Ads 468x60px

Sabtu, 09 Juni 2018



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Sabtu, 09 Juni 2018
Peringatan Wajib Hati Tersuci SP. Maria
2 Timotius (4:1-8)
(Mzm 71:8-9.14-15a.16-17.22; R.15b)
Markus (12:38-44)
"Intentio pura - Maksud yang murni."
Inilah salah satu ciri orang beriman, hidupnya penuh kebaikan dan bukan kejahatan, penuh ketulusan dan bukan kepalsuan. Sebaliknya para ahli Taurat yang notabene adalah tokoh agama malahan kerap ber-"intentio pura pura."
Disinilah, Yesus mengingatkan kita agar hati-hati terhadap sikap hidup palsu dan munafik (Mat 23:13-15,23,25,29) yang mengutamakan kebenaran lahiriah semata (Mat 23:25-28). Orang semacam ini tidak didiami oleh Roh Kudus dan kasih karunia-Nya (Rom 8:5-14).
Lebih lanjut, Yesus secara tulus memberi perHATIan bagi wanita yang hidup sendirian yang tetap bermurah hati.
Adapun, di daerah Bait Suci yang dinamakan Pelataran untuk perempuan, terdapat peti persembahan yang berisi tiga betas peti berbentuk nafiri untuk memasukkan persembahan.
Rupanya Yesus terus mengawasi orang-orang yang memberikan persembahan untuk beberapa waktu dan Ia melihat sejumlah orang kaya memberikan persembahan sebaliknya janda tersebut mempersembahkan uang seharga dua peser/satu duit (satu peser/lepton adalah kepingan mata uang terkecil senilai seperdelapan sen; Duit/kodrantēs adalah kepingan mata uang Romawi senilai seperempat sen).
Jelasnya, Yesus mengukur persembahan bukan dari jumlah yang dipersembahkan tapi dari kasih, pengabdian dan pengorbanan yang terkandung di dalamnya (Luk 21:1-4). Janda ini telah mempersembahkan jumlah yang paling kecil, tapi justru lebih berharga daripada semua persembahan lainnya, sebab dia mempersembahkan semua yang ada padanya.
"Dari Kramat Jati ke Kalisari - Jadilah orang yang murah hati setiap hari."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Non multa sed multum - Bukan banyaknya tapi mutunya"
Inilah yang diwartakan Yesus ketika memuji janda miskin di Bait Allah: "Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya tapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya!"
Ya, memberikan persembahan bisa dilakukan oleh semua orang, tak usah menunggu tua-kaya atau jaya. Tuhan melihat bukan pertama-tama berapa "kuantitas" jumlah yang dipersembahkan tetapi "kualitas" ketulusan pemberiannya dengan "dua tas" yang melengkapi, antara lain:
A. Totalitas - Keseluruhan:
Pemberian seseorang ditentukan bukan oleh jumlah yang ia berikan tetapi oleh jumlah pengorbanan yang terlibat dalam pemberian itu. Seringkali kita hanya memberi dari kekayaan kita dan hal ini tidak meminta pengorbanan. Sebaliknya, pemberian janda ini menuntut segalanya: Ia memberi sebanyak-banyaknya yang dapat diberikannya.
B. Loyalitas - Pengabdian:
Ia menilai pekerjaan/pelayanan kita tidak berdasarkan ukuran atau pengaruh atau keberhasilannya, tetapi berdasarkan kadar pengabdian, iman dan kasih yang tulus yang terlibat di dalamnya (Luk 22:24-30; Mat 20:26;Mrk 12:42)
Dari Kediri ke Kramat Jati - Berikanlah diri sepenuh hati."
2.
"Docendo discimus - Kita belajar dengan mengajar".
Bersama dengan datangnya hari baru ini, kita diajak untuk terus belajar sebagai orang beriman dengan mengajarkan iman lewat tindakan nyata.
Adapun tiga tokoh yang mengajarkan pelbagai tindakan nyata kepada kita untuk terus belajar "menolong tanpa mengharap balas budi" - "mempersembahkan segenap diri" & "merendahkan isi hati", al:
A. Rafael (Ibr: Rafa - Elohim: Allah yang menyembuhkan):
Ia menolong Tobit, Tobia & Sara dg tulus tanpa mengharapkan balas budi.
B. Janda miskin:
Tokoh yang "bersahaJA & tak berNoDA" ini mempersembahkan semua yang ada padanya, yakni seluruh nafkahnya kepada Tuhan.
C. Bunda Maria:
Figur beriman yg "MAu Rendahhati Ikut Allah" ini terbuka dibentuk oleh Allah. Ia berkenan dg rendah hati menyerahkan seluruh hidup dan isi hatinya u/melaksanakan kehendak Tuhan. Hatinya suci krn ia mau "miskin" di hadapan Tuhan: Aku ini hamba Tuhan" (Luk 1:38).
"Cari sikat di Pasar Lama - Jadilah berkat buat sesama."
Disini juga saya lampirkan catatan kritis mengenai “perpuluhan” dalam iman Katolik:
Pertama:
Hukum persepuluhan seperti yang dipraktikkan banyak (tidak semua) Gereja Kristen berarti bahwa setiap anggota jemaat yang mempunyai penghasilan, wajib memberikan sepersepuluh (10 persen) dari penghasilan bulanan/mingguan mereka kepada Gereja.
Praksis ini didasarkan pada tindakan Abraham setelah menang perang, yaitu memberikan sepersepuluh dari hasil rampasan perang itu kepada Melkisedek, Imam Agung (Kej 14:17-24). Tindakan Abraham ini dipandang sebagai kewajiban yang harus dijalankan oleh umat Israel sebagai keturunan Abraham dalam tradisi mereka (Ul 14:22-23; 26:12-15; Bil 18:20-22; Neh 10:37-38; Im 27:32-33).
Karena orang-orang Kristiani adalah keturunan Abraham (Gal 3:7), maka mereka juga wajib membayar sepersepuluh dari penghasilan mereka kepada penerus imam Melkisedek, yaitu Yesus Kristus (bdk Ibr 7:1-28).
Dalam hal ini, Kristus diwakili Gereja atau pemimpin Gereja. Praksis dalam kebanyakan Gereja Kristen ini dipandang sesuai dengan ungkapan Yesus berkaitan dengan persepuluhan (Mat 23:23), yaitu bahwa Yesus tetap menyetujui praksis persepuluhan itu.
Kedua:
Gereja Katolik tidak mempraktikkan persepuluhan, artinya umat Katolik tidak dikenakan kewajiban membayar persepuluhan kepada Gereja.
Namun demikian, dalam Konsili Trente, Gereja Katolik pernah mewajibkan umat Katolik untuk membayar persepuluhan.
Tetapi, praksis membayar persepuluhan itu lenyap pelan-pelan, yaitu sejak Revolusi Perancis pada abad ke-XVIII, meskipun peraturan itu sendiri belum pernah dicabut. Keputusan Konsili Trente itu bukanlah keputusan dogmatis, karena itu bisa saja diubah oleh pemimpin Gereja berikutnya bila dipandang kurang tepat.
Lenyapnya praksis membayar pesepuluhan dalam Gereja Katolik ini sebenarnya sangat sesuai dengan catatan sejarah Gereja bahwa praksis persepuluhan itu tidak tampak dalam Perjanjian Baru dan tidak dilakukan pada Gereja apostolis.
Ada juga catatan dari bapa-bapa Gereja bahwa praksis persepuluhan itu kurang sesuai dengan semangat Perjanjian Baru, yaitu memberi secara sukarela seperti yang dikatakan Paulus: "Hendaknya masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Kor 9:7).
Ketiga:
Adalah sangat baik memberikan sumbangan kepada Gereja karena selama Gereja masih hidup di dunia ini, tetap akan dibutuhkan dana untuk mendukung kehidupan dan pelayanan Gereja. Demikian pula tetap dibutuhkan bantuan untuk orang-orang miskin.
Gereja mengajarkan dengan tegas bahwa membantu Gereja dan membantu orang miskin bukan bersifat manasuka tetapi suatu "kewajiban" (KHK Kan 222 # 1 dan 2; bdk Kan 1260-1266).
Namun demikian, pelaksanaan kewajiban ini tidak ditentukan dengan jumlah tertentu, misalnya sepersepuluh, tetapi diserahkan kepada kerelaan hati umat.
Keempat:
Perubahan penting yang hendak ditegaskan di balik "lenyapnya praksis persepuluhan" dalam Gereja Katolik ini ialah perubahan semangat dasar yang harus menggerakkan umat untuk memberikan sumbangan, yaitu dari semangat berdasarkan hukum (sebagai kewajiban) ke semangat cinta kasih kepada Allah dan sesama.
Janda miskin yang memberikan persembahan seluruh miliknya menjadi contoh cinta kasih yang memberikan diri tanpa batas (Luk 21:1-5). Cinta kasih ini bebas dari pamrih, yaitu memberi untuk menerima (do ut des).
Cinta kasih ini yang menggerakkan kita untuk mengakui karunia kesejahteraan yang telah dilimpahkan Tuhan kepada kita, suatu ungkapan syukur atas berkat Tuhan disertai keinginan untuk membalas kasih-Nya.
Cinta kasih inilah yang menggerakkan kita menyadari diri sebagai bagian dari Gereja, dan karena itu selalu bersedia untuk saling mendukung dalam karya pelayanan. Cinta kasih inilah yang menggerakkan kita membagikan harta milik kita kepada orang miskin (KGK 2443-2447).
Dengan ini menjadi nyata bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya (Mat 5:17). Juga menjadi nyata bahwa semua hukum dirangkum dalam perintah cinta kasih kepada Allah dan sesama krn sbenarnya hukum punya arti yg indah, "Hadir Untuk Keselamatan Umat Manusia."
Nah, itu dari perspektif historis dan teologis kristiani yg coba dimaknai dlm Gereja Katolik, pastinya kita ingat sebuah kalimat dari St Ignatius Loyola, "Tujuan stiap manusia diciptakan adalah utk memuji & memuliakan Tuhan, dan stiap benda yg ada di muka bumi ini ada utk membantu manusia mencapai tujuan ia diciptakan itu."
3.
Kutipan Teks Misa:
“Jika kamu ingin tahu, jalan mana yang harus kamu ikuti, pilihlah Kristus, karena Dia itu jalan” (St. Tomas dari Aquino)
“Apa yang Gereja Katolik percaya dan ajarkan tentang Maria, berakar dalam iman akan Kristus, tetapi sekaligus juga menjelaskan iman akan Kristus.” (Katekismus Gereja Katolik, 487)
Antifon Pembuka (Mzm 12:6)
Hatiku bergembira karena Engkau menyelamatkan daku. Aku bernyanyi bagi-Mu karena kebaikan-Mu terhadapku.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, Engkau telah memenuhi hati Santa Perawan Maria dengan rahmat-Mu, sehingga ia menjadi kediaman yang pantas bagi Roh Kudus. Semoga berkat jasa dan doa restunya kami pun diterima dalam bait kemuliaan-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
Bacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius (4:1-8)
"Lakukanlah pekerjaan seorang pewarta Injil. Hidupku mulai dicurahkan dan Tuhan akan mengaruniakan mahkota keselamatan kepadaku."
Saudara terkasih, di hadapan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi kerajaan-Nya: Wartakanlah sabda Allah. Siap sedialah selalu, baik atau tidak waktunya. Nyatakanlah yang salah, tegur dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Sebab akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya, untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi engkau, kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah dalam penderitaan, lakukanlah pekerjaan pewarta Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Mengenai aku, darahku mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah mendekat. Aku telah menyelesaikan pertandingan yang baik, mencapai garis akhir dan memelihara iman. Kini tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku pada hari-Nya oleh Tuhan, hakim yang adil; bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Mulutku akan menceritakan keselamatan yang datang dari-Mu, ya Tuhan.
Ayat. (Mzm 71:8-9.14-15a.16-17.22; R.15b)
1. Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, sepanjang hari penuh penghormatan kepada-Mu. Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.
2. Tetapi aku senantiasa mau berharap kepada-Mu, dan menambah puji-pujian bagi-Mu. Mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan sepanjang hari mengisahkan keselamatan yang datang dari-Mu.
3. Aku datang dengan keperkasaan Tuhan Allah, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja! Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.
4. Aku pun mau menyanyikan syukur dengan gambus atas kesetiaan-Mu, ya Allahku, menyanyikan mazmur bagi-Mu dengan kecapi, ya Yang Kudus Israel.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 5:3)
Berbahagialah yang bersemangat miskin, sebab bagi merekalah Kerajaan Allah.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (12:38-44)
"Janda miskin itu telah memberi lebih banyak daripada semua orang lain."
Pada suatu hari Yesus dalam pengajaran-Nya berkata, “Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat. Mereka suka berjalan-jalan dengan pakaian panjang dan suka menerima penghormatan di pasar. Mereka suka menduduki tempat-tempat terdepan dalam rumah ibadat dan tempat terhormat dalam perjamuan. Mereka mencaplok rumah janda-janda sambil mengelabui orang dengan doa panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat. Pada kali lain sambil duduk berhadapan dengan peti persembahan Yesus memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah sejumlah janda miskin. Ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka Yesus memanggil para murid-Nya dan berkata kepada mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda itu memberi dari kekurangannya: semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
SP Maria merupakan pioneer Perjanjian Baru, pribadi yang dipilih oleh Allah dalam rangka mewujudkan janji Allah untuk menyelamatkan umat manusia di seluruh dunia. Hari ini kita kenangkan hatinya yang tersuci, sehari setelah mengenangkan Hati Yesus Yang Mahakudus.
SP Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah kita sebagai umat beriman meneladannya, antara lain dengan memperbaharui hati kita agar semakin suci.
Dalam perjalanan hidup, tugas dan panggilan kita masing-masing, kita telah menerima aneka siraman rohani (nasihat, tegoran, perintah, ajaran, kritik dst..), yang menurut saya berfungsi untuk memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga hati kita juga semakin suci.
Ber-refleksi atas apa yang disabdakan oleh Yesus dalam Injil hari ini rasanya secara konkret masih up to date alias terjadi sampai kini.
Sebagai contoh sebut saja Pak Yudas dan Pak Petrus, mereka tinggal di kota metropolitan Jakarta. Baik Yudas maupun Petrus adalah bapa keluarga dengan satu isteri dan dua anak, namun yang berbeda adalah Yudas menjadi direktur beberapa perusahaan sedangkan Petrus adalah buruh pabrik yang memperoleh imbalan/balas jasa sesuai dengan UMP.
Income atau pendapatan bersih (take home pay) Yudas per bulan Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), sedangkan Petrus Rp.900.560,- (sembilan ratus ribu lima ratus enam puluh rupiah). Sama-sama sebagai orang Katolik mereka rajin ke gereja pada hari minggu dan tidak lupa memberi persembahan atau kolekte dalam Perayaan Ekaristi. Jumlah kolekte yang dikeluarkan Yudas mungkin Rp.400.000,-/bulan dan Petrus Rp.4.000,-/bulan.
Jika dilihat secara nominal kolekte Yudas lebih besar daripada Petrus, tetapi jika dilihat secara lebih mendalam sebagai persembahan/pengorbanan dirinya kiranya Petrus lebih besar daripada Yudas. Bukankah dengan berkurangnya Rp.4.000,- perbulan lebih terasa bagi Petrus dan keluarganya daripada Yudas dan keluarganya yang mempersembahkan Rp.400.000,-/bulan? Hitung saja sisa dana/uang yang tinggal pada mereka serta kebutuhan hidup sehari-hari mereka! Petrus sungguh memberi dari kekurangannya, sedangkan Yudas memberi dari kelimpahannya.
Memberi dari kelimpahan hemat saya identik dengan membuang sampah dan menjadi yang lain (penerima) sebagai tempat sampah. Kebahagiaan pemberi ini adalah tiada sampah lagi di dalam keluarganya/dirinya, karena sampah sudah ‘dilempar’ ke tempat lain.
Berbeda dengan memberi dari kekurangan sebagaimana dilakukan oleh janda miskin atau Petrus: kebahagiaan sebagai pemberi terjadi karena telah boleh berkorban demi kebahagiaan yang lain.
Persembahan, kolekte atau sumbangan hemat saya merupakan bentuk ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah menganugerahi kita melimpah ruah atau tindakan cintakasih kepada Tuhan melalui sesama atau dengan perbuatan-perbuatan baik.
Hemat saya mencintai atau berbuat baik senantiasa dijiwai oleh pengorbanan diri bagi sesama atau yang lain (ada sesuatu yang berkurang dari dalam diri kita). Tanpa pengorbanan diri jangan-jangan tindakan mencintai atau berbuat baik tersebut hanya sandiwara atau buang sampah pada sesama.
Dalam hal mencintai atau berbuat baik bagi sesama ini kiranya kita dapat belajar dari dan bercermin pada Yesus, Tuhan, Guru dan Sahabat kita yang ‘mempersembahkan korban bagi keselamatan sesama dengan mengorbankan Diri-Nya’, menderita dan wafat di kayu Salib. Ia pengorban sekaligus korban.
Doa Malam
Allah Bapa Maha Pengasih, pada peringatan Bunda Putra-Mu, kami Kauperkenankan ikut serta dalam penebusan kekal. Penuhilah kami dengan rahmat-Mu, agar penyelamatan-Mu semakin kami rasakan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
=========
"Hendaklah kita mencari surga itu dan marilah kita mencarinya melalui dan bersama Bunda Maria karena ia menjadi "tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan" (the visible sign of an invisible grace)."
O Yesus,
Melalui hati tak bernoda Maria,
kupersembahkan kepadaMu
doa-doaku,
karya pekerjaanku,
sukacita dan kesulitanku hari ini,
kepada Hati KudusMu,
dalam persatuan dengan Misa kudus yang dipersembahkan hari ini di seluruh dunia,
untuk pemulihan dosa-dosaku,
untuk kebaikan semua kerabat, keluarga dan sahabat-sahabatku, bersama intensi khusus Bapa Suci, Amin.
A. BUNDA YANG TERSUCI.
Luk 2:15 memberikan kesaksian bhw ketika Bunda Maria mendapat kunjungan Malaikat Gabriel, malaikat itu menegaskan, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu Anak yang kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”
Berdasarkan kesaksian ini Bunda Maria disebut yg tersuci krn mengandung Sang Putra berkat naungan Roh Kudus atau Roh Suci.
Putranya pun disebut Yang Tersuci, yang berkenan kepada Allah, Bapa-Nya (Luk 3:22-23).
Konsili Vatikan II menegaskan pula demikian:
“Sementara Gereja dalam diri perawan tersuci itu sudah mencapai kesempurnaan, dalam mana ia tanpa noda atau kerut (lih. Ef 5:27), maka kaum beriman masih berusaha untuk berkembang dalam kesucian dengan mengalahkan dosa dan dalam pada itu mengarahkan pandangan mereka kepada Maria, yang bercahaya sebagai suri teladan keutamaan di depan segenap masyarakat orang-orang pilihan” (LG 65).
Kutipan dari ajaran Gereja ini meneguhkan iman yg sudah sejak mula mengakui kesucian Bunda Maria sebagai Bunda yg penuh rahmat dan dinaungi oleh kekuatan Roh Kudus Allah.
DOA.
Bunda yg tersuci,
ajarkan kpd kami hidup yg suci,
jadikan badan dan jiwa kami murni
sehingga memancarkan keagungan Sang Pencipta.
Amin.
B. BUNDA YANG TERMURNI.
Berkat naungan Roh Kudus, Bunda Maria menjadi bunda yg asli, utuh atau murni.
Menurut kesaksian Mzm 24:4, “murni” dipahami sebagai “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya pada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.”
DOA.
Bunda yg termurni,
bangunlah jiwa, budi, dan hati kami dlm kemurnian iman, harapan, dan kasih kepada Yesus Putramu.
Amin.
C.
TRADISI LITURGI.
Hati Tersuci Santa Perawan Maria
(Sabtu Ketiga Sesudah Pentakosta):
R endah hati:
Miskin di hadapan Tuhan.
M urah hati:
Mau berbagi berkat Tuhan.
S epenuh hati:
Mengutamakan kemuliaan Tuhan.
Hati Tersuci Maria adalah sebuah nama devosi dalam Gereja Katolik untuk merujuk pada keutamaan hati Bunda Maria sebagai sebuah lambang kehidupan pribadi Sang Perawan Suci Maria, kebahagiaan dan kesedihannya, kebijaksanaan dan kesempurnaannya yang tersembunyi, dan, di atas semuanya itu, cinta murninya pada Allah Bapa, cinta keibuannya kepada putranya, Yesus, dan cintanya yang mendalam kepada semua orang.
Bersama maraknya devosi pada Hati Kudus Yesus, devosi ini diwartakan oleh St Yohanes Eudes pada abad ke17 di wilayah Eropa dan didukung juga oleh Paus Pius VII dan Paus Pius IX. Pada tahun 1944, Paus Pius XII meresmikan devosi ini sebagai kekayaan tradisi Gereja Katolik sedunia dan dulu dirayakan pada 22 Agustus, sepekan setelah Perayaan Maria Asumpta (15 Agustus) dan sekarang mengikuti perkembangan kalendarium terbaru, perayaan Hati Tersuci Maria dirayakan sehari setelah Perayaan Hati Yesus yang Maha Kudus.
Menurut tradisi Kitab Suci, hati merupakan tempat dan sarana bagi orang untuk membangun relasi yang mendalam dengan Allah. Dalam hal ini, Santa Maria merupakan model bagi kita semua, karena karena ia senantiasa “menyimpan segala yang ia lihat dan dengarkan di dalam hati dan merenungkannya” (bdk. Luk 2:19). Hatinya juga menjadi kediaman Roh Kudus dan takhta kebijaksanaan (bdk. Luk 1:35), serta selalu siap sedia untuk mendengarkan dan memelihara sabda Tuhan (bdk. Luk 11:28).
Lebih lanjut, pandangan Gereja Katolik juga didasar-kembangkan pada perhatian akan Mariologi, seperti yang dikumandangkan oleh surat apostolik Paus Yohanes Paulus II Rosarium Virginis Mariae yang dibentuk atas dasar devosi penuh kepada Bunda Maria, sebuah konsep yang dirintis oleh Santo Louis Maria de Montfort.
Secara tradisi, hati tersebut tampak berdarah akibat luka tusukan pedang, sebagai kiasan untuk penghormatan pada sengsara Maria. Konsekuensinya, doa Salam Maria didaraskan tiap harinya sebagai penghormatan atas devosi ini.
Mengacu pada gambar devosi Hati Maria, tampaklah tiga gambar dominan yang sarat makna iman, al: Pedang, Api yang berkobar dan beberapa Mawar putih yang mengelilingi hati yang terluka itu.
Pedang melambangkan pelbagai luka dukacita dan derita Maria yang ikut ambil bagian dan menjadi saksi dalam sengsara Yesus, puteraNya.
Api yang berkobar melambangkan Hati Maria terbakar oleh hangatnya cinta untuk Tuhan dan cintanya untuk kita, putera dan puterinya.
Mawar putih melambangkan kemurnian hati Maria sebagai Perawan (Mater Virginis) dan Bunda yang tidak bernoda dosa (Mater Immaculata)
D.
MATER MISERICORDIA.
"Mater Misericordia – Bunda Kerahiman Ilahi".
Inilah salah satu tema besar yang kerap saya kupas dalam salah satu edisi "SKI" - "Sekolah Kerahiman Ilahi".
Nah, bersama dengan kenangan Peringatan Hati Tersuci Perawan Maria, Sang Bunda Kerahiman inilah, kita diajak untuk terus belajar sebagai orang beriman yang berkualitas, yang "REMI, REsapkan Tuhan & MIliki iman", dengan:
SI ngkirkan kejahatan
LA kukan kebaikan
DO a berdoa jadi andalan.
Mengacu pada perikop Lukas, “Sang Pelukis Wajah Tuhan”, dipaparkan dengan cukup gamblang tentang misteri inkarnasi (penjelmaan) di dalam diri Yesus. Lukas menggambarkan ke-insanian Yesus bahwa sebagai anak-anak, Ia bertumbuh secara fisik dan intelektual.
Namun di sisi lain, Lukas juga memaparkan Keilahian-Nya yang Yesus sendiri sadari dan dari apa yang Ia lakukan. Hal itu nyata dari ucapan-Nya, bahwa "Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku".
Ya, inkarnasi terjadi sudah sejak Yesus masih bayi hingga dewasa. Ia adalah Allah dan manusia sejak bayi hingga mati-Nya.
Indahnya, Bunda Maria bersama Yusuf hadir sebagai orangtua yang selalu “hidup bersamaNya”. Mereka setia mencari dan menghampiri Yesus dengan sabar dan tidak gusar. Mereka berusaha dan berjuang untuk menemukanNya.
Bersama teladan ketulusan hati Yusuf, kita terus diajak belajar bersama figur beriman yg "MAu Rendahhati Ikut Allah".
Bunda kita ini terbuka untuk senantiasa dibentuk oleh Allah:
Ia rendah hati, karena ia mau "miskin" di hadapan Tuhan: “Aku ini hamba Tuhan" (Luk 1:38).
Ia murah hati karena selalu hadir dan memperHATIkan banyak orang: “Mereka kehabisan anggur” (Yoh 2:3).
Ia bersuka hati karena hidupnya penuh dengan rasa syukur: “Aku mengagungkan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah juruselamatku.” (Luk 1:46).
Bagaimana dengan kita sendiri? Sudahkah kita juga meluhurkan namaNya dengan setia mencari dan menghampiriNya? Sudahkah kita membawa keluarga kita kepadaNya sehingga benar benar menjadi “ecclesia domestica-gereja domestik” yang hidup, yang maki dikasihi Allah dan manusia?
Pastinya, sudahkah kita juga belajar untuk senantiasa rendah hati, murah hati dan suka hati?
"Cari sikat di Pasar Lama - Jadilah berkat buat sesama."
E.
LITANI HATI TERSUCI MARIA
Laus Mariae fons est indeficiens, qui, quanto longius extenditur, tanto amplius impletur, et quanto amplius impletur, tanto latius dilatatur
Puji-pujian kepada Maria merupakan suatu sumber yang tak habis-habisnya;
semakin diperluas semakin penuh, dan semakin engkau mengisinya semakin terlebih lagi ia diperluas.
P Allah Bapa di surga;
U Kasihanilah kami!
P Allah Putera penebus dunia;
P Allah Roh Kudus;
P Allah Tritunggal Mahakudus, Tuhan yang mahaesa;
P Hati tersuci Maria;
U Doakanlah kami!
Hati Maria yang tak bernoda;
Hati tercinta Putri Bapa di Surga;
Hati tersuci Bunda Allah Putera;
Hati terpilih mempelai Allah Roh Kudus;
Hati yang menakjubkan Bunda Sang Pencipta;
Hati tercinta Bunda Sang Penebus;
Hati Maria sumber kebijaksanaan;
Hati Maria cermin keadilan;
Hati Maria singgasana kerahiman;
Hati Maria ikhtisar semua orang kudus;
Hati Maria Tabut Perjanjian;
Hati Maria pintu gerbang Surga;
Hati Maria yang sangat mulia;
Hati Maria berkuasa;
Hati Maria yang setia;
Hati Maria yang pantas dipuji;
Hati Maria yang sangat dicintai;
Hati Maria yang lemah lembut;
Hati Maria yang rendah hati;
Hati Maria yang sabar;
Hati Maria yang menderita untuk kita;
Hati Maria pelita bagi orang yang tersesat;
Hati Maria pengungsian bagi orang yang berdosa;
Hati Maria kekuatan bagi orang yang tulus hati;
Hati Maria penghibur bagi orang yang menderita;
Hati Maria kekuatan dalam godaan;
Hati Maria harapan bagi orang yang meninggal dunia;
Hati Maria pertolongan dalam segala kesulitan;
Hati Maria jaminan atas janji-janji Yesus;
Hati Maria kurban bakaran yang sempurna untuk cinta Ilahi;
Hati Maria kegembiraan untuk semua hati;
Hati Maria yang dimahkotai kemuliaan dan keluhuran di Surga;
P Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia;
U sayangilah kami, ya Tuhan!
P Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia;
U kabulkanlah doa kami, ya Tuhan!
P Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia;
U kasihanilah kami!
P Yesus dengarkanlah kami;
U Yesus kabulkanlah doa kami!
[Bapa Kami ….. Salam Maria ….]
P Hati Tersuci Maria Doakanlah kami;
U supaya kami pantas mencintai Hati Yesus dengan segenap hati. Amin.
F.
MADAH HARIAN PAGI (Sabtu, 9 Juni 2018 - Peringatan wajib Hati Tersuci Santa Perawan Maria)
Kristus cahaya dunia
Terbitlah bagaikan surya
Datanglah kami menunggu
Kami siap menyambut-Mu.
Kristus Anak Domba Paskah
Yang dibunuh namun jaya
Datanglah kami menanti
Sudah rindu hati kami.
Kristus gembala utama
Yang wafat membela domba
Datanglah jangan berlambat
Kami mendambakan slamat.
Terpujilah Yesus Kristus
Dengan Bapa dan Roh Kudus
Yang hidup dan berkuasa
Kini dan sepanjang masa. Amin.
DOA
Ya Tuhan, semoga kebangkitan Kristus yang mulia menyinari hati kami, sehingga kami luput dari kegelapan maut dan masuk dalam cahaya abadi. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Bapa dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
G.
DOA KEPADA HATI YESUS DAN PESAN PAUS FRANSISKUS.
Hati Yesus Yang Mahakudus,
aku mengarahkan diriku pada Hati-Mu Yang Mahakudus.
Kuasailah seluruh kepribadianku;
ubahlah aku menjadi seperti Engkau.
Jadikan tanganku
tangan-Mu,
kakiku kaki-Mu,
hatiku hati-Mu.
Ijinkanlah aku
melihat dengan mata-Mu,
mendengar dengan telinga-Mu,
berkata-kata dengan bibir-Mu,
mengasihi dengan hati-Mu,
memahami dengan pikiran-Mu,
melayani dengan kehendak-Mu dan
mengabdikan seluruh kepribadianku.
Jadikan aku serupa dengan Engkau.
Hati Yesus Yang Mahakudus,
utuslah Roh Kudus-Mu untuk mengajar aku agar mengasihi-Mu dan hidup melalui Engkau,
dalam Engkau dan untuk Engkau.
Datanglah Roh Kudus,
jadikan tubuhku bait-Mu.
Datanglah, dan tinggallah dalam aku selamanya.
Beri aku kasih terdalam kepada Hati Yesus Yang Mahakudus untuk dapat melayani Dia dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatanku.
Kuasai seluruh kemampuan, tubuh dan jiwaku.
Aturlah seluruh hasratku: perasaan dan emosi.
Kuasai kepandaian, pengertian dan kehendakku; ingatan dan khayalku.
O Roh Kasih Yang Kudus,
beri aku rahmat-Mu yang ampuh itu dengan berlimpah.
Berilah aku seluruh kebajikan; perkaya imanku,
kuatkan harapanku,
tingkatkan keyakinanku, dan
kobarkan kasihku.
Berilah aku ketujuh karunia,
buah dan kebahagiaan-Mu sepenuhnya.
Trinitas Yang Mahakudus,
jadikanlah jiwaku bait-Mu yang kudus.
Amin.
(St. Margareta Maria Alacoque)
B.
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS 8 Juni 2018 :
"KASIH ALLAH TIDAK MEMBUTUHKAN KATA-KATA TETAPI GERAKAN NYATA"
Bacaan Ekaristi :
Hos. 11:1,3-4,8c-9; Yes. 11:2-3,4-bcd,5-6; Ef. 3:8-12,14-19; Yoh. 19:31-37
Dalam homilinya pada Misa Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus 8 Juni 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengulas tentang bagaimana bisa dikatakan bahwa hari raya ini merayakan kasih Allah. Beliau mengatakan bahwa kasih Allah tidak terbatas. Keagungan-Nya terwujud dalam hal-hal kecil dan kelembutan.
“Bukan kita yang terlebih dulu mengasihi Allah”, tetapi sebaliknya, “Dialah yang mengasihi kita terlebih dulu”, kata Paus Fransiskus. Beliau mengatakan bahwa para nabi menggunakan lambang bunga badam untuk menjelaskan kenyataan ini dengan menyoroti fakta bahwa bunga badam adalah yang pertama kali mekar di musim semi. “Allah seperti itu : Ia selalu terlebih dahulu. Ia adalah yang terlebih dahulu menunggu kita, yang terlebih dahulu mengasihi kita, yang terlebih dahulu yang membantu kita".
Akan tetapi, Paus Fransiskus melanjutkan, tidaklah mudah untuk memahami kasih Allah sebagaimana dipaparkan dalam Bacaan Kedua liturgi hari itu (Ef 3:8-12,14-19). Dalam bacaan tersebut Rasul Paulus berbicara tentang “memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga".
“Kasih Allah adalah kasih yang tidak bisa dimengerti. Kasih yang melampaui semua pengetahuan. Kasih Allah melampaui segalanya. Kasih Allah begitu besar; seorang penyair menggambarkannya sebagai "laut tanpa dasar yang tanpa pantai ..." Inilah kasih yang harus berusaha kita pahami, kasih yang kita terima", kata Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa sepanjang sejarah keselamatan, Tuhan telah menyatakan kasih-Nya kepada kita : “Ia telah menjadi guru yang agung”.
Mengingat kata-kata nabi Hosea, beliau menjelaskan bahwa Allah tidak menyatakan kasih-Nya melalui kuasa tetapi “dengan mengasihi umat-Nya, mengajar mereka berjalan, membawa mereka dalam pelukan-Nya, merawat mereka”.
“Bagaimana Allah mewujudkan kasih-Nya? Dengan karya-karya agung? Tidak: Ia menjadikan diri-Nya semakin kecil dengan sikap kelembutan dan kebaikan. Ia mendekati anak-anak-Nya dan dengan kedekatan-Nya Ia membuat kita memahami keagungan kasih”, beliau mengatakan.
Akhirnya, Paus Fransiskus berkata, Allah mengutus Putra-Nya. “Ia mengutus-Nya dalam rupa daging” dan Sang Putra “merendahkan diri sampai wafat”.
Inilah, beliau mengatakan, misteri kasih Allah : keagungan yang teragung diungkapkan dalam hal-hal kecil yang terkecil. Hal ini memungkinkan kita untuk memahami kekristenan.
Berkaca pada apa yang diajarkan Yesus kepada kita tentang sikap seperti apa yang seharusnya dimiliki orang kristiani, beliau mengatakan bahwa itu semua tentang "menjalankan karya Allah dengan cara kecil kalian": yaitu memberi makan orang yang lapar, memuaskan orang yang kehausan, melawat orang sakit dan orang yang berada di dalam penjara.
Karya kerahiman, beliau mengatakan, membuka jalan kasih yang diajarkan Yesus kepada kita dalam kesinambungan dengan agungnya kasih Allah bagi kita!
Paus Fransiskus mengakhiri dengan mengatakan bahwa kita tidak perlu wacana besar tentang kasih, tetapi laki-laki dan perempuan “yang tahu bagaimana melakukan hal-hal kecil ini bagi Yesus, bagi Bapa”.
"Karya kerahiman kita, beliau mengatakan, adalah kelangsungan kasih ini"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar