allah mengasihi setiap anggota keluarga sekaligus mengundang setiap keluarga untuk datang kepadaNya dengan penuh kepercayaan, menerima belas kasihNya dan membiarkannya mengalir lewat setiap keluarga dan menyebar kepada semakin banyak keluarga lainnya. Bukankah Yesus sendiri pernah bersabda, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu…. Karena setiap orang yang meminta, menerima” (Mat 7:7-8).
4.
Galang relasi:
Secara umum, tercandra beberapa fungsi relasi, yang dijalankan keluarga, antara lain:
1. Fungsi pendidikan, dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.
2. Fungsi sosialisasi anak, dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi perlindungan, dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
4. Fungsi perasaan, dilihat dari bagaimana keluarga secara intuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi agama, dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.
6. Fungsi ekonomi, dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi rekreatif, dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara menonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi biologis, dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Secara khusus, Paus Yohanes Paulus II dalam “Familiaris Consortio” (22 November 1981 no.17) menyatakan bahwa terdapat empat tugas keluarga kristiani, al: membentuk persekutuan pribadi-pribadi; mengabdi kepada kehidupan; ikut serta dalam pengembangan masyarakat; juga berperan serta dalam kehidupan dan misi Gereja” Disinilah tampak jelas bahwa setiap anggota keluarga diajak terlibat (tentunya tanpa terlipat) dalam hubungannya dengan sesama anggota keluarganya, dengan keluarga lain, dan tentunya dengan masyarakat yang lingkupnya lebih luas.
Lebih jelasnya, lihatlah arti keluarga dalam bahasa Inggris, "FAMILY", yang berarti, "Father and Mother I Love You". Disinilah setiap anggota keluarga diajak untuk menggalang relasi cinta, dan bukan dosa, relasi menuju Tuhan dan surga, bukan menuju setan dan neraka.
Sebagai penutup, adalah sebuah cerita: dua katak terjatuh dalam wadah berisi bubur. Yang satu putus asa lalu tenggelam mati. Yang satu lagi berkata, “Aku memang tak bisa meloncat tapi aku takkan menyerah begitu saja. Aku akan berenang terus hingga tenagaku habis, hingga aku mati dengan puas.” Lalu ia berenang terus sampai bubur menjadi lebih cair, sampai suatu ketika sudah cukup cair dan … hop, ia berhasil meloncat keluar. Marilah kita juga seperti katak yang berjuang tanpa lelah, berani menjadi keluarga, yang selalu mau belajar “kecilkan emosi – luaskan isi hati – arahkan ke ilahi dan galang relasi”.
Kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa,
dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh”.
Lukas 11 : 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar